30
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan fungsi manajemen yang penting bagi perusahaan. Karena pentingnya manajemen keuangan maka banyak para ahli yang mempelajarinya. Berikut beberapa pengertian mengenai manajemen keuangan menurut para ahli. Manajemen keuangan (financial management) menurut Riyanto (2011) adalah sebagai berikut : “Manajemen Keuangan adalah keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan dana atau mengalokasikan dana tersebut. Adapun menurut Martono dan Agus (2010:4) manajemen keuangan adalah “Manajemen Keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis keuangan dan pengendalian keuangan dalam suatu organisasi”. Selanjutnya menurut Horne dan Wachowicz (2012:2) yang diterjemahkan oleh Mubarakah manajemen keuangan adalah “Manajemen Keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan dan manajemen aset yang didasari beberapa tujuan umum”. Sedangkan menurut Gitman (2009:4) mengatakan bahwa managerial finance is concerned with the duties of financial manager in the business firm. Financial managers is actively manage the financial affairs of any type of business-financial and non-financial, private and public, large and small, profit-seeking and not-for-profit. They perform such vared financial tasks as planning credit to customers, evaluating proposed large expenditures, and raising money to fund the firm’s operation.” Artinya bahwa manajemen keuangan adalah menyangkut tugas manajer keuangan didalam perusahaan. Manajer keuangan secara aktif mengatur urusan dari bebagai macam tipe dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

  • Upload
    lethu

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan merupakan fungsi manajemen yang penting bagi

perusahaan. Karena pentingnya manajemen keuangan maka banyak para ahli yang

mempelajarinya. Berikut beberapa pengertian mengenai manajemen keuangan

menurut para ahli. Manajemen keuangan (financial management) menurut

Riyanto (2011) adalah sebagai berikut :

“Manajemen Keuangan adalah keseluruhan aktivitas yang

bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan

menggunakan dana atau mengalokasikan dana tersebut”.

Adapun menurut Martono dan Agus (2010:4) manajemen keuangan

adalah “Manajemen Keuangan menyangkut kegiatan perencanaan,

analisis keuangan dan pengendalian keuangan dalam suatu

organisasi”.

Selanjutnya menurut Horne dan Wachowicz (2012:2) yang

diterjemahkan oleh Mubarakah manajemen keuangan adalah

“Manajemen Keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan

dan manajemen aset yang didasari beberapa tujuan umum”.

Sedangkan menurut Gitman (2009:4) mengatakan bahwa “managerial

finance is concerned with the duties of financial manager in the business firm.

Financial managers is actively manage the financial affairs of any type of

business-financial and non-financial, private and public, large and small,

profit-seeking and not-for-profit. They perform such vared financial tasks as

planning credit to customers, evaluating proposed large expenditures, and

raising money to fund the firm’s operation.” Artinya bahwa manajemen

keuangan adalah menyangkut tugas manajer keuangan didalam perusahaan.

Manajer keuangan secara aktif mengatur urusan dari bebagai macam tipe dari

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

11

bisnis keuangan dan bukan keuangan, pribadi, dan masyarakat, besar dan kecil,

mencari keuntungan ataupun tidak mencari keuntungan. Mereka melakukan

berbagai macam tugas keuangan seperti perencanaan kredit bagi konsumen,

perpanjangan kredit kepada pelanggan, penilaian usulan pengeluaran yang besar

dan meningkatkan dana untuk membiayai perusahaan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

manajemen keuangan merupakan segala kegiatan perusahaan berhubungan

dengan bagaimana memperoleh, menggunakan dan mengelola aset sesuai dengan

tujuan perusahaan secara menyeluruh.

2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Manajemen Keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai

bagaimana memperoleh, menggunakan dan mengelola aset sesuai dengan tujuan

perusahaan. Dari pengertian tersebut menurut Horne dan Wachowicz (2012:2)

terdapat 3 (tiga) fungsi manajemen keuangan, yaitu

1. Keputusan Investasi

Keputusan Investasi adalah fungsi manajemen keuangan yang penting

dalam penunjang pengambilan keputusan untuk berinvestasi karena

menyangkut tentang memperoleh dana investasi yang efisien, komposisi

aset yang harus di pertahankan atau dikurangi.

2. Keputusan Pendanaan

Kebijakan dividen perusahaan juga harus dipandang sebagai integral dari

keputusan pendanaan perusahaan. Pada prinsipnya keputusan pendanaan

menyangkut dengan keputusan apakah laba yang diperoleh oleh

perusahaan harus dibagikan kepada para pemegang saham atau ditahan

guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.

3. Keputusan Manajemen Aset

Keputusan manajemen aset merupakan fungsi yang menyangkut tentang

keputusan alokasi dana atau aset, komposisi sumber dana yang harus

dipertahankan dan penggunaan modal baik yang berasal dari dalam

perusahaan maupun luar perusahaan yang baik bagi perusahaan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

12

2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang

digunakan sebagai standar dalam melakukan penilaian keefisienan keputusan

keuangan. Untuk dapat mengambil keputusan yang benar, manajer keuangan

perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah

keputusan yang dapat membantu tercapainya tujuan tersebut. Secara normatif,

tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena

dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham).

Menurut Horne dan Wachowicz (2012:4) mengenai tujuan keuangan

ialah sama dengan tujuan perusahaan, yaitu

“Memaksimalkan kesejahteraan para pemilik perusahaan yang ada

saat ini”.

Jadi, dapat disimpulkan bawa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan

manajer keuangan adalah merencanakan untuk memperoleh dan menggunakan

dana guna memaksimalkan nilai perusahaan.

2.2 Kinerja Keuangan

2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Fahmi (2012:2) Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang

dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan

menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti

dalam menbuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar atau

ketentuan dalam SAK (standar akuntansi keuangan) atau GAAP (generally

accepted accounting principle) dan lainnya.

Sedangkan menurut Munawir (2010:30) kinerja keuangan adalah

“Kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar

penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yangdilakukan

berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak

yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran

kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi

perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan

kegiatan operasionalnya”.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

13

2.2.2 Tahapan-tahapan Dalam Menganalisis Kinerja Keuangan

Menurut Fahmi (2012:3) ada lima tahapan dalam menganalisis kinerja

keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu :

1. Melakukan review terhadap laporan keuangan.

Review disini diajukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah

dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku

umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan

keuangan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Melakukan Perhitungan

Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi

permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil perhitungan tersebut

akan meberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.

3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.

Dari hasil perhitungan yang sudah diperoleh tersebut, kemudian dilakukan

perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya.

Metode yang paling umum digunakan untuk melakukan perbandingan ini

ada dua, yaitu :

a) Time Series Analysis

b) Cross Sectional Approach

Dari penggunaan kedua metode ini diharapkan dapat dibuat sasu

kesimpulan yangmenyatakan posisi tersebut berada dalam kondisi sangat

baik,baik sedang/normal, tidak baik dan sangat tidak baik.

4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.

Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaaan adalah

setelah dilakukan ketiga tahapan tersebut, selanjutnya dilakukan penafsiran

untuk melihat masalah-masalah yang dialami perusahaan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

14

5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap permasalah yang

ditemukan.

Pada tahap terakhir, setelah ditemukan berbagai permasalahan yang

dihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input agar apa

yang menjadi kendala bisa diatasi.

2.3 Laporan Keuangan

2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

Dalam praktiknya aporan keuangan oleh perusahaan tidak buat

serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun dengan aturan atau standar yang

berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan

dipahami. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting

manajemen dan pemilik perusahaan. Di samping itu, banyak pihak yang

memerlukan dan berkepentingan terhadap keuangan yang dibuat perusahaan,

seperti pemerintah, kreditur, investor, maupun para supplier.

Menurut Kasmir (2012:7) laporan keuangan adalah

“Laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat

ini atau dalam suatu periode tertentu”.

Sedangkan menurut Harahap (2013:105) laporan keuangan adalah

“Laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha

suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.

2.3.2 Jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis,

tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut.

Masing-masing laporan keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi

keuangan perusahaan baik secara bagian, maupun secara keseluruhan. Menurut

Kasmir (2012:28) terdapat lima macam jenis laporan keuangan, yaitu

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

15

1. Neraca (balance sheet)

Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan perusahaan

pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi

jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu

perusahaan.

2. Laporan Laba Rugi (income statement)

Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan

hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu

3. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis

modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan

perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di

perusahaan.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua aspek yang

berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung

atau tidak langsung terhadap kas.

5. Laporan Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan ini memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang

memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau

nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu

sehingga jelas.

2.3.3 Pihak-pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan

Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan

perusahaan menurut Irham (2012:34) adalah

1. Kreditur

Kreditur adalah pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk uang

(money), barang (good) maupun dalam bentuk jasa (service).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

16

2. Investor

Investor diartikan bagi mereka yang membeli saham tersebut atau bahkan

komisaris perusahaan. Seorang investor berkewajiban untuk mengetahui

secara dalam kondisi perusahaan dimana investor tersebut akan

berinvestasi atau pada saat sudah berinvestasi, karena dengan memahami

laporan keuangan perusahaan tersebut artinya investor akan mengetahui

berbagai informasi keuangaan perusahaan.

3. Akuntan Publik

Akuntan publik adalah mereka yang ditugaskan untuk melakukan audit

pada sebuah perusahaan dan yang menjadi bahan audit seorang akuntan

publik adalah laporan keuangan perusahaan, untuk selanjutnya pada hasil

audit ia akan melaporkan dan memberikan penilaian dalam bentuk

rekomendasi.

4. Karyawan Perusahaan

Karyawan merupakan mereka yang terlibat secara penuh di suatu

perusahaan. Apabila dilihat secara ekonomi diartikan bahwa mereka

mempunyai ketergantungan yang besar yaitu pekerjaan dan penghasilan

yang diterima dari perusahaan tempat bekerja telah begitu berperan dalam

membantu kehidupannya, terutama jika karyawan tersebut telah

berkeluarga. Dengan begitu posisi perusahaan yang tergambarkan dalam

laporan keuangan menjadi bahan kajian bagi para karyawan dalam

memposisikan keputusan kedepan nantinya.

2.3.4 Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2013:190) menjelaskan bahwa analisa laporan

keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi

yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang

mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif,

maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan

lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang

tepat.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

17

2.3.5 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2013:195) tujuan Analisis Laporan Keuangan sebagai

berikut:

“Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk

menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan”

2.3.6 Teknik Analisis Laporan Keuangan

Teknik Analisis Laporan Keuangan menurut Harahap (2013:215) adalah

sebagai berikut :

1. Perbandingan laporan keuangan (perubahan tahun ke tahun)

2. Seri trend atau angka indeks

3. Laporan keuangan Common Size (bentuk awam), merupakan analisis

struktur laporan keuangan

4. Analisis rasio

5. Analisis khusus : ramalan kas, analisis perubahan posisi keuangan, laporan

variasi gross margin, analisis break event, analisis dupont.

2.3.7 Tahapan dalam Analisis Laporan Keuangan

Menurut Murhadi (2013:8) tahapan dalam analisis laporan keuangan

terdiri atas 6 (enam) tahap yaitu:

1. Menentukan tujuan dan konteks analisis, pada tahap ini kita harus

membuat pertanyaan apa yang akan dijawab melalui analisis ini, bentuk

informasi yang dibutuhkan, dan sumber daya yang ada serta berapa

banyak waktu yang tersedia untuk melakukan analisis.

2. Mengumpulkan data, pada tahapan ini kita harus mendapatkan laporan

keuangan beserta informasi lain seperti data industri dan perekonomian.

Selain itu, kita juga diharapkan dapat menanyakan pertanyaan pada

manajemen perusahaan yang dianalisis, pemasok dan pelanggannya, serta

melakukan kunjungan langsung ke perusahaan.

3. Mengolah data, pada saat mengolah data maka mungkin saja diperlukan

suatu penyesuaian terhadap laporan keuangan, menghitung rasio termasuk

common size.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

18

4. Analisis dan interprestasi data, pada tahap ini kita menggunakan data

untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan pada saat penentuan

tujuan. Menjelaskan apakah konklusi atau rekomendasi telah didukung

dengan berbagai informasi faktual dan relevan.

5. Membuat laporan rekomendasi, pada tahap ini kita mempersiapkan

laporan dan mengomunikasikannya pada audiens yang dituju. Pastikan

bahwa laporan yang dibuat sesuai dengan standar dan etika yang

berhubungan dengan analisis investasi dari rekomendasi.

6. Meng-update analisis, lakukan tahap ini secara periodik dan buatlah

perubahan rekomendasi bila memang dirasakan perlu.

2.4 Analisis Rasio Keuangan

2.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2013:297) rasio keuangan adalah

“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil

perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya

yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”.

Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang

menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan

penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan

dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh

informasi dan memberikan penilaian.

2.4.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2013:301) rasio yang dapat digunakan untuk

mengukur kinerja keungan, yaitu

1. Rasio Likuiditas

2. Rasio Solvabilitas

3. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas

4. Rasio Leverage

5. Rasio Aktivitas

6. Rasio Pertumbuhan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

19

7. Market Based (Penilaian Pasar)

8. Rasio Produktivitas

Dari berbagai rasio keuangan di atas, yang menjadi objek penelitian bagi

peneliti adalah dengan menggunakan Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio

Profitabilitas.

Menurut Harahap (2013:301) Rasio Likuiditas adalah

“Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung

melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva

lancar dan utang lancar”.

Rasio Solvabilitas menurut Harahap (2013:303) adalah

“Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-

kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat

dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva

tetap dan utang jangka panjang”.

Sedangkan Rasio Profitabilitas menurut Harahap ( 2013:304) adalah

“Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan

laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti

kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang,

dan sebagainya”.

2.5 Kebangkrutan

2.5.1 Pengertian Kebangkrutan

Menurut Toto Prihadi (2011) kebangkrutan (bankcruptcy) adalah

“Kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi

kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di

perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang

biasanya dapat dikenali lebih dini apabila laporan keuanagn

dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio

keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan

perusahaan”.

Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah

perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian menurut Martin dalam

Fahkrurozie (2007) yaitu:

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

20

1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)

Kegagalan dalam ekonomi artinya bahwa perusahaan kehilangan uang atau

pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti

tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus

kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas

sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang

diharapkan.

2. Kegagalan keuangan (Financial Distressed)

Pengertian financial distress mempunyai makna kesulitan dana baik dalam

arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Asset

liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga

agar tidak terkena financial distress. Kebangkrutan akan cepat terjadi pada

perusahaan yang berada di Negara yang sedang mengalami kesulitan

ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya

kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian

semakin sakit dan bangkrut.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, bahwa kebangkrutan

merupakan kondisi perusahaan yang tidak sehat dalam melanjutkan usahanya

dikarenakan ketidakmampuan dalam bersaing sehingga mengakibatkan penurunan

profitabilitas.

Prediksi kebangkrutan dapat dikatan sebagai peramalan mengenai tingkat

kebangkrutan yang akan terjadi pada suatu perusahaan. Prediksi kebangkrutan itu

sendiri dapat diketahui dengan menggunakan analisis-analisis yang pada

umumnya banyak digunakan yaitu analisis rasio. Sejumlah studi telah dilakukan

untuk mengetahui kegunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi

kegagalan atau kebangkrutan suatu perusahaan. Salah satu studi tentang prediksi

ini adalah multiple discriminant analysis (MDA) atau yang biasa dikenal dengan

metode Altman z-score.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Altman

z-score adalah alat analisis yang memperhitungkan dan menggabungkan beberapa

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

21

rasio-rasio keuangan tertentu dalam perusahaan ke dalam suatu persamaan

diksriminan yang akan menunjukan tingkat kemungkinan kebangkrutan

perusahaan.

2.5.2 Penyebab Kebangkrutan

Menurut Darsono dan Ashari (2005) secara garis besar penyebab

kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari internal manajemen perusahaan.

Sedangkan faktor eksternal berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung

dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.

Faktor internal yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan

meliputi:

1. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus-

menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat

membayar kewajibannya. Ketidakefisien ini diakibatkan oleh pemborosan

dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.

2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-

hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya

bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan

kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva

yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.

3. Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa

mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan

kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan

perusahaan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup

ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau

investor.

Sedangkan faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan berasal

dari faktor yang berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi pelanggan,

supplier, debitor, kreditor, pesaing ataupun dari pemerintah. Sedangkan faktor

eksternal yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi kondisi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

22

perekonomian secara makro ataupun faktor persaingan global. Faktor-faktor

eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan antara lain :

1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh

perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi

penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan

harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan

produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan

bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal

tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier

dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok

sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.

3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak

melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak

piutang yang diberikan debitor dengan jangka waktu pengembalian yang

lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak

memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar

bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus

selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa

melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.

4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal

terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Seperti dalam undang-undang

no.4 tahun 1998, bahwa kreditor dapat memailitkan perusahaan. Untuk

mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya

dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditor.

5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu

memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam

memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut

perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan

nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

23

6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh

perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan negara-

negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi

oleh perusahaan.

2.5.3 Prediksi Kebangkrutan

Menurut Darsono dan Ashari (2005) mengemukakan bahwa

“Kemampuan dalam memprediksi kebangkrutan akan memberikan

keuntungan banyak pihak, terutama pada kreditur dan investor.

Kemudian prediksi kebangkrutan juga berfungsi untuk memberikan

panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan

apakah akan mengalami kesulitan keuangan atau tidak di masa

mendatang. Maka, sebagai pihak yang berada di luar perusahaan,

investor sebaiknya memiliki pengetahuan tentang kebangkrutan

sehingga keputusan yang diambil tidak akan salah. Salah satu

indikator yang bisa dipakai untuk mengetahui tingkat kebangkrutan

adalah indikator keuangan. Prediksi kesulitan keuangan salah

satunya dikemukakan oleh seorang profesor di New York University

bernama Edward Altman yang disebut dengan Altman Z-Score.

Rumus Z-Score ini menggunakan komponen laporan keuangan

sebagai alat prediksi terhadap kemungkinan bangkrut tidaknya

perusahaan”.

2.6 Model Altman Z-Score

Dalam Willy (2011), Model Altman (Z-Score) merupakan salah satu

model analisis multivariate yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan

perusahaan dengan tingkat ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya.

Model ini memiliki akurasi mencapai 95% jika menggunakan data 1 tahun

sebelum kondisi kebangkrutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi

kebangkrutan serta kinerja keuangan perusahaan berdasarkan hasil analisis

diskriminan dengan menggunakan model Altman berdasarkan rasio lima variabel,

yaitu :

1. Net Working Capital to Total Asset

2. Retained Earnings to Total Assets

3. Earning Before Interest and Tax to Total Asset

4. Market Value of Equity to Book Value of Debt

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

24

5. Sales to Total Asset.

Menurut Toto Prihadi (2011) Secara matematis persamaan Altman z-

score tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5

Keterangan :

X1 = Working Capital/Total Assets

X2 = Retained Earnings/Total Assets

X3 = Earning Before Interest and Taxes/Total Assets

X4 = Market Value of Equity/ Book Value Of Debt

X5 = Sales/Total Assets

Klasifikasi perusahaan yang sehat, grey area, bangkrut didasarkan pada

nilai Z-score model Altman yaitu :

Tabel 2.1

Klasifikasi Altman Z-Score

Nilai Z Score Interpretasi

Z ≥ 2,99 Perusahaan tidak mengalami masalah

dengan kondisi keuangan

1,8 ≤ Z ≤ 2,99

Perusahaan akan mengalami

permasalahan keuangan jika tidak

melakukan perbaikan yang berarti dalam

manajemen maupun struktur keuangan

(gray area).

Z ≤ 1,8

Perusahaan mengalami masalah

keuangan yang serius atau mengalami

kebangkrutan (bankcrupcty).

2.6.1 Net Working Capital to Total Assets

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal

kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung

dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

25

diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal

kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam

menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar

yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan

modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam

melunasi kewajibannya (Endri : 2009).

Net Working Capital to Total Assets =

2.6.2 Retained Earnings to Total Assets

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak

dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan

menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam

bentuk deviden kepada para pemegang saham. Laba ditahan menunjukkan klaim

terhadap aktiva, bukan aktiva per ekuitas pemegang saham. Laba ditahan terjadi

karena pemegang saham biasa mengizinkan perusahaan untuk menginvestasikan

kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai deviden. Dengan demikian, laba

ditahan yang dilaporkan dalam neraca bukan merupakan kas dan ”tidak tersedia”

untuk pembayaran deviden atau yang lain (Endri : 2009).

Retained Earnings to Total Assets =

2.6.3 Earning Before Interest and Tax to Total Asset

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak (Endri : 2009).

EBIT to Total Assets =

2.6.4 Market Value of Equity to Book Value of Total Debt

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

26

ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang

beredar dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka

panjang. (Endri : 2009).

Market Value of Equity to Total Liabilites =

2.5.5 Sales to Total Assets

Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan

yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu.

Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecilnya tingkat penjualan atau

pendapatan perusahaan.

Sales to Total Assets =

2.7 Financial Distress

Financial distress dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan

untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. Financial distress terjadi

karena perusahaan tidak mampu mengelola dan menjaga kestabilan kinerja

keuangan. Menurut Atmini (2005) dalam Kamaludin dan Karina Ayu Pribadi

(2012), Financial Distress adalah konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi

dimana suatu perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Istilah umum

untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan,

ketidakmampuan melunasi hutang dan default. Ketidakmampuan melunasi hutang

menunjukkan kinerja negatif dan menunjukkan adanya masalah likuiditas. Default

berarti suatu perusahaan melanggar perjanjian dengan kreditur dan dapat

menyebabkan tindakan hukum.

Menurut Bringham dan Gapenski (1997) dalam Etta Citrawati (2014)

Financial Distress merupakan kondisi dimana adanya ketidakmampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang telah jatuh tempo

misalnya: hutang usaha, hutang pajak, hutang bank jangka pendek.

Sedangkan Menurut Plat dalam Irham (2012:158) Financial Distress

sebagai tahap penurunan kondisi keungan yang terjadi sebelum terjadinya

kebangkrutan atau likuiditasi. Financial distress dimulai dari kemampuan

dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama kewajiban yang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

27

berjangka pendek termasuk kewajiban likuiditas, dan juga termasuk

kewajiban dalam kategori solvabilitas.

2.8 Pengertian Saham

Saham adalah surat berharga yang menunjukan kepemilikan terhadap suatu

perusahaan dimana para pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen,

termasuk hak klaim atas aset perusahaan dengan prioritas setelah hak klaim

pemegang surat berharga lain dipenuhi apabila terjadi likuidasi. Menurut Irham,

Yovi (2009:68) Saham adalah

“Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu

perusahaan dan atau kertas yang tercantum dengan jelas nilai

nominal, nama perusahaan dan di ikuti dengan hak dan kewajiban

yang dijelaskan kepada setiap pemegangnnya”.

Menurut Martalena dan Malinda (2011:13), menyatakan bahwa terdaat

dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham,

yaitu:

1. Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan

dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen

diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam

RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, pemodal

tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif

lama, yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode

dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan

dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai,

artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang

tunai dalam jumlah nominal tertentu untuk setiap saham atau dapat pula

berupa dividen saham sehingga jumlah saham yang dimiliki para

pemegang saham akan bertambah.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

28

2. Capital Gain

Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh para pemegang

saham yang berasal dari selisih harga beli saham dengan harga jual saham

di pasar sekunder.

Motivasi yang mendasari para investor melakukan pembelian saham salah

satunya adalah harapan untuk mendapatkan pengembalian atas investasi yang

dilakukannya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau tingkat

keuntungan yang dinikmati oleh para pemodal atas suatu investasi yang

dilakukan. Tanpa keuntungan yang diperoleh atas investasinya, tentunya investor

tidak mau melakukan investasi yang tidak ada hasilnya. Setiap investasi, baik

jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama yaitu

memperoleh keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Konsep return atau pengembalian adalah tingkat keuntungan yang

diperoleh atas suatu investasi yang dilakukan. Return saham dapat dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi

(expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan

dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah

satu pengukuran kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai dasar penentu

return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang, sedangkan return

ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan

bersifat tidak pasti. (Jogiyanto, 2010)

Return saham atau tingkat pengembalian saham merupakan pembayaran

kas yang diterima akibat kepemilikan sejumlah saham ditambah dengan

perubahan harga pasar saham lalu dibagikan dengan harga saham pada saat awal

investasi. Jadi, return saham ini salah satunya dapat berasal dari perhitungan

perubahan harga pasar saham (capital gain/loss).

Return saham adalah keuntungan yang diterima dari investasi saham

selama periode pengamatan. Menurut Jogiyanto (2010) return saham secara

matematis diperoleh dengan rumus :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

29

Keterangan :

P1,t = Price, yaitu harga untuk waktu t.

Pi,t-1 = Price, yaitu harga untuk waktu sebelumnya.

2.9 Penelitian Terdahulu

Di Indonesia sendiri banyak penelitian yang dilakukan oleh beberapa

peneliti financial distress antara lain sebagai berikut :

Tabel 2.2

Penelitian Tedahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Naniati (2012) Analisis Prediksi

Financial Distress

dan Pengaruhnya

Terhadap Return

(Imbal Hasil)

Saham Pada

Perusahaan Real

Estate Dan Properti

Yang Terdaftar Di

BEI.

- Periode 2011-2012.

- Sampel 37 perusahaan

real estate dan properti

yang terdaftar di BEI.

- Hasil :

Sebagian besar

perusahaan real estate

dan properti tahun 2011

rata-rata mengalami

financial distress tetapi

hal tersebut berpengaruh

tidak signifikan terhadap

return saham tahun

2012.

2. Ailando Siregar

(2008)

Pengaruh Potensi

Kebangkrutan

Altman Terhadap

Pergerakan Harga

Saham Perusahaan

Manufaktur

- Periode 2006.

- Sampel 116 perusahaan

manufaktur terbuka yang

terdaftar di BEI.

- Hasil :

1. Potensi kebangkrutan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

30

Terbuka Di Bursa

Efek Indonesia

Altman berpengaruh

sangat signifikan

terhadap pergerakan

harga saham

perusahaan

manufaktur.

2. Kemampuan variasi

variabel bebas, yang

diukur dengan z-score

terhadap variasi

variabel terikat, taitu

pergerakan harga

saham adalah 11,2%

dan dipengaruhi oleh

faktor lain (variabel

lain) sebesar 88,8%.

3. Andromeda

Ardian, Moh

Khoiruddin

(2014)

Pengaruh Analisis

Kebangkrutan

Model Altman

Terhadap Harga

Saham Perusahaan

Manufaktur

- Hasil regresi Z-Score

tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap

harga saham.

- WCTA berpengaruh

signifikan

- EBITTA berpengaruh

positif terhadap harga

saham

- RETTA dan MVoE tidak

berpengaruh

- Hasil pengujian secara

simultan rasio pembentuk

berpengaruh positif

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

31

terhadap harga saham.

4. Agus Haryanto

(2008)

Pengaruh Prediksi

Kebangkrutan

Dengan Metode

Altman Z-Score

Terhadap Harga

Saham Pada

Perusahaan Industri

Barang Konsumsi

Yang Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Prediksi kebangkrutan

metode altman z-score

tidak berpengaruh terhadap

harga saham.

5. Ni Made

Sukmawati, I

Made Pradana

Adiputra,

Nyoman Ari

Surya

Darmawaan

Pengaruh Rasio-

rasio Dalam Model

Altman Z-Score

Terhadap Return

Saham (Studi pada

Perusahaan

Perbankan yang Go

Public di Bursa

Efek Indonesia.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa (1)

Working Capital to Total

Assets (WC/TA) tidak

berpengaruh signifikan

terhadap harga saham, (2)

Retained Earning to Total

Assets (RE/TA) tidak

berpengaruh signifikan

terhadap harga saham, (3)

Earning Before Interest

and Taxes to Total Assets

(EBIT/TA) berpengaruh

signifikan terhadap harga

saham, (4) Market Value of

Equity to Book Value of

Total Liabilities

(MVE/BTL) berpengaruh

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

32

signifikan terhadap harga

saham, (5) Sales to Total

Assets (S/TA) tidak

berpengaruh signifikan

terhadap harga saham, (6)

WC/TA, RE/TA,

EBIT/TA, MVE/BTL, dan

S/TA secara simultan

berpengaruh signifikan

terhadap harga saham.

2.10 Kerangka Pemikiran

Pada umumnya perusahaan dalam setiap operasinya mempunyai tujuan

untuk menentukan kelangsungan perusahaan dimasa mendatang. Salah satu tujuan

utama didirikannya perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan agar

perusahaan tersebut dapat berjalan dan berkembang dengan baik. Saat ini

perusahaan di sektor makanan dan minuman mengalami perkembangan yang baik,

hal ini terbukti dengan bermunculannya perusahaan-perusahaan makanan dan

minuman di Indonesia. Perusahaan di sektor makanan dan minuman memiliki

peran yang cukup baik terhadap perekonomian di Indonesia. Suatu perusahaan

dikatakan baik apabila memiliki kinerja internal maupun ekternal yang dinilai

baik sehingga dapat menunjang kegiatan operasionalnya. Kinerja internal

perusahaan merupakan hal terpenting untuk dijadikan acuan dasar bagi

perusahaan sehingga dengan memahami laporan keuangan, perusahaan dapat

menganalisis kondisi yang sedang dialami perusahaan.

“Menurut Harahap (2013), analisis laporan keuangan adalah menguraikan

pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat

hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu

dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data kualitatif dengan tujuan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

33

mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses

menghasilkan keputusan yang tepat.”

Dengan memahami laporan keuangan yang didasarkan pada perhitungan

untuk dapat menganalisis kemudian mengambil kesimpulan, sehingga diperlukan

skala atau perhitungan rasio untuk memperoleh hasil tersebut. Dimana rasio-rasio

tersebut, yaitu Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, dan Aktivitas. “Rasio

keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos

laporan keuangan dengan pos laporan keuangan lainnya yang mempunyai

hubungan yang relevan dan signifikan.” “Rasio Likuiditas menggambarkan

kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.”

“Rasio Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

membayarkan kewajiban jangka panjangnya.” “Rasio Profitabilitas

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memndapatkan laba melalui

semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,

jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.” “Rasio Aktivitas

menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan

operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.”

Dari perhitungan dengan menggunakan rasio Likuiditas, Solvabilitas,

Profitabilitas, dan Aktivitas maka akan terlihat kondisi perusahaan apakah

mengalami Financial Distress atau tidak. Menurut Sunday Samson Babalola

dalam Dwi Puryati dan Savitri (2012) Financial distress dapat diartikan sebagai

ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh

tempo yang mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Financial distress terjadi

karena perusahaan tidak mampu mengelola dan menjaga kestabilan kinerja

keuangan. Dengan menggunakan metode Altman dapat mengetahui hasil dan

dapat menganalisis kondisi perusahaan tersebut. “Analisis Altman Z-score

merupakan suatu metode atau alat yang digunakan untuk meramalkan kondisi atau

tingkat kebangkrutan perusahaan, dengan menghitung nilai dari beberapa rasio

lalu kemudian dimasukan ke dalam suatu persamaan multivarian diskriminan.

Variabel yang digunakan dalam metode tersebut, yaitu X1=Working Capital To

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

34

Total Asset, X2=Retained Earning To Total Asset, X3=EBIT To Total Asset,

X4=Market Value of Equity To Book Value of Total Liabilities, dan X5=Sales To

Total Asset.

2.10.1 Pengaruh Net Working Capital to Total Assets dalam Metode Altman

Z-Score Terhadap Return Saham

Rasio ini menunjukkan kemampuan likuiditas perusahaan yang dapat

menunjukkan kondisi keuangan internal perusahaan. Rasio modal merupakan

rasio untuk mengukur aktiva lancar bersih perusahaan relatif terhadap total

kapitalisasinya. Semakin tinggi rasio ini maka menunjukkan semakin besar

kecukupan kas, yang berarti dapat menutup kewajiban perusahaan. Semakin

menurunnya biaya persediaan yang berarti menurunkan beban operasional,

semakin meningkatnya efek-efek dan penyertaan dalam saham yang berarti

meningkatnya pendapatan operasional. Pada akhirnya kinerja keuangan yang baik

tersebut akan menyebabkan semakin kecil resiko terjadinya kebangkrutan. Kinerja

perusahaan yang baik yang ditunjukan oleh peningkatan laba perusahaan

umumnya akan diikuti oleh minat investor untuk menanamkan modalnya pada

perusahaan karena para investor beranggapan perusahaan dapat memberikan

return saham atas modal yang ditanamkannya.

Menurut Nugroho (2012), modal kerja bersih yang negatif kemungkinan

besar akan menghadapi masalah dalam menutup kewajiban jangka pendek karena

tidak tersedia aktiva lancar yang cukup untuk menutup kewajiban sehingga return

saham akan turun. Hal tersebut dapat diartikan bahwa WC/TA memiliki pengaruh

terhadap harga saham dan return saham. Pernyataan ini didukung oleh penelitian

terdahulu oleh Warsono (2010) yang menyatakan rasio WC/TA berpengaruh

positif signifikan terhadap harga saham.

H1 : Rasio Working Capital/Total Asset berpengaruh dan signifikan

terhadap return saham perusahaan.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

35

2.10.2 Pengaruh Retained Earning to Total Assets dalam Metode Altman Z-

Score Terhadap Return Saham

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba

yang ditahan dibanding kecepatan perputaran operating asset. Semakin kecil rasio

ini menujukkan penurunan laba ditahan. Adanya penurunan laba di tahan

berakibat perusahaan harus mencari dana dari luar perusahaan, apabila perusahaan

yang bersangkutan akan melakukan ekspansi atau investasi aktiva. Sehingga hal

tersebut akan meningkatkan beban hutang dan beban hutang yang tinggi dan

akhirnya akan meningkatkan resiko kebangkrutan. Rasio yang kecil juga

mengindikasikan bahwa perusahaan tidak efektif dalam menggunakan aktiva

untuk mendapatkan laba ditahan serta mengindikasikan banyaknya aktiva tetap

yang tidak produktif sehingga meningkatkan resiko kebangkrutan di masa yang

akan datang. Sedangkan adanya rasio yang tinggi mengindikasikan adanya

peningkatan laba ditahan atas penggunaan aktiva. Dengan laba di tahan yang

tinggi, maka perusahaan akan memperoleh kelebihan dana yang dapat digunakan

untuk melakukan investasi, ekspansi usaha atau pembayaran hutang sehingga

resiko kebangkrutan akan menurun. Ekspansi usaha tersebut teramat penting agar

perbankan tetap eksis mengingat ketatnya persaingan di masa sekarang ini. Rasio

yang tinggi juga mengindikasikan bahwa manajemen menggunakan aktiva secara

efektif untuk menghasilkan laba setiap periode, keberhasilan menajemen dalam

menekan biaya-biaya yang timbul atas aktiva, serta keberhasilan manajemen

dalam memperoleh pendapatan operasional lainya yang timbul dari penggunaan

aktiva, sehingga kondisi tersebut akan menurunkan resiko kebangkrutan. Ali

Nurdin (2005)

Selain itu peningkatan laba ditahan pada perusahaan mengindikasikan

bahwa perusahaan lebih memilih melakukan investasi guna mempertahankan

keberlangsungan perusahaan sehingga diindikasikan perusahaan dapat menjamin

kesejahteraan para investor melalui investasi yang telah dilakukan.

H2 : Rasio Retained Earning/Total Asset berpengaruh dan signifikan

terhadap return saham perusahan.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

36

2.10.3 Pengaruh Earning Before Interest and Tax to Total Assets dalam

Metode Altman Z-Score Terhadap Return Saham

Rasio ini menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam

keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba usaha. Rasio yang tinggi

menunjukkan bahwa pendapatan operasional meningkat, menurunnya biaya-biaya

atas penggunaan aktiva serta meningkatnya pendapatan atas kenaikan aktiva

lancar. Kondisi tersebut menunjukkan kinerja usaha manajemen yang baik

sehingga potensi kebangkrutan semakin kecil. Rasio yang rendah menunjukkan

biaya operasional yang tinggi, pendapatan operasional menurun, meningkatnya

biaya-biaya atas penggunaan aktiva, menurunnya pendapatan atas kenaikan aktiva

lancar. Kondisi tersebut menunjukkan kinerja usaha manajemen yang buruk

dalam penggunaan aktiva sehingga potensi kebangkrutan semakin besar. Ali

Nurdin (2005)

Dengan nilai rasio EBITTA yang tinggi mengindikaasikan bahwa para

pemegang saham atau investor memiliki kesempatan untuk memperoleh return

saham dari laba usahan perusahaan sehingga hal ini dapat menarik minat para

calon investor untuk melakukan investasi pada perusahaan.

H3 : Rasio EBIT/Total Asset berpengaruh dan signifikan terhadap return

saham perusahaan.

2.10.4 Pengaruh Market Value of Equity to Book Value of Debt dalam

Metode Altman Z-Score Terhadap Return Saham

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan

jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri, semakin besar rasio

ini maka semakin besar kepercayaan pihak investor dan kreditor. Hal tersebut juga

mengindikasikan rendahnya beban penjualan sehingga akan meningkatkan

pendapatan atas penjualan, sehingga pada akhirnya resiko kebangkrutan akan

kecil. Semakin kecil rasio ini maka semakin menurun kepercayaan investor dan

akhirnya akan semakin kecil pula kepercayaan kreditor. Dengan rendahnya

kepercayaan akan mengancam likuiditas perusahaan. Kondisi demikian berarti

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

37

prospek usaha mendatang akan suram serta semakin besar potensi kebangkrutan

yang akan menimpa perusahaan Ali Nurdin (2005).

Perusahaan yang memiliki nilai rasio MVOEBVOD yang tinggi umumnya

akan menarik minat investor untuk melakukan investasi pada perusahaan. Hal ini

diindikasikan karena perusahaan yang memiliki nilai MVOEBVOD yang tinggi

akan dapat memenuhi kewajiban finansialnya sehingga perusahaan dianggap

memiliki kinerja yang baik sehingga perusahaan pun mampu untuk mambagikan

return saham bagi para investor

H4 : Rasio Market Value of Equity/Book Value of Debt berpengaruh dan

signifikan terhadap return saham perusahaan.

2.10.5 Pengaruh Sales to Total Asset dalam Metode Altman Z-Score

Terhadap Return Saham

Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan

yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu.

Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecilnya tingkat penjualan atau

pendapatan perusahaan. Semakin tinggi rasio mengindikasikan bahwa asset yang

dimiliki perusahaan mampu menciptakan penjualan sehingga perusahaan mampu

memperoleh laba dan kondisi tersebut memperkecil resiko akan potensi

kebangkrutan.

Sales to Total Assets menunjukkan efisiensi manajemen dalam

menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan

laba. Para investor dalam memutuskan untuk membeli saham salah satunya

cenderung mempertimbangkan laba yang diperoleh perusahaan karena semakin

tingginya laba yang diperoleh perusahaan mengindikasikan perusahaan dapat

membagikan return saham atas laba yang telah diperolehnya. Sehingga hal ini

akan menjamin kesejahteraan para investor.

H5 : Rasio Sales/Total Asset berpengaruh dan signifikan terhadap return

saham perusahaan.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

38

2.10.6 Pengaruh Financial Distress Terhadap Return Saham

Perusahaan dalam menjalankan usahanya akan dihadapkan pada

ketidakpastian yang mungkin terjadi. Ketidakpastian tersebut dapat berupa

sesuatu yang tidak diharapkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus

selalu dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi di masa yang

akan datang. Melakukan analisis untuk menilai kinerja perusahaan merupakan hal

yang penting dilakukan mengingat hal itu dapat dapat membantu perusahaan

dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk menyelamatkan kelangsungan

hidupnya. Parameter kinerja perusahaan mendapat perhatian utama dari investor

dan kreditor adalah prediksi kesulitan keuangan (financial distress) dengan

menggunakan metode Altman Z-Score.

Harahap dalam Andromeda Ardian dan Moh Khoiruddin (2014)

mengatakan bahwa sesuai dengan analisis fundamental, jika diketahui terdapat

potensi kebangkrutan suatu perusahaan dapat memberikan pengaruh terhadap

harga saham dan return saham.

Potensi kebangkrutan perusahaan merupakan informasi yang akan

mempengaruhi perilaku investor di bursa efek. Kinerja perusaahaan yang baik

umumnya akan diikuti minat investor untuk menanamkan modal salah satunya

dngan membeli saham. Semakin baiknya kinerja perusahaan maka akan

berdampak pada tingginya laba yang diperoleh perusahaan, maka kemungkinan

besar bahwa perusahaan akan mampu untuk mambagikan return saham bahkan

return saham yang dibagikan pun relatif tinggi sehingga akan menarik minat para

investor karena investor akan merasa aman atau terjamin kesejahteraannya.

H6 : Z-Score berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham

perusahaan.

Kemudian perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan yang

telah ditentukan, yaitu : Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5. Hasil

perhitungan kemudian didasarkan kepada cut off point pada metode Altman, yaitu

(Z ≤ 1,8), artinya perusahaan mengalami masalah keuangan yang serius atau

mengalami kebangkrutan. (1,8 ≤ Z ≤ 2,99), artinya perusahaan akan mengalami

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Manajemen

39

permasalahan keuangan jika tidak melakukan perbaikan yang berarti dalam

manajemen maupun struktur keuangan (gray area). (Z ≥ 2,99), artinya perusahaan

tidak mengalami masalah dengan kondisi keuangan. Kondisi tingkat kesehatan

perusahaan akan menggambarkan bagaimana kinerja internal perusahaan, dimana

kinerja internal perusahaan akan berkaitan dengan kinerja eksternalnya, yaitu

return saham sehingga perlu melihat kondisi return saham perusahaan, apakah

berbanding lurus dengan kinerja keuangan yang dihasilkan perusahaan dengan

tujuan menarik minat investor. Berdasarkan penjelasan di atas maka kerangka

pemikiran yang disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

PERUSAHAAN KINERJA

INTERNAL

ANALISIS LAPORAN

KEUANGAN

ALTMAN Z-

SCORE

Z≥2,99

TIDAK

BANGKRUT

1,8≤Z≤2,99

GREY AREA

Z≤1,8

BANGKRUT

EBITTA RETA WCTA MVoE STA

RETURN

SAHAM