Upload
lethu
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan fungsi manajemen yang penting bagi
perusahaan. Karena pentingnya manajemen keuangan maka banyak para ahli yang
mempelajarinya. Berikut beberapa pengertian mengenai manajemen keuangan
menurut para ahli. Manajemen keuangan (financial management) menurut
Riyanto (2011) adalah sebagai berikut :
“Manajemen Keuangan adalah keseluruhan aktivitas yang
bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan
menggunakan dana atau mengalokasikan dana tersebut”.
Adapun menurut Martono dan Agus (2010:4) manajemen keuangan
adalah “Manajemen Keuangan menyangkut kegiatan perencanaan,
analisis keuangan dan pengendalian keuangan dalam suatu
organisasi”.
Selanjutnya menurut Horne dan Wachowicz (2012:2) yang
diterjemahkan oleh Mubarakah manajemen keuangan adalah
“Manajemen Keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan
dan manajemen aset yang didasari beberapa tujuan umum”.
Sedangkan menurut Gitman (2009:4) mengatakan bahwa “managerial
finance is concerned with the duties of financial manager in the business firm.
Financial managers is actively manage the financial affairs of any type of
business-financial and non-financial, private and public, large and small,
profit-seeking and not-for-profit. They perform such vared financial tasks as
planning credit to customers, evaluating proposed large expenditures, and
raising money to fund the firm’s operation.” Artinya bahwa manajemen
keuangan adalah menyangkut tugas manajer keuangan didalam perusahaan.
Manajer keuangan secara aktif mengatur urusan dari bebagai macam tipe dari
11
bisnis keuangan dan bukan keuangan, pribadi, dan masyarakat, besar dan kecil,
mencari keuntungan ataupun tidak mencari keuntungan. Mereka melakukan
berbagai macam tugas keuangan seperti perencanaan kredit bagi konsumen,
perpanjangan kredit kepada pelanggan, penilaian usulan pengeluaran yang besar
dan meningkatkan dana untuk membiayai perusahaan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen keuangan merupakan segala kegiatan perusahaan berhubungan
dengan bagaimana memperoleh, menggunakan dan mengelola aset sesuai dengan
tujuan perusahaan secara menyeluruh.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai
bagaimana memperoleh, menggunakan dan mengelola aset sesuai dengan tujuan
perusahaan. Dari pengertian tersebut menurut Horne dan Wachowicz (2012:2)
terdapat 3 (tiga) fungsi manajemen keuangan, yaitu
1. Keputusan Investasi
Keputusan Investasi adalah fungsi manajemen keuangan yang penting
dalam penunjang pengambilan keputusan untuk berinvestasi karena
menyangkut tentang memperoleh dana investasi yang efisien, komposisi
aset yang harus di pertahankan atau dikurangi.
2. Keputusan Pendanaan
Kebijakan dividen perusahaan juga harus dipandang sebagai integral dari
keputusan pendanaan perusahaan. Pada prinsipnya keputusan pendanaan
menyangkut dengan keputusan apakah laba yang diperoleh oleh
perusahaan harus dibagikan kepada para pemegang saham atau ditahan
guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.
3. Keputusan Manajemen Aset
Keputusan manajemen aset merupakan fungsi yang menyangkut tentang
keputusan alokasi dana atau aset, komposisi sumber dana yang harus
dipertahankan dan penggunaan modal baik yang berasal dari dalam
perusahaan maupun luar perusahaan yang baik bagi perusahaan.
12
2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang
digunakan sebagai standar dalam melakukan penilaian keefisienan keputusan
keuangan. Untuk dapat mengambil keputusan yang benar, manajer keuangan
perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah
keputusan yang dapat membantu tercapainya tujuan tersebut. Secara normatif,
tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena
dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham).
Menurut Horne dan Wachowicz (2012:4) mengenai tujuan keuangan
ialah sama dengan tujuan perusahaan, yaitu
“Memaksimalkan kesejahteraan para pemilik perusahaan yang ada
saat ini”.
Jadi, dapat disimpulkan bawa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan
manajer keuangan adalah merencanakan untuk memperoleh dan menggunakan
dana guna memaksimalkan nilai perusahaan.
2.2 Kinerja Keuangan
2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2012:2) Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti
dalam menbuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar atau
ketentuan dalam SAK (standar akuntansi keuangan) atau GAAP (generally
accepted accounting principle) dan lainnya.
Sedangkan menurut Munawir (2010:30) kinerja keuangan adalah
“Kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar
penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yangdilakukan
berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak
yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran
kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi
perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya”.
13
2.2.2 Tahapan-tahapan Dalam Menganalisis Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2012:3) ada lima tahapan dalam menganalisis kinerja
keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu :
1. Melakukan review terhadap laporan keuangan.
Review disini diajukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah
dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku
umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan
keuangan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Melakukan Perhitungan
Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi
permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil perhitungan tersebut
akan meberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.
3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.
Dari hasil perhitungan yang sudah diperoleh tersebut, kemudian dilakukan
perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya.
Metode yang paling umum digunakan untuk melakukan perbandingan ini
ada dua, yaitu :
a) Time Series Analysis
b) Cross Sectional Approach
Dari penggunaan kedua metode ini diharapkan dapat dibuat sasu
kesimpulan yangmenyatakan posisi tersebut berada dalam kondisi sangat
baik,baik sedang/normal, tidak baik dan sangat tidak baik.
4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.
Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaaan adalah
setelah dilakukan ketiga tahapan tersebut, selanjutnya dilakukan penafsiran
untuk melihat masalah-masalah yang dialami perusahaan.
14
5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap permasalah yang
ditemukan.
Pada tahap terakhir, setelah ditemukan berbagai permasalahan yang
dihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input agar apa
yang menjadi kendala bisa diatasi.
2.3 Laporan Keuangan
2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Dalam praktiknya aporan keuangan oleh perusahaan tidak buat
serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun dengan aturan atau standar yang
berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan
dipahami. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting
manajemen dan pemilik perusahaan. Di samping itu, banyak pihak yang
memerlukan dan berkepentingan terhadap keuangan yang dibuat perusahaan,
seperti pemerintah, kreditur, investor, maupun para supplier.
Menurut Kasmir (2012:7) laporan keuangan adalah
“Laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat
ini atau dalam suatu periode tertentu”.
Sedangkan menurut Harahap (2013:105) laporan keuangan adalah
“Laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.
2.3.2 Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis,
tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut.
Masing-masing laporan keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi
keuangan perusahaan baik secara bagian, maupun secara keseluruhan. Menurut
Kasmir (2012:28) terdapat lima macam jenis laporan keuangan, yaitu
15
1. Neraca (balance sheet)
Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan perusahaan
pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi
jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu
perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi (income statement)
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan
hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis
modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan
perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di
perusahaan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua aspek yang
berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap kas.
5. Laporan Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan ini memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang
memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau
nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu
sehingga jelas.
2.3.3 Pihak-pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan
Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaan menurut Irham (2012:34) adalah
1. Kreditur
Kreditur adalah pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk uang
(money), barang (good) maupun dalam bentuk jasa (service).
16
2. Investor
Investor diartikan bagi mereka yang membeli saham tersebut atau bahkan
komisaris perusahaan. Seorang investor berkewajiban untuk mengetahui
secara dalam kondisi perusahaan dimana investor tersebut akan
berinvestasi atau pada saat sudah berinvestasi, karena dengan memahami
laporan keuangan perusahaan tersebut artinya investor akan mengetahui
berbagai informasi keuangaan perusahaan.
3. Akuntan Publik
Akuntan publik adalah mereka yang ditugaskan untuk melakukan audit
pada sebuah perusahaan dan yang menjadi bahan audit seorang akuntan
publik adalah laporan keuangan perusahaan, untuk selanjutnya pada hasil
audit ia akan melaporkan dan memberikan penilaian dalam bentuk
rekomendasi.
4. Karyawan Perusahaan
Karyawan merupakan mereka yang terlibat secara penuh di suatu
perusahaan. Apabila dilihat secara ekonomi diartikan bahwa mereka
mempunyai ketergantungan yang besar yaitu pekerjaan dan penghasilan
yang diterima dari perusahaan tempat bekerja telah begitu berperan dalam
membantu kehidupannya, terutama jika karyawan tersebut telah
berkeluarga. Dengan begitu posisi perusahaan yang tergambarkan dalam
laporan keuangan menjadi bahan kajian bagi para karyawan dalam
memposisikan keputusan kedepan nantinya.
2.3.4 Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2013:190) menjelaskan bahwa analisa laporan
keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi
yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif,
maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan
lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang
tepat.
17
2.3.5 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2013:195) tujuan Analisis Laporan Keuangan sebagai
berikut:
“Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk
menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan”
2.3.6 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Teknik Analisis Laporan Keuangan menurut Harahap (2013:215) adalah
sebagai berikut :
1. Perbandingan laporan keuangan (perubahan tahun ke tahun)
2. Seri trend atau angka indeks
3. Laporan keuangan Common Size (bentuk awam), merupakan analisis
struktur laporan keuangan
4. Analisis rasio
5. Analisis khusus : ramalan kas, analisis perubahan posisi keuangan, laporan
variasi gross margin, analisis break event, analisis dupont.
2.3.7 Tahapan dalam Analisis Laporan Keuangan
Menurut Murhadi (2013:8) tahapan dalam analisis laporan keuangan
terdiri atas 6 (enam) tahap yaitu:
1. Menentukan tujuan dan konteks analisis, pada tahap ini kita harus
membuat pertanyaan apa yang akan dijawab melalui analisis ini, bentuk
informasi yang dibutuhkan, dan sumber daya yang ada serta berapa
banyak waktu yang tersedia untuk melakukan analisis.
2. Mengumpulkan data, pada tahapan ini kita harus mendapatkan laporan
keuangan beserta informasi lain seperti data industri dan perekonomian.
Selain itu, kita juga diharapkan dapat menanyakan pertanyaan pada
manajemen perusahaan yang dianalisis, pemasok dan pelanggannya, serta
melakukan kunjungan langsung ke perusahaan.
3. Mengolah data, pada saat mengolah data maka mungkin saja diperlukan
suatu penyesuaian terhadap laporan keuangan, menghitung rasio termasuk
common size.
18
4. Analisis dan interprestasi data, pada tahap ini kita menggunakan data
untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan pada saat penentuan
tujuan. Menjelaskan apakah konklusi atau rekomendasi telah didukung
dengan berbagai informasi faktual dan relevan.
5. Membuat laporan rekomendasi, pada tahap ini kita mempersiapkan
laporan dan mengomunikasikannya pada audiens yang dituju. Pastikan
bahwa laporan yang dibuat sesuai dengan standar dan etika yang
berhubungan dengan analisis investasi dari rekomendasi.
6. Meng-update analisis, lakukan tahap ini secara periodik dan buatlah
perubahan rekomendasi bila memang dirasakan perlu.
2.4 Analisis Rasio Keuangan
2.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2013:297) rasio keuangan adalah
“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya
yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”.
Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan
penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan
dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh
informasi dan memberikan penilaian.
2.4.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2013:301) rasio yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja keungan, yaitu
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Solvabilitas
3. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas
4. Rasio Leverage
5. Rasio Aktivitas
6. Rasio Pertumbuhan
19
7. Market Based (Penilaian Pasar)
8. Rasio Produktivitas
Dari berbagai rasio keuangan di atas, yang menjadi objek penelitian bagi
peneliti adalah dengan menggunakan Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio
Profitabilitas.
Menurut Harahap (2013:301) Rasio Likuiditas adalah
“Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva
lancar dan utang lancar”.
Rasio Solvabilitas menurut Harahap (2013:303) adalah
“Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-
kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat
dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva
tetap dan utang jangka panjang”.
Sedangkan Rasio Profitabilitas menurut Harahap ( 2013:304) adalah
“Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang,
dan sebagainya”.
2.5 Kebangkrutan
2.5.1 Pengertian Kebangkrutan
Menurut Toto Prihadi (2011) kebangkrutan (bankcruptcy) adalah
“Kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi
kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di
perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang
biasanya dapat dikenali lebih dini apabila laporan keuanagn
dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio
keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan
perusahaan”.
Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah
perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian menurut Martin dalam
Fahkrurozie (2007) yaitu:
20
1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)
Kegagalan dalam ekonomi artinya bahwa perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti
tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus
kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas
sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang
diharapkan.
2. Kegagalan keuangan (Financial Distressed)
Pengertian financial distress mempunyai makna kesulitan dana baik dalam
arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Asset
liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga
agar tidak terkena financial distress. Kebangkrutan akan cepat terjadi pada
perusahaan yang berada di Negara yang sedang mengalami kesulitan
ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya
kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian
semakin sakit dan bangkrut.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, bahwa kebangkrutan
merupakan kondisi perusahaan yang tidak sehat dalam melanjutkan usahanya
dikarenakan ketidakmampuan dalam bersaing sehingga mengakibatkan penurunan
profitabilitas.
Prediksi kebangkrutan dapat dikatan sebagai peramalan mengenai tingkat
kebangkrutan yang akan terjadi pada suatu perusahaan. Prediksi kebangkrutan itu
sendiri dapat diketahui dengan menggunakan analisis-analisis yang pada
umumnya banyak digunakan yaitu analisis rasio. Sejumlah studi telah dilakukan
untuk mengetahui kegunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi
kegagalan atau kebangkrutan suatu perusahaan. Salah satu studi tentang prediksi
ini adalah multiple discriminant analysis (MDA) atau yang biasa dikenal dengan
metode Altman z-score.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Altman
z-score adalah alat analisis yang memperhitungkan dan menggabungkan beberapa
21
rasio-rasio keuangan tertentu dalam perusahaan ke dalam suatu persamaan
diksriminan yang akan menunjukan tingkat kemungkinan kebangkrutan
perusahaan.
2.5.2 Penyebab Kebangkrutan
Menurut Darsono dan Ashari (2005) secara garis besar penyebab
kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari internal manajemen perusahaan.
Sedangkan faktor eksternal berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung
dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.
Faktor internal yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan
meliputi:
1. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus-
menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat
membayar kewajibannya. Ketidakefisien ini diakibatkan oleh pemborosan
dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.
2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-
hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya
bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan
kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva
yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.
3. Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa
mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan
perusahaan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup
ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau
investor.
Sedangkan faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan berasal
dari faktor yang berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi pelanggan,
supplier, debitor, kreditor, pesaing ataupun dari pemerintah. Sedangkan faktor
eksternal yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi kondisi
22
perekonomian secara makro ataupun faktor persaingan global. Faktor-faktor
eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan antara lain :
1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi
penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan
harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan
produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan
bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal
tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier
dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok
sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.
3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak
melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak
piutang yang diberikan debitor dengan jangka waktu pengembalian yang
lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak
memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar
bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus
selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa
melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.
4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal
terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Seperti dalam undang-undang
no.4 tahun 1998, bahwa kreditor dapat memailitkan perusahaan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya
dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditor.
5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu
memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut
perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan
nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan.
23
6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh
perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan negara-
negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi
oleh perusahaan.
2.5.3 Prediksi Kebangkrutan
Menurut Darsono dan Ashari (2005) mengemukakan bahwa
“Kemampuan dalam memprediksi kebangkrutan akan memberikan
keuntungan banyak pihak, terutama pada kreditur dan investor.
Kemudian prediksi kebangkrutan juga berfungsi untuk memberikan
panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan
apakah akan mengalami kesulitan keuangan atau tidak di masa
mendatang. Maka, sebagai pihak yang berada di luar perusahaan,
investor sebaiknya memiliki pengetahuan tentang kebangkrutan
sehingga keputusan yang diambil tidak akan salah. Salah satu
indikator yang bisa dipakai untuk mengetahui tingkat kebangkrutan
adalah indikator keuangan. Prediksi kesulitan keuangan salah
satunya dikemukakan oleh seorang profesor di New York University
bernama Edward Altman yang disebut dengan Altman Z-Score.
Rumus Z-Score ini menggunakan komponen laporan keuangan
sebagai alat prediksi terhadap kemungkinan bangkrut tidaknya
perusahaan”.
2.6 Model Altman Z-Score
Dalam Willy (2011), Model Altman (Z-Score) merupakan salah satu
model analisis multivariate yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan dengan tingkat ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya.
Model ini memiliki akurasi mencapai 95% jika menggunakan data 1 tahun
sebelum kondisi kebangkrutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi
kebangkrutan serta kinerja keuangan perusahaan berdasarkan hasil analisis
diskriminan dengan menggunakan model Altman berdasarkan rasio lima variabel,
yaitu :
1. Net Working Capital to Total Asset
2. Retained Earnings to Total Assets
3. Earning Before Interest and Tax to Total Asset
4. Market Value of Equity to Book Value of Debt
24
5. Sales to Total Asset.
Menurut Toto Prihadi (2011) Secara matematis persamaan Altman z-
score tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5
Keterangan :
X1 = Working Capital/Total Assets
X2 = Retained Earnings/Total Assets
X3 = Earning Before Interest and Taxes/Total Assets
X4 = Market Value of Equity/ Book Value Of Debt
X5 = Sales/Total Assets
Klasifikasi perusahaan yang sehat, grey area, bangkrut didasarkan pada
nilai Z-score model Altman yaitu :
Tabel 2.1
Klasifikasi Altman Z-Score
Nilai Z Score Interpretasi
Z ≥ 2,99 Perusahaan tidak mengalami masalah
dengan kondisi keuangan
1,8 ≤ Z ≤ 2,99
Perusahaan akan mengalami
permasalahan keuangan jika tidak
melakukan perbaikan yang berarti dalam
manajemen maupun struktur keuangan
(gray area).
Z ≤ 1,8
Perusahaan mengalami masalah
keuangan yang serius atau mengalami
kebangkrutan (bankcrupcty).
2.6.1 Net Working Capital to Total Assets
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal
kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung
dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih
25
diperoleh dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal
kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam
menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar
yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan
modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam
melunasi kewajibannya (Endri : 2009).
Net Working Capital to Total Assets =
2.6.2 Retained Earnings to Total Assets
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak
dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan
menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam
bentuk deviden kepada para pemegang saham. Laba ditahan menunjukkan klaim
terhadap aktiva, bukan aktiva per ekuitas pemegang saham. Laba ditahan terjadi
karena pemegang saham biasa mengizinkan perusahaan untuk menginvestasikan
kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai deviden. Dengan demikian, laba
ditahan yang dilaporkan dalam neraca bukan merupakan kas dan ”tidak tersedia”
untuk pembayaran deviden atau yang lain (Endri : 2009).
Retained Earnings to Total Assets =
2.6.3 Earning Before Interest and Tax to Total Asset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak (Endri : 2009).
EBIT to Total Assets =
2.6.4 Market Value of Equity to Book Value of Total Debt
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar
26
ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang
beredar dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka
panjang. (Endri : 2009).
Market Value of Equity to Total Liabilites =
2.5.5 Sales to Total Assets
Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu.
Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecilnya tingkat penjualan atau
pendapatan perusahaan.
Sales to Total Assets =
2.7 Financial Distress
Financial distress dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan
untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. Financial distress terjadi
karena perusahaan tidak mampu mengelola dan menjaga kestabilan kinerja
keuangan. Menurut Atmini (2005) dalam Kamaludin dan Karina Ayu Pribadi
(2012), Financial Distress adalah konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi
dimana suatu perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Istilah umum
untuk menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan,
ketidakmampuan melunasi hutang dan default. Ketidakmampuan melunasi hutang
menunjukkan kinerja negatif dan menunjukkan adanya masalah likuiditas. Default
berarti suatu perusahaan melanggar perjanjian dengan kreditur dan dapat
menyebabkan tindakan hukum.
Menurut Bringham dan Gapenski (1997) dalam Etta Citrawati (2014)
Financial Distress merupakan kondisi dimana adanya ketidakmampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang telah jatuh tempo
misalnya: hutang usaha, hutang pajak, hutang bank jangka pendek.
Sedangkan Menurut Plat dalam Irham (2012:158) Financial Distress
sebagai tahap penurunan kondisi keungan yang terjadi sebelum terjadinya
kebangkrutan atau likuiditasi. Financial distress dimulai dari kemampuan
dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama kewajiban yang
27
berjangka pendek termasuk kewajiban likuiditas, dan juga termasuk
kewajiban dalam kategori solvabilitas.
2.8 Pengertian Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukan kepemilikan terhadap suatu
perusahaan dimana para pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen,
termasuk hak klaim atas aset perusahaan dengan prioritas setelah hak klaim
pemegang surat berharga lain dipenuhi apabila terjadi likuidasi. Menurut Irham,
Yovi (2009:68) Saham adalah
“Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu
perusahaan dan atau kertas yang tercantum dengan jelas nilai
nominal, nama perusahaan dan di ikuti dengan hak dan kewajiban
yang dijelaskan kepada setiap pemegangnnya”.
Menurut Martalena dan Malinda (2011:13), menyatakan bahwa terdaat
dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham,
yaitu:
1. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen
diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam
RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, pemodal
tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif
lama, yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode
dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan
dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai,
artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang
tunai dalam jumlah nominal tertentu untuk setiap saham atau dapat pula
berupa dividen saham sehingga jumlah saham yang dimiliki para
pemegang saham akan bertambah.
28
2. Capital Gain
Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh para pemegang
saham yang berasal dari selisih harga beli saham dengan harga jual saham
di pasar sekunder.
Motivasi yang mendasari para investor melakukan pembelian saham salah
satunya adalah harapan untuk mendapatkan pengembalian atas investasi yang
dilakukannya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh para pemodal atas suatu investasi yang
dilakukan. Tanpa keuntungan yang diperoleh atas investasinya, tentunya investor
tidak mau melakukan investasi yang tidak ada hasilnya. Setiap investasi, baik
jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama yaitu
memperoleh keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Konsep return atau pengembalian adalah tingkat keuntungan yang
diperoleh atas suatu investasi yang dilakukan. Return saham dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi
(expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan
dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah
satu pengukuran kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai dasar penentu
return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang, sedangkan return
ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan
bersifat tidak pasti. (Jogiyanto, 2010)
Return saham atau tingkat pengembalian saham merupakan pembayaran
kas yang diterima akibat kepemilikan sejumlah saham ditambah dengan
perubahan harga pasar saham lalu dibagikan dengan harga saham pada saat awal
investasi. Jadi, return saham ini salah satunya dapat berasal dari perhitungan
perubahan harga pasar saham (capital gain/loss).
Return saham adalah keuntungan yang diterima dari investasi saham
selama periode pengamatan. Menurut Jogiyanto (2010) return saham secara
matematis diperoleh dengan rumus :
29
Keterangan :
P1,t = Price, yaitu harga untuk waktu t.
Pi,t-1 = Price, yaitu harga untuk waktu sebelumnya.
2.9 Penelitian Terdahulu
Di Indonesia sendiri banyak penelitian yang dilakukan oleh beberapa
peneliti financial distress antara lain sebagai berikut :
Tabel 2.2
Penelitian Tedahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Naniati (2012) Analisis Prediksi
Financial Distress
dan Pengaruhnya
Terhadap Return
(Imbal Hasil)
Saham Pada
Perusahaan Real
Estate Dan Properti
Yang Terdaftar Di
BEI.
- Periode 2011-2012.
- Sampel 37 perusahaan
real estate dan properti
yang terdaftar di BEI.
- Hasil :
Sebagian besar
perusahaan real estate
dan properti tahun 2011
rata-rata mengalami
financial distress tetapi
hal tersebut berpengaruh
tidak signifikan terhadap
return saham tahun
2012.
2. Ailando Siregar
(2008)
Pengaruh Potensi
Kebangkrutan
Altman Terhadap
Pergerakan Harga
Saham Perusahaan
Manufaktur
- Periode 2006.
- Sampel 116 perusahaan
manufaktur terbuka yang
terdaftar di BEI.
- Hasil :
1. Potensi kebangkrutan
30
Terbuka Di Bursa
Efek Indonesia
Altman berpengaruh
sangat signifikan
terhadap pergerakan
harga saham
perusahaan
manufaktur.
2. Kemampuan variasi
variabel bebas, yang
diukur dengan z-score
terhadap variasi
variabel terikat, taitu
pergerakan harga
saham adalah 11,2%
dan dipengaruhi oleh
faktor lain (variabel
lain) sebesar 88,8%.
3. Andromeda
Ardian, Moh
Khoiruddin
(2014)
Pengaruh Analisis
Kebangkrutan
Model Altman
Terhadap Harga
Saham Perusahaan
Manufaktur
- Hasil regresi Z-Score
tidak berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
harga saham.
- WCTA berpengaruh
signifikan
- EBITTA berpengaruh
positif terhadap harga
saham
- RETTA dan MVoE tidak
berpengaruh
- Hasil pengujian secara
simultan rasio pembentuk
berpengaruh positif
31
terhadap harga saham.
4. Agus Haryanto
(2008)
Pengaruh Prediksi
Kebangkrutan
Dengan Metode
Altman Z-Score
Terhadap Harga
Saham Pada
Perusahaan Industri
Barang Konsumsi
Yang Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Prediksi kebangkrutan
metode altman z-score
tidak berpengaruh terhadap
harga saham.
5. Ni Made
Sukmawati, I
Made Pradana
Adiputra,
Nyoman Ari
Surya
Darmawaan
Pengaruh Rasio-
rasio Dalam Model
Altman Z-Score
Terhadap Return
Saham (Studi pada
Perusahaan
Perbankan yang Go
Public di Bursa
Efek Indonesia.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1)
Working Capital to Total
Assets (WC/TA) tidak
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham, (2)
Retained Earning to Total
Assets (RE/TA) tidak
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham, (3)
Earning Before Interest
and Taxes to Total Assets
(EBIT/TA) berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham, (4) Market Value of
Equity to Book Value of
Total Liabilities
(MVE/BTL) berpengaruh
32
signifikan terhadap harga
saham, (5) Sales to Total
Assets (S/TA) tidak
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham, (6)
WC/TA, RE/TA,
EBIT/TA, MVE/BTL, dan
S/TA secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
2.10 Kerangka Pemikiran
Pada umumnya perusahaan dalam setiap operasinya mempunyai tujuan
untuk menentukan kelangsungan perusahaan dimasa mendatang. Salah satu tujuan
utama didirikannya perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan agar
perusahaan tersebut dapat berjalan dan berkembang dengan baik. Saat ini
perusahaan di sektor makanan dan minuman mengalami perkembangan yang baik,
hal ini terbukti dengan bermunculannya perusahaan-perusahaan makanan dan
minuman di Indonesia. Perusahaan di sektor makanan dan minuman memiliki
peran yang cukup baik terhadap perekonomian di Indonesia. Suatu perusahaan
dikatakan baik apabila memiliki kinerja internal maupun ekternal yang dinilai
baik sehingga dapat menunjang kegiatan operasionalnya. Kinerja internal
perusahaan merupakan hal terpenting untuk dijadikan acuan dasar bagi
perusahaan sehingga dengan memahami laporan keuangan, perusahaan dapat
menganalisis kondisi yang sedang dialami perusahaan.
“Menurut Harahap (2013), analisis laporan keuangan adalah menguraikan
pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu
dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data kualitatif dengan tujuan
33
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat.”
Dengan memahami laporan keuangan yang didasarkan pada perhitungan
untuk dapat menganalisis kemudian mengambil kesimpulan, sehingga diperlukan
skala atau perhitungan rasio untuk memperoleh hasil tersebut. Dimana rasio-rasio
tersebut, yaitu Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, dan Aktivitas. “Rasio
keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos
laporan keuangan dengan pos laporan keuangan lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan.” “Rasio Likuiditas menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.”
“Rasio Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayarkan kewajiban jangka panjangnya.” “Rasio Profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memndapatkan laba melalui
semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.” “Rasio Aktivitas
menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan
operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.”
Dari perhitungan dengan menggunakan rasio Likuiditas, Solvabilitas,
Profitabilitas, dan Aktivitas maka akan terlihat kondisi perusahaan apakah
mengalami Financial Distress atau tidak. Menurut Sunday Samson Babalola
dalam Dwi Puryati dan Savitri (2012) Financial distress dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh
tempo yang mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Financial distress terjadi
karena perusahaan tidak mampu mengelola dan menjaga kestabilan kinerja
keuangan. Dengan menggunakan metode Altman dapat mengetahui hasil dan
dapat menganalisis kondisi perusahaan tersebut. “Analisis Altman Z-score
merupakan suatu metode atau alat yang digunakan untuk meramalkan kondisi atau
tingkat kebangkrutan perusahaan, dengan menghitung nilai dari beberapa rasio
lalu kemudian dimasukan ke dalam suatu persamaan multivarian diskriminan.
Variabel yang digunakan dalam metode tersebut, yaitu X1=Working Capital To
34
Total Asset, X2=Retained Earning To Total Asset, X3=EBIT To Total Asset,
X4=Market Value of Equity To Book Value of Total Liabilities, dan X5=Sales To
Total Asset.
2.10.1 Pengaruh Net Working Capital to Total Assets dalam Metode Altman
Z-Score Terhadap Return Saham
Rasio ini menunjukkan kemampuan likuiditas perusahaan yang dapat
menunjukkan kondisi keuangan internal perusahaan. Rasio modal merupakan
rasio untuk mengukur aktiva lancar bersih perusahaan relatif terhadap total
kapitalisasinya. Semakin tinggi rasio ini maka menunjukkan semakin besar
kecukupan kas, yang berarti dapat menutup kewajiban perusahaan. Semakin
menurunnya biaya persediaan yang berarti menurunkan beban operasional,
semakin meningkatnya efek-efek dan penyertaan dalam saham yang berarti
meningkatnya pendapatan operasional. Pada akhirnya kinerja keuangan yang baik
tersebut akan menyebabkan semakin kecil resiko terjadinya kebangkrutan. Kinerja
perusahaan yang baik yang ditunjukan oleh peningkatan laba perusahaan
umumnya akan diikuti oleh minat investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan karena para investor beranggapan perusahaan dapat memberikan
return saham atas modal yang ditanamkannya.
Menurut Nugroho (2012), modal kerja bersih yang negatif kemungkinan
besar akan menghadapi masalah dalam menutup kewajiban jangka pendek karena
tidak tersedia aktiva lancar yang cukup untuk menutup kewajiban sehingga return
saham akan turun. Hal tersebut dapat diartikan bahwa WC/TA memiliki pengaruh
terhadap harga saham dan return saham. Pernyataan ini didukung oleh penelitian
terdahulu oleh Warsono (2010) yang menyatakan rasio WC/TA berpengaruh
positif signifikan terhadap harga saham.
H1 : Rasio Working Capital/Total Asset berpengaruh dan signifikan
terhadap return saham perusahaan.
35
2.10.2 Pengaruh Retained Earning to Total Assets dalam Metode Altman Z-
Score Terhadap Return Saham
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
yang ditahan dibanding kecepatan perputaran operating asset. Semakin kecil rasio
ini menujukkan penurunan laba ditahan. Adanya penurunan laba di tahan
berakibat perusahaan harus mencari dana dari luar perusahaan, apabila perusahaan
yang bersangkutan akan melakukan ekspansi atau investasi aktiva. Sehingga hal
tersebut akan meningkatkan beban hutang dan beban hutang yang tinggi dan
akhirnya akan meningkatkan resiko kebangkrutan. Rasio yang kecil juga
mengindikasikan bahwa perusahaan tidak efektif dalam menggunakan aktiva
untuk mendapatkan laba ditahan serta mengindikasikan banyaknya aktiva tetap
yang tidak produktif sehingga meningkatkan resiko kebangkrutan di masa yang
akan datang. Sedangkan adanya rasio yang tinggi mengindikasikan adanya
peningkatan laba ditahan atas penggunaan aktiva. Dengan laba di tahan yang
tinggi, maka perusahaan akan memperoleh kelebihan dana yang dapat digunakan
untuk melakukan investasi, ekspansi usaha atau pembayaran hutang sehingga
resiko kebangkrutan akan menurun. Ekspansi usaha tersebut teramat penting agar
perbankan tetap eksis mengingat ketatnya persaingan di masa sekarang ini. Rasio
yang tinggi juga mengindikasikan bahwa manajemen menggunakan aktiva secara
efektif untuk menghasilkan laba setiap periode, keberhasilan menajemen dalam
menekan biaya-biaya yang timbul atas aktiva, serta keberhasilan manajemen
dalam memperoleh pendapatan operasional lainya yang timbul dari penggunaan
aktiva, sehingga kondisi tersebut akan menurunkan resiko kebangkrutan. Ali
Nurdin (2005)
Selain itu peningkatan laba ditahan pada perusahaan mengindikasikan
bahwa perusahaan lebih memilih melakukan investasi guna mempertahankan
keberlangsungan perusahaan sehingga diindikasikan perusahaan dapat menjamin
kesejahteraan para investor melalui investasi yang telah dilakukan.
H2 : Rasio Retained Earning/Total Asset berpengaruh dan signifikan
terhadap return saham perusahan.
36
2.10.3 Pengaruh Earning Before Interest and Tax to Total Assets dalam
Metode Altman Z-Score Terhadap Return Saham
Rasio ini menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba usaha. Rasio yang tinggi
menunjukkan bahwa pendapatan operasional meningkat, menurunnya biaya-biaya
atas penggunaan aktiva serta meningkatnya pendapatan atas kenaikan aktiva
lancar. Kondisi tersebut menunjukkan kinerja usaha manajemen yang baik
sehingga potensi kebangkrutan semakin kecil. Rasio yang rendah menunjukkan
biaya operasional yang tinggi, pendapatan operasional menurun, meningkatnya
biaya-biaya atas penggunaan aktiva, menurunnya pendapatan atas kenaikan aktiva
lancar. Kondisi tersebut menunjukkan kinerja usaha manajemen yang buruk
dalam penggunaan aktiva sehingga potensi kebangkrutan semakin besar. Ali
Nurdin (2005)
Dengan nilai rasio EBITTA yang tinggi mengindikaasikan bahwa para
pemegang saham atau investor memiliki kesempatan untuk memperoleh return
saham dari laba usahan perusahaan sehingga hal ini dapat menarik minat para
calon investor untuk melakukan investasi pada perusahaan.
H3 : Rasio EBIT/Total Asset berpengaruh dan signifikan terhadap return
saham perusahaan.
2.10.4 Pengaruh Market Value of Equity to Book Value of Debt dalam
Metode Altman Z-Score Terhadap Return Saham
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan
jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri, semakin besar rasio
ini maka semakin besar kepercayaan pihak investor dan kreditor. Hal tersebut juga
mengindikasikan rendahnya beban penjualan sehingga akan meningkatkan
pendapatan atas penjualan, sehingga pada akhirnya resiko kebangkrutan akan
kecil. Semakin kecil rasio ini maka semakin menurun kepercayaan investor dan
akhirnya akan semakin kecil pula kepercayaan kreditor. Dengan rendahnya
kepercayaan akan mengancam likuiditas perusahaan. Kondisi demikian berarti
37
prospek usaha mendatang akan suram serta semakin besar potensi kebangkrutan
yang akan menimpa perusahaan Ali Nurdin (2005).
Perusahaan yang memiliki nilai rasio MVOEBVOD yang tinggi umumnya
akan menarik minat investor untuk melakukan investasi pada perusahaan. Hal ini
diindikasikan karena perusahaan yang memiliki nilai MVOEBVOD yang tinggi
akan dapat memenuhi kewajiban finansialnya sehingga perusahaan dianggap
memiliki kinerja yang baik sehingga perusahaan pun mampu untuk mambagikan
return saham bagi para investor
H4 : Rasio Market Value of Equity/Book Value of Debt berpengaruh dan
signifikan terhadap return saham perusahaan.
2.10.5 Pengaruh Sales to Total Asset dalam Metode Altman Z-Score
Terhadap Return Saham
Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu.
Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecilnya tingkat penjualan atau
pendapatan perusahaan. Semakin tinggi rasio mengindikasikan bahwa asset yang
dimiliki perusahaan mampu menciptakan penjualan sehingga perusahaan mampu
memperoleh laba dan kondisi tersebut memperkecil resiko akan potensi
kebangkrutan.
Sales to Total Assets menunjukkan efisiensi manajemen dalam
menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan
laba. Para investor dalam memutuskan untuk membeli saham salah satunya
cenderung mempertimbangkan laba yang diperoleh perusahaan karena semakin
tingginya laba yang diperoleh perusahaan mengindikasikan perusahaan dapat
membagikan return saham atas laba yang telah diperolehnya. Sehingga hal ini
akan menjamin kesejahteraan para investor.
H5 : Rasio Sales/Total Asset berpengaruh dan signifikan terhadap return
saham perusahaan.
38
2.10.6 Pengaruh Financial Distress Terhadap Return Saham
Perusahaan dalam menjalankan usahanya akan dihadapkan pada
ketidakpastian yang mungkin terjadi. Ketidakpastian tersebut dapat berupa
sesuatu yang tidak diharapkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus
selalu dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi di masa yang
akan datang. Melakukan analisis untuk menilai kinerja perusahaan merupakan hal
yang penting dilakukan mengingat hal itu dapat dapat membantu perusahaan
dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk menyelamatkan kelangsungan
hidupnya. Parameter kinerja perusahaan mendapat perhatian utama dari investor
dan kreditor adalah prediksi kesulitan keuangan (financial distress) dengan
menggunakan metode Altman Z-Score.
Harahap dalam Andromeda Ardian dan Moh Khoiruddin (2014)
mengatakan bahwa sesuai dengan analisis fundamental, jika diketahui terdapat
potensi kebangkrutan suatu perusahaan dapat memberikan pengaruh terhadap
harga saham dan return saham.
Potensi kebangkrutan perusahaan merupakan informasi yang akan
mempengaruhi perilaku investor di bursa efek. Kinerja perusaahaan yang baik
umumnya akan diikuti minat investor untuk menanamkan modal salah satunya
dngan membeli saham. Semakin baiknya kinerja perusahaan maka akan
berdampak pada tingginya laba yang diperoleh perusahaan, maka kemungkinan
besar bahwa perusahaan akan mampu untuk mambagikan return saham bahkan
return saham yang dibagikan pun relatif tinggi sehingga akan menarik minat para
investor karena investor akan merasa aman atau terjamin kesejahteraannya.
H6 : Z-Score berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
perusahaan.
Kemudian perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan yang
telah ditentukan, yaitu : Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5. Hasil
perhitungan kemudian didasarkan kepada cut off point pada metode Altman, yaitu
(Z ≤ 1,8), artinya perusahaan mengalami masalah keuangan yang serius atau
mengalami kebangkrutan. (1,8 ≤ Z ≤ 2,99), artinya perusahaan akan mengalami
39
permasalahan keuangan jika tidak melakukan perbaikan yang berarti dalam
manajemen maupun struktur keuangan (gray area). (Z ≥ 2,99), artinya perusahaan
tidak mengalami masalah dengan kondisi keuangan. Kondisi tingkat kesehatan
perusahaan akan menggambarkan bagaimana kinerja internal perusahaan, dimana
kinerja internal perusahaan akan berkaitan dengan kinerja eksternalnya, yaitu
return saham sehingga perlu melihat kondisi return saham perusahaan, apakah
berbanding lurus dengan kinerja keuangan yang dihasilkan perusahaan dengan
tujuan menarik minat investor. Berdasarkan penjelasan di atas maka kerangka
pemikiran yang disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
PERUSAHAAN KINERJA
INTERNAL
ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN
ALTMAN Z-
SCORE
Z≥2,99
TIDAK
BANGKRUT
1,8≤Z≤2,99
GREY AREA
Z≤1,8
BANGKRUT
EBITTA RETA WCTA MVoE STA
RETURN
SAHAM