Upload
dokhuong
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reviu Penelitian Terdahulu
Penelitian yang mengkaji tentang pengaruh kinerja keuangan, karakteristik
perusahaan dan mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan
Sustainability Report telah banyak dilakukan. Tetapi, masih terdapat beberapa
perbedaan antara penelitian satu dengan penelitian lain, baik dari segi variabel
yang digunakan, maupun hasil dari penelitiannya. Hasil penelitian yang berbeda
menunjukkan adanya kontra antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Berikut
tabel ringkasan yang menunjukkan penelitian terhadap pengungkapan
sustainability report dari peneliti sebelumnya.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Judul Metode
Analisis
Variabel Hasil
Orien
Natalian
dan
Wahidawati
(2016)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Tingkat
Pengungkapan
Sustainability
Report
Regresi
Linier
Berganda
Profitabilitas,
Likuiditas,
Leverage,
Ukuran
Perusahaan,
Aktivitas
Perusahaan,
Komite Audit,
dan Dewan
Direksi
Komite audit
berpengaruh
positif
terhadap
tingkat
pengungkapan
sustainability
report.
Leverage
berpengaruh
negatif
terhadap
tingkat
pengungkapan
sustainability
report.
Profitabilitas,
Likuiditas,
8
Nama
Peneliti
Judul Metode
Analisis
Variabel Hasil
Ukuran
Perusahaan,
Aktivitas
Perusahaan, ,
dan Dewan
Direksi tidak
berpengaruh
terhadap
tingkat
pengungkapan
Sustainability
Report
Umi
Aniswatur
Roudtul
Jannah &
Kurnia
(2016)
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
terhadap
Pengungkapan
Sustainability
Report pada
Perusahaan di
BEI
Regresi
Berganda
Profitabilitas,
Likuiditas,
Leverage, dan
Aktivitas
Profitabilitas
dan likuditas
berpengaruh
positif
terhadap
pengungkapan
sustainability
report.
Sedangkan,
leverage dan
aktivitas tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
sustainability
report.
Dwita
Aliniar dan
Sri
Wahyuni
(2017)
Pengaruh
Mekanisme
Good
Corporate
Governance
(Gcg) Dan
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Kualitas
Regresi
Linier
Berganda
Ukuran Dewan
Komisaris,
Proporsi
Komisaris
Independen,
Ukuran Komite
Audit,
Kepemilikan
Saham
Institusional,
Kepemilikan
Saham
Proporsi
Komisaris
Independen
dan
Kepemilikan
Saham
Institusional
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
kualitas
9
Nama
Peneliti
Judul Metode
Analisis
Variabel Hasil
Pengungkapan
Sustainability
Report Pada
Perusahaan
Terdaftar Di
Bei
Terkonsentrasi,
Ukuran
Perusahaan
pengungkapan
Sustainability
Report,
sedangkan
variabel
Ukuran Dewan
Komisaris,
Ukuran
Komite Audit,
Kepemilikan
Saham
Terkonsentrasi
dan Ukuran
Perusahaan
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
kualitas
pengungkapan
Sustainability
Report.
Dari tabel 2.1 diatas menunjukkan adanya perbedaan hasil dari satu
penelitian dengan penelitian yang lain. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Natalia dan Wahidahwati (2016) menunjukkan bahwa profitabilitas dan likuiditas
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Hasil ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Jannah dan Kurnia (2016) yang
menunjukkan bahwa profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap
pengungkapan sustainability report. Selain itu pada variabel leverage juga
menunjukkan hasil yang berbeda. Dimana, pada penelitian Natalia dan
Wahidahwati (2016) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap
pengungkapan sustainbility report sedangkan pada penelitian Jannah dan Kurnia
10
(2016) menunjukkan hasil bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan sustainability report.
Pada penelitian Natalia dan Wahidahwati (2016) menunjukkan bahwa
komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainbility report.
Hasil tersebut berbeda dengan hasil pada penelitian yang dilakukan oleh Aliniar
dan Wahyuni (2017) yang menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan sustainability report.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Teori Stakeholders
Stakeholders theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah
entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus
memberikan manfaat serta kontribusi untuk para stakeholder-nya
(pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat,
analis dan pihak lainya). Kelangsungan hidup dari suatu perusahaan akan
tergantung pada stakeholder-nya, selain itu dukungan tersebut harus
didapat sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan dari
stakeholder tersebut (Ghozali dan A.Chairiri, 2007). Semakin Powerfull
stakeholder maka semakin besar peluang perusahaan untuk beradaptasi.
Pengungkapan sosial dianggap salah satu cara untuk komunikasi
perusahaan dengan stakeholdernya.
Definisi Stakeholder telah berubah secara susbtansial selama empat
dekade terakhir. Pada awalnya stakeholders hanya ada pada diri pemegang
saham saja, Pandangan ini didasarkan pada argumen dari friedman,
11
mengatakan bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan
kemakmuran pemilik perusahaan. Namun demikian, Freeman tidak setuju
dengan pandangan ini dan memperluas definisi stakeholders dengan
memasukan konstituen yang lebih banyak. Termasuk kelompok yang tidak
menguntukan seperti pihak-pihak tertentu dan regulator (Ghozali dan
A.Chairiri, 2007).
2.2.2 Sustainabillity Report
Sustainability report merupakan laporan yang tidak hanya memuat
informasi knerja keuangan akan tetapi juga informasi non keuangan yang
terdiri dari infromasi terkait aktivitas sosial, dan lingkungan yang
memungkinkan perusahaan berkembang secra berkesinambungan
(sustainable performance) (Elkington, 1997). Sustainability Report
merupakan laporan yang dikeluarkan secara sukarela oleh perusahaan
terdiri tiga aspek, yaitu ekonomi, sosial, lingkungan. Sustainability
memproyeksikan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat mengenai
aspek-aspek yang dilaporkan dan juga sebagai jembatan kebutuhan
stakeholder dalam pengambilan keputusan. Global Reporting Initiative
(GRI) mendefiniskan bahwa Sustainability Report merupakan pngukuran,
pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja suatu organisasi dalam
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, dilaporkan kepada para
pemangku kepentingan baik internal mupun eksternal (Global Reporting
Initiative, 2016).
12
Sustainability Report merupakan sebuah laporan yang tidak hanya
berkonsep pada single bottom line, dalam arti perusahaan hanya ada pada
kondisi keuangan saja, akan tetapi berkonsep pada triple bottom line yaitu
selain keuangan, perusahaan harus menyediakan informasi sosial dan
lingkungan.
2.2.3 Kinerja Keuangan Perusahaan
2.2.3.1 Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba dalam rangka memperoleh nilai lebih pemegang
saham (Subramanyam dan Wild, 2014). Letak profitabilitas ada pada
laporan laba-rugi perusahaan (incomestatement) yang menunjukan hasil
kinerja perusahaan. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi
akan cenderung untuk melakukan pengungkapan melalui SR, karena
profitabilitas merupakan salah satu indikator kinerja yang harus
diungkapkan dalam SR. Pengungkapan sustainability report ini dilakukan
dalam rangka pertanggungjawaban kepada stakeholder untuk
mempertahankan dukungan mereka dan juga untuk memenuhi kebutuhan
informasi mereka. Selain itu pengungkapan SR juga dapat digunakan
sebagai media komunikasi dengan para stakeholder, yang ingin
memperoleh keyakinan tentang bagaimana profit dihasilkan perusahaan
(Jannah dan Kurnia, 2016). Penggunaan rasio profitabilitas dapat
dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen
di laporan keuangan. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode
13
operasi perusahaan, hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan
perusahaan baik dari penurunan atau kenaikan dalam waktu tertentu. Hasil
dari pengukuran tersebut akan digunakan oleh manajemen untuk menilai
kinerja perusahaan untuk periode tertentu. Rasio profitabilitas disebut
sebagai alat ukur kinerja manajemen (Natalia dan Tarigan, 2014).
2.2.3.2 Likuiditas
Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan terhadap hutang lancarnya (Almilia, 2007). Perusahaan dengan
tingkat likuiditas yang tinggi menunjukan kemampuan perusahaan yang
besar untuk dapat melunasi hutang-hutang jangka pendek secara tepat
waktu.
2.2.3.3 Leverage
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjang (Natalia dan Wahidahwati, 2016). Tingkat
leverage yang tinggi pada perusahaan juga meningkatkan kecenderungan
perusahaan untuk melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan
melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Pelaporan laba yang tinggi akan
mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang kuat sehingga
meyakinkan perusahaan dalam memperoleh pinjaman dari para
stakesholder-nya. Perusahaan dalam menggapai laba yang tinggi maka
akan mengurangi biaya-biaya, termasuk mengurangi biaya untuk
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial.
14
2.2.4 Karakteristik Perusahaan
2.2.4.1 Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan adalah faktor penentu penting dalam
pengungkapan perusahaan. Ukuran perusahaan dapat digunakan untuk
mewakili karakteristik keuangan perusahaan (Natalia dan Wahidahwati,
2016). Ukuran perusahaan (firm size) dapat diartikan sebagai besar
kecilnya perusahaan dapat dilihat dari nilai equity, nilai perusahaan
ataupun hasil nilai aktiva dari suatu perusahaan. Perusahaan dengan aset
yang besar lebih banyak mendapat sorotan dari publik. Maka dari itu,
perusahaan yang besar cenderung lebih banyak mengeluarkan biaya untuk
mengungkapkan informasi yang lebih luas sebagai upaya untuk menjaga
kepercayaan pada stakeholders. Indikator variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah total aset. Pemilihan indikator ukuran perusahaan
diukur dengan total aset dikarenakan dalam mengukur ukuran perusahaan,
nilai aset relative lebih stabil dibandingkan dengan jumlah penjualan.
2.2.4.2 Umur Perusahaan (Age)
Umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu perusahaan
yang menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dalam
dunia usaha dan mampu mempertahankan kesinambungan usahanya.
Semakin lama umur perusahaan, maka semakin banyak informasi yang
telah diperoleh perusahaan tersebut sehingga memperkecil ketidakpastian
investor dimasa yang akan datang. Perusahaan yang memiliki umur yang
lebih tua akan memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam
15
mempublikasikan laporan tahunan. Perusahaan yang memiliki
pengalaman lebih banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya
akan informasi tentang perusahaan (Fitriani, 2014). Alasan yang
mendasarinya adalah bahwa perusahaan yang lebih tua mungkin lebih
mengerti informasi informasi apa saja yang seharusnya diungkapkan
dalam laporan tahunan sehingga perusahaan akan mengungkapkan
informasi-informasi yang memberikan pengaruh positif bagi perusahaan
tersebut.
2.2.5 Mekanisme Good Corporate Governance
Corporate governance merupakan proses dan struktur yang
digunakan oleh organ perusahaan untuk menentukan kebijakan dalam
rangka meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perseroan,
sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham dalam
jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan para stakeholder
berdasarkan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang undangan
yang berlaku (Dilling, 2010).
Good Corporate governance (GCG) diperlukan untuk mendorong
terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu oleh karena itu demi terciptanya
GCG perlu dukungan dari 3 pilar yang saling berhubungan, yaitu Negara,
dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan
masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha .
16
Untuk meningkatkan keberhasilan usaha, perusahaan perlu
menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance yang menjadi
indikator dalam menilai penerapan GCG dalam suatu perusahaan. Good
Corporate governance diproksikan dalam Komisaris Independen, Komite
Audit, Dewan Direksi, Dewan Komisaris dan Kepemilikan Saham
Manajerial.
2.2.5.1 Komiraris Independen
Keberadaan dewan komisaris belum memberikan jaminan
terlaksananya prinsip-prinsip Good Corporate Governance, khususnya
mengenai perlindungan terhadap investor. Organ-organ tambahan tersebut
antara lain adalah dewan komisaris independen. Dengan adanya Dewan
Komisaris Independen, tidak hanya dapat melindungi kepentingan pihak
mayoritas tetapi juga pihak minoritas yang juga memiliki kepentingan
terhadap perusahaan, yang mana salah satu bentuk perlindungan
kepentingan tersebut adalah melakukan pelaporan pertanggung jawaban
sosial (Adila, 2016)
2.2.5.2 Komite Audit
Komite audit adalah komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai
penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal, internal
auditor serta anggota independen (Aliniar dan Wahyuni, 2017). Menurut
Surat Edaran Bapepam Nomor. SE-03/PM/2000 tentang komite audit
menjelaskan bahwa tujuan komite audit adalah membantu dewan
komisaris untuk:
17
1. Meningkatkan kualitas laporan keuangan;
2. Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat
mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam
pengelolaan perusahaan;
3. Meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal
audit
4. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan
komisaris.
2.2.5.3 Dewan Direksi
Dewan direksi memiliki fungsi dan wewenang untuk
mengendalikan pelaksanaan roda perusahaan setiap hari, sesuai
kebijaksanaan strategic sebagai penjamin terwujudnya prinsip
accountability dan fairness yang terdapat dalam GCG (Natalia dan
Wahidahwati, 2016). Menurut Undang-undang No 40 tahun 2007, pada
umumnya direktur memiliki tugas antara lain : memimpin perusahaan
dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan; memilih, menetapkan, maupun
mengawasi tugas dari karyawan; menyetujui anggaran tahunan
perusahaan; menyampaikan laporan kepada pemegang saham (Undang-
Undang Republik Indonesia, 2007). Dewan direksi diproksikan dengan
jumlah rapat dewan direksi dalam waktu 1 (satu) tahun.
2.2.5.4 Kepemilikan Saham Manajerial
Pada perusahaan tertentu untuk memotivasi kinerja manajer,
perusahaan mulai menerapkan kebijakan kepemilikan manajerial.
18
Kebijakan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan manajer
terlibat dalam kepemilikan saham, sehingga dengan terlibatnya ini
kedudukan manajer sejajar dengan pemegang saham. Manajer dipelakukan
bukan semata sebagai pihak eksternal yang digaji untuk kepentingan
perusahaan tetapi diperlakukan sebagai pemegang saham. Dengan
demikian diharapkan dengan adanya keterlibatan manajer pada
kepemilikan saham dapat efektif untuk meningkatkan kinerja manajer
(Sukmawati, 2013).
2.2.5.5 Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris, dewan komisaris adalah wakil pemegang
saham dalam perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini
berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh
menajemen (direksi). Dengan demikian dewan komisaris yang aktif
menjalankan fungsinya dapat mencegah konsentrasi pengendalian yang
terlalu banyak ditangan manajemen. Semakin banyak jumlah anggota
dewan komisaris dalam suatu perusahaan, maka pengungkapan tanggung
jawab sosial yang dibuat perusahaan akan semakin luas (Dewi dan Priyadi,
2013).
2.3 Perumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Sustainability
Report
Kinerja keuangan adalah hasil keputusan berdasarkan penilaian
terhadap kemampuan perusahaan, baik dari aspek likuiditas, aktivitas,
19
solvabilitas dan profitabilitas yang dibuat oleh pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Kinerja keuangan dipakai
manajemen sebagai salah satu pedoman untuk mengelola sumber daya
yang dipercayakan kepadanya. Laporan dari kinerja keuangan dibuat untuk
menggambarkan kondisi keuangan perusahaan masa lalu dan digunakan
untuk memprediksi keuangan dimasa yang akan datang (Jannah dan
Kurnia, 2016)
Dalam penelitian ini, kinerja keuangan diproksikkan dnegan
menggunakan profitabilitas, likuditas dan leverage. Profitabilitas
merupakan indikator yang mencerminkan kinerja manajemen yang baik,
sehingga perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang
lebih luas ketika ada peningkatan profitabilitas (Junita et al., 2014).
Berdasarkan penelitian Jannah dan Kurnia (2016) menemukan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report
sedangkan pada penelitian Natalia dan Wahidahwati (2016) menemukan
bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
sustainability report. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi
akan cenderung untuk melakukan pengungkapan melalui SR, karena
profitabilitas merupakan salah satu indikator kinerja yang harus
diungkapkan dalam sustainability report.
Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi berarti
menandakan kemampuan yang besar untuk membayar kewajiban-
kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Penelitian yang dilakukan
20
Natalia dan Wahidahwati (2016) menunjukkan bahwa likuiditas tidak
berpengaruh dan hasil tersebut bertolak belakang dengan hasil pada
penelitian Jannah dan Kurnia (2016) yang menunjukkan bahwa likuiditas
berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Perusahaan
yang memiliki likuiditas yang tinggi akan menciptakan image yang kuat
dan positif dimata para stakeholder-nya Upaya-upaya yang dapat ditempuh
perusahaan untuk membentuk dan memperkuat image-nya adalah melalui
pembuatan laporan-laporan tambahan, salah satunya adalah pembuatan
sustainability report.
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar
perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat
tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan
perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak
membiayai asetnya dengan modal sendiri. Dengan demikian, tingkat
leverage perusahaan, menggambarkan risiko keuangan perusahaan.
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan
tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan
yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat tergantung
pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang
mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya
dengan modal sendiri. Dengan demikian, tingkat leverage perusahaan,
menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Pada penelitian Natalia dan
21
Wahidahwati (2016) menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan sustainability report. yang mana hasil tersebut
bertolak belakang dengan hasil penelitian dari (Jannah dan Kurnia, 2016).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
H1: Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap pengungkapan
Sustainability Report
2.3.2 Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan
Sustainability Report
Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda antara
entitas yang satu dengan yang lain. Dalam penelitian ini karakteristik
perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan sustainability report yaitu
ukuran perusahaan (size), umur perusahaan (age) dan tipe industri
(profile). Ukuran perusahaan (firm size) dapat diartikan sebagai besar
kecilnya perusahaan dapat dilihat dari nilai equity, nilai perusahaan
ataupun hasil nilai aktiva dari suatu perusahaan (Wahyudi et al., 2016).
Perusahaan dengan aset yang besar lebih banyak mendapat sorotan dari
publik. Maka dari itu, perusahaan yang besar cenderung lebih banyak
mengeluarkan biaya untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas.
Sustainability report akan mengungkapkan bagaimana tanggung jawab
perusahaan atas aktivitas yang telah dilakukan.
Umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu perusahaan
yang menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dalam
dunia usaha dan mampu mempertahankan kesinambungan usahanya.
22
Perusahaan yang memiliki umur yang lebih tua akan memiliki pengalaman
yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan tahunan dan
informasi-informasi tambahan yang dapat meningkatkan kepercayaan
investor (Harsono et al., 2012). Perusahaan yang lebih tua mungkin lebih
mengerti informasi-informasi apa saja yang seharusnya diungkapkan
dalam laporan tahunan sehingga perusahaan akan mengungkapkan
informasi-informasi yang memberikan pengaruh positif bagi perusahaan
tersebut. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
H2: Karakteristik Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
Sustainability Report
2.3.3 Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap
Pengungkapan Sustainability Report
Good corporate governance merupakan proses dan struktur yang
digunakan oleh organ perusahaan untuk menentukan kebijakan dalam
rangka meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perseroan,
sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham dalam
jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan para stakeholder
berdasarkan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang undangan
yang berlaku. Dalam penelitian ini mekanisme good corporate governance
diproksikkan dengan menggunakan komisaris independen, komite audit,
dewan direksi, kepemilikan saham manajerial dan dewan komisaris.
Keberadaan Komisaris Independen diharapkan dapat bersikap netral
terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Karena komisaris
independen tidak terpengaruh oleh manajemen, mereka cenderung
23
mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas
kepada para stakeholder-nya. Dengan demikian, semakin besar proporsi
dewan komisaris dalam dewan dapat mendorong pengungkapan informasi
sosial dan lingkungan yang lebih luas.
Berdasarkan Kep.29/PM/2004, komite audit merupakan komite
yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu melaksanakan tugas
dan fungsinya. Salah satu tugas komite audit adalah untuk memastikan
bahwa struktur pengendalian internal perusahaan dilakukan dengan baik.
Dalam penelitian Natalia dan Wahidahwati (2016) menunjukkan bahwa
komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability
report. hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Aliniar dan Wahyuni (2017). Keberadaan komite audit akan
mendorong perusahaan untuk menerbitkan laporan yang lengkap dan
berintegritas tinggi.
Berdasarkan code of corporate governance yang dikeluarkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) menyatakan fungsi
pengelolaan perusahaan yang dilakukan dewan direksi mencangkup lima
fungsi yaitu kepengurusan, manajemen resiko, pengendalian internal,
komunikasi dan tanggungjawab sosial. Tugas tanggung jawab sosial
menjabarkan bahwa dewan direksi harus mempunyai perencanaan tertulis
yang jelas dan fokus dalam melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan. Pada penelitian Natalia dan Wahidahwati (2016) menemukan
bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
24
sustainability report.. Kepatuhan hukum dan peraturan perundangan-
undangan serta pengungkapan informasi tambahan yang dilakukan oleh
perusahaan merupakan tanggung jawab dari dewan direksi (Natalia dan
Wahidahwati, 2016). Pengungkapan informasi tambahan tersebut salah
satunya adalah pengungkapan sustainability report.
Ukuran dewan komisaris, dewan komisaris adalah wakil pemegang
saham dalam perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini
berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh
menajemen (direksi). Semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris
dalam suatu perusahaan, maka pengungkapan tanggung jawab sosial yang
dibuat perusahaan akan semakin luas (Dewi dan Priyadi, 2013)
Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi
semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin
kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan
kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya
semakin besar kepemilikan manajer didalam perusahaan maka semakin
produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan,
dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer
perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk
meningkatkan image perusahaan, meskipun perusahaan harus
mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan:
25
H3: Mekanisme Good Corporate Governance Berpengaruh Terhadap
Pengungkapan Sustainability Report
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
H1
H3
H2 Pengungkapan
Sustainability
Report
(Y)
Karakteristik
Perusahaan (X2)
Kinerja Keuangan
(X1)
Mekanisme GCG
(X3)