Upload
haminh
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. HASIL BELAJAR
2.1.1. Pengertian Belajar
Menurut Hamalik, belajar dapat dibedakan menurut pandangan tradisional
dan menurut pandangan modern. Belajar menurut pandangan tradisional adalah
suatu usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan, sedangkan belajar
menurut pandangan modern adalah suatu proses perubahan tingkah laku berkat
interaksi dengan lingkungannya. (Hamalik,1986:40)
Menurut M. Sobri Sutikno, belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
(http://indramunawar.blogspot.com)
Menurut Sardiman, belajar merupakan usaha untuk mengubah tingkah
laku individu-individu yang belajar, dan perubahan itu tidak hanya berkaitan
dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat berbentuk kecakapan,
ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri.
(Sardiman, 2003:121)
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa belajar merupakan usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dengan cara berinteraksi
dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan dan perubahan itu tidak
10
hanya berbentuk penambahan pengetahuan baru tetapi dapat berupa pemahaman
terhadap sesuatu, perubahan sikap, minat, dan sebagainya.
2.1.2. Jenis-jenis Belajar
Ada bermacam-macam jenis belajar yang dapat dilakukan seseorang,
yaitu :
1. Belajar bagian (part learning, fractioned learning).
Belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan pada materi belajar
yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak ataupun
mempelajari gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat.
2. Belajar dengan wawasan (learning by insight).
Wawasan (insight) merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi
belajar dan proses berpikir. Belajar wawasan merupakan proses
mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu
tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian atau persoalan.
3. Belajar diskriminatif (discriminatif learning).
Belajar diskriminatif merupakan usaha untuk memilih beberapa sifat
situasi/stimulus dan menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
Subyek yang belajar akan diminta untuk berespon secara berbeda-beda
terhadap stimulus yang berlainan.
4. Belajar global/keseluruhan (global whole learning).
Belajar global adalah mempelajari bahan belajar secara keseluruhan berulang
ulang sampai pelajar menguasainya. Belajar global merupakan lawan dari
belajar bagian.
11
5. Belajar insidental (incidental learning)
Belajar insidental berlawanan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu
berarah-tujuan (intensional), karena dalam belajar insidental pada individu
tidak ada sama sekali keinginan untuk belajar dan jumlah frekuensi materi
belajar yang diperlihatkan tidak memegang peranan penting.
6. Belajar instrumental (instrumental learning).
Reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan dalam belajar instrumental
ini diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan
mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Individu diberi hadiah bila ia
bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki, dan sebaliknya
dihukum bila bertingkah laku yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki,
sehingga akhirnya akan terbentuk tingkah laku tertentu.
7. Belajar intensional (intentional learning).
Belajar intensional adalah belajar dalam arah tujuan. Belajar intensional
merupakan lawan dari belajar insidental.
8. Belajar laten (latent learning).
Perubahan-perubahan tingkah laku pada belajar laten tidak terjadi dengan
segera, sehingga disebut laten. Belajar laten biasanya dalam bentuk belajar
insidental.
9. Belajar mental (mental learning).
Perubahan tingkah laku yang mungkin terjadi tidak nyata terlihat, melainkan
hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari.
12
Belajar mental juga bisa diartikan belajar dengan cara melakukan observasi
dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain.
10. Belajar produktif (productive learning).
Belajar produktif merupakan belajar dengan transfer yang maksimum yaitu
mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu
situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu dapat
mentransfer prinsip menyelesaikan suatu persoalan dari satu situasi ke situasi
lain.
11. Belajar verbal (verbal learning).
Belajar verbal merupakan belajar mengenai materi verbal dengan melalui
latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen
klasik dari Ebbinghaus. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif
mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar
dengan wawasan mengenai menyelesailan persoalan yang kompleks yang
harus diungkapkan secara verbal.( Slameto,2003 : 5-8)
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Slameto (1995:2) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
sebagai berikut :
1). Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktor
ini terdiri dari faktor biologis (jasmaniah) faktor psikologis (rohaniah) dan
kelelahan.
2). Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu lingkungan
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
13
2.1.4. Tujuan Belajar
Tujuan seseorang belajar adalah untuk meningkatkan kemampuan. Ada
tiga kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan belajar, antara lain :
a. Meningkatkan kemampuan kognitif, yaitu kemampuan yang sifatnya
menambah pengetahuan, informasi, pemahaman, penerapan, analisis sintesis
dan evaluasi
b. Meningkatkan kemampuan psikomotor, yaitu kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan keaktifan fisik (motor skills).
c. Meningkatkan kemampuan afektif, yaitu kemampuan yang meliputi penelitian
sikap, apresiasi, nilai-nilai evaluasi, menyenangkan, menghormati, dan lain-
lain. (Dimyati dan Mujiono, 2002:20)
2.1.5. Dimensi Hasil Belajar
Hasil belajar disebut juga prestasi belajar. Tes hasil belajar merupakan
serangkaian pertanyaan atau tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang hasilnya
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
Hasil belajar dapat dikaitkan dengan terjadinya perubahan kepandaian,
kecakapan, atau kemampuan seseorang dimana proses kepandaian itu terjadi tahap
demi tahap. Hasil belajar diwujudkan dalam lima kemampuan yaitu kemampuan
intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, kemampuan motorik dan sikap
(Sudjana,1988 : 45)
Dimensi hasil belajar seseorang ada tiga , yaitu :
14
1. Dimensi kognitif, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan berpikir,
mengetahui, dan memecahkan masalah seperti pengetahuan komprehensif,
aplikatif, sintetis, analisis dan pengetahuan evaluatif.
2. Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai,
minat dan apresiasi.
3. Dimensi psikomotorik adalah kemampuan yang berhubungan dengan
ketrampilan motori (Sudjana,1988:46)
2.1.5. Tipe Hasil Belajar
Tipe hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Tipe hasil belajar bidang kognitif
a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge) pengetahuan hafalan
dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata “knowledge” dari Bloom.
Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang
sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang
perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab,
ayat, rumus, dan lain-lain.
b. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention). Tipe hasil belajar
pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan
hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti
dari sesuatu konsep.
c. Tipe hasil belajar penerapan (aplication).
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu
konsep, ide, rumus hukum dalam situasi yang baru. Misalnya memecahkan
15
persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil
atau hukum dalam suatu persoalan.
d. Tipe hasil belajar analisis (analysis)
Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurangi suatu integritas
(kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang
mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan atau hirarki.
e. Tipe hasil belajar sintesis (synthesis)
Sintesis adalah lawan analisis. Bila pada analisis ditekankan pada
kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna,
pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi
satu integritas.
f. Tipe hasil belajar evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kesanggupan memeberikan keputusan tentang nilai
sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan kriteria yang
dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan
terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya.
2. Tipe hasil belajar afektif. Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai
tujuan dari tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar
atau sederhana sampai tingkatan yang kompleks, yaitu :
a. Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam
masalah situasi ataupun gejala.
16
b. Responding atau jawaban. Yakni yang diberikan seseorang terhadap
stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketetapan reaksi,
perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang
kepada dirinya.
c. Valuing (penilaian). Yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus tadi.
d. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan
kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dari semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya.
3. Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill),
kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada enam tingkatan keterampilan
yakni:
a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c. Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif motorik dan lain-lain.
d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan.
17
e. Gerakan-gerakan skill, nilai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks.
f. Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti
gerakan ekspresif, interpretataif (Sudjana,1989:50-52).
Tipe hasil belajar di atas sangat penting untuk diketahui oleh guru agar
dapat merumuskan tujuan pengajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
2.2. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara
Indonesia yang cerdas, terampil dan karakter yang diamanatkan oleh Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, disamping itu Pendidikan Kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membekali budi pekerti, pengasahan kemampuan dasar
berkenaan dengan negara, serta pendidikan bela negara agar menjadi warga
negara yang baik (Depdiknas, Peraturan Menteri 2006).
Pendidikan Kewarganegaraan adalah konsep multi dimensional yang
dimaksudkan untuk meletakan dasar-dasar pengetahuan tentang masyarakat
politik, tentang persiapan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam proses
politik secara menyeluruh, dan secara umum tentang apa definisi dan bagaimana
menjadi warganegara yang baik. Kalau dicermati bahwa Pendidikan
kewarganegaraan adalah suatu disiplin ilmu yang memberi kesempatan dalam
mengikuti arah perkembangan bangsa untuk itu kita harus mendukung tujuan dan
18
cita-cita yang telah dicantumkan dalam UUD 1945 .(Asykuri ibn chamim, 2003:
44)
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan:
1. Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta pencegahan
terhadap tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama
dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi. (Diknas , 2006: 241)
Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan juga bertujuan untuk :
1. Menanamkan, memupuk dan mengembangkan rasa berbakti kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan saling menghormati sesama manusia.
2. Memupuk dan mengembangkan rasa kekeluargaan dalam hidup sebagai
anggota masyarakat dan kasih sayang terhadap sesama manusia.
3. Memupuk dan mengembangkan rasa bangga dan cinta terhadap tanah air.
4. Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi warga
negara yang demokratis yang berbudi luhur, cakap dan bertanggung jawab
19
terhadap kesejahteraan bangsa dan negara serta mendahulukan kewajiban
daripada haknya.
5. Menanamkan, memupuk dan mengembangkan sifat dan sikap kewiraan
(keberanian berdasarkan kebenaran dan keadilan) (Oemar Hamalik, 2006:88)
Secara garis besar silabus mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
terdiri dari :
a. Dimensi pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup
bidang politik, hukum dan moral. Materi pengetahuan Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang lembaga pemerintahan,
identitas nasional, hak dan kewajiban warga negara.
b. Dimensi keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skill) meliputi keterampilan
partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contohnya :
keterampilan mempengaruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan, proses
pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah-masalah
sosial, keterampilan pengadaan koalisi kerjasama dalam mengelola konflik.
c. Dimensi nilai-nilai Kewarganegaraan meliputi antara lain, percaya diri,
komitmen, penguasaan atas nilai-nilai religius, toleransi, kebebasan
individual, kebebasan pers. (Depdiknas, 2006:4)
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-
aspek sebagai berikut :
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan
20
negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan
daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem
hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.
c. Hak asasi manusia meliputi : Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional Hak Asasi Manusia,
Pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia.
d. Kebutuhan warga negara meliputi : Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan
warga negara.
e. Konstitusi Negara meliputi : Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
f. Kekuasaan dan Politik meliputi : Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi daerah, Pemerintah pusat, Demokrasi dan
sistem politik, budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
g. Pancasila meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-
21
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi
terbuka.
h. Globalisasi, meliputi Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan
organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi. (Depdiknas, 2006 :
272)
2.3. MATERI ORGANISASI
Materi Organisasi merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas V
SD. Organisasi adalah sekelompok manusia yang diatur untuk bekerjasama dalam
rangka mencapai tujuan bersama. ( Setiati Widihastuti dan Fajar Rahayuningsih,
2008 : 57 )
Ciri-ciri organisasi :
1. Kumpulan manusia.
Sebuah organisasi tidak mungkin terdiri atas 1 orang saja, tetapi pasti terdiri
dari dua orang atau lebih.
2. Tujuan bersama
Untuk dapat disebut organisasi, sekumpulan manusia harus mempunyai tujuan
bersama. Sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan sendiri-sendiri
bukanlah sebuah organisasi. Contohnya sekumpulan orang yang sedang
menunggu bus tidak dapat disebut organisasi karena mereka mempunyai
tujuan sendiri-sendiri.
22
3. Kerjasama
Harus ada kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama itu harus
melibatkan semua orang yang terlibat dalam organisasi. Jika ada tujuan
bersama tetapi dikerjakan sendiri-sendiri tidak dapat disebut organisasi.
4. Pengaturan
Untuk dapat melakukan kerjasama dibutuhkan aturan. Maksud aturan ini
adalah agar semua orang dalam kelompok terlibat dalam kerja sama dan
mendapatkan tugasnya masing-masing sehingga organisasi dapat berjalan. (Setiati
Widihastuti dan Fajar Rahayuningsih, 2008 : 58)
Manfaat organisasi adalah :
1. Lebih mudah menjalani hidup, sebab memiliki teman-teman yang mempunyai
tujuan yang sama
2. Lebih mudah mencapai tujuan yang dicita-citakan, sebab seluruh teman satu
organisasi akan membantu dan mendukung mencapai cita-cita
Macam-macam organisasi :
1. Organisasi di sekolah, antara lain :
a. Pramuka
Manfaat pramuka adalah mendapat banyak keterampilan hidup,
mempunyai banyak teman dan mengajarkan hidup berorganisasi.
b. Koperasi sekolah
Koperasi sekolah adalah koperasi yang didirikan di lingkungan sekolah.
Anggotanya terdiri atas siswa sekolah. Koperasi sekolah biasanya menjual
peralatan sekolah, seperti pensil, buku tulis, buku gambar, dan lain-lain.
23
Pengurus koperasi sekolah berasal dari siswa sekolah yang dibina oleh
guru. Kekuasaan tertinggi organisasi koperasi adalah rapat anggota, yaitu
rapat yang diikuti oleh seluruh anggota.
Pada awal berdiri, jumlah anggota koperasi paling sedikit dua puluh orang,
kemudian mereka mengadakan rapat anggota untuk memilih pengurus dan
pengawas koperasi yang bertugas menjalankan koperasi.
Agar dapat berjalan, koperasi harus mempunyai dana. Sumber dana
koperasi terdiri dari :
1). Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh
anggota kepada koperasi. Pembayaran dilakukan pada saat menjadi
anggota koperasi dan tidak dapat diambil selama yang bersangkutan
masih menjadi anggota koperasi.
2). Simpanan wajib, yaitu jumlah simpanan yang harus dibayarkan oleh
anggota kepada koperasi dalam waktu tertentu.
3). Dana cadangan, yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari sisa hasil
usaha (SHU). Dana ini digunakan dalam keadaan darurat dan
keperluan penting lainnya.
4). Hibah, yaitu sejumlah uang atau barang yang bernilai yang diterima
dari pihak lain yang tidak mengikat.
2. Organisasi di masyarakaat
a. Organisasi kemasyarakatan, contohnya organisasi ibu-ibu PKK, organisasi
pemuda karang taruna, organisasi kesenian.
24
b. Organisasi pemerintahan, contohnya organisasi pemerintahan desa,
organisasi pemerintahan kecamatan, organisasi pemerintahan
kabupaten/kota, organisasi pemerintahan provinsi dan organisasi
pemerintahan pusat.
c. Organisasi politik.
Organisasi politik terbentuk untuk meraih tujuan, yaitu menempatkan
anggotanya di organisasi pemerintahan. Contohnya adalah partai politik.
d. Organisasi ekonomi, yaitu organisasi yang memiliki tujuan utnuk
memperoleh keuntungan ekonomi. Contohnya perusahaan, kelompok tani.
(Setiati Widihastuti dan Fajar Rahayuningsih, 2008 : 61-67 )
2.4. METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND
COMPOSITION (Mengarang dan Membaca Terintegrasi yang
Kooperatif)
Proses pembelajaran dalam suatu penyampaian materi pelajaran sangat
mendukung prestasi belajar siswa. Dalam suatu proses pembelajaran, guru
menggunakan metode untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Salah
satu alternatif metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah
metode pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
25
mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
(Slavin, 2005 : 4)
Ada beberapa alasan yang menyebabkan penggunaan pembelajaran
kooperatif sangat penting dalam praktik pendidikan, yaitu untuk meningkatkan
pencapaian prestasi para siswa, mengembangkan hubungan antarkelompok,
penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan
meningkatkan harga diri. Selain itu pembelajaran kooperatif juga dapat
menumbuhkan kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir,
menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan
kemampuan dan pengetahuan mereka. ( Slavin, 2005 : 4-5 )
Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur :
1. Ada saling ketergantungan positif antara anggota kelompok.
2. Ada tanggung jawab perseorangan, artinya setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugas dengan baik untuk keberhasilan kelompok.
3. Ada tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap
muka dan berdiskusi.
4. Harus ada komunikasi antar anggota.
5. Ada evaluasi proses kelompok yang dijadwalkan dan dilaksanakan oleh
guru oleh guru. (Johnson dalam Anita Lie, 2005 : 30)
Hal-hal yang mendasari pembelajaran kooperatif adalah :
1. Para siswa harus memiliki persepsi yang sama bahwa mereka tenggelam atau
berenang bersama
26
2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa yang lain dalam
kelompoknya, disamping tanggung jawab kepada diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki tujuan yang sama
4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab yang sama
diantara para anggota kelompok.
5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan
bekerja sama selama belajar.
7. Para siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individu awal materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Linda dalam Ibrahim , 2006:67) :
Cooperative Integrated Reading and Composition (Mengarang dan
Membaca Terintegrasi yang Kooperatif) termasuk salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif selain STAD (Students Teams Achievement Division),
TGT (Teams Games Tournaments), TAI (Teams Accelerated Instruction) dan
Jigsaw yang melibatkan penghargaan kelompok, tanggung jawab individual dan
kesuksesan yang sama (Slavin, 2005 : 11).
CIRC atau kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu suatu model
pembelajaran menyeluruh dengan cara membaca dan menulis yang melibatkan
kerjasama murid dalam suatu kelompok dimana kesuksesan kelompok tergantung
kepada kesuksesan masing-masing individu dalam kelompok tersebut
(Slavin.1995:5)
27
Dalam CIRC, guru menggunakan bahan bacaan yang berisi latihan soal
atau cerita. Para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk
belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membacakan
cerita satu sama lain, membuat prediksi bagaimana akhir dari sebuah cerita
naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, dan menulis tanggapan terhadap
cerita. ( Slavin, 2005 : 16-17).
Langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang menggunakan CIRC
adalah dengan media komik adalah sebagai berikut :
1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 (empat) atau 5 (lima) orang
secara heterogen (berbeda jenis kelamin, latar belakang, status sosial,
kemampuan akademik, dan lain-lain).
2. Guru memberikan komik sesuai dengan topik/materi pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberikan tanggapan terhadap komik dan ditulis pada selembar kertas.
4. Siswa mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan kuis / soal untuk mengetahui
tingkat kepahaman siswa pada materi yang telah diajarkan.
Setiap model pembelajaran mempunyai keuntungan dan kerugian. Pada
model pembelajaran CIRC, keuntungan dan kerugiannya adalah :
a. Keuntungan
1. Setiap siswa aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran
28
2. Melatih siswa untuk berani memberikan tanggapan, mengemukakan
pendapat atau sanggahan secara lisan maupun tertulis.
3. Mempermudah siswa memahami materi pelajaran
4. Melatih siswa untuk bekerja sama dalam kelompok.
5. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan pokok pikiran suatu
peristiwa
6. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis/memaparkan suatu
peristiwa.
b. Kerugian
1. Membutuhkan banyak waktu
2. Guru sulit mengatur materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai sesuai alokasi waktu yang ditetapkan.
2.5. MEDIA PEMBELAJARAN
Kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting dalam proses
pembelajaran karena ketidakjelasan materi yang disampaikan guru dapat terbantu
dengan menghadirkan media sebagi perantara. Kerumitan materi pelajaran yang
akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan
media.
Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan
lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media
29
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,
photograpis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal (Gerlach dan Ely (1971) dalam Azhar
Arsyad, 2005:3)
Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam
rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik,1986:23)
Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan
manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh
pengetahuan dan keterampilan (Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain,
2002:136)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan media adalah segala sesuatu yang dipergunakan
guru/ pendidik dalam proses pembelajaran untuk menyalurkan informasi ataupun
pesan kepada siswa agar pesan atau informasi tersebut dapat sampai dan lebih
dipahami oleh siswa.
Kriteria pemilihan media berdasarkan konsep bahwa media merupakan
bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Beberapa kriteria yang patut
untuk diperhatikan dalam memilih media adalah :
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan
instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah
satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
30
b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media
harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan
kemampuan mental siswa.
c. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya
lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang dipilih
sebaiknya dapat digunakan di mana pun dan kapan pun dengan peralatan yang
tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.
d. Guru terampil menggunakannya. Media tidak akan mempunyai arti apa-apa
jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai
upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar.
e. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum
tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
f. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus
memenuhi persyaratan teknis tertentu (Azhar Arsyad, 2005:75-76).
Dick dan Carey (1978) dalam Arief S. Sadiman, dkk (1993:86),
menyebutkan 4 (empat) faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
media, yaitu:
a) Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak
terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.
b) Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga
dan fasilitasnya.
31
c) Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang
bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya bisa digunakan dimanapun
dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing
dan dipindahkan.
d) Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.
Pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya, bahwasannya
media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Karena
itu, meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti
karakteristik siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi
waktu dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan (Arief
S. Sadiman, dkk, 1993:85).
Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat menimbulkan
keinginan dan minat yang baru, menimbulkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat
membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran. Selain menimbulkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran
juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan
informasi.
Kemp dan Dayton (1985) dalam Azhar Arsyad (2005:21-23), berpendapat
ada beberapa dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral
pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung, yaitu :
32
a) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau
mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.
b) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik
perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.
c) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan
prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan
balik, dan penguatan.
d) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena
kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan
pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan
kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
e) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar
sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen
pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik, dan
jelas.
f) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan
terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara
individu.
g) Sikap positif siswa terhadap yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar
dapat ditingkatkan.
h) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif: beban guru untuk
penjelasan berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi, bahkan
dihilangkan sehingga guru dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting
33
lain dalam proses belajar mengajar (Kemp dan Dayton (1985) dalam Azhar
Arsyad,2005:21-23),
Manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran dalam proses
pembelajaran sebagai berikut:
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung
antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar
sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya
(Azhar Arsyad, 2005:26-27)
Selain manfaat di atas, masih terdapat manfaat yang lain dari media
pembelajaran, yaitu
1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis,
2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,
3) dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
diatasi sikap pasif anak didik,
4) dengan sifat yang unik pada tiap siswa, ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan
34
ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami
kesulitan bila semua harus diatasi sendiri, apalagi bila latar belakang
lingkungan guru dengan siswa juga berbeda, masalah ini dapat diatasi dengan
media yang berfungsi sebagai perangsang yang sama; mempersamakan
pengalaman; menimbulkan persepsi yang sama (Arief S. Sadiman
dkk,1993:16-17)
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya manfaat media dalam proses
pembelajaran adalah untuk memperjelas materi pelajaran yang diberikan oleh
guru dan untuk merangsang siswa agar lebih memahami materi pelajaran melalui
media pendidikan.
2.6. MEDIA KOMIK
Menurut Shadely, komik berbentuk angkaian gambar-gambar dalam kotak
yang keseluruhannya merupakan rentetan suatu cerita. Gambar-gambar itu
dilengkapi balon-balon ucapan (speak balloons) adakalanya masih disertai
penjelasan. (http://docs. google. com).
Menurut Trimo, komik sebagai media pembelajaran mempunyai beberapa
kelebihan, yaitu :
a. Komik menambah pembendaharaan kata-kata pembacanya
b. Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak
c. Dapat mengembangkan minat baca anak dan salah satu bidang studi yang lain
35
d. Seluruh jalan cerita komik menuju satu hal yakni kebaikan atau studi yang
lain. (http://docs.google.com).
Disamping mempunyai kelebihan, komik sebagai media pembelajaran juga
mempunyai kelamahan-kelemahan, yaitu :
a. Kemudahan orang membaca komik membuat malas membaca sehingga
menyebabkan penolakan-penolakan atas buku-buku yang tidak bergambar
b. Ditinjau dari segi bahasa, komik hanya menggunakan kata-kata kotor ataupun
kalimat-kalimat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan
c. Banyak aksi-aksi yang menonjolkan kekerasan ataupun tingkah laku yang
sinting (perverted)
d. Banyak adegan percintaan yang menonjol (http://docs.google.com).
Media komik dalam penelitian ini tidak menggunakan kata-kata kotor atau
adegan percintaan tetapi menggunakan kata-kata yang mengandung pesan-pesan
pengetahuan yang berhubungan dengan materi pelajaran.
36