20
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi tentunya menjadi keinginan semua pegawai. Selain memberikan rasa aman dan nyaman, ergonomi akan berdampak pada psikologis positif para pegawai dalam bekerja. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai ergonomi. 2.1.1 Pengertian Ergonomi Menurut Odgers dalam Sukoco (2007:207) ergonomi adalah ilmu terapan yang digunakan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tingkat kenyamanan, efisiensi dan keamanan dalam mendesain tempat kerja demi memuaskan kebutuhan fisik dan psikologis pegawai di kantor. Selain itu pengertian lain dari ergonomi dapat juga dikatakan sebagai usaha mengintegrasikan penggunaan ruang, perabot kantor, peralatan, mesin kantor dan faktor lain-lain yang dapat memengaruhi psychologics seseorang seperti: warna, cahaya, suara, udara (temperatur) dan budaya (Quible dalam Chaniago, 2013: 70). Istilah ergonomi lebih populer diguakan oleh beberapa negara Eropa Barat, sedangkan di Amerika istilah ergonomi dikenal dengan human factors engineering atau human engineering. International Ergonomics Association (2002) ergonomi adalah disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan elemen- elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang menerapkan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang agar dapat mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan keseluruhan sistem kerja. Ergonomi berkontribusi pada perancangan dan evaluasi tugas, pekerja, produk, lingkungan dan sistem agar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia. Adapun pengertian lain dari ergonomi menurut Chaniago (2013: 70) yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kenyamanan dan keamanan (tidak membahayakan) bagi orang yang bekerja di lingkungan kerja tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/161/jbptppolban-gdl-a... · 2018. 2. 8. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Ergonomi Ergonomi tentunya menjadi keinginan semua

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Ergonomi

    Ergonomi tentunya menjadi keinginan semua pegawai. Selain memberikan rasa

    aman dan nyaman, ergonomi akan berdampak pada psikologis positif para pegawai

    dalam bekerja. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai ergonomi.

    2.1.1 Pengertian Ergonomi

    Menurut Odgers dalam Sukoco (2007:207) ergonomi adalah ilmu terapan

    yang digunakan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tingkat

    kenyamanan, efisiensi dan keamanan dalam mendesain tempat kerja demi

    memuaskan kebutuhan fisik dan psikologis pegawai di kantor. Selain itu pengertian

    lain dari ergonomi dapat juga dikatakan sebagai usaha mengintegrasikan

    penggunaan ruang, perabot kantor, peralatan, mesin kantor dan faktor lain-lain yang

    dapat memengaruhi psychologics seseorang seperti: warna, cahaya, suara, udara

    (temperatur) dan budaya (Quible dalam Chaniago, 2013: 70).

    Istilah ergonomi lebih populer diguakan oleh beberapa negara Eropa Barat,

    sedangkan di Amerika istilah ergonomi dikenal dengan human factors engineering

    atau human engineering. International Ergonomics Association (2002) ergonomi

    adalah disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan elemen-

    elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang menerapkan teori, prinsip, data

    dan metode untuk merancang agar dapat mengoptimalkan kesejahteraan manusia

    dan keseluruhan sistem kerja. Ergonomi berkontribusi pada perancangan dan

    evaluasi tugas, pekerja, produk, lingkungan dan sistem agar sesuai dengan

    kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia. Adapun pengertian lain dari

    ergonomi menurut Chaniago (2013: 70) yaitu kegiatan yang dilakukan untuk

    menciptakan kenyamanan dan keamanan (tidak membahayakan) bagi orang yang

    bekerja di lingkungan kerja tersebut.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ergonomi

    ini mengenai tingkat keamanan, kenyamanan, serta efisiensi tempat kerja dengan

    menerapkan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang serta menyediakan

    kebutuhan fisik dan psikologis pegawai di tempat kerja (Odgers, 2005; Quible,

    1996; International Ergonomics Asociation, 2002).

    2.1.2 Manfaat Ergonomi

    Jika perusahaan menerapkan ergonomi pada lingkungan kerja pegawainya,

    maka perusahaan akan mendapatkan manfaat. Adapun manfaat yang dapat

    diperoleh perusahaan jika mampu mengimplementasikan ergonomi dengan optimal

    menurut Priansa dan Damayanti (2015:111-112), diantaranya:

    1. Meningkatkan semangat kerja, seperti menambah kecepatan kerja, ketepatan,

    keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan;

    2. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan;

    3. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan

    keterampilan yang diperlukan;

    4. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan

    peralatan yang disebabkan kesalahan manusia;

    5. Meningkatkan kenyamanan pegawai dalam bekerja.

    Di samping banyaknya manfaat yang didapatkan oleh perusahaan jika

    menerapkan ergonomi terhadap lingkungan kerjanya, ada pula dampak

    negatifnya yaitu pengeluaran perusahaan akan semakin besar (Chaniago, 2013).

    Tentunya demi menerapkan lingkungan kerja yang nyaman dan aman, kebutuhan

    perusahaan akan semakin bertambah dan pengeluaran pun akan semakin besar.

    Namun, untuk mencapai keamanan dan kenyamanan pegawai pada lingkungan

    kerjanya dibutuhkan upaya yang tinggi.

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang

    menerapkan office ergonomics akan memiliki banyak keuntungan, namun ini

    dikembalikan kepada perusahaan akan menerapkannya berapa persen. Semakin

    tinggi penerapan yang dilakukan tentu semakin tinggi pula keuntungan yang

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • didapatkan perusahaan, begitupun sebaliknya. Namun, dari penerapan ergonomis

    ini terdapat dampak negatifnya yaitu perusahaan harus mengeluarkan biaya yang

    lebih tinggi. (Priansa dan Damayanti, 2015; Chaniago, 2013)

    2.1.3 Faktor-faktor Ergonomi

    Suatu perusahaan yang akan mengimplementasikan ergonomi terhadap

    lingkungan kerjanya tentu membutuhkan faktor-faktor yang harus dipenuhi.

    Faktor-faktor ini bisa dijadikan tolak ukur serta pedoman dalam pelaksanaan

    ergonomi lingkungan kerja. Adapun faktor-faktor ergonomi yang perlu

    dipertimbangkan menurut Wignjosoebroto (dalam Priansa dan Damayanti,

    2015:122-124) sebagai berikut:

    1. Sikap dan Posisi Kerja.

    Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang kurang baik, pertimbangan-

    pertimbangan ergonomi menyarankan:

    a. Mengurangi keharusan pegawai untuk bekerja dengan sikap dan posisi

    membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu

    lama dengan merancang fasilitas kerja, seperti meja kerja, kursi, dll.;

    sesuai dengna data antropometri agar pegawai dapat menjaga sikap dan

    posisi kerjanya tetap tegak dan normal;

    b. Pegawai diharuskan menggunakan jarak jangkauan normal

    (konsep/prinsip ekonomi gerakan), sehingga memberikan sikap dan

    posisi kerja yang nyaman;

    c. Pegawai tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk

    waktu yang lama dengan kepala, leher, dada, atau kaki berada dalam

    sikap atau posisi miring dan posisi terlentang/tengkurap;

    d. Pegawai tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode

    waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi di atas

    level siku yang normal.

    2. Antropometri dan Dimensi Ruang Kerja

    Antropometri pada dasarnya menyangkut ukuran fisik atau fungsi ruang gerak,

    dan lain-lain. Persyaratan ergonomi mensyaratkan agar peralatan dan fasilitas

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • kerja disesuaikan dengan orang yang menggunakan khususnya yang

    menyangkut dimensi ukuran tubuh. Dimensi ruang kerja akan dipengaruhi oleh

    dua hal pokok yaitu situasi fisik dan situasi kerja yang ada.

    Pada saat menentukan dimensi ruang kerja yang perlu diperhatikan adalah

    jarak jangkau yang bisa dilakukan oleh pegawai, batasan-batasan ruang yang

    enak dan cukup memberikan keleluasaan gerak pegawai dan kebutuhan area

    minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan tertentu.

    a. Kondisi Lingkungan Fisik.

    Dalam ergonomi sangat mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan

    fisik kerja yang memiliki potensi bahaya pada saat proses perancangan

    ruang kerja. Dengan demikian kondisi-kondisi bahaya tersebut bisa

    diantisipasi dan diberi tindakan-tindakan preventif sebelumnya.

    b. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja.

    Prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang perlu dipertimbangkan dalam

    perancangan ruang kerja, adalah:

    a) Organisasi fasilitas kerja, sehingga pegawai secara mudah akan

    mengetahui lokasi penempatan materiil, spare-part, peralatan

    kerja, mekanisme kontrol dan lain-lain;

    b) Buat rancangan fasilitas kerja dengan dimensi yang sesuai

    dengan data antropometri dalam range 5 sampai 95-th percentile

    agar pegawai bisa bekerja dengan leluasa dan tidak cepat lelah;

    c) Atur suplay/pengiriman material ataupun peralatan secara

    teratur ke ruang kerja yng membutuhkan;

    d) Bakukan rancangan lokasi dari peralatan kerja untuk model atau

    tipe yang sama;

    e) Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga akan

    terjad keseimbangan kerja antara tangan kanan dan tangan kiri;

    f) Atur tata letask fasilitas ruang kerja sesuai dengan aliran proses

    produksinya;

    g) Kombinaksikan dua atau lebih peralatan kerja sehingga akan

    memperkuat proses kerja.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • c. Energi Kerja yang Dikonsumsikan

    Aplikasi prinsip-prinsip ergonomi dan ekonomi gerakan dalam tahap

    perancangan dan pengembangan sisitem kerja secara umum dapat

    meminimalkan energi yang harus dikonsumsikan dan meningkatkan

    efisiensi output kerja itu sendiri.

    Selain itu menurut Chaniago (2013: 72-74) faktor-faktor yang dapat dipenuhi

    untuk mencapai lingkungan fisik yang ergonomi antara lain meja kerja, kursi,

    ruang kerja, komputer, mesin-mesin, tangga, koridor, toilet, ruang tamu dan tempat

    parkir (Tabel 2.1). Ada beberapa indikator untuk melihat apakah faktor-faktor

    tersebut ergonomi atau tidak, antara lain:

    Tabel 2.1 Faktor-faktor Ergonomi beserta Indikatornya

    Faktor-faktor Indikator Ergonomi

    Meja Kantor 1. Kesesuaian dengan ukuran tubuh manusia (tinggi dan besarnya)

    2. Kesesuaian bentuk meja dengan tubuh 3. Kemudahan gerak dalam bekerja 4. Terbuat dari bahan yang kuat, sehingga memberikan rasa

    tenang saat menggunakannya 5. Memiliki warna yang memberikan rasa nyaman saat

    menggunakan meja Kursi 1. Kesesuaian dengan ukuran pinggul

    2. Kemudahan gerak kursi kantor (vertical dan horizontal dan berputar)

    3. Flexibilitas/kesesuaian penyangga punggung denga punggung pengguna

    4. Terbuat dari bahan yang kuat, sehingga memberikan rasa aman saat menggunakannya

    5. Bahan jok terbuat dari bahan yang memudahkan sirkulasi udara, seperti kain.

    Ruang Kerja 1. Memiliki cahaya yang cukup terang, tidak menyilaukan mata

    2. Memiliki pintu dan jendela yang cukup 3. Surkulasi udara bersih, tidak pengab dan tidak berbau 4. Udara tidak lembab 5. Tidak bising dan menimbulkan suara bergema 6. Warna dinding dan lantai memberikan kesan nyaman

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • Faktor-faktor Indikator Ergonomi

    7. Lantai dan dinding bersih 8. Lantai tidak berkilat dan tidak licin 9. Kabel-kabel listrik tertata, sehingga kemungkinan

    konsleting listrik kecil 10. Fiting listrik tertata dan dekat dengan meja kerja 11. Luas ruang kerja memadai

    Komputer 1. Radiasi layar monitor rendah 2. Tampilan teks dimonitor mudah dilihat 3. Tidak menimbulkan suara berdenging 4. Keyboard cuup empuk/menggunakannya cukup dengan

    sentuhan ringan Mesin kantor

    lainnya

    1. Menimbulkan rasa aman dan nyaman saat menggunakannya

    2. Memiliki pengaman dari kemungkinan timbulnya suara gaduh, konsleting listrik, getaran dan lainnya

    3. Terbuat dari bahan yang kuat 4. Terbuat dari bahan yang tidak membahayakan kesehatan

    pemakainya 5. Memiliki tombol pengendali dan mematikan secara

    otomatis bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan 6. Memiliki tanda-tanda tertentu (teks, lambang-lambang)

    yang mudah dimengerti untuk mengoperasikannya. Tangga 1. Terbuat dari bahan yang kuat

    2. Tidak licin 3. Tidak terlalu curam (miring), ketinggian antar tangga 25

    cm – 30 cm 4. Memiliki pagar pengaman untuk pegangan tangan

    menaiki/tangga Koridor 1. Lantai tidak licin

    2. Lebar minimal dapat dilewati dua orang yang berpapasan 3. Cahaya cukup terang 4. Ventilasi dan sirkulasi yang baik

    Toilet 1. Lantai tidak licin 2. WC terbuat dari bahankuat dan mudah digunakan 3. Cahaya cukup 4. Ventilasi dan sirkulasi udara yang baik 5. Air dari keran berfungsi 6. Tersedia tisu dan kaca

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • Faktor-faktor Indikator Ergonomi

    7. Tersedia sabun pembersih tangan

    Ruang Tamu 1. Cahaya cukup 2. Ventilasi dan sirkulasi udara bagus 3. Tidak bising 4. Bersih dari debu, bau dan kotoran lainnya 5. Kursi dan meja tamu terbuat dari bahan yang kuat dan

    nyaman untuk diduduki 6. Mempunyai luas yang cukup 7. Terdapat asesoris lainnya berupa TV, Tempat Koran,

    tempat minum Tempat

    Parkir

    1. Contour tanah tidak miring 2. Lantai terbuat dari bahan yang padat dan rata 3. Memiliki pagar dan pintu pengaman (tidak bisa masuk dari

    sembarang tempat) 4. Memiliki luas yang memadai untuk tamu dan karyawan

    kantor yang bersangkutas 5. Terdapat alat-alat pengaman K3 (Keamanan dan

    Keselamatan kerja) berupa tabung api, obat-obat ringan dan lainnya

    Sumber: modifikasi Chaniago, 2013: 72-74

    Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor dari

    ergonomi antara lain meja kerja, kursi, ruang kerja, komputer, mesin-mesin, tangga,

    koridor, toilet, ruang tamu dan tempat parkir (Chaniago, 2013).

    2.2 Lingkungan Kerja Fisik

    Lingkungan kerja fisik menurut Nitisemito (2005:142) adalah segala sesuatu

    yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam

    menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Misalnya kebersihan, musik

    dan lain-lain. Lingkungan kerja merupakan suatu tempat baik tertutup maupun

    terbuka, juga sangat dipengaruhi oleh berbagai jenis proses dan bentuk layanan

    pekerjaan sesuai dengan tujuan organisasi perusahaan (Kuswana S.W, 2014: 164).

    Lingkungan fisik dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: (Sedarmayanti,

    2009:26)

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • a. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pegawai (seperti: pusat

    kerja, kursi, meja, dan sebagainya)

    b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum (seperti kantor, pabrik, kota,

    sistem raya). Lingkungan perantara juga disebut lingkungan kerja yang

    mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembapan,

    sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, warna dan lain-lain.

    Menurut Robbins (2006) lingkungan kerja adalah lembaga-lembaga atau

    kekuatan-kekuatan di luar yang berpotensi mempengaruhi kinerja organisasi,

    lingkungan dirumuskan menjadi dua yaitu lingkungan umum dan khusus.

    Lingkungan umum adalah segala sesuatu di luar organisasi yang memiliki potensi

    untuk mempengaruhi organisasi. Sedangkan lingkungan khusus adalah bagian

    lingkungan yang secara langsung berkaitan dengan pencapaian sasaran-sasaran

    sebuah organisasi.

    Menurut Nuraida (2014: 174) faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan

    kerja fisik diantaranya adalah cahaya, warna, udara, suara dan musik. Sedangkan

    menurut Sukoco (2007: 206) lingkungan perkantoran terdiri dari lingkungan yang

    sehat, sistem pencahayaan, warna, kontrol suara, udara, musik, konservasi energi

    dan keamanan kantor.

    Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan kerja

    fisik adalah semua hal yang ada di sekitar pegawai, serta dapat dirasakan oleh

    anggota tubuh pegawai pada saat menjalankan pekerjaannya. Lingkungan fisik

    terbagi menjadi dua yaitu lingkungan yang langsung dan lingkungan perantara.

    Lingkungan yang langsung ini seperti kursi, meja, komputer, mesin-mesin dan

    sebagainya. Sedangakan lingkungan perantara merupakan lingkungan kerja yang

    dapat mempengaruhi kondisi manusia, seperti cahaya, tata warna, udara,

    bunyi/suara, keamanan kantor dan sebagainya. (Nitisemito, 2002; Sedarmayanti,

    2009)

    Berikut ini adalah faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi

    kondisi pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya:

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • 2.2.1 Cahaya

    Menurut McShane dalam Sukoco (2007: 208) mendeskripsikan bahwa 80

    sampai 85 persen informasi yang diteriam pegawai dikantor adalah menggunakan

    indera penglihatan (mata). Hal ini yang menjadikan kenyamanan visual bagi

    pegawai di kantor sangat penting karena akan mempengaruhi produktivitas

    pegawai. Oleh karena itu, sisitem pencahayaan yang efektif harus

    memperhitungkan kualitas dan kuantitas cahaya yang sesuai dengan tugas, ruangan,

    serta pegawai itu sendiri.

    Menurut Rahmawati (2014: 72) karakteristik yang harus dipenuhi oleh

    sistem penerangan kantor adalah:

    1. Equivalent Spherical Illumination (ESI): mengukur tingkat efisiensi sistem

    penrangan, yaitu tingkat silau dan pemantulan. Maks 60, min 40.

    2. Visual Comfort Probability (VCP): rasio tingkat terang langsung dan lebih

    dari 0,70 nilai VCP 0,80 berarti 80% pegawai yang duduk pada area yang

    tidak diinginkan tidak merasa terganggu atau silau dengan sistem

    pencahayaan.

    3. Task Illumination (TI): ukuran foot candle, mengukur jumlah cahaya pada

    area kerja. Nilai TI 100-159 foot candle.

    Foot candle adalah banyaknya cahaya yang dipancarkan dari lilin ukuran

    biasa pada sebuah benda yang berjarak satu kaki (30,84 cm) dari lilin

    tersebut (Sedarmayanti dalam Nuraida, 2014: 175).

    Tabel 2.2 Saran-saran Mengenai Besarnya Cahaya (Foot Candle)

    Macam Pekerjaan Foot Candle

    Pekerjaan yang memerlukan penglihatan tajam. Contoh: memeriksa perhitungan, pembukuan, menggambar. Pekerjaan yang memerlukan penglihatan biasa. Contoh: surat menyurat, mengurus arsip, rapat, pengiriman dan penerimaan surat. Pekerjaan yang membutuhkan penglihatan sepintas lalu. Contoh: aktivitas dalam ruang resepsi, tangga gedung, kamar mandi. Pekerjaan yang memerlukan penglihatan sederhana. Contoh: untuk lorong atau jalan/gang di dalam gedung.

    50

    30

    10 5

    Sumber: Gie, 2009: 215

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • Mcshane (dalam Sukoco, 2007: 209) menjelaskan, bahwa ada empat jenis

    pencahayaan yang digunakan di kantor, antara lain:

    1. Ambient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan

    keseluruhan ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor.

    2. Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai,

    misalnya meja kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi

    pegawai, namun jenis cahaya ini jaang digunakan kantor-kantor di

    Indonesia karena alasan kepraktisan. Jenis pencahayaan ini digunakan

    untuk pekerjaan yang membutuhakan tingkat ketelitian tinggi.

    3. Accent lighting, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang

    akan dituju. Biasanya jenis lampu ini dirancang pada lorong sebuah kantor

    atau area lain yang membutuhkan penerangan.

    4. Natural lighting, biasanya berasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta

    cahaya langit. Jenis cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi

    pegawai, namun cahaya ini tidak selalu tersedia.

    Dari teori-teori di atas dapat dilihat bahwa cahaya di suatu lingkungan kerja

    sangat penting. Cahaya yang sesuai dengan jenis pekerjaan pegawai akan

    memberikan kenyamanan pada mata agar tidak cepat lelah. Misalnya untuk

    pekerjaan yang membutuhkan konsenterasi serta detail yang tinggi maka cahaya

    lebih terang dari pegawai biasa yang bekerja menggunakan komputer atau

    menambah lampu khusus. (McShane, 1997; Gie, 2009)

    1.2.2 Tata Warna

    Warna juga merupakan faktor penting utuk meningkatkan efisiensi kerja

    pegawai. Warna mempunyai pengaruh penting terhadap penerangan kantor.

    Perusahaan dapat menggunakan warna-warna muda apabila ingin menghemat biaya

    penerangan. Penggunaan tata warna dalam kantor berpengaruh besar terhadap

    keadaan psikologis atau perasaan seseorang. Setiap warna mempunyai pengaruh

    yang berlainan terhadap orang, atau setiap orang akan menunjukkan reaksi yang

    berbeda terhadap warna-warna tertentu (Nuraida, 2014: 176). Akan tetapi, secara

    umum pengaruh warna dapat dijelaskan sebagai berikut:

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • Tabel 2.3 Pengaruh Warna

    Warna Jarak Temperatur Efek Psikis

    Putih Netral Dingin Ketenangan Biru Jauh Dingin/sejuk Keleluasaan,

    ketenteraman Hijau Jauh Sangat dingin

    atau netral Menyenangkan

    Merah Dekat Panas Merangsang kegembiraan dan kegiatan kerja, tetapi juga bisa mengganggu

    Oranye Sangat dekat Sangat hangat Merangsang Kuning Dekat Hangat Merangsang

    kegembiraan, melenyapkan perasaan tertekan

    Cokelat Sangat dekat Netral Merangsang Ungu Sangat dekat Dingin Agresif Hitam Sangat dekat Panas (menyerap

    cahaya besar) Agresif, menakutkan, menolak, mengganggu

    Sumber: Nuraida, 2014: 176

    Efek warna-warna ini dapat digunakan dalam pemilihan warna pada dinding

    kantor, langit-langit, lantai, karpet, tirai, perabotan kantor, dan lain-lain. Ruangan

    kantor sebaiknya menggunakan bermacam-macam warna. Indonesia yang

    tergolong memiliki iklim panas, sebaiknya digunakan warna biru, hijau dan abu-

    abu untuk memberi suasana sejuk (Gie, 2009:217).

    Dalam mendesain warna kantor dilakukan berdasarkan sifat pekerjaan yang

    dilakukan di dalam ruang kerja tersebut. Misalnya, ruang pimpinan atau ruang

    manajerial membutuhkan konsentrasi tinggi dalam bekerja sehingga perlu desain

    ruangan yang bisa menimbulkan efek tenang. Untuk ruang karyawan operasional

    atau pekerjaan yang bersifat monoton, warna yang sesuai adalah warna-warna cerah

    yang dapat menimbulkan semangat. Misalnya memberi kesan warna cerah atau

    menyala pada tiang, pintu atau benda-benda tertentu yang ada di dalam ruangan

    kantor tersebut (Rahmawati, 2014: 75).

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • Dapat disimpulkan bahwa warna-warna dari dinding ruangan tempat kerja,

    langit-langit, lantai, karpet, tirai, perabotan kantor dan sebagainya dapat

    menimbulkan efek psikologis bagi pegawai yang bekerja di ruangan tersebut. Maka

    memilih warna untuk elemen-elemen terebut sangat penting. Dengan menggunakan

    warna terang atau netral selain menimbulkan kesan ceria atau ketenangan tetapi

    juga dapat memberikan pantulan cahaya yang baik. Sedangkan untuk warna yang

    gelap dapat menimbulkan kesan sempit serta drama yang lebih kuat, selain itu

    cahaya akan menyerap dan pantulan cahaya yang diberikan menjadi berkurang.

    (Gie, 2009; Nuraida, 2014; Rahmawati, 2014)

    2.2.3 Udara

    Faktor udara yang sangat penting adalah suhu udara dan banyaknya uap air

    pada udara itu sendiri. Tubuh manusia secara terus-menerus mengeluarkan panas

    agar dapat terus hidup. Untuk dapat memancarkan panas itu perlu udara yang lebih

    rendah daripada suhu badan manusia. Badan manusia yang normal mempunyai

    suhu 37 derajat Celcius.Cara lain untuk mengeluarkan panas dari tubuh manusia

    adalah dengan menguapkan peluh. Agar peluh dari badan manusia dapat menguap

    sepenuhnya, perlu udara yang cukup kering untuk menerima uap baru.

    Udara di Indonesia terlampau panas dan lembab, sehingga orang tidak dapat

    memancarkan panas dari tubuhnya dengan sebaik-baiknya. Udara tropis yang panas

    dan lembab mempunyai pengaruh menekan terhadap perkembangan tenaga dan

    daya cipta seseorang. Udara yang panas membuat orang mudah mengantuk, cepat

    lelah dan kurang bersemangat (Gie, 2009: 219).

    Soetarman mengemukakan beberapa hal sebagai usaha yang dapat mengatasi

    udara yang panas-lembab tersebut, yaitu.

    1. Mengatur suhu udara dalam ruang kerja dengan alat Air Conditioning.

    Walaupun alat tersebut mahal harganya, tetapi bagi pekerjaan-pekerjaan

    yang membutuhkan ketelitian yang tinggi, alat ini merupakan keharusan

    jika ingin mutu pekerjaan yang tinggi.

    2. Mengusahakan peredaran udara yang cukup dalam ruang kerja. Hal ini

    dapat tercapai dengan membuat lubang-lubang udara yang cukup banyak

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • pada dinding-dinding ruangan kerja. Demikian pula sewaktu bekerja

    jendela-jendela di buka sebanyak mungkin.

    3. Mengatur pakaian kerja yang baik dipakai oleh pegawai. Untuk bekerja di

    Indonesia, mengenakan pakaian jas lengkap dengan dasi secara Barat adalah

    kurang tepat. (dalam Gie, 2009: 220)

    Terpenuhinya kualitas dan kuantitas udara yang baik akan memberikan

    banyak keuntungan bagi perusahaan, antara lain:

    1. meningkatkan produktivitas kerja;

    2. meningkatkan mutu kerja kantor;

    3. menjaga kesehatan pegawai;

    4. meningkatakan semangat kerja; dan

    5. menimbulkan kesan yang menyenangkan bagi para tamu (Nuraida, 2014:

    178)

    Bisa dibayangkan jika pegawai bekerja di dalam ruang kerja yang panas dan

    pengab karena sirkulasi udara buruk, tentu tidak akan betah dalam bekerja. Udara

    yang segar atau bersih harus diusahakan ada dalam ruangan tempat kerja. Menurut

    American Society of Heating and Ventilating Engineering (dalam Gie, 2009:219),

    suhu udara yang nyaman bagi sebagian besar pekerja adalah 25,6oC, dengna nilai

    kelembapan 45%.

    Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan udara yang berada di tempat

    kerja harus sangat diperhatikan. Sirkulasi udara harus baik, dengan begitu udara

    yang ada di tempat kerja akan bersih dan tidak pengab. Di era yang semakin

    canggih, teknologi dapat membantu menjaga udara selalu bersih yaitu dengan

    menggunakan AC (Air Conditioning). Dengan udara yang selalu bersih, pegawai

    akan merasa nyaman selama bekerja yaitu delapan jam dalam sehari. (Gie, 2009)

    2.2.4 Bunyi/Suara

    Untuk pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi, faktor suara dapat

    memengaruhi efisiensi pegawai karena suara yang bising dapat mengganggu dan

    dapat berpengaruh pada kesehatan pekerja. Menurut Moekijat (dalam Nuraida,

    2014: 178-179), pengaruh suara yang gadung adalah sebagai berikut.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • 1. Menimbulkan gangguan mental dan saraf pegawai.

    2. Menimbulkan kesulitan berkonsentrasi, mengurangi hasil, menigkatkan

    kesalahan, menimbulkan kesulitas menggunakan telepon dan menciptakan

    lebih banyak ketidakhadiran.

    3. Menambah kelelahan dan mengurangi semangat kerja pegawai.

    Berikut adalah beberapa sumber kebisingan hasil dari penelitian Ayr, Cirillo,

    Fato dan Martellotta (dalam Sukoco, 2007:217):

    Tabel 2.4 Sumber Kebisingan

    Orang

    berbicara

    Telepon

    berbunyi

    Suara dari

    luar kantor

    HVAC

    system*

    Peralatan

    kantor

    Seluruh sampel 31% 8% 11% 34% 16%

    Ruang baca 47% 9% 14% 26% 4%

    Kantor tunggal 7% 18% 21% 27% 27%

    Kantor tanpa AC 14% 33% 13% - 40%

    Kantor ber-AC 21% 10% 12% 41% 16%

    *HVAC systems: heating, ventilating, and air conditioning system (sistem pemanas,

    ventilasi dan AC)

    Sumber kebisingan suara bisa berasal dari dalam kantor maupun dari luar

    kantor. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebisingan

    antara lain:

    1. Membuat teknik konstruksi bangunan yang efektif.

    2. Menggunakan peralatan kantor yang tidak menimbulkan suara bising,

    seperti mesin dengan suara yang halus, mesin tik yang tidak bising dan

    sebagainya.

    3. Mengunakan material penyerap suara di dinding, jendela atau lantai yang

    bisa menyerap dan mengisolasi suara. Material yang paling efisien

    digunakan adalah karpet.

    4. Menjauhkan peralatan yang menimbulkan suara bising. Misalnya

    menempatkan generator di ruangan yang jauh/tersendiri. (Nuraida,

    2014:179)

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • Maka dapat disimpulkan polusi suara dapat mengurangi konsentrasi pegawai.

    Polusi suara dapat timbul dari berbagai macam kegiatan seperti orang berbicara,

    bunyi telepon, suara yang dikeluarkan oleh mesin/peralatan kantor dan sebagainya.

    Adanya polusi suara ini tentu dapat mengganggu pekerjaan pegawai. Perusahaan

    harus meminimalisasikan polusi suara tersebut dengan menggunakan material

    penyerap suara seperti karpet. (Ayr, Cirillo, Fato dan Martellotta, 2003; Nuraida,

    2014)

    2.2.5 Keamanan Kantor

    Menurut Dewi (2011:194-195) keamanan kantor dapat dikelompokkan dalam

    dua golongan yaitu keamanan fisik dan keamanan hasil pengolahan.

    1. Keamanan fisik

    Keamanan fisik merupakan keamanan terhadap kemungkinan gangguan fisik

    seperti pencurian, perusakan fisik, kebakaran, banjir dan lain-lain yang sejenis.

    Bahaya pencurian atau perusakan fisik dapat dilakukan dengan menggunakan

    penjaga dan keamanan konstruksi bangunan yang dapat mencegah

    kemungkinan gangguan fisik tersebut terjadi. Salah satu pencegahan untuk

    mengurangi bahaya kebakaran yaitu dengan menerapkan peraturan larangan

    merokok/pembakaran sesuatu pada daerah tertentu. Namun tetap tersedia alat

    pemadam kebakaran (sebaiknya CO2 karena sifatnya merusak komponen

    elektronik). Untuk terhindar dari hilang/rusaknya arsip atau dokumen yang

    disebabkan oleh kemungkinan gangguan fisik di atas dapat digunakan berbagai

    cara, antara lain:

    a. Penggunaan lemari tahan air, tahan ledakan dan radiasi radio.

    b. Penggunaan arsip dengan sistem non father-grandfather, dimana yang

    tidak aktif disimpan di tempat lain yang lebih aman.

    2. Keamanan hasil pengolahan

    Hasil pengolahan tidak luput dari kemunginan terjadinya hal-hal yang tidak

    diinginkan. Sebagai contoh seperti:

    a. Program yang dinilai telah benar, pada waktu pelaksanaannya

    dimanipulasi sehingga menguntungkan orang tertentu.

    b. Data tertentu dapat diubah ketika proses pengerjaan data.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • c. Dokumen input dipalsukan

    d. Serta tindakan lainnya yang sejenis.

    Hal-hal berikut dapat dilakukan agar hasil pengolahan data terhindar dari hal-

    hal yang tidak diinginkan, diantaranya:

    a. Sebelum program digunakan, sekali lagi diperiksa dengan menggunakan

    tes data yang telah diketahui.

    b. Setiap kali di run, dibuat listing program.

    c. Setiap kali run, dituliskan output total tertentu

    d. Melakukan pencatatan terhadap penggunaan komputer dan arsip yang ada

    e. Seleksi tenaga kerja untuk komputer/IT lebih selektif

    f. Adakan monitoring terhadap pelaksanaan serta hasil yang telah

    dikirimkan.

    Berdasarkan penjelasan di atas, keamanan baik fisik pegawai maupun hasil

    pengolahan data sama pentingnya. Perusahaan tidak dapat mencapai tujuan

    organisasinya jika keamanan fisik pegawai tidak diperhatikan, dampak yang akan

    timbul adalah kecelakaan dalam bekerja dan jika terus terjadi perusahaan akan

    merugi. Begitu pula jika hasil pengolahan data tidak diamankan dengan baik, data-

    data penting perusahaan bisa hilang dan dapat mengganggu pegawai dalam bekerja.

    Pegawai serta data merupakan aset penting perusahaan, oleh karena itu perusahaan

    harus menjaga keamanan aset tersebut demi tercapainya tujuan organisasi. (Dewi,

    2011)

    Setiap kantor mempunyai persyaratan lingkungan fisik yang harus

    diperhatikan dan diatur sebaik-baiknya. Sebagai contoh di negara Inggris tahun

    1963 telah ditetapkan sebuah undang-undang tentang kantor-kantor (the offices act)

    antara lain menetapkan persyaratan lingkungan fisik (physical conditions) yang

    harus diusahakan pada setiap kantor. Persyaratan itu meliputi hal-hal berikut:

    a. Kebersihan: bangunan, perlengkapan dan perabotan kantor harus dipelihara

    kebersihannya.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • b. Luas Ruang Kantor: ruang kerja harus menyediakan luas lantai 40 square

    feet (3,7 m2) untuk setiap pegawai.

    c. Suhu Udara: temperatur yang harus dipertahankan dalam ruang kerja

    minimum 16oC.

    d. Ventilasi: sirkulasi udara segar atau udara yang telah bersih harus

    diusahakan dalam ruang kerja.

    e. Penerangan Cahaya: cahaya alam atau lampu yang cocok dan cukup harus

    diusahakan, sedangkan perlengkapan perangan dirawat dengan semestinya.

    f. Fasilitas Kesehatan: kamar kecil, toilet dan sebagainya harus disediakan

    untuk para pegawai serta dipelihara kebersihannya.

    g. Fasilitas Cuci: ruang cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan tisu.

    h. Air Minum: air bersih untuk keperluan minum pegawai harus disediakan.

    i. Tampat Pakaian: dalam kantor harus disediakan tempat untuk

    menggantungkan pakaian yang tidak dipakai petugas sewaktu kerja dan

    fasilitas untuk mengeringkan pakaian yang basah.

    j. Tempat Duduk: pegawai harus disediakan tempat duduk untuk keperluan

    bekerja dengan sandaran kaki bila perlu.

    k. Lantai, Lorong dan Tangga: lantai harus dijaga agar tidak licin, tangga

    diberi pegangan untuk tangan dan bagian-bagian yang terbuka diberi pagar.

    l. Mesin: bagian mesin yang berbahaya harus diberi pelindungan dan pegawai

    yang memakainya harus cukup terlatih. (Gie, 2009: 211)

    Berdasarkan pemaparan teori di atas mengenai lingkungan kerja fisik serta

    indikator-indikatornya yaitu cahaya, tata warna, udara, bunyi/suara dan keamanan,

    dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan fisik di tempat kerja harus selalu

    diperhatikan. Jika perusahaan telah memberikan kebutuhan serta hak pegawai,

    maka pegawai dapat melakukan kewajibannya dengan baik dan menjalankan tujuan

    perusahaan.( the offices act di Inggris, 1963)

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • 2.3 Penelitian Terdahulu

    Penelitian ini menggunakan salah satu referensi berupa penelitian terdahulu.

    Berikut ini penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan:

    Tabel 2.5 Penelitian terdahulu No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan 1. Meutia

    (2016) Analisis Persepsi

    Lingkungan

    Kerja Fisik dan

    Non Fisik PT.

    Astra

    Internasional

    Tbk. AUTO 2000

    Soekarno Hatta

    Bandung

    Menggunakan indikator yang sama pada lingkungan kerja fisik yaitu udara, kebisingan dan cahaya

    Tidak menggunakan indikator penataan ruang

    2. Setiawan dan Dewi (2013)

    Pengaruh

    Kompensasi dan

    Lingkungan

    Kerja terhadap

    Kinerja Karyawa

    pada CV. Berkat

    Anugrah

    Menganalisis salah satu variabel yang sama yaitu lingkungan kerja dengan indikator suhu udara, ruangan kerja dan penerangan ruangan

    Tidak menggunakan indikator ruang gerak

    Sumber: Olahan Data, 2017

    2.4 Kerangka Pemikiran

    Melihat pentingnya lingkungan kerja fisik ini dan berdasarkan teori-teori yang

    telah dijelaskan sebelumnya, faktor dari ergonomis lingkungan kerja fisik umum

    ini adalah ruang kerja, meja kerja dan kursi, tangga dan elevator serta toilet

    (Gambar 2.1). Dari dimensi tersebut, dipersempit dengan menggunakan indikator

    lingkungan kerja fisik seperti cahaya, udara, suara, keamanan, kebersihan,

    kesehatan dan kenyamanan. Indikator tersebut pun digunakan dalam penelitian

    terdahulu yaitu oleh Meutia (2016) menggunakan indikator udara, kebisingan, tata

    ruang dan cahaya serta Setiawan dan Dewi (2013) menggunakan indikator suhu

    udara, ruangan kerja, ruang gerak dan penerangan ruangan.

    Faktor-faktor yang dapat dipenuhi untuk mencapai lingkungan fisik yang

    ergonomi menurut Chaniago (2013: 72-74) antara lain meja kerja, kursi, ruang

    kerja, komputer, mesin-mesin, tangga, koridor, toilet, ruang tamu dan tempat parkir.

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • Dalam penelitian ini hanya menggunakan faktor ruang kerja, faktor meja kerja dan

    kursi, faktor tangga dan elevator, serta faktor toilet, mengapa tidak menggunakan

    seluruh faktor menurut Chaniago, karena tidak semua responden menggunakan

    komputer serta mesin-mesin. Selain itu, PT DI memiliki luas wilayah kurang lebih

    50 hektare, maka tempat parkir untuk di dalam perusahaan pun sudah baik dan

    terdapat tempat parkir sebelum pintu masuk yang dapat menampung seluruh

    kendaraan para pegawainya. Sementara koridor dan ruang tamu tidak digunakan

    dalam penelitian ini karena koridor yang ada di Hanggar Rotary Wing sudah baik,

    sedangkan ruang tamu tidak semua ruang kerja memiliki ruang tamu, ruang tamu

    hanya terdapat pada ruang kepala divisi dan manajer sementara pada penelitian ini

    responden merupakan staf dan anggota (pegawai yang bekerja di lantai dasar

    hanggar) saja.

    Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini terdapat pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penerapan Ergonomi Lingkungan Kerja Fisik

    Sumber: Olahan Data, 2017

    Keempat faktor ini dipilih karena faktor-faktor tersebut selalu digunakan oleh

    pegawai saat bekerja setiap harinya. Faktor-faktor ini dapat mencerminkan

    lingkungan kerja fisik yang dirasakan oleh pegawai saat bekerja. Dengan

    menganalisis penerapan ergonomis lingkungan kerja fisik umum ini perusahaan

    dapat mengetahui sejauh mana perusahaan telah menerapkan keamanan dan

    kenyamanan lingkungan kerja untuk para pegawainya.

    Ruang KerjaMeja Kerja dan Kursi

    Tangga dan Elevator

    Toilet

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

  • 27