25
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Persuasif 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada dasarnya komunikasi melekat pada diri manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan komunikasi sebagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti yang dikatakan oleh seorang pakar komunikasi yaitu we cannot not communicate. Untuk memahami tentang arti komunikasi, kita perlu mengetahui makna komunikasi secara etimologis dan terminologis. Hal tersebut dijelaskan Effendy (1986) sebagai berikut: a. Secara etimologis, istilah komunikasi (communication) berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini bermaksud sama makna. b. Secara terminologis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa komunikasi tidak hanya bertujuan untuk memberikan informasi, tetapi juga memiliki tujuan persuasi, yaitu membentuk pendapat, sikap, dan perilaku penerima pesan, sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Persuasif 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/61225/3/BAB II.pdf · 10 Aspek-aspek yang dipengaruhi dapat berupa ide ataupun konsep, sehingga pada orang

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Komunikasi Persuasif

    2.1.1 Pengertian Komunikasi

    Komunikasi tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena

    pada dasarnya komunikasi melekat pada diri manusia. Sebagai makhluk sosial,

    manusia membutuhkan komunikasi sebagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan

    sehari-hari. Seperti yang dikatakan oleh seorang pakar komunikasi yaitu we

    cannot not communicate.

    Untuk memahami tentang arti komunikasi, kita perlu mengetahui makna

    komunikasi secara etimologis dan terminologis. Hal tersebut dijelaskan Effendy

    (1986) sebagai berikut:

    a. Secara etimologis, istilah komunikasi (communication) berasal dari

    kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang

    berarti sama. Sama di sini bermaksud sama makna.

    b. Secara terminologis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu

    pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk

    mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,

    maupun tak langsung melalui media.

    Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa komunikasi tidak

    hanya bertujuan untuk memberikan informasi, tetapi juga memiliki tujuan

    persuasi, yaitu membentuk pendapat, sikap, dan perilaku penerima pesan, sesuai

  • 9

    dengan maksud yang dituju oleh pengirim pesan. Hovland (dikutip dari Soemirat,

    2017) memberi batasan komunikasi sebagai proses ketika komunikator

    mengoperkan stimulus atau rangsangan untuk mempengaruhi perilaku

    komunikan.

    2.1.2 Pengertian Komunikasi Persuasif

    Secara etimologis, istilah persuasi (persuasion) bersumber dari perkataan

    latin, peruasio, yang kata kerjanya adalah persuader, yang berarti membujuk,

    mengajak atau merayu (Soemirat, 2017).

    Secara terminologis, Larson (1973) menyatakan persuasion defined as the co-

    creation of a state of identification or alignment between as source and a receiver

    that results from the use of symbols (persuasi sebagai penciptaan bersama dari

    suatu pernyataan identifikasi atau kerja sama di antara sumber pesan dengan

    penerima pesan yang diakibatkan oleh penggunaan simbol-simbol).

    Beberapa ahli lainnya telah mengemukakan definisi persuasi, namun kita

    dapat mengambil makna dari persuasi, yaitu melakukan upaya untuk mengubah

    sikap, pendapat dan perilaku seseorang melalui cara-cara yang luwes, manusiawi

    dan halus, dengan akibatu munculnya kesadaran, kerelaan, dan perasaan senang

    serta adanya keinginan untuk bertindak sesuai dengan yang dikatakan

    persuader/komunikator (Soemirat, 2017).

    Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa hal utama dari komunikasi

    persuasi adalah mempengaruhi pendapat dan sikap penerima pesan. Dalam

    prosesnya, persuasi dapat dilakukan baik secara rasional maupun emosional.

    Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seorang dapat dipengaruhi.

  • 10

    Aspek-aspek yang dipengaruhi dapat berupa ide ataupun konsep, sehingga pada

    orang tadi terbentuk keyakinan (belief) (Mar’at, 1982). Secara skematik, proses

    secara rasional dapat digambarkan sebagai berikut.

    Gambar 2.1

    Proses Rasional

    Persuasi yang dilakukan secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi,

    yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara ini,

    aspek simpati dam empati seseorang digugah, sehingga muncul proses senang

    pada diri orang yang dipersuasi (the liking process) (Mar’at, 1982). Proses

    persuasi secara emosional dapat dijelaskan sebagai berikut.

    Gambar 2.2

    Proses Emosional

    Nothstine (dalam Soemirat, 2017) menjelaskan 3 faktor yang harus

    diperhatikan dalam komunikasi persuasif agar persuadee mengubah sikap,

    pendapat, dan perilakunya. Fakor-faktor tersebut adalah:

    Perhatian Mengerti Menerima Keyakinan

    Sumber: Mar’at, 1982

    Perhatian Empati Menerima Minat

    Sumber: Mar’at, 1982

  • 11

    a. Kejelasan tujuan

    b. Memikirkan secara cermat sasaran komunikasi

    c. Memilih strategi-strategi komunikasi yang tepat

    Tujuan dari komunikasi persuasif adalah mengubah sikap, perilaku, dan

    pendapat seseorang. Pendapat berkaitan dengan aspek kognitif, yakni hal-hal yang

    berkaitan dengan kepercayaan, ide dan konsep. Sikap dan perilaku adalah hal

    yang berkaitan dengan aspek afektif, yaitu hal yang mencakup emosional

    komunikan. Dengan ini, tujuan dari komunikasi persuasif adalah menggerakkan

    hati, menimbulkan perasaan tertentu, menyenangi, dan menyetujui terhadap ide

    yang disampaikan.

    Hal terpenting dalam melakukan komunikasi persuasif adalah melakukan

    identifikasi sasaran dengan tepat. Sasaran yang dihadapi komunikator akan

    memiliki karakteristik yang beragam. Dari keragaman tersebut, komunikator

    harus mencermati sasaran baik dari aspek demografis, pekerjaan, suku bangsa,

    gaya hidup, dan lain-lain.

    Nothstine (dalam Soemirat, 2017) mengklasifikasikan persuadee kedalam

    7 macam sebagai berikut:

    1. Persuadee yang tidak bersahabat secara terbuka

    Persuadee yang akan selalu menentang dan melawan posisi

    persuader. Bentuk perlawanan dapat berupa bicara langsung atau

    mengajak orang lain untuk melawan persuader

    2. Persuadee yang tidak bersahabat

  • 12

    Persuadee yang tidak setuju terhadap posisi persuader. Yang

    dilakukan hanya sebatas penolakan-penolakan tanpa ada perlawanan

    dan mencari dukungan untuk menentang perusader.

    3. Persuadee yang netral

    Persuadee yang tidak memihak. Mereka tidak pro maupun kontra

    terhadap kita. Mereka tidak peduli dengan sekitarnya.

    4. Persuadee yang ragu-ragu

    Cenderung peduli terhadap posisi persuader. Memiliki sikap bimbang

    antara mempercayai atau menolak persuader. Dalam memiliki

    kesulitan dalam membuat keputusan yang jelas.

    5. Persuadee yang tidak mengetahui

    Tidak memiliki informasi tentang persuader. Mereka tidak mengenal

    persuader sehingga keputusan yang mereka buat beragantung kepada

    seberapa besar perusader meyakinkan mereka.

    6. Persuadee yang mendukung

    Persuadee yang memahami dan menyenangi posisi persuader. Mereka

    berfikiran positif terhadap persuader walaupun tidak secara terbuka.

    7. Persuadee yang mendukung secara terbuka

    Persuadee yang mendukung persuader dengan sepenuh hati. Mereka

    tidak ragu dalam menerima informasi dari persuader. Mereka mau

    melakukan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan persuader.

    2.1.3 Tujuan Komunikasi Persuasif

    Berdasarkan penjelasan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

    dari komunkasi persuasif adalah mengubah sikap dan pendapat. Hal ini diperjelas

  • 13

    dalam Soemirat (2017), yakni tujuan komunikasi persuasif adalah untuk

    mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku audiens.

    Mengubah pendapat, berkaitan dengan aspek kognitif, yaitu hal-hal yang

    berkaitan dengan aspek-aspek kepercayaan (belief), ide dan konsep. Dalam proses

    ini, terjadinya perubahan pada diri audiens berkaitan dengan pikirannya. Ia

    menjadi tahu bahwa pendapatnya keliru, dan perlu diperbaiki. Jadi dalam hal ini,

    intelektualnya menjadi meningkat.

    Sedangkan mengubah sikap, berkaitan dengan aspek afektif. Dalam aspek

    ini, tercakup kehidupan emosional audiens. Jadi, tujuan komunikasi persuasif

    dalam konteks ini adalah menggerakkan hati, menimbulkan perasaan tertentu,

    menyenangi. Dan menyetujui terhadap ide yang dikemukakan.

    Menurut Simons (1976) tujuan komunikasi persuasif adalah untuk

    mempengaruhi sikap, nilai-nilai, pendapat, dan perilaku seseorang. Dengan

    demikian, kunci utama dari komunikasi persuasif adalah mempengaruhi seseorang

    sesuai dengan tujuan dari komunikator atau persuader.

    2.1.4 Fungsi Komunikasi Persuasif

    Simons (1976) menyatakan bahwa, berkaitan dengan manfaat studi

    komunikasi persuasif, diketahui ada tiga fungsi utama, yaitu:

    a. Control function atau fungsi pengawasan

    Fungsi pengawasan, yaitu menggunakan komunikasi persuasif

    untuk mengkonstruksi pesan dan membangun citra diri (image) agar dapat

    mempengaruhi orang lain.

  • 14

    b. Consumer protection atau fungsi perlindungan konsumen;

    Fungsi perlindungan konsumen adalah salah satu fungsi

    komunikasi persuasif melalui pengkajian komunikasi persuasif yang akan

    membuat kita lebih cermat dalam menyaring pesan-pesan persuasif yang

    banyak “berkeliaran” disekitar kita.

    c. Knowledge function atau fungsi pengetahuan.

    Komunikasi persuasif berfungsi sebagai ilmu pengetahuan, yaitu

    dengan mempelajari komunikasi persuasif, kita akan memperoleh

    wawasan tentang peranan persuasi dalam masyarakat dan dinamika

    psikologi persuasi.

    Berkaitan dengan penelitian ini, komunikasi persuasif berfungsi sebagai

    pengawasan. Kader TB Care sebagai persuader mengkonstruksi pesan-pesan dan

    perencanaan untuk mempengaruhi pasien TB (persuadee) agar tercapai suatu

    tujuan yaitu kesembuhan.

    2.1.5 Unsur-Unsur Komunikasi Persuasif

    Persuasi adalah bagian yang tidak dapat dihindari dalam setiap proses

    komunikasi antar individu. Persuasi adalah sebuah proses komunikasi yang

    bertujuan untuk mengubah pendapat, sikap dan perilaku individu secara personal

    maupun kelompok. Dalam melihat suatu proses komunikasi persuasi, terdapat

    enam unsur penting yang tidak dapat dihilangkan, karena keenam unsur tersebut

    berhubungan satu sama lain.

    Keenam unsur tersebut dijealskan dalam Soemirat (2017), yakni antara lain:

  • 15

    a. Persuader

    Persuader adalah orang atau sekelompok orang yang

    menyampaikan pesan dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat,

    dan perilaku orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal. Dalam hal

    ini, persuader adalah pengirim pesan.

    b. Persuadee

    Persuadee adalah orang atau kelompok orang yang menjadi tujuan

    pesan itu disampaikan atau disalurkan oleh persuader baik secara verbal

    maupun nonverbal. Dengan demikian, persuadee adalah penerima pesan.

    c. Pesan

    Menurut Simons (1976), pesan (message) adalah apa yang

    diucapkan oleh komunikator melalui kata-kata, gerak tubuh, dan nada

    suara. Pesan yang disampaikan kepada komunikan atau persuadee dapat

    berupa pesan verbal maupun nonverbal.

    d. Saluran

    Saluran merupakan perantara atau media yang digunakan oleh

    persuader untuk menyampaikan pesan kepada persuadee. Saluran

    dipergunakan oleh persuader untuk berkomunikasi dengan berbagai orang,

    secara formal maupun nonformal, secara tatap muka ataupun bermedia. .

    e. Umpan Balik

    Umpan balik merupakan bentuk reaksi atau respon yang datang

    dari persuadee setelah menerima pesan dari persuader. Dalam

    komunikasi persuasif, umpan balik berperan penting sebagai evaluasi

  • 16

    bagi persuader dan untuk mengukur apakah pesan yang disampaikan

    dapat diterima atau tidak.

    f. Efek Komunikasi Persuasif

    Efek komunikasi persuasif adalah perubahan yang terjadi pada diri

    persuadee sebagai akibat dan diterimanya pesan melalui proses

    komunikasi, efek yang terjadi dapat berbentuk perubahan sikap, pendapat

    dan tingkah laku (Maulana, 2013).

    Unsur-unsur tersebut tercantum dalam model komunikasi persuasif

    yang dibuat oleh Ronald L. Applebaum dan Karl W.E Anatol dalam

    bukunya Strategies for Persuassive Commuication. Dalam model tersebut

    kita dapat mengilustrasikan unsur-unsur diatas untuk melihat kejadian atau

    peristiwa persuasi. (Soemirat, 2017).

    Proses Komunikasi Persuasif tidak akan berjalan tanpa adanya keenam

    unsur diatas. Semua unsur yang telah dijelaskan, saling berhubungan dan tidak

    dapat berdiri sendiri. Unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan dalam

    komunikasi persuasif, dimana umpan balik dan efek sangat menentukan apakah

    proses komunikasi persuasif berhasil atau tidak. Dan apakah efek yang terjadi

    menunjukkan tercapainya tujuan atau tidak.

    2.1.6 Proses Komunikasi Persuasif

    Untuk memahami proses komunikasi persuasif secara sederhana, dimulai

    dengan bagaimana sumber memahami pesan dan menggambarkan laju internal

    dalam tahap pararel secara kasar untuk A dan B, sebagai berikut (Soemirat, 2017):

  • 17

    a. Tahap Pemahaman

    A sebagai pengirim pesan, menyeleksi berbagai alternatif pilian dari

    pikiran dan perasaannya untuk disampaikan.

    b. Tahap Encoding

    Dalam tahap ini pesan dibentuk seccara linguistik lalu dipindahkan ke

    dalam stimulus fisikal yang dapat berjalan melalui ruang.

    c. Tahap Decoding

    B sebagai penerima pesan, memindahkan kembali stimulus fisikal ke

    dalam bentuk-bentuk yang disepakati secara semantik.

    d. Tahap Evaluasi

    B sebagai penerima pesan, memperoleh beberapa ketidakcocokan antara

    pesan yang ia terima dengan apa yang ia pikirkan dan rasakan.

    2.1.7 Efektivitas Komunikasi Persuasif

    Suatu pesan dikatakan efektif jika makna pesan yang dikirim persuader

    berkaitan erat dengan makna pesan yang diterima atau ditangkap serta dipahami

    oleh sasaran (Soemirat, 2017).

    Goyer (dalam Soemirat, 2017) menjelaskan tentang efektivitas pesan

    komunikasi persuasif, yakni bila S adalah pengirim atau sumber pesan, dan R

    penerima pesan atau sasaran, maka komunikasi disebut mulus dan lengkap apabila

    respon yang diinginkan S dan respon yang diberikan R identik, jadi:

  • 18

    Gambar 2.3

    Efektivitas Pesan Komunikasi Persuasif

    Angka 1 menunjukkan keselarasan penyampaian dan penerimaan pesan.

    Namun, tidak hal ini tidak selalu berhasil. Goyer menambahkan bahwa semakin

    besar kaitan antara yang kita maksud dengan respon, yang kita terima, maka

    semakin efektif komunikasi yang kita lakukan.

    Menurut Nothstine dalam Soemirat (2017), pesan persuasif yang efektif

    dapat diwujudkan dengan menerapkan 9 hal berikut:

    a. Analisis sasaran. Sebelum pesan persuasif disampaikan,

    persuader harus terlebih dahulu memahami siapa sasarannya

    (persuadee), bagaimana latar belakangnya, posisinya, dan

    kondisinya. Dengan demikian, pesan yang disampaikan

    persuader akan mudah diterima oleh sasaran.

    b. Pesan yang disampaikan persuader harus jelas dan yang

    terpenting tetap menghormati perbedaan-perbedaan yang ada.

    Persuader harus memahami terlebih dahulu budayanya

    bagaimana dan konteks komunikasi seperti apa yang sesuai.

    Hal ini untuk menghindari adanya konflik dalam proses

    komunikasi.

    R Makna yang ditangkap penerima

    : = 1

    S Makna yang dimaksud pengirim

    Sumber: Soemirat, 2017: 5.9

  • 19

    c. Menjaga dan meningkatkan motivasi sasaran. Persuadee yang

    setuju maupun persuadee yang tidak setuju perlu diberikan

    motivasi. Perlu adanya penegasan agar tumbuh rasa antusiasme

    dans semangat dari sasaran.

    d. Tujuan yang realistis. Sasaran atau persuadee adalah manusia

    atau individu yang memiliki sikap, nilai, kepercayaan yang

    sudah lama terbentuk dalam dirinya. Sehingga tidak mudah

    untuk merubah aspke-aspek tersebut. Dengan itu, diperlukan

    adanya pemahaman antara kedua belah pihak yakni antara

    persuader dan persuadee. Proses komunikasi persuasif akan

    berjalan efektif apabila kedua pihak tersebut sama-sama

    berusaha untuk menerima dan mengerti.

    e. Pemahaman atas perbedaan individu. Dalam menilai individu

    harus didasari kesadaran bahwa setiap manusia memang

    berbeda-beda dan unik. Satu pesan persuasif tidak bisa

    digunakan kepada semua sasaran.

    f. Pemahaman informasi, maksudnya sasaran akan memahami

    pesan yang disampaikan oleh persuader dengan berbeda-beda

    pemahaman. Karena tingkat pemahaman dan pengalaman

    sasaran pasti berbeda-beda. Oleh karena itu, persuader tidak

    cukup melakukan komunikasi persuasif hanya dengan sedikit

    data dan fakta.

    g. Pemahaman atas kerumitan sasaran dalam menanggapi pesan,

    maksudnya sasaran adalah individu yang kompleks, tidak

  • 20

    semerta-merta dapat meanggapi pesan sekaligus. Dalam

    menanggapi pesan, sasaran akan melibatkan perasaan, selera,

    sikap, dan nilai-nilai yang dianutnya. Maka dari itu, persuadeer

    harus mampu memahami kondisi sasaran dan memberikan

    pemahaman sesuai kondisi sasaran.

    h. Pemahaman atas fakta hanyalah dasar bagi berpikir, merasa,

    dan berbuat. Maksudnya, dalam komunikasi persuasif, sasaran

    tidak cukup dibujuk hanya dengan fakta saja, tetapi harus

    benar-benar mengenai dirinnya secara keseluruhan, yaitu fakta

    yang didukung dengan faktor-faktor norma, budaya,

    kepribadian, dan fakotr-faktor lainnya.

    i. Pemahaman atas makna fakta, bahwa fakta tidak hanya sekedar

    fakta. Dalam hal ini, persuader harus menyadari bahwa sasaran

    juga memiliki hak untuk menginterpretasikan informasi dengan

    cara mereka. Agar komunikasi persuasif berjalan efektif,

    persuader harus menerima bahwa sasaran dapat menerima,

    meragukan, atau bahkan menentang apa yang disampaikannya

    meskipun hal tersebut dianggap benar oleh persuader.

    Dengan demikian, komunikai persuasif akan berjalan efektif apabila

    persuader dapat memahami karakter, sikap, kondisi, posisi, dan latar belakang

    sasaran dengan sebaik-baiknya. Dengan itu, pesan yang disampaikan akan terasa

    dekat dengan sasaran, misalnya bahasa, budaya, nilai-nilai, dan lain-lain sehingga

    pesan akan mudah diterima oleh sasaran. Selain itu, teknik penyampaian pesan

    tidak bisa hanya dengan satu cara. Tingkat pemahaman dan pengalaman sasaran

  • 21

    yang berbeda-beda, mengharuskan persuader untuk terampil dalam menentukan

    cara berkomunikasi secara persuasif.

    Maulana dalam bukunya Psikologi Komunikasi dan Persuasi (2013),

    menyatakan bahwa terdapat 5 tanda yang akan muncul dalam komunikasi efektif,

    yaitu:

    a. Pengertian: penerimaan yang diterima komunikan sesuai

    dengan yang dimaksudkan komunikator

    b. Kesenangan: komunikasi fatis (phatic communication), yaitu

    komunikasi yang menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah

    yang meimbulkan kehangatan, keakraban, dan menyenangkan.

    c. Mempengaruhi sikap: komunikasi persuasif memerlukan

    pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan

    pesan yang menimbulkan efek pada komunikan.

    d. Hubungan sosial yang baik: manusia adalah makhluk sosial

    yang tidak bisa hidup sendiri. William Schutz merinci

    kebutuhan kedalam tiga hal: kebutuhan untuk menumbuhkan

    dan mempertahankan hubungan dengan orang lain dalam hal

    interaksi dan asosiasi, pengendalian kekuasaan, serta kasih

    sayang.

    e. Tindakan: persuasi bertujuan untuk menimbulkan tindakan

    seperti yang dikehendaki komunikator. Tindakan tersebut

    merupakan indikator penting dalam efektivitas komunikasi

    persuasif. Maka, untuk menumbuhkan tindakan, perlu

  • 22

    menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap, dan

    menumbuhkan hubungan yang baik.

    Dengan demikian, komunikasi persuasif dapat dikatakan efektif apabila

    proses tersebut menumbuhkan efek atau dampak yang positif. Selain itu,

    hubungan yang terjalin antara komunikan dan komunikator menjadi lebih dekat

    dan tidak ada perselisihan. Tindakan dan perilaku komunikan berubah sesuai

    dengan tujuan yang diharapkan oleh komunikan. Kelima tanda tersebut dapat

    mengukur seberapa jauh komunikasi persuasif berjalan efektif.

    2.2 Strategi dalam Komunikasi Persuasif

    2.2.1 Konsep Strategi

    Menurut Ilardo (dalam Soemirat, 2017) strategi adalah rencana terpilih

    yang bersifat teliti dan hati-hati atau serangkaian manuver yang telah dirancang

    untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

    Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang memiliki tujuan yang harus

    dicapai. Oleh karena itu, dalam mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya

    strategi yang tepat untuk mencapai keberhasilan suatu kegiatan persuasif.

    Menurut Soemirat (2017), dalam menentukan strategi yang tepat, terdapat

    hal-hal yang perlu diperhatikan yang dijelaskan sebagai berikut:

    1. Spesifikasi tujuan persuasi

    Komunikasi persuasif merupakan komunikasi yang bertujuan

    untuk merubah pendapat, sikap dan perilaku sasaran. Komunikan harus

    menetapkan lebih spesifik apa goals dari komunikasi persuasif yang

    dilakukan.

  • 23

    2. Identifikasi kategori sasaran

    Keberhasilan komunikasi persuasif juga dipengaruhi oleh bagaimana

    komunikan mengenali sasarannya. Maka diperlukan identifikasi yang tepat

    sebelum menentukan strategi.

    3. Perumusan strategi persuasi

    Dalm hal ini, komunikan menyusun perencanaan-perencanaan yang akan

    dilakukan kepada sasaran.

    4. Pemilihan metode persuasi yang diterapkan

    Dalam memilih metode yang tepat, dapat dilakukan melalui tiga

    pendekatan yaitu, berdasarkan media yang digunakan, hubungan antara

    komunikator dan komunikan, dan pendekatan psikososial.

    2.2.2 Strategi Komunikasi Persuasif

    Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang mempunyai tujuan yang

    jelas dan harus dapat dicapai. Oleh karena itu, setiap kegiatan komunikasi

    persuasi perlu dilandasi strategi tertentu agar dapat mencapai tujuan yang

    diinginkan.

    Melvin L. De Fleur dan Sandra J. Ball-Roceach (dalam Soemirat, 2017)

    memberika beberapa strategi komunikasi persuasif sebagai berikut:

    a. Strategi Psikodinamika

    Strategi komunikasi berdasarkan konsep psikodinamika dipusatkan

    pada faktor emosional dan faktor kognitif. Dalam hal ini yang

    dilakukan adalah menggunakan pesan persuasi untuk pernyataan

    emosional, seperti marah dan takut. Strategi ini juga dapat digunakan

  • 24

    untuk menghubungkan pembangkit emosional dengan perilaku

    tertentu. Asumsi lain dari strategi ini adalah faktor-faktor kognitif

    berpengaruh besar terhadap perilaku manusia, jika faktor-faktor

    kognitif dapat dibah, maka faktor-faktor perilaku pun dapat diubah

    pula.

    b. Strategi Persuasi Sosiokultural

    Asumsi dalam strategi ini adalah perilaku manusia dipengaruhi

    oleh kekuatan dari luar individu seperti keluarga, teman, pasangan,

    tetangga, dan lain sebgainya. Dalam strategi ini, penting untuk

    memperhatikan lingkungan atau kelompok yang diikuti oleh

    sasarannya. Karena asumsinya, sasaran akan mengikuti perilaku dan

    pendapat lingkungannya. Jika keompok mereka mengajak dan

    menyarankan hal yang diinginkan peruader, maka dirinnya akn

    mengikuti apa yang dikatakan kelompoknya.

    c. Strategi The Meaning Construction

    Strategi ini dilakukan dengan memanipulasi pengertian. konsep

    dari strategi ini adalah apabila pengetahuan seseorang dapat dirubah,

    maka perilakunya pun dapat dirubah pula. Tugas persuader yaitu

    memberikan banyak informasi dan pengetahuan baru kepada

    sasarannya dengan berbagai cara. Dengan demikian, sasaran akan

    berfikiran bahwa apa yang disampaikan persuader memang harus

    diikuti. Dalam memberikan informasi, persuader tidak harus

    menggunakan media massa. Informasi tersebut bisa disampaikan

  • 25

    secara tatap muka, bahka informasi tersebut bisa muncul dari mulut ke

    mulut.

    Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi

    komunikasi merupakan serangkaian rencana yang digunakan untuk memperkuat,

    merubah, dan membentuk sikap perusadee sesuai dengan yang diinginkan

    persuader. Untuk menentukan strategi komunikasi persuasif, kita dapa

    mempelajari dan menggunakan strategi-strategi seperti yang dijelaskan di atas.

    2.3 Hambatan dalam Komunikasi Persuasif

    Menurut Fisher dalam Soemirat (2017), kegagalan atau hambatan yang

    terjadi dalam proses komunikasi yaitu dikarenakan oleh dua faktor, yakni faktor

    mekanistis komunikasi manusia dan faktor psikologis.

    Hambatan komunikasi secara mekanistis disebabkan oleh saluran pesan yang

    terbatas, terganggu, tercemar, atau dalam kondisi rusak. Hal ini dapat disebabkan

    oleh internal atau eksternal persuadee. Internal persuadee misalnya salah dalam

    mengartikan dan memahami pesan, dan eksternal persuadee misalnya isu-isu,

    gosip, kabar burung tentang isi pesan atau bahkan persuader.

    Hambatan komunikasi secara psikologis bersifat internal. Hambatan ini

    muncul karena adanya distorsi makna dalam pesan. hal ini dapat disebabkan oleh

    kultur, konflik peran, konflik dalam sistem sosial, dan lain-lain. Jadi, hambatan

    psikologis ini disebabkan karena adanya ketidakselarasan pemahaman dalam diri

    persuader dan persuadee.

    Herbert dan Gullet dalam Soemirat (2017) menjelaskan bahwa hambatan

    dalam komunikasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

  • 26

    a. Dogmatisme

    Sikap seseorang dalam mempertahankan pendapat, sikap, dan

    perilakunya ketika menerima pesan yang tidak sesuai dan persepsinya

    dan dapat merusak posisinya.

    b. Stereotipe

    Pendapat mengenai sesuatu yang sudah diyakini sebelumnya.

    Stereotipe dapat diartikan pula sebagai prasangka yang bersifat objektif.

    Apa yang dipahami dan diyakini sulit dirubah, karena selalu mengaitkan

    dengan hal-hal lain. Sebagai contoh, stereotipe jika perempuan tidak

    menyapu dengan bersih, maka kelak akan mendapatkan jodoh yang

    brewok.

    c. Pengaruh lingkaran

    Seseorang yang melihat pesan persuasi sebatas baik atau buruk,

    benar atau salah, hitam atau putih. Seseorang yang demikian, akan

    mendengarkan dan terpengaruh oleh orang yang disukainya dan akan

    menolak pesan jika yang menyampaikan adalah orang yang tidak

    disukainya.

    Dengan demikian, hambatan yang muncul dalam proses komunikasi

    persuasif dapat datang dari bagaimana cara persuadee memandang atau

    menerima pesan persuasif. Dogmatisme, stereotipe dan pengaruh lingkaran

    mungkin saja muncul diantara persuadee. Namun, hambatan ini tidak sepenuhnya

    akan merusak proses komunikasi, apabila persuader memahami kondisi dan

    karakteristik persuadee dengan baik dan tepat.

  • 27

    2.4 Komunikasi Kesehatan

    Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia

    yang berfokus pada bagaimana individu dalam suatu kelompok masyarakat

    menghadapi isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan dan upaya pemeliharaan

    kesehatan (Notoatmodjo, 2015). Dalam komunikasi kesehatan, yang menjadi

    fokus utama adalah terjadinya interaksi secara spesifik yang berhubungan dengan

    isu-isu kesehatan dn fakto-faktor yang mempengaruhinya. Interaksi yang

    berlangsung antara ahli kesehatan dengan pasien, antara pasien dengan keluarga

    merupakan perhatian utama dalam komunikasi kesehatan.

    Komunikasi kesehatan berusaha untuk mempengaruhi secara positif perilaku

    kesehatan individu hingga kelompok masyarakat, dengan menggunakan prinsip

    dan metode komunikasi baik komunikasi interpersonal maupun komunikai massa.

    Selain itu, komunikasi kesehatan merupakan studi yang mempelajari bagaimana

    strategi komunikasi yang tepat untuk menyebarluaskan informasi kesehatan untuk

    mempengaruhi sasaran agar membuat keputusan yang tepat sesuai dengan

    pengelolaan kesehatan (Liliweri, 2007).

    Dengan demikian, komunikasi memiliki peran penting dalam dunia

    kesehatan, dimana tujuannya adalah merubah perilaku individu maupun kelompok

    masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran tentang isu-isu, resiko, dan

    solusi kesehatan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Rahmadiana (2012) yang

    menyatakan bahwa tidak ada jalan lain untuk menyukseskan kesehatan individu

    dan masyarakat kecuali dengan memanfaatkan dan mengikutsertakan peranan

    komunikas, terutama strategi komunikasi.

  • 28

    2.5 Tuberkulosis

    2.5.1 Definisi Tuberkulosis

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tuberkulosis adalah

    penyakit spesifik yang disebabkan oleh paru-paru (batuk kering, batu darah),

    tulang, dan sebagainya. Sedangakan menurut data Kementrian Kesehatan RI

    dalam Infodatin (2018), tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang

    disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kelompok bakteri

    Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan

    gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than

    Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan

    pengobatan TBC.

    2.5.2 Gejala dan Faktor Penyebab Tuberkulosis

    Tuberkulosis dapat diderita oleh siapapun dan usia berapapun. Untuk

    mengenali lebih lanjut terkait tuberkulosis, maka yang perlu untuk dipahami

    adalah gejala-gejala yang muncul. Misnadiarly (2006) menjelaskan gejala-gejala

    yang muncul pada penderita tuberkulosis, yaitu:

    a. Batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu

    b. Sesak nafas dan nyeri dada

    c. Badan lemah, kurang enak badan

    d. Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan

    e. Berat badan menurun

    Faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya virus penyakit tuberkulosis

    dijelaskan oleh Nurhasan (2004), yaitu:

  • 29

    a. Sistem imun tubuh yang lemah dan kekurangan gizi

    b. Tinggal bersama dengan penderita tuberkulosis

    c. Berinteraksi secara langsung dengan penderita tuberkulosis

    d. Berada dalam lingkungan yang lembab, kurang pencahayaan, dan minim

    ventilasi udara

    Apabila hal-hal tersebut terjadi pada penderita tuberkulosis, maka penyakit

    yang diderita akan semakin parah.

    2.5.3 Penyembuhan Tuberkulosis

    Penyakit tuberkulosis dapat disembuhkan secara total dengan meminum obat

    anti TBC, namun harus melalui pengobatan yang dilakukan secara rutin dan

    konsisten.

    Tuberkulosis tidak cukup hanya dengan sekali meminum obat. Menurut

    Misnadiarly (2006), lama pengobatan penyakit tuberkulosis adalah sekitar 6-8

    bulan dan dilakukan secara teratur. Oleh karena itu, perlu adanya pengawas

    minum obat (PMO) bagi setiap penderita. Dengan adanya PMO, pengobatan akan

    terkontrol dengan tepat, selain itu PMO membantu dalam pemeriksaan dahak

    ulang untuk menentukan kesembuhannya. Obat yang dianjurkan harus diminum

    secara teratur sampai dinyatakan sembuh oleh dokter.

    Dalam waktu kira-kira dua minggu, pasien akan merasa lebih baik dan

    beranggapan bahwa sudah sembuh. Tetapi, keadaan ini justru menjebak dan

    membuat penderita gagal dalam pengobatan. Dalam setengah bulan, yang berhasil

    diatasi adalah bakteri di luar sel. Sedangkan, penanggulangan bakteri yang

    berdiam didalam sel memerlukan waktu paling tidak enam bulan (Nurhasan,

  • 30

    2004). Oleh karena itu, penderita harus mengetahui terkait hal ini. Karena tidak

    jarang pasien yang sudah merasa sembuh memilih untuk tidak melanjutkan

    pengobatan.

    Perlu ditekankan bahwa penghentian obat yang tidak sesuai dengan jadwal

    akan menyebabkan timbulnya bahaya resistensi. Apabila resistensi muncul, maka

    kuman dan bakteri akan semakin sulit untuk diberantas. Hal seperti ini

    menyebabkan kondisi penderita tuberkulosis semakin parah. Penderita

    tuberkulosis dengan resistensi obat disebut TB MDR atau Multidrug-Resistant

    Tuberculosis, yaitu tuberkulosis yang resisten terhadap manfaat dua obat

    antituberkulosis yang paling kuat, yaitu isoniazid dan rifampisin (alodokter.com).

    Apabila penderita TB telah meningkat menjadi TB MDR, kemungkinan jenis obat

    harus diganti dengan yang lain meskipun harapan sembuh tidak berbanding lurus

    dengan penggantian obat semacam ini. Oleh karena itu, sikap yang perlu diambil

    adalah menjaga konsistensi berobat sesuai jadwal ang ditentukan oleh petugas

    kesehatan.

    Tidak menutup kemungkinan penyembuhan terganggu karena rasa malu

    yang muncul pada diri penderita tuberkulosis. Hal seperti ini hendaknya dihindari,

    karena rasa malu hanya semakin memperburuk penyakit. Lebih baik terbuka dan

    mengambil tindakan pengobatan secepatnya sebelum terlambat.

    2.5.4 Peran Anggota Masyarakat

    Nurhasan (2004) menjelaskan bahwa semua anggota masyarakat dapat

    berperan dalam menyadarkan dan mengedukasi penderita akan pentingnya

  • 31

    berobat dengan teratur dan tertib, menjaga pola makan yang sehat, dan kebersihan

    lingkungan.

    Sebagai anggota masyarakat, kita harus mendukung program pemerintah

    terkait penanggulangan penyakit tuberkulosis. Kita dapat membantu merawat

    lingkungan, mengingatkan penderita tuberkulosis disekitar kita, dan menyarankan

    untuk pergi ke dokter apabila muncul gejala-gejala tuberkulosis pada orang sekitar

    kita. Hal-hal tersebut sangat membantu para kader kesehatan yang bertugas

    membagikan pil-pil anti TB kepada penderita, menampung dahak penderita untuk

    dibawa ke puskesmas terdekat, memberikan penyuluhan langsung untuk

    meningkatkan pengetahuan tentang tuberkulosis dan cara mengatasinya, dan

    mendorong penderita tuberkulosis di lingkngannya agar bisa berobat secara

    teratur ke puskesmas (Nurhasan, 2017).

    Berkaitan dengan penelitian ini, kader TB Care telah berupaya untuk

    menjalankan program dalam rangka menanggulangi penyakit tuberkulosis. Para

    kader TB care adalah anggota masyarakat yang mendedikasikan dirinya untuk

    membantu pengobatan penderita tuberkulosis hingga sembuh. Dengan harapan

    penyebaran viru tuberkulosis dapat dihentikan dan penderita tuberkulosis dapat

    sembuh total.

    2.6 Fokus Penelitian

    Peneliti akan menentukan batasan penelitian agar mempermudah peneliti

    dalam mendalami permasalahan. Fokus dari penelitian ini adalah strategi

    komunikasi persuasif yang diterapkan oleh kader TB Care dalam proses

    penyembuhan pasien TB. Strategi yang dimaksud adalah bagaimana kader TB

  • 32

    Care merencanakan pesan untuk disampaikan kepada sasaran yakni pasien TB.

    Peneliti berfokus kepada identifikasi saasaran yang dilakukan oleh kader TB Care

    dan strategi komunikasi persuasif yang dikemukakan oleh Melvin L. De Fleur dan

    Sandra J. Ball-Roceach yakni, strategi Psikodinamika, strategi Sosiokultural,

    strategi The Meaning Construction. Selain itu, peneliti juga berfokus kepada

    hambatan-hambatan yang dialami oleh kader TB Care selama proses pengobatan.

    Dalam hal ini, peneliti merujuk pada aspek faktor-faktor penyebab hambatan

    dalam komunikasi persuasif yaitu, dogmatisme, stereotipe, dan pengaruh

    lingkaran.