46
-12- BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUM II.1.1 MIXED-USE BUILDING Pengertian Mixed-use Building Superblok atau Mixed-use Building adalah salah satu upaya pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktifitas dan fungsi yang berada di bagian area suatu kota (luas area terbatas, harga tanah mahal, letak strategis, nilai ekonomi tinggi) sehingga terjadi satu struktur yang kompleks dimana semua kegunaan dan fasilitas saling berkaitan dalam kerangka integrasi yang kuat. ( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ars4/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-22402024-4541- rumah_susun-chapter1.pdf. Meyer, 1983 ) Upaya tersebut dimaksudkan untuk mengeliminasi ruang-ruang mati, sehingga penggunaan lahan lebih efektif dan efisien, pelayanan kebutuhan lebih mudah, dan lingkungan menjadi lebih nyaman dihuni. Penyatuan berbagai fungsi dan aktivitas ini dalam satu bangunan atau kompleks bangunan biasanya diwadahi dalam bangunan atau kompleks bangunan besar sehingga sering disebut sebagai superblok. Proyek real estate yang relatif besar (dengan rasio area lantai terdiri dari tiga atau lebih) yang terkarakteristik oleh tiga atau lebih penggunaan bangunan revenue (seperti retail , office, residential , hotel/ motel, dan rekreasi- yang

BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

  • Upload
    lebao

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-12-

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

II.1 TINJAUAN UMUM

II.1.1 MIXED-USE BUILDING

Pengertian Mixed-use Building

Superblok atau Mixed-use Building adalah salah satu upaya pendekatan

perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktifitas dan fungsi yang

berada di bagian area suatu kota (luas area terbatas, harga tanah mahal, letak

strategis, nilai ekonomi tinggi) sehingga terjadi satu struktur yang kompleks

dimana semua kegunaan dan fasilitas saling berkaitan dalam kerangka integrasi

yang kuat.

( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ars4/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-22402024-4541-rumah_susun-chapter1.pdf. Meyer, 1983 )

Upaya tersebut dimaksudkan untuk mengeliminasi ruang-ruang mati,

sehingga penggunaan lahan lebih efektif dan efisien, pelayanan kebutuhan lebih

mudah, dan lingkungan menjadi lebih nyaman dihuni. Penyatuan berbagai

fungsi dan aktivitas ini dalam satu bangunan atau kompleks bangunan biasanya

diwadahi dalam bangunan atau kompleks bangunan besar sehingga sering

disebut sebagai superblok.

Proyek real estate yang relatif besar (dengan rasio area lantai terdiri dari

tiga atau lebih) yang terkarakteristik oleh tiga atau lebih penggunaan bangunan

revenue (seperti retail, office, residential, hotel/ motel, dan rekreasi- yang

Page 2: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-13-

dalam proyek perencanaannya akan saling berhubungan dan bergantungan satu

sama lain). Dengan fungsi dan bentuk fisik yang terintegrasi dari komponen

proyek, termasuk jalur pedestrian yang tidak terpotong.

( Sumber : Mike Jenks, “The Compact City A Sustainable Urban From?”, Oxford Brookers University, Oxford UK, E&FN Spon, First Edition 1996 London, UK )

Berdasarkan pengertian di atas tersebut maka dapat di definisikan

pengertian Mixed-use Building adalah bangunan multi fungsi yang terdiri dari

satu atau beberapa massa bangunan yang terpadu dan saling berhubungan

secara langsung dengan peruntukan yang berbeda, Mixed-use Building

menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas rekreasi, dan

biasanya dimiliki oleh satu pengembang.

Ciri Mixed-use Development Project

1. Mewadahi 2 fungsi urban atau lebih misalnya terdiri dari retail,

perkantoran, hunian, hotel, dan entertainment/ cultural/ recreation.

2. Terjadi integrasi dan sinergi fungsional

3. Terdapat ketergantungan kebutuhan antara masing-masing fungsi bangunan

yang memperkuat sinergi dan integrasi antar fungsi tersebut.

( Sumber : Panduan perancangan bangunan komersial p.281 )

Manfaat Mixed-use Development Project

1. Kelengkapan fasilitas yang tinggi pada bangunan superblok, memberikan

kemudahan bagi pengunjungnya.

Page 3: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-14-

2. Peningkatan kualitas fisik lingkungan. Kelengkapan fasilitas yang

direncanakan dengan matang pada suatu kawasan yang luas

memungkinkan diadakannya rancangan yang baik termasuk perbaikan

rancangan kualitas lingkungan.

3. Efisiensi pergerakan. Dengan pengelompokan berbagai fungsi dan aktivitas

dalam suatu superblok berarti terdapat efisiensi pergerakkan bagi pengguna

bangunan tersebut.

4. Vitalitas dan generator pertumbuhan. Pembangunan superblok pada salah

satu bagian kota berpotensi meningkatkan pertumbuhan kawasan

sekitarnya sebagai respon terhadap kebutuhan layanan bagi para pengguna

bangunan tersebut.

5. Penghematan pendanaan pembangunan. Pembangunan berbagai fasilitas

dalam satu komplek atau kawasan dapat mengefisienkan dana

pembangunan misalnya dengan efisiensi dana pembangunan infrastruktur.

6. Menghambat perluasan kota. Superblok dapat diasumsikan sebagai

pertumbuhan kota secara vertikal, karenanya pembangunan superblok

dapat meminimalkan perluasan kota secara horisontal.

7. Integrasi sistem-sistem. Sesuai persyaratan sebuah superblok,

pengembangan fungsi-fungsi di dalamnya harus dirancang secara

terintegrasi, saling menguntungkan antar fungsi. Integrasi ini dapat

merupakan simbiosis mutualisme antar fungsi.

( Sumber : Panduan perancangan bangunan komersial p.281 )

Page 4: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-15-

II.1.2 RUMAH SUSUN

Pengertian Rumah Susun

Rumah Susun :

Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan,

yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional

dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan

yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,

terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama,

benda-bersama dan tanah bersama.

( Sumber : Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun )

Sederhana :

Sedang; tidak berlebih-lebihan; tidak banyak pernik.

( Sumber : Kamus Umum Bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminta, Balai Pustaka, 1986)

Jadi rumah susun merupakan suatu pengertian yuridis arti bangunan

gedung bertingkat yang senantiasa mengandung sistem kepemilikan

perseorangan dan hak bersama, yang penggunaannya bersifat hunian atau

bukan hunian. Secara mandiri ataupun terpadu sebagai satu kesatuan

sistem pembangunan.

Page 5: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-16-

Manfaat Rumah Susun

Bagi penghuni

• Hunian yang dekat dengan tempat kerja.

• Menyediakan fasilitas hunian yang lebih layak dari tempat tinggal

warga sebelumnya dengan karakter dan fasilitas yang sesuai dengan

kebutuhan.

Bagi masyarakat

Menciptakan lapangan kerja baru bagi lingkungan di sekitarnya, sehingga

terjadi interaksi antara kompleks rumah susun dengan lingkungannya,

sehingga Rumah susun dapat memberi economy value.

Bagi pemerintah

Membantu program pemerintah dalam penyediaan Rumah Susun

terutama di wilayah yang belum terjangkau.

( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ars4/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-22402024-4541-rumah_susun-chapter1.pdf. )

Tujuan Rumah Susun

Tujuan pembangunan rumah susun adalah:

1. - Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama bagi

golongan masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, yang

menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya.

- Meningkatkan daya guna tanah didaerah perkotaan dengan

memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan

lingkungan permukiman yang lengkap, serasi dan seimbang.

Page 6: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-17-

2. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi

kehidupan masyarakat, dengan tetap mengutamakan ketentuan ayat (1

huruf a).

( Sumber : UU No.16 tahun 1985 bab 2 pasal 3 tentang rumah susun )

Tujuan khusus pembangunan rumah susun:

Untuk mengendalikan lajunya pembangunan rumah-rumah biasa yang

banyak memakai lahan.

( Sumber : Http://www.ar.itb.ac.id/wdp )

Macam-macam Hunian Vertikal Rumah Susun

Ada bermacam-macam jenis bangunan hunian vertikal di Indonesia yaitu:

1. Rumah Susun Masionette

Bangunan satu sampai dua lantai dengan bentuk struktur dan

finishing yang sederhana tapi relatif kurang kokoh dan tidak dilengkapi

dengan fasilitas-fasilitas penunjangnya. Biasanya terletak di pinggir kota

(kurang aman) dan diperuntukkan untuk golongan menengah ke bawah

dengan sistem kepemilikan membeli. Fasilitas-fasilitas umum yang ada

(seperti kamar mandi, dapur, dan ruang cuci) dipakai secara bersama-

sama. Sehingga sering timbul permasalahan sosial antara para

penghuninya.

2. Rumah Susun Biasa

Bangunan tiga sampai empat belas lantai dengan ciri-ciri karakter

yang hampir sama dengan bangunan hunian vertikal masionette, tapi

Page 7: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-18-

bedanya untuk jenis ini sudah memakai konstruksi permanen dan cukup

kuat, serta memiliki daya tampung yang lebih banyak yang terbagi dalam

beberapa tipe unit.

3. Rumah Susun Kondominium

Bangunan berlantai banyak yang dibangun dalam suatu lingkungan

yang lengkap dengan fasilitas-fasilitas penunjangnya dan sudah memakai

konstruksi yang kokoh dan permanen. Sistem kepemilikan yang ada tidak

dalam bentuk sewa, jadi harus membeli dan menetap, dengan akta

kepemilikan bangunan dan tanah adalah milik bersama.

4. Rumah Susun Apartemen

Bangunan berlantai banyak yang mirip dengan kondominium, hanya saja

untuk tipe ini memiliki bagian yang digunakan secara terpisah (terutama

untuk huniannya) tapi dilengkapi juga dengan bangunan bersama dan

tanah bersama. Sistem kepemilikan tidak harus beli, jadi bisa dengan

sistem sewa.

( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ars4/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-22402024-

4541-rumah_susun-chapter1.pdf. Betty,1998 )

Jenis- Jenis Rumah Susun

Ditinjau dari sudut penggunaanya rumah susun dapat dibagi menjadi

tiga golongan, yaitu:

a. Rumah susun hunian

Yakni rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat tinggal.

Page 8: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-19-

b. Rumah susun bukan hunian

Yakni rumah susun yang seluruhnya berfungsi sebagai tempat usaha dan

atau kegiatan sosial.

c. Rumah susun campuran

Yakni rumah susun yang sebagian berfungsi tempat tinggal dan

sebagian berfungsi sebagai tempat usaha.

( Sumber: http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ars4/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-

22402024-4541-rumah_susun-chapter1.pdf. Menurut Kuswahyono (2004, p.13) )

Sistem Kepemilikan Rumah Susun

Sistem kepemilikan rumah susun untuk lebih rinci akan diatur dalam

Undang Undang nomor : 16 tahun 1985 pasal 8, 9, 10, dan 11 akan

dilampirkan dalam karya tulis ini.

Sistem Penghunian dan Pengelolaan Rumah Susun

Sistem kepemilikan rumah susun untuk lebih rinci akan diatur dalam

Undang Undang nomor : 16 tahun 1985 pasal 18 dan 19 akan dilampirkan

dalam karya tulis ini.

Peraturan Bangunan

Peraturan bangunan untuk lebih rinci akan diatur dalam Undang Undang

nomor : 16 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun akan

dilampirkan dalam karya tulis ini.

Page 9: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-20-

II.1.3 PASAR MODERN

Pengertian Pasar Modern

Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran

bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan

dalam arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam

hal ini lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan Penawaran dapat

berupa Barang atau Jasa.

( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar )

Pasar Tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya

ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai,

los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola

pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan

makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang

elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan

barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia,

dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli

untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain

adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di

Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan

menghadapi serangan dari pasar modern seperti pasar swalayan dan sejenisnya.

( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar )

Page 10: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-21-

Pasar Modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun

pengertian pasar modern dalam arti sesungguhnya adalah ‘modernisasi pasar’

atau meremajakan pasar tradisional agar tidak kalah bersaing dengan pasar

swalayan, hypermarket, minimarket dan sejenisnya.

Modernisasi di pasar modern merupakan meremajakan pasar tradisional

dengan penataan letak jenis barang, sistim distribusi, fisik, manajemen, utilitas,

maintenance, packaging, scheduling, jam buka-tutup pasar ke dalam bentuk

modern yang lebih menyerupai pasar swalayan atau sejenisnya tetapi masih

dalam ciri tradisional.

( Sumber : http://kerangalam.wordpress.com/2008/02/28/pasar-modern-dan-modernisasi-pasar/ )

Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. Yaitu menurut jenisnya,

jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud.

( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar )

Fungsi Pasar

Menurut Lilananda, 1997, p.8

Pasar mempunyai 2 fungsi yaitu fungsi pokok dan fungsi pada skala kecil

sebagai berikut :

1. Fungsi pokok

Sebagai sarana pelayanan dan penyedia kebutuhan sehari-hari bagi

masyarakat, juga sebagai sumber pendapatan daerah yang diperoleh dari

jasa pelayanan dan perpasaran serta merupakan sarana distribusi

Page 11: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-22-

perekonomian yang dapat menciptakan tambahan tempat usaha bidang jasa

dan pencipta kesempatan kerja.

2. Fungsi pada skala kecil

Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk saling memenuhi

kebutuhannya masing-masing baik untuk kebutuhan yang bersifat

konsumptif maupun untuk bidang jasa.

( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eman/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-31403011-8395-

wonokromo_dtc-chapter2.pdf. )

Menurut Kotler, 2003, p.189.

Fungsi pasar adalah sebuah pasar yang memiliki kesan yang tepat sesuai

dengan pencapaian tujuan.

( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eman/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-31403011-8395-

wonokromo_dtc-chapter2.pdf. )

Jenis – Jenis Pasar

Jenis pasar dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Pasar Konsumsi

Pasar Konsumsi menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi.

Misalnya menjual beras, sandal, lukisan, dll. Contohnya adalah Pasar

Mergan di Malang, Pasar Kramat Jati, dll.

Page 12: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-23-

2. Pasar Faktor Produksi

Pasar Faktor Produksi menjual barang-barang untuk keperluan produksi.

Misalnya menjual mesin-mesin untuk memproduksi, lahan untuk pabrik,

dll.

( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar )

Sistem Kepemilikan Pasar

Menurut Lilananda (1997, p.10), status kepemilikan, pasar dibagi menjadi

3 jenis, yaitu:

1. Pasar Pemerintah, yaitu pasar yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah

pusat atau daerah.

2. Pasar Swasta, yaitu pasar yang dimiliki dan dikuasai oleh badan hukum

yang diijinkan oleh Pemda.

3. Pasar Liar, yaitu pasar yang aktifitasnya diluar Pemda yang kehadirannya

disebabkan karena kurangnya fasilitas perpasaran yang ada dan letak pasar

yang tidak merata, biasanya dikelola oleh perorangan atau Ketua RW.

Pasar liar ini dibagi menjadi 3 berdasarkan penanggungjawabnya, yaitu

pasar perorangan, pasar RW, pasar desa.

( Sumber : http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eman/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-31403011-

8395-wonokromo_dtc-chapter2.pdf. )

Page 13: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-24-

Kondisi Fisik Pasar

Kondisi Fisik Pasar untuk lebih rinci akan dilampirkan dalam karya tulis

ini.

II.2 TINJAUAN KHUSUS (TINJAUAN TERHADAP TOPIK-TEMA)

II.2.1 Pengertian Hemat Energi

Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi jumlah

penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi

secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi

lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang

menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya,

serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta

kenyamanan. Organisasi-organisasi serta perseorangan dapat menghemat biaya

dengan melakukan penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan

industri dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan

penghemaan energi.

Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan energi.

Penghematan energi menurunkan konsumsi energi dan permintaan energi per

kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan energi akibat

pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi, dan dapat

mengurangi kebutuhan pembangkit energi atau impor energi. Berkurangnya

permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih metode produksi

energi.

Page 14: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-25-

Selain itu, dengan mengurangi emisi, penghematan energi merupakan bagian

penting dari mencegah atau mengurangi perubahan iklim. Penghematan energi juga

memudahkan digantinya sumber-sumber tak dapat diperbaharui dengan sumber-

sumber yang dapat diperbaharui. Penghematan energi sering merupakan cara palin g

ekonomis dalam menghadapi kekurangan energi, dan merupakan cara yang lebih

ramah lingkungan dibandingkan dengan meningkatkan produksi energi.

( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Hemat_energi )

Hemat energi dalam arsitektur adalah meninimalkan penggunaan energi tanpa

membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktivitas

penghuninya.

( Sumber : Gelar seminar bangunan hemat energi, teknologi pengolahan limbah pada gedung, 1997, hal 17 )

II.2.2 Latar Belakang Hemat Energi

Bangunan sebagai suatu sistim terkait dengan masalah yang berhubungan

dengan perencanaan arsitektur, struktur, utilitas, yang berhubungan dengan

beberapa aspek teknis seperti aspek keamanan dan keselamatan, kenyamanan,

kemudahan dan kesehatan.

( Sumber : Dalam perwujudannya pemerintah telah menerbitkan UU.Bangunan Gedung No.28 Tahun 2002 ) .

Kenyamanan bangunan erat hubungannya dengan kondisi alam atau lingkungan

disekitarnya dan upaya pengkondisian atau pengaturan ruang dalam bangunan.

Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan aspek kenyamanan pada bangunan

Page 15: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-26-

tergantung pada obyek, bangunan yang dihadapi. Untuk bangunan yang

menghendaki kualitas hunian yang sempurna maka persyaratan tersebut mutlak

harus diadopsi dan diterapkan. Penerapan ini akan lebih efisien bila dikaitkan

dengan masalah hemat energi dalam bangunan yang bersangkutan.

II.2.3 Maksud dan Tujuan Hemat Energi

Peran Arsitek sebagai perancang desain arsitektur yang hemat energi,

mengingat cadangan energi yang ada semakin terbatas sedangkan bangunan

semakin berkembang. Dengan desain arsitektural yang memanfaatkan energi alami.

II.2.4 Metode Perancangan Arsitektur Hemat Energi

Penipisan cadangan minyak nasional akan menempatkan Indonesia sebagai

negara pengimpor sumber daya energi ini dalam waktu dekat. Salah satu sektor

penting yang sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahan bakar minyak adalah

bangunan, umumnya mengonsumsi BBM dalam bentuk energi listrik sekitar 30-60

persen dari total konsumsi BBM di suatu negara.

Untuk kawasan tropis, penggunaan energi bahan bakar minyak (BBM) dan

listrik umumnya lebih rendah dibandingkan dengan negara di kawasan sub- tropis

yang dapat mencapai 60 persen dari total konsumsi energi. Hal ini disebabkan oleh

kebutuhan pemanas ruang di sebagian besar bangunan saat musim dingin.

Sementara di kawasan tropis, pendingin ruang (AC) hanya digunakan sejumlah

kecil bangunan. Meskipun demikian, penghematan energi di sektor bangunan di

Page 16: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-27-

wilayah tropis semacam Indonesia tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap

penurunan konsumsi energi secara nasional.

Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab ketidaknyamanan,

seperti hujan, terik matahari, angin kencang, dan udara panas tropis, agar tidak

masuk ke dalam bangunan. Udara luar yang panas dimodifikasi bangunan dengan

bantuan AC menjadi udara dingin. Dalam hal ini dibutuhkan energi listrik untuk

menggerakkan mesin AC. Demikian juga halnya bagi penerangan malam hari atau

ketika langit mendung, diperlukan energi listrik untuk lampu penerang.

Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan

penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun

peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat

memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman

tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi per kapita dan nasional

dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep hemat energi.

Para arsitek di Barat memulai langkah merancang bangunan hemat energi sejak

krisis energi tahun 1973, sementara hingga kini-30 tahun sejak krisis energi di

negara Barat-belum juga muncul pemikiran ke arah itu di kalangan arsitek

Indonesia.

• Rancangan pasif

Perancangan bangunan hemat energi dapat dilakukan dengan dua cara:

secara pasif dan aktif. Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi

melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan

energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan

Page 17: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-28-

kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu

“mengantisipasi” permasalahan iklim luar.

Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya

dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi

matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan penerangan

alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan

dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.

Strategi perancangan bangunan secara pasif di Indonesia bisa dijumpai

terutama pada bangunan lama karya Silaban: Masjid Istiqal dan Bank

Indonesia; karya Sujudi: Kedutaan Prancis di Jakarta dan Gedung Departemen

Pendidikan Nasional Pusat; serta sebagian besar bangunan kolonial karya

arsitek-arsitek Belanda. Meskipun demikian, beberapa bangunan modern di

Jakarta juga tampak diselesaikan dengan konsep perancangan pasif, seperti

halnya Gedung S Widjojo dan Wisma Dharmala Sakti, keduanya terletak di

Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.

• Rancangan aktif: solar sel

Dalam rancangan aktif, energi matahari dikonversi menjadi energi listrik

sel solar, kemudian energi listrik inilah yang digunakan memenuhi kebutuhan

bangunan. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus

menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi

perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi

apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.

Page 18: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-29-

Strategi perancangan aktif dalam bangunan dengan sel solar belum

dijumpai di Indonesia saat ini. Penggunaan sel solar masih terbatas pada

kebutuhan terbatas bagi penerangan di desa-desa terpencil Indonesia.

Salah satu bangunan yang dianggap paling berhasil menerapkan teknik

perancangan pasif dan aktif secara simultan dan sangat berhasil dalam

mengeksploitasi penggunaan sel solar adalah bangunan paviliun Inggris (British

pavillion). Bangunan ini dirancang Nicholas Grimshaw & Partner, arsitek yang

juga merancang Waterloo International Railway Station yang menghubungkan

Inggris dengan Perancis melalui jalur bawah laut. Paviliun Inggris ini dibangun

di kompleks Expo 1992 di kota Seville, Spanyol, sebagai perwujudan hasil

sayembara tahun 1989 yang dimenangi arsitek tersebut.

Foto : The British Pavilion ,Seville

Solar Panel ( Sumber : harian kompas )

Bangunan ini dirancang dengan pertimbangan iklim setempat, yaitu suhu

udara musim panas saat Expo dilangsungkan dapat mencapai 45 derajat

Page 19: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-30-

Celsius, serta meminimalkan penggunaan energi yang mengemisi

karbondioksida.

Beberapa strategi rancangan yang digunakan mengantisipasi kondisi udara

ini adalah pertama, menggunakan tabir air pada dinding timur yang berfungsi

sebagai filter radiasi matahari pagi untuk pendingin bangunan tanpa

menghilangkan potensi penerangan alami pagi hari. Tabir air dijatuhkan dari

dinding bagian atas bangunan mengalir di seluruh dinding kaca sepanjang 65

meter ke kolam di dasar bangunan.

Aliran air sebagai tabir dinding kaca berfungsi untuk pendinginan

permukaan kaca itu sendiri serta menurunkan suhu lingkungan di sekitar

bangunan secara evaporatif. Kelembaban udara pada kawasan ini relatif rendah,

sekitar 50-70 persen.

Dinding kaca terbuat dari bahan yang 20 persennya merupakan komponen

keramik dan berfungsi mengurangi panas matahari tanpa mengorbankan cahaya

yang masuk ke dalam bangunan. Penggunaan tabir air pada dinding timur ini

mampu menurunkan suhu udara di dalamnya hingga 10 derajat Celsius.

Sisi barat dinding bangunan dilapis kontainer berisi air yang berfungsi

sebagai penyerap panas matahari sore. Panas yang diserap kontainer

mengurangi pemanasan bangunan siang dan sore hari. Selanjutnya kontainer

akan menghangatkan bangunan pada malam hari (suhu udara luar malam hari

cenderung rendah di bawah batas nyaman). Air panas dalam kontainer ini juga

dimanfaatkan bagi keperluan pengguna bangunan.

Page 20: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-31-

Dinding bangunan sisi selatan diberi lembaran semitransparan yang

diperkuat dengan konstruksi baja. Selain sebagai elemen estetika yang

mencitrakan layar kapal yang menjadi simbol kejayaan Inggris di laut, juga

berfungsi mengurangi radiasi panas sisi selatan.

Sejumlah 1.040 panel sel solar di bagian atap bangunan yang - membentuk

semacam deretan layar kapal dan mampu menghasilkan 46kW daya listrik

digunakan untuk sebagian besar keperluan listrik bangunan. Konstruksi panel

sel solar ini diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat melindungi atap

terhadap radiasi matahari dari sisi selatan. Paviliun Inggris ini menggunakan

energi listrik sekitar 24 persen lebih rendah daripada energi yang seharusnya

digunakan bangunan yang dirancang tanpa strategi semacam ini.

Langkah merancang bangunan hemat energi baik secara pasif maupun aktif

seperti di atas perlu dicermati. Sudah waktunya para arsitek Indonesia

memulainya. Jika dalam waktu dekat Indonesia menjadi negara pengimpor

minyak neto dan harga BBM dan tarif listrik dalam negeri melambung,

sebagian besar bangunan yang boros energi tidak lagi dapat berfungsi. Pemakai

bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya listrik untuk lift, AC,

pompa, dan peralatan lain, yang tinggi. Masih ada waktu untuk menghindari

situasi buruk semacam ini dengan memulai merancang bangunan yang hemat

energi, hemat listrik, sejak sekarang.

( Sumber : TRI HARSO KARYONO Bekerja di Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi BPPT,

Pengajar Arsitektur di Universitas Tarumanagara, Harian Kompas )

Page 21: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-32-

II.2.5 Prinsip – Prinsip Hemat Energi

Prinsip dasar perancangan tipologi arsitektur sadar energi dan arsitektur hijau

dapat di formulasikan dalam matriks berikut ini :

PARAMETER

DISAIN

ARSITEKTUR

PRINSIP PRINSIP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BIOKLIMATIK HEMAT

ENERGI

SURYA HIJAU LAIN LAIN

Bioclimatic

Architecture

Energy-efficient

Architecture

Solar

Architecture

Green

Architecture

Architecture

Konfigurasi

Bangunan

Dipengaruhi

Iklim

Dipengaruhi

Iklim

Dipengaruhi

Matahari

Dipengaruhi

Lingkungan

Pengaruh

Lainnya

Orientasi

Bangunan

Krusial Krusial Sangat Krusial Krusial Relatif tidak

penting

Fasade Bangunan Responsif Iklim Responsif Iklim Responsif

Matahari

Responsif

Lingkungan

Pengaruh

Lainnya

Sumber Energi Natural

Non Renewable

Pembangkit

Non Renewable

Pembangkit

Renewable

Natural +

Pembangkit

Renewable &

Non Renewable

Pembangkit

Non Renewable

Energy Cost Krusial Krusial Krusial Krusial Tidak penting

Sistim Operasional Passive & Mixed Active & Mixed Productive Passive + Active + Mixed +

Productive

Passive + Active

Tingkat

Kenyamanan

Variabel Konsisten Konsisten Variabel

Konsisten

Konsisten

Konsumsi Energi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi / Medium

Sumber Material Tidak penting Tidak penting Tidak penting Minimum

dampak

lingkungan

Tidak penting

Material Output Tidak penting Tidak penting Tidak penting Reuse – Recycle

- Reconfigure

Tidak penting

Ekologi Tapak Penting Penting Penting Krusial Tidak penting

Tabel 2.1 : Prinsip – prinsip perancangan arsitektur

( Sumber : The Green Skyscraper, Ken Yeang, p. 12 )

Page 22: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-33-

II.3 TINJAUAN TERHADAP PROYEK DAN TAPAK

II.3.1 Tinjauan Proyek

Judul proyek : Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat

Middle Income Apartment and Market in West Jakarta

Lokasi : Jalan Tanjung Duren

Wilayah : Kopro, Jakarta Barat

Fungsi : Hunian (rumah susun) dan Dagang (pasar)

Tema : Penerapan konsep hemat energi pada bangunan

Rumah susun dan pasar modern

Foto 2.1 : Lokasi tapak proyek terhadap kawasan

( Sumber : google earth. Kondisi existing 2009)

Page 23: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-34-

II.3.2 Tinjauan Tapak

Data Tapak

Gambar 2.1 : Lokasi Tapak Terhadap Kawasan ( Sumber : Dinas Tata Kota DKI)

Lokasi : Jalan Raya Tanjung Duren

Wilayah: Jakarta Barat, Kecamatan:

Kelurahan:

Luas Tapak : 9100 m2

KDB : 60% 5460 m2

KLB : 4 36400 m2

GSB :Utara : 10 m

Selatan : 7 m

Barat : 7 m dari Jalan Raya Tanjung Duren

Timur : 4 m

Ketinggian Max. : 12 lantai

LOKASI TAPAK

Page 24: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-35-

(pasar 2 lantai + rusun max.10 lantai)

Batas tapak :Utara : jalan tanjung duren barat 6

Selatan : jalan raya tanjung duren

Barat : jalan tanjung duren barat 5

Timur : perumahan warga

Kegiatan dan Kondisi Lingkungan di Sekitar Tapak

• Utara

Gambar 2.2 : Sebelah utara tapak ( Sumber : dinas tata kota DKI Jakarta )

Foto 2.2 : Bagian utara tapak Foto 2.3 : pintu keluar / masuk tapak

( Sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009 )

Sirkulasi pada bagian dalam tapak dan pintu keluar-masuk tapak

Fungsi disekitar tapak bagian utara didominasi dengan kegiatan komersial yaitu rumah

Page 25: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-36-

• Selatan

Gambar 2.3 : Sebelah selatan tapak ( Sumber : dinas tata kota DKI Jakarta )

Foto 2.4 : parkiran motor Foto 2.5 : sebelah selatan tapak

( Sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009 )

Kondisi parkiran motor di dalam tapak bagian selatan

Pada bagian selatan dipergunakan oleh fungsi komersial berupa warteg dan rumah warga

Page 26: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-37-

• Barat

Gambar 2.4 : Sebelah barat tapak ( Sumber : dinas tata kota DKI Jakarta )

Foto2.6:kantor lurah Foto2.7:Sebelah barat tapak Foto2.8:parkiran mobil

( Sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009 )

Kantor lurah dan sarana umum masjid di seberang tapak bagian barat

Tapak bagian barat berbatasan dengan jalan utama dan bersebrangan dengan kantor lurah dan masjid yang cukup ramai pada jam-jam sibuk

Page 27: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-38-

• Timur

Gambar 2.5 : Sebelah timur tapak ( Sumber : dinas tata kota DKI Jakarta)

Foto 2.9 : Sebelah timur tapak ( Sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009 )

Ramp menuju parkiran lantai atas terdapat pada bagian belakang tapak

Pada bagian belakang tapak berbatasan langsung dengan gang kecil dan rumah warga yang sebagian besar dimanfaatkan untuk kos-kosan oleh warga sekitar

Page 28: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-39-

II.4 LANDASAN TEORI

II.4.1 Pola Massa Bangunan

Untuk mengoptimalkan luasan bangunan sesuai dengan ketentuan KLB yang

diperbolehkan, dan massa bangunan didalam tapak perencanaanya harus

disesuaikan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti :

o Pertimbangan terhadap aktivitas untuk berinteraksi dan menampung banyak orang.

o Pertimbangan terhadap efisiensi dan efektifitas pelayanan yang ada.

o Pertimbangan terhadap orientasi bangunan dan view

o Pertimbangan terhadap iklim, dengan pola massa yang bisa mendapatkan aliran

udara, sinar matahari yang baik dan mengatur kecepatan angin.

o Pemanfaatan tapak yang optimal dan peraturan setempat

o Pertimbangan terhadap penampilan bangunan yang dapat memberi kesan

arsitektural hemat energi.

o Keadaan curah hujan

Maka dibutuhkan suatu analisis mengenai pola massa bangunan yaitu :

Pola Massa Tunggal Pola Massa Majemuk Sifat bangunan terpusat dan ruang luar yang kurang dinamis.

Sifat bangunan menyebar dan memusat pada satu titik kegiatan

Bentuk bangunan cenderung vertical dan berkesan formal

Memerlukan lahan yang cukup luas Mudah dalam pengembangan

Kebutuhan lahan sedikit Memisahkan beberapa kelompok kegiatan

Sesuai untuk tanah di jantung kota karenaHarga tanah tinggi

Pencahayaan dan penghawaan alami dapat dimanfaatkan lebih maksimal

Pencapaian dan sirkulasi lebih Adanya kebebasan dalam

Page 29: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-40-

cepat dan efisien mengolah massa bangunan dalam tapak Pemanfaatan pencahayaan

dan penghawan alami kurang maksimal

Ruang luar dan sirkulasi yang lebih dinamis

Pengembangannya terbatas Pencapaian antar kegiatan relatif jauh karena peletakanya yang terpisah

Sirkulasi dan komposisi fasade lebih monoton

Sesuai dengan daerah pinggiran kota yang mempunyai kdb rendah dan ketinggian lantai maksimum rendah

Tabel 2.2 : Pola massa bangunan ( Sumber : Francis D. K. Ching )

II.4.2 Pola Perletakan Massa

Menurut Francis D.K. Ching, ada beberapa Pola Pengembangan Massa

Bangunan, antara lain:

Pola Terpusat

• Tata letak massa terikat • Pengembangan terikat • Terdiri dari sejumlah bentuk

sekunder yang mengitari bentuk dominant yang berada ditengah

• Pengawas yang terjadi pada area bangunan lebih baik

( sumber D. K. Ching p.190-191) Pola Linier

• Pola yang diatur dalam suatu deret yang berulang

• Mengikuti suatu garis/ sumbu (sumber D. K. Ching p.198-199)

Pola Cluster

• Merupakan bentuk yang salin g berdekatan

• Membentuk suatu kelompok ruang yang bebas

• Bersifat dinamis dan fleksibel (sumber D. K. Ching p.214-215)

Pola Grid

• Pengembangan mengikuti pola grid

• Bentuk-bentuk modular yang diatur oleh grid

Page 30: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-41-

(sumber D. K. Ching p.220-221)

Pola Radial

• Komposisi dari bentuk linier yang berkembang keluar dari bentuk pusat searah dengan jari-jarinya

(sumber D. K. Ching p.208-209) Tabel 2.3 : Pola perletakan massa

(sumber : Francis D. K. Ching)

II.4.3 Bentuk Dasar Bangunan dan Ruang

Menurut Francis D.K.Ching (1996), bentuk dasar ruang dan bangunan secara

umum ada tiga, yaitu:

SEGIEMPAT SEGITIGA LINGKARAN

Mempunyai kesan kaku dan formal

Mudah dalam pengolahan bidang-

Bentuk segitiga mempunyai kesan dinamis dan stabil

Orientasi menyudut

Mempunyai kesan tidak kaku dan stabil

Mempunyai orientasi yang terpusat

KESIMPULAN : - Untuk memilih pola peletakan massa, sebaiknya mempertimbangkan segi keamanan bagi pengguna bangunan, dan bentuk pola massa bangunan yang terpilih nantinya - Pola massa yang terpilih adalah pola massa linier ber-grid dengan massa tunggal sesuai dengan fungsi yang berbeda-beda. - Perletakan massa bangunan didalam tapak harus mempertimbangkan hirarki dan sifat ruang, untuk mempermudah pencapaian,dll. Untuk bangunan yang sifatnya publik diletakkan dibagian yang dekat dengan entrance bangunan, lalu bangunan yang sifatnya privat seperti area huni maka diletakan yang jauh dari area luar sehingga tidak menggangu penghuni rusun.

Page 31: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-42-

bidangnya Cocok untuk kondisi iklim tropis dimana matahari menyinari dari dua sisi sehingga permainan bidang lebih variatif

Sirkulasi menyebar Orientasi menyudut Cocok dengan bentuk lingkungan sekitar ( selaras dengan keadaan sekitar )

Pengaturan dan pembagian ruang fleksibel

Dpt menggunakan perabot umum

Variatif dalam pengolahan bidang

Kurang efisien pada sudut-sudut bangunan

Sirkulasi menyebar Menggunakan perabotyang khusus karena bentuknya yang menyudut pada sisi-sisinya

Pengaturan dan pembagian ruang agak sulit

Menggunakan perabot khusus

Pengaturan dan pembagian ruang agak sulit

Pada iklim tropis mendapatkan sinar matahari pada semua sisinya

Sirkulasi dalam memutar

Tabel 2.4 : Bentuk dasar bangunan dan ruang (sumber : Francis D. K. Ching p.39-41)

Beberapa jenis organisasi bentuk dan ruang antara lain:

• Ruang di dalam Ruang

Sebuah ruang yang luas dapat mencakup dan memuat sebuah ruang lain

yang lebih kecil di dalamnya.

• Ruang-Ruang yang saling berhubungan/ berkaitan

Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan yang dihasilkan dari

overlapping dua daerah ruang dan membentuk irisan atau suatu daerah bersama.

KESIMPULAN :

- Bentuk dasar bangunan yang akan digunakan nantinya dalam

perencanaan bangunan sebaiknya yang selaras dengan lingkungan

sekitarnya agar terjadi keselarasan bangunan, yang sesuai dengan

Page 32: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-43-

• Ruang-Ruang yang Bersebelahan

Merupakan organisasi ruang yang paling umum. Batas-batas pemisah

ruang yang bersebelahan dapat berupa dinding, panel, kolom, ketinggian lantai,

ketinggian plafon, split dinding, dan lain-lain.

• Ruang-Ruang yang dihubungakan oleh sebuah Ruang Perantara

Dua buah ruang yang terpisah oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan

satu sama lain oleh ruang ketiga atau ruang perantara.

II.4.4 Kategori Hunian Vertikal

Menurut Joseph de Chiara dalam bukunya “Manual Housing Planning and

Design Criteria” bangunan hunian bertingkat termasuk rumah susun terdiri dari

bermacam-macam jenis menurut kriteria bangunan.

Berdasarkan Sistem Penggabungan Lantai

Simplex Duplex Triplex

Satu unit terdiri dari satu lantai

Satu unit terdiri dari dua lantai

Satu unit terdiri dari tiga lantai

Tabel 2.5 : Kategori hunian bertingkat berdasarkan sistem penggabungan lantai (sumber Joseph de Chiara and Koppelman)

Berdasarkan Sistem Pelayanan Koridor

Single Loaded Corridor, Pada Sistem Slab Block (+)- cahaya matahari maksimal - penghawaan alami - cahaya tersebar ke seluruh ruang

Koridor berada satu sisi di tepi

Page 33: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-44-

(-)- massa bangunan panjang - penggunaan lahan tidak efisien Double Loaded Corridor, Pada Sistem Slab Block (+)- menampung banyak unit - penggunaan lahan efisien (-)- pencahayaan kurang optimal - massa bangunan gemuk

Koridor berada ditengah bangunan

Koridor Pada 2 S isi Tepi Bangunan, Pada Sistem Slab Block (+)- pencahayaan tersebar - efisiensi lahan (-)- sirkulasi terpisah - shaft tidak efisien - penghawaan tidak maksimal

Koridor berada pada dua sisi bangunan

Koridor Terpusat di Tengah Bangunan, Pada Sistem Point Block (+)- efisiensi lahan - penghawaan maksimal - pencahayaan dan penghawaan pada koridor tidak maksimal (-)- massa bangunan tinggi - unit dalam satu lantai sedikit

Koridor berada terpusat di tengah bangunan

Tabel 2.6 : Kategori hunian bertingkat berdasarkan sistem pelayanan koridor (sumber: Joseph de Chiara and Koppelman)

Berdasarkan Bentuk Denah

Skip – Stop Plan (+) - elevator membuka pada lantai tertentu sesuai keinginan - dapat mengurangi jumlah koridor, efisiensi bangunan lebih tinggi - Pencahayaan alamiah lebih banyak (-) - Membutuhkan tangga tambahan dalam ruangan - Menyulitkan pencapaian bagi orang lansia dan cacat

Page 34: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-45-

Tower Plan Core terpisah ditengah umumnya digunakan untuk penghuni berpenghasilan menengah atau tinggi (+) - Ventilasi silang tercapai - Tiap unit mempunyai 2 arah pandangan - Mudah ditempatkan pada tapak tidak beraturan / berkontur (-) - Jumlah unit / lantai terbatas - Biaya sewa lebih banyak

Expanded Tower Plan Prinsip sama seperti tower plan (+) - Jumlah unit / lantai lebih banyak (-) - Dapat mengurangi tercapainya ventilasi silang dan penerangan dua arah - Dapat mengurangi penerangan dua arah

Cross Plan Mempunyai empat sayap masing-masing terdiri dari dua unit menyebar dari core tengah (+) - Pencapaian langsung ke unit - Ventilasi silang - pandangan dua arah tercapai (-) - Kesulitan orientasi terhadap matahari

Expanded Cross Plan Prinsip sama dengan cross plan (+) - Jumlah unit / lantai lebih banyak Circular Plan Prinsip sama dengan tower plan, jumlah unit tergantung dari diameter

Terrace Plan (+) - Orientasi terhadap matahari atau view baik - Umumnya single loaded corridor - Ventilasi silang dapat dicapai (-)

Page 35: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-46-

- Biaya relatif lebih mahal - Kesulitan menempatkan sirkulasi vertikal

Tabel 2.7 : Kategori hunian bertingkat berdasarkan bentuk denah ( Sumber: Joseph de Chiara and Koppelman)

II.4.5 Orientasi dan Tata Letak Bangunan

Dalam buku “Manual Housing Planning and Design Criteria” Joseph de

Chiara dan Koppelman menguraikan, bahwa Orientasi dan Tata Letak Bangunan

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

• Jalan

• Bentuk Tapak

• Orientasi terhadap Matahari, yang menyangkut panas matahari pada bangunan,

serta penataan lansekap dan elemen bangunan untuk pengendalian panas

• Angin

• Jalan Sekitar Tapak

• Kebisingan, yang menyangkut bukaan terhadap kebisingan

• View

II.4.6 Estetika

Estetika mempunyai beberapa unsur pembentuk antara lain:

• Irama

Irama ialah penerangan dari elemen-elemen, dalam hal ini yang banyak

dibicarakan hadirnya irama dengan adanya akhiran dan awalan, cirri-ciri

horizontal atau vertical dan lain-lainnya.

Page 36: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-47-

• Emphasis/ Penekanan

Tekanan atau emphasis merupakan bagian yang menjadi pusat perhatian dan

mampu memberikan ciri tertentu yang mengandung ide, tujuan dan isi.

• Unity/ Kesatuan

Unity merupakan organisasi antara beberapa unsur satu sama lain tidak

terpisahkan.

• Skala/ Proporsi

Skala atau proporsi dapat menciptakan estetika dengan mempertimbangkan

peruntukan suatu elemen bangunan yang cukup teratur dan sesuai dengan

fungsinya.

• Komposisi

Komposisi merupakan suatu pengolahan unsur dan prinsip dalam usaha yang

menciptakan kondisi yang unity baik kontras maupun selaras.

(sumber : www.indesign.net, 2002)

Selain itu bentuk juga dipengaruhi oleh beberapa faktor/ prinsip, antara lain:

• Kerumitan (Complexity), berarti benda estetis yang bersangkutan tidak

sederhana sama sekali, namun kaya aka nisi maupun unsur-unsur yang paling

berlawanan ataupun mengandung perbedaan-perbedaan yang halus.

• Kesungguhan (Intensity), berarti suatu benda estetis yang baik harus memiliki

suatu kualitas yang menonjol, buka sekedar sesuatu yang kosong.

Page 37: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-48-

II.5 STUDI KASUS

II.5.1 Studi Lapangan

Rumah Susun

Rumah Susun Tanah Abang

Foto 2.10 : Lokasi Rumah Susun Tanah Abang dan Pasar Tanah Abang skala makro

(sumber : google earth. Kondisi existing 2009)

Rumah Susun Tanah Abang (RSTA) merupakan proyek rumah susun

pertama yang dilaksanakan oleh pemerintah pada tahun 1985 letaknya

strategis, karena terletak dekat dengan pusat kegiatan perdagangan pasar

tanah abang. Proyek Rumah Susun Tanah Abang yang dilaksanakan oleh

pemerintah untuk mengatasi masalah permukiman kumuh yang tumbuh di

tengah perkotan.

Pasar tanah abang Lokasi rusun

Page 38: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-49-

Letaknya yang strategis di belakang Mal Grand Indonesia dan berada di

kawasan perkantoran Jl. M. H. Thamrin dan dekat dengan pusat perdagangan

pasar tanah abang, sehingga mayoritas penghuni rumah susun ini berasal dari

para pedagang yang bekerja di pasar tanah abang dan kebanyakan berasal

dari suku padang yang memang terkenal dalam keahliannya di bidang

perdagangan.

Foto 2.11 : Lokasi Rumah Susun Tanah Abang skala mikro

(sumber : google earth. Kondisi existing 2009)

Rumah Susun Tanah Abang ini terbagi dalam 2 tahap, yaitu Blok A

sebagai tahap pembangunan pertama yang berada di bagian depan tapak dan

memiliki ciri fasad yang menggunakan material batu bata di ekspos, dan

Blok B sebagai tahap pembangunan kedua yang berada di bagian belakang

tapak dan memiliki ciri fasad yang lebih mempermainkan bentuk jendela.

Page 39: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-50-

Foto2.12:Rumah Susun tahapI BlokA Foto2.13:Rumah Susun tahapII BlokB

(sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009)

Dalam pertimbangan perancangan rumah susun ini masih

memperhatikan ruang-ruang terbuka untuk pengudaraan dan pencahayaan

alami dimana dalam 1 massa hanya memiliki 4 unit rumah susun di setiap

lantainya.

Faktor kenyamanan dan kesehatan di dalam kompleks rumah susun ini

juga masih diperhatikan, dapat dilihat masih banyaknya ruang-ruang hijau

berupa pekarangan kecil pada setiap jalur sirkulasi komplek dan pemisahan

area parkir mobil dengan area hunian sehingga polusi tidak masuk ke area

hunian.

Foto 2.14: Sirkulasi kawasan Rumah Susun Foto 2.15: Area Penghijauan

(sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009)

Page 40: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-51-

Rumah Susun Benhil

Foto 2.16 : Lokasi Rumah Susun Benhil (sumber : google earth. Kondisi existing 2009)

Rumah Susun Benhil ini berlokasi di kawasan Bendungan Hilir –

Pejompongan, Jakarta Pusat yang memiliki letak cukup strategis dekat

dengan gedung Jakarta Design Centre yang berada di kawasan Slipi.

Rumah Susun Benhil ini mempunyai 2 buah massa bangunan yang

terdiri dari 3 Blok, dimana Blok A yang memiliki massa terpisah dengan

Blok B dan Blok C dapat tetap berhubungan langsung dengan adanya

jembatan pengubung pada kedua massa tersebut.

Pada lantai dasar rumah susun ini diperuntukan khusus untuk fasilitas

komersial yang dapat disewakan untuk usaha seperti laundry, wartel,

waserba, warung makan, kios pulsa. Namun karena tingginya bangunan,

maka ada sebagian penghuni pada lantai atas yang memanfaatkan tempat

huniannya sebagian untuk dijadikan tempat usaha.

Blok

Blok Blok

Page 41: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-52-

Foto 2.17 : Hunian yang sebagian dijadikan tempat usaha di lantai atas

(sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009)

Salah satu yang dapat dijadikan contoh dari Rumah Susun Benhil ini

adalah adanya ruang khusus untuk menjemur pakaian yang terdapat pada

bagian luar unit, sehingga fasad bangunan terlihat lebih rapih dan

terdapatnya shaft khusus sampah yang mempermudah penghuni membuang

sampah dari lantai atas agar sampah tidak tercecer dimana-mana.

Foto 2.18 : Ruang jemur tiap unit Foto 2.19 : Shaft pembuangan sampah

(sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009)

Page 42: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-53-

Rumah Susun Kebon Kacang

Foto 2.20 : Rumah susun kebon kacang skala makro

(sumber : google earth. Kondisi existing 2009)

Rumah Susun Kebon Kacang ini letaknya cukup strategis di tengah

kota, yaitu tepat di belakang gedung Bawaslu, di antara kawasan perkantoran

Jl. M. H. Thamrin dan kawasan pusat perdagangan Tanah Abang.

Foto 2.21 : Rumah susun kebon kacang skala mikro

(sumber : google earth. Kondisi existing 2009)

Page 43: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-54-

Tujuan pembangunan Rumah Susun Kebon Kacang ini merupakan

proyek pemerintah untuk mengatasi masalah permukiman kumuh yang

berada di tengah kota. Kawasan Rumah Susun Kebon Kacang ini pernah

meraih penghargaan sebagai kawasan hunian paling bersih. Rumah Susun

Kebon Kacang merupakan wujud dari proyek peremajaan kawasan hunian di

perkotaan, dengan penggunaan lahan sesuai dengan perhitungan dan

pertimbangan yang matang sehingga tercipta suatu hunian yang tertata

dengan baik.

Foto2.22 Jalan lingkungan Foto2.23:Pintu masuk kawasan tanpa petunjuk

(sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009)

Pencapaian ke dalam tapak kawasan Rumah Susun Kebon Kacang dari

Jl. M. H. Thamrin yang kemudian berbelok menuju Jl. K. H. Wahid Hasyim,

dan berbelok menuju Jl. Kebon Kacang IV. Disamping kiri jalan masuk

sirkulasi jalan mobil terdapat kantor pengelola yang bersebelahan dengan

gedung serba guna.

Page 44: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-55-

Gambar 2.6 : Site plan rumah susun kebon kacang

(sumber : Brosur. Direktorat perumahan dan perum perumnas, ditjen cipta karya, departemen pekerjaan umum- lingkungan rumah susun Kebon Kacang)

Kawasan Rumah Susun Kebon Kacang terdiri dari 8 blok bangunan

bersusun 4 yang terdiri dari, Blok 1-4 memiliki unit tipe 42m2 dan 51m2

dengan jumlah 52 unit disetiap blok (khusus blok 3 dan 4 diperuntukan bagi

penghuni bekas bongkaran hunian kumuh), blok 5-7 memiliki tipe 21m2

dengan jumlah 104 unit disetiap blok dan blok 8 memiliki tipe 21m2, 42m2,

51m2 dengan jumlah 80 unit (khusus blok 8 diperuntukkan bagi pedagang

kaki lima).

Page 45: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-56-

Gambar 2.7:Tipe F.51 Gambar 2.8:Tipe F.42 Gambar 2.9:Tipe F.21

(sumber : Brosur. Direktorat perumahan dan perum perumnas, ditjen cipta karya, departemen pekerjaan umum- lingkungan rumah susun Kebon Kacang)

Ada kasus dimana tempat hunian dijadikan sebagai tempat komersial

rental video game pada siang hari dan dijadikan tempat tinggal pada malam

hari. Hal ini menjadi contoh bahwa tempat komersial yang tidak merata,

sehingga para penghuni mengambil tindakan sendiri untuk membuka

peluang tempat usaha yang tidak pada tempatnya.

Foto 2.24 : Tipe 21 yang dijadikan usaha Foto 2.25 : Tipe 21 untuk hunian

(sumber:dok. Survey pribadi) (sumber:dok. Survey bersama.Kond.Existing 2009)

Page 46: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 TINJAUAN UMUMthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00475-AR Bab 2.1.pdf · menggabungkan antara fasilitas hunian, fasilitas bisnis, fasilitas

-57-

Mahalnya tanah di kawasan strategis memberi dampak pada kurangnya

lahan untuk penghijauan di kawasan Rumah Susun Kebon Kacang ini,

sebagai alternatif penggantinnya diletakkannya pot tanaman di hampir

sekeliling bangunan rumah susun.

Foto 2.26 : Penghijauan pada bangunan rumah susun

(sumber : dokumen survey bersama. Kondisi existing 2009)