Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Motivasi
2.1.1 Pengertian Motivasi
Motif atau motivasi berasal dari kata Latin moreve yang berarti
dorongan dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku
(Notoatmodjo,2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang
dikutip dalam Kompri (2016) disebutkan bahwa motivasi adalah dorongan
yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Atau usaha-usaha yang
dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), motivasi atau motif adalah suatu
dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Santrock
dalam Kompri (2016) mengungkapkan bahwa motivasi adalah proses yang
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Lestari (2015) menjelaskan bahwa motivasi merupakan kekuatan,
dorongan, kebutuhan, tekanan dan mekanisme psikologis dari akumulasi
faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal bersumber dari dalam
diri individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal bersumber dari luar
9
individu. Faktor internal dan eksternal tersebut berinteraksi dan
diaktualisasikan oleh individu dalam bentuk suatu tindakan. Motivasi adalah
semua hal verbal, fisik atau psikologis yang membuat seseorang melakukan
sesuatu sebagai respon. Pengertian lain dari motivasi menurut Lestari adalah
karakteristik psikologis manusia yang memberikan kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan dan
mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu.
Mardianto dalam Kompri (2016) juga menjelaskan bahwa tiga kata
kunci dari motivasi yang dapat diambil dari pengertian psikologi. Yang
pertama adalah dalam motivasi terdapat dorongan yang menjadikan
seseorang mengambil tindakan atau tidak mengambil tindakan. Kedua,
dalam motivasi terdapat satu pertimbangan apakah harus memprioritaskan
tindakan alternatif, baik itu tindakan A atau tindakan B. Ketiga, dalam
motivasi terdapat lingkungan yang memberi atau menjadi sumber masukan
atau pertimbangan seseorang untuk melakukan tindakan pertama atau
kedua.
Sehingga berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang
untuk melakukan suatu tindakan dalam usaha mencapai tujuan yang
diinginkan berdasarkan akumulasi dari faktor-faktor internal dan eksternal.
Motivasi yang terdapat dalam diri seseorang akan mempengaruhi semangat,
arah dan kegigihan perilaku yang dimilikinya, sehingga perilaku tersebut
menjadi penuh energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi juga dapat
10
mengarahkan seseorang untuk memprioritaskan tindakan selanjutnya
melalui pertimbangan berdasarkan masukan-masukan yang diterima oleh
seorang individu.
2.1.2 Fungsi Motivasi
Lestari (2015) mengungkapkan bahwa secara umum tujuan dari
motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar
timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau tujuan tertentu. Sedangkan Hamalik dalam Kompri
(2016) menjelaskan bahwa motivasi memiliki beberapa fungsi. Fungsi
motivasi tersebut diantaranya yaitu untuk mendorong timbulnya kelakuan
atau suatu perbuatan, sebagai pengarah untuk mengarahkan perbuatan atau
pencapaian tujuan yang diinginkan, serta sebagai penggerak yang diartikan
dalam besar kecilnya motivasi yang dimiliki akan menentukan cepat
lambatnya suatu pekerjaan.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Lestari (2015) mengungkapkan bahwa motivasi dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Faktor Fisik/ Ektrinsik
Motivasi di dalam diri individu yang mendorong untuk bertindak dalam
rangka memenuhi kebutuhan fisik seperti kebutuhan jasmani, raga, materi,
benda, atau berkaitan dengan alam. Faktor fisik merupakan faktor yang
berhubungan dengan kondisi lingkungan dan kondisi seseorang, meliputi
kondisi fisik lingkungan, keadaan atau kondisi kesehatan, umur, dan
11
sebagainya. Faktor ini juga dapat bersumber dari kondisi sosial, tekanan dan
regulasi keorganisasian.
b. Faktor Herediter
Motivasi dapat pula dipengaruhi oleh faktor herediter atau pembawaan
dari keturunan individu.
c. Faktor Intrinsik Seseorang
Motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri biasanya timbul dari
perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan dirinya, sehingga menimbulkan
kepuasan dari apa yang sudah dilakukan. Faktor intrinsik dapat pula disebut
sebagai akumulasi aspek-aspek internal individu, seperti kepribadian,
intelegensi, ciri-ciri fisik, kebiasaan, kesadaran, minat, bakat, kemauan,
spirit, antusiasme, dan sebagainya.
d. Fasilitas (Sarana dan Prasarana)
Motivasi yang timbul karena adanya kenyamanan dan segala yang
memudahkan dengan tersedianya sarana-sarana yang dibutuhkan.
e. Situasi dan Kondisi
Motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi, sehingga
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
f. Program dan Aktifitas
Motivasi yang timbul atas dorongan dalam diri seseorang atau pihak
lain yang didasari dengan adanya kegiatan (program) rutin dengan tujuan
tertentu.
g. Audio Visual (Media)
12
Motivasi yang timbul dengan adanya informasi yang didapat dari
perantara sehingga mendorong hati seseorang untuk melakukan sesuatu.
h. Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir logis dan bekerja. Sehingga motivasi seseorang
dalam melakukan suatu hal lebih kuat.
2.1.4 Macam-macam Motivasi
Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa motif dapat dibagi
berdasarkan berbagai pandangan dari para ahli. Pembagian tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Berdasarkan Kebutuhan Manusia
1) Motif kebutuhan biologis, seperti minum, makan, bernapas,
seksual, bekerja, dan beristirahat.
2) Motif darurat, yang mencakup dorongan-dorongan menyelamatkan
diri, berusaha, dan dorongan untuk membalas.
3) Motif objektif, yang meliputi kebutuhan untuk melakukan
eksplorasi, melakukan manipulasi dan sebagainya.
b. Berdasarkan Terbentuknya Motif
1) Motif-motif pembawaan, yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari,
seperti dorongan untuk makan, minum, beristirahat, dan
sebagainya.
13
2) Motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbul karena
dipelajari, seperti dorongan untuk belajar, dorongan untuk
mengejar kedudukan, dan sebagainya.
c. Berdasarkan Penyebab atau Sumbernya
1) Motif ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsi karena adanya
rangsangan dari luar. Misalnya, seseorang ibu mau mendatangi
penyuluhan gizi, karena menurut kader kesehatan informasi gizi
penting dalam rangka perkembangan anaknya.
2) Motif intrinsik, yaitu motif yang berfungsi tanpa rangsangan dari
luar tetapi sudah dengan sendirinya terdorong untuk berbuat
sesuatu.
2.1.5 Metode Peningkatan Motivasi
Untuk meningkatkan motivasi seseorang terhadap suatu jenis perilaku
dapat dilakukan dengan metode tertentu. Cara atau metode untuk
meningkatkan motivasi menurut para ahli dalam model-model motivasi
yang dikutip dari Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut:
a. Model Tradisional
Model ini menekankan bahwa untuk memotivasi masyarakat agar
mereka berperilaku sehat, perlu pemberian insentif berupa materi bagi
anggota masyarakat yang mempunyai prestasi tinggi dalam berperilaku
hidup sehat. Anggota masyarakat yang mempunyai prestasi makin baik
dalam berperilaku sehat, maka makin banyak atau makin sering anggota
masyarakat tersebut mendapat insentif.
14
b. Model Hubungan Manusia
Model ini menekankan bahwa untuk meningkatkan motivasi
berperilaku sehat, perlu dilakukan pengakuan atau memperhatikan
kebutuhan sosial mereka, meyakinkan bahwa setiap orang adalah
penting dan berguna bagi masyarakat. Oleh sebab itu, model ini lebih
menekankan memberikan kebebasan berpendapat, berkreasi, dan
berorganisasi, dan sebagainya.
c. Model Sumber Daya Manusia
Model ini mengatakan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan motivasi. Menurut model ini, setiap manusia
cenderung untuk mencapai kepuasan dari prestasi yang dicapai, dan
prestasi tersebut merupakan tanggung jawabnya sebagai anggota
masyarakat. Motivasi akan meningkat jika kepada masyarakat diberikan
kepercayaan dan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya
dalam memelihara kesehatan.
Lestari (2015) juga menjelaskan cara-cara untuk meningkatkan
motivasi dapat dilakukan melalui tiga cara. Cara yang pertama adalah
memotivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu cara memotivasi
dengan ancaman hukuman atau kekerasan dasar yang bertujuan agar
individu dapat melakukan apa yang harus dilakukan. Cara yang kedua
adalah memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement), yaitu cara
memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu
yang diharapkan. Cara yang ketiga adalah memotivasi dengan identifikasi
15
keterlibatan kesadaran diri (motivating by identification on ego-
involvement), yaitu memotivasi dengan menanamkan kesadaran.
2.1.6 Penilaian Motivasi
Penilaian motivasi dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner
dengan skala pengukurannya menggunakan skala Likert. Dalam skala ini
setiap pernyataan yang dijawab oleh responden akan diberi skor sesuai
dengan nilai skala kategori dan selanjutnya dijumlahkan sehingga
menunjukkan skor responden. Metode ini juga dinamakan metode rating
yang dijumlahkan (method of summated ratings) oleh Bird (1940) yang
semula dikembangkan oleh Rensis Likert, sehingga dikenal dengan nama
metode pengembangan skala model Likert (Azwar, 2012).
Pada skala model Likert dengan menggunakan pernyataan, respon
yang diharapkan dari responden adalah taraf kesetujuan atau tidak
kesetujuan dalam variasi sangat setuju (SS), setuju (S), tidak tentu (TT),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Pernyataan yang terdapat
dalam skala pengukuran ini ada yang mengarah pada pernyataan
mendukung (favorable statement) pada topik yang dipersoalkan serta ada
yang mengarah pada tidak mendukung (unvaforable statement), dimana
jumlah pernyataan mendukung dan tidak mendukung dalam satu perangkat
alat ukur tersebut harus seimbang.
16
2.2 Konsep Penyuluhan
2.2.1 Definisi Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses belajar untuk
mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif dari individu
atau kelompok terhadap kesehatan (Syafrudin, 2009). Nyswander dalam
Syafrudin (2009) mengungkapkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan
suatu proses perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma
kesehatan. Pendekatan edukatif yang dilakukan merupaka rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, terarah dengan
partisipasi individu, kelompok maupun masyarakat secara keseluruhan
untuk memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan
memperhitungkan faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat.
Penyuluhan kesehatan memerlukan adanya media sebagai sarana untuk
menyampaikan informasi yang diperlukan.
Media berasal dari latin “medius” yang berarti “tengah, “peramana”,
atau “pengantar” dan jika diartikan secara harfiah dalam bahasa Arab, media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien. Penggunaan media
secara kreatif akan memungkinkan audien untuk belajar lebih baik dan
dapat meningkatkan performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai (Mubarak, 2012).
17
Sehingga berdasarkan definisi yang telah dipaparkan, penyuluhan
dengan menggunakan media berfungsi sebagai perantara atau pengantar
pesan yang digunakan dalam penyuluhan yang berguna untuk mendorong
seseorang dari dalam dirinya untuk mengembangkan sikap yang positf dan
perubahan perilaku sesuai tujuan yang ingin dicapai dari penyuluhan dengan
bantuan media yang digunakan dalam penyuluhan.
2.2.2 Macam-macam Media Penyuluhan
Alat bantu pendidikan atau media penyuluhan adalah alat-alat yang
digunakan dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan kesehatan. Media
penyuluhan disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada
setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin
banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu, maka semakin
banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh
(Notoatmodjo, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2012) secara garis besar hanya ada tiga
macam media yang digunakan dalam penyuluhan. Media-media tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Alat bantu lihat (visual aids).
Media ini berguna membantu menstimulasi indra mata (penglihatan)
pada waktu terjadinya proses penerimaan pesan. Media ini terdapat dalam
dua bentuk yaitu sebagai alat yang diproyeksikan dan tidak diproyeksikan
seperti gambar peta, bagan, bola dunia, dan sebagainya.
b. Alat bantu dengan (audio aids)
18
Media ini adalah media yang membantu menstimulasi indra
pendengaran pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran.
Misalnya piringan hitam, radio, dan sebagainya.
c. Alat bantu lihat-dengar (audio-visual aids)
Mubarak (2012) menjelaskan media audio-visual merupakan bentuk
media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Salah satu contoh
dari media audio-visual adalah kombinasi slide dan suara. Gabungan slide
(film bingkai) dan tape audio adalah jenis sistem multimedia yang paling
mudah diproduksi. Sistem multimedia ini serba guna, mudah digunakan,
dan cukup efektif untuk pengajaran kelompok atau pengajaran perorangan
dan belajar mandiri. Jika didesain dengan baik, sistem multimedia dapat
membawa dampak yang dramatis dan dapat meningkatkan hasil belajar.
Contoh lain dari media audio visual adalah video. Video merupakan
media audio visual yang semakin populer dalam masyarakat. Pesan yang
disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif yang bisa bersifat informatif,
edukatif maupun instruksional.
2.2.3 Fungsi dan Manfaat Media Penyuluhan
Menurut Kemp & Dayton dalam Mubarak (2012) ada tiga fungsi
utama dari media dalam kegiatan pembelajaran atau penyuluhan. Fungsi
tersebut yaitu untuk memotivasi minat dan tindakan, menyajikan informasi
dan memberi instruksi. Sedangkan manfaat dari media dalam proses belajar
mengajar dalam penyuluhan menurut Dr. Azhar Arsyad dalam Mubarak
19
(2012) antara lain dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar serta dapat menimbulkan motivasi belajar.
2.2.4 Penyuluhan ASI Eksklusif
a. Definisi ASI Eksklusif
Air susu ibu merupakan sekresi cairan dari payudara ibu yang mulai
muncul saat akhir kehamilan atau setelah persalinan, yang mana berfungsi
sebagai sumber nutrisi bagi bayi. Menurut Sekartini (2011), ASI merupakan
makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai dengan
kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang,
terutama pada 2 tahun pertama kehidupan. Sedangkan menurut Simkin
(2008), air susu ibu adalah sumber nutrien satu-satunya yang juga berperan
pada pertumbuhan yang cepat dan sehat dari otak dan sistem saraf bayi,
pematangan sistem pencernaan, dan perkembangan sistem kekebalan
tubuhnya (imunitas).
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama enam bulan,
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah enam bulan, bayi dapat mulai
diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) dengan tetap diberikan ASI
sampai anak berusia dua tahun atau lebih (Ambarwati, 2010).
Widuri (2013) menjelaskan bahwa ASI eksklusif adalah air susu ibu
yang wajib diberikan atau disusukan pada bayinya yang baru lahir sampai
bayinya berusia enam bulan, tanpa diberikan tambahan apapun pada bayi
20
tersebut. Selama pemberian ASI eksklusif, ibu tidak perlu memberikan
tambahan apapun baik air putih, sari buah maupun susu formula.
b. Jenis-jenis ASI
Air susu ibu yang dihasilkan secara alami sejak awal ASI mulai
diproduksi oleh payudara hingga selama ibu menyusui bayinya dibedakan
dalam tiga jenis. Menurut penjelasan yang dikutip dari Widuri (2013) dan
Maritalia (2012), jenis-jenis ASI tersebut diawali dengan keluarnya
kolostrum. Kolostrum merupakan cairan berwarna kuning keemasan yang
dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah ibu melahirkan yang keluar antara
2-4 hari. Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan
berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung protein, mineral, garam,
vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI
matur. Selain itu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
Protein utema pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM),
yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir
bakteri, virus, jamur dan parasit. Meskipun kolostrum yang keluar sedikit,
tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas
lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Kolostrum juga merupakan pencahar
ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru
lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi.
Jenis ASI yang kedua adalah Transitional milk atau disebut juga ASI
peralihan. Air susu ibu peralihan adalah air susu ibu yang dihasilkan setelah
keluarnya kolostrum. Air susu ibu peralihan ini keluar antara 8-20 hari,
21
dimana kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi, dan kadar
protein, mineral lebih rendah, serta mengandung lebih banyak kalori
daripada kolostrum. Namun ada juga yang mengatakan bahwa air susu ibu
peralihan baru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5. Volumenya
juga akan meningkat.
Jenis yang terakhir adalah Mature milk atau disebut juga ASI matang.
Air susu ibu matang adalah air susu ibu yang dihasilkan sekitar 21 hari
setelah melahirkan dengan volume bervariasi antara kurang lebih 300-850
ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Ada juga yang
mengatakan bahwa matur milk ini baru dimulai pada minggu ke-3 sampai
minggu ke-5. Matur milk mengandung sekitar 90% air yang diperlukan
untuk memelihara hidrasi bayi, dan 10% karbohidrat, protein dan lemak
untuk perkembangan bayi. Kandungan ASI matur relatif konstan dan tidak
menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat
lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer dan mempunyai
kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air.
Selanjutnya, air susu ibu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan
lemak dan nutrisi sehingga akan membuat bayi lebih cepat kenyang. Dengan
demikian, bayi akan membutuhkan baik foremilk maupun hindmilk.
c. Manfaat Pemberian ASI
1) Manfaat Pemberian ASI untuk Ibu
22
Pemberian ASI yang dilakukan oleh ibu tidak hanya memberikan
manfaat pada bayi. Manfaat yang juga dapat diperoleh oleh ibu menurut
Maritalia (2012) antara lain :
Aspek Kesehatan Ibu.
Hisapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin yang
membantu involusi uteri dan mencegah terjadinya perdarahan
pasca persalinan dan mengurangi prevalensi anemia. Menurut
Maryunani (2009), pada saat memberikan ASI, otomatis resiko
perdarahan pasca salin berkurang. Naiknya kadar hormon oksitosin
selama menyusui akan menyebabkan semua otot polos mengalami
kontraksi. Kondisi inilah yang mengakibatkan uterus mengecil
sekaligus menghentikan perdarahan. Perlu diketahui, perdarahan
yang berlangsung dalam tenggang waktu lama merupakan salah
satu penyebab anemia.
Manfaat selanjutnya yaitu dapat mengurangi terjadinya
karsinoma indung telur dan mammae. Menurut Maryunani (2009),
menyusui dapat mencegah kanker payudara (karena pada saat
menyusui hormon estrogen mengalami penurunan, sementara itu
tanpa aktivitas menyusui, kadar hormon estrogen tetap tinggi dan
inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara
karena tidak adanya keseimbangan antara hormon estrogen dan
progesteron).
23
Selain itu, menyusui juga dapat mengurangi angka kejadian
osteoporosis dan patah tulang panggul setelah menopause, serta
menurunkan kejadian obesitas karena kehamilan. Seperti yang
dijelaskan oleh Maryunani (2009), bahwa menyusui secara teratur
akan menurunkan berat badan ibu secara bertahap.
Aspek Keluarga Berencana.
Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan.
Menyusui secara eksklusif dapat digunakan sebagai metode
kontrasepsi alamiah yang sering disebut Metode Amenorrhea
Laktasi (MAL). Maryunani (2009) menjelaskan bahwa pemberian
ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi sampai
enam bulan setelah kelahiran karena isapan bayi merangsang
hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi/pematangan
telur sehingga menunda kesuburan.
Aspek Psikologis.
Perasaan bangga dan dibutuhkan membuat ibu senantiasa
memperhatikan bayinya sehingga tercipta hubungan atau ikatan
batin antara ibu dan bayi (Maryunani, 2009).
2) Manfaat Pemberian ASI untuk Bayi
ASI merupakan makanan pertama dan utama pada bayi. Berbagai
keunggulan yang terdapat pada ASI memberikan banyak manfaat pada
bayi. Berikut adalah manfaat yang dapat diperoleh bayi yang
mendapatkan ASI :
24
Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
Secara alamiah, ASI memberikan kebutuhan yang sesuai
dengan usia kelahiran bayi (seperti untuk bayi prematur, ASI
memiliki kandungan protein lebih tinggi dibandingkan ASI untuk
bayi yang cukup bulan) (Maryunani, 2009). Zat gizi yang terdapat
dalam ASI antara lain: lemak, karbohidrat, protein, garam dan
mineral, serta vitamin. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi
dan energi selama satu bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi
selama enam bulan kedua dalam tahun pertama, dan sepertiga
nutrisi atau lebih selama tahun kedua Maritalia (2012).
Selain gizi lengkap yang bersifat alami, keseimbangan yang
tepat antara protien, karbohidrat, lemak dan mineral menyebabkan
ASI lebih mudah dicerna dan diserap oleh usus bayi, sehingga
jarang sekali menimbulkan gangguan pencernaan seperti diare dan
konstipasi. Selain itu, pemberian ASI juga bebas kuman karena
diberikan secara langsung dan suhu ASI yang diproduksi juga
sesuai dengan kebutuhan bayi (Maryunani,2009 dan
Novianti,2009).
ASI mengandung zat protektif.
Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka
bayi jarang mengalami sakit. Zat-zat protektif tersebut menurut
Maritalia (2012) antara lain:
25
- Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam
laktat dan asam asetat, yang membantu memberikan
keasaman pada pencernaan sehingga menghambat
pertumbuhan mikroorganisme).
- Laktoferin, mengikat zat besi sehingga membantu
menghambat pertumbuhan kuman.
- Lisozim, merupakan enzim yang memecah dinding bakteri
dan anti inflamatori bekerjasama dengan peroksida dan
askorbat untuk menyerang E-Coli dan Salmonela.
- Komplemen C3 dan C4.
- Faktor antistreptokokus, melindungi bayi dari kuman
streptokokus.
- Antibodi.
- Imunitas seluler, ASI mengandung sel-sel yang berfungsi
membunuh dan memfagositosis mikroorganisme,
membentuk C3 dan C4, lisozim dan laktoferin.
- Tidak menimbulkan alergi karena ASI mengandung protein
yang spesifik untuk melindungi bayi dari alergi (Maryunani,
2009).
Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan ibu dan
bayi.
26
Pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul
rasa aman dan nyaman bagi bayi. Perasaan ini sangat penting untuk
menimbulkan rasa percaya (basic sense of trust) (Maritalia, 2012).
Menyebabkan tumbuh kembang bayi menjadi baik.
Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki tumbuh kembang
baik. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan berat badan bayi da
kecerdasan otaknya. Maryunani (2009) juga mengatakan bahwa
menyusui akan melatih daya isap bayi dan membantu membentuk
otot pipi yang baik.
Mengurangi kejadian karies dentis.
ASI mengandung lebih banyak kadar selenium yang
melindungi gigi dari kerusakan (Maryunani, 2009). Sedangkan
insidensi karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI.
Kebiasaan menyusu dengan botol atau dot akan menyebabkan gigi
lebih lama kontak dengan susu formula sehingga gigi menjadi lebih
asam (Maritalia, 2012).
Mengurangi kejadian maloklusi.
Penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang
mendorong ke depan akibat menyusui dengan botol dan dot
(Maritalia, 2012).
3) Manfaat Pemberian ASI untuk Keluarga
27
Manfaat ASI dilihat dari aspek ekonomi adalah: ASI tidak perlu
dibeli, mudah dan praktis, mengurangi biaya berobat (bayi yang diberi
susu formula sering mengalami diare). Manfaat ASI ditinjau dari aspek
psikologis adalah dengan memberikan ASI, maka kebahagiaan keluarga
menjadi bertambah, kelahiran jarang, kejiwaan ibu baik dan tercipta
kedekatan antara ibu-bayi dan anggota keluarga (Maritalia, 2012).
4) Manfaat Pemberian ASI untuk Negara
Menurut Ambarwati (2010), manfaat yang didapatkan oleh
negara dari pemberian ASI pada bayi adalah dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian bayi. Hal ini desebabkan karena adanya faktor
protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi
baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian
epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari
penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran
pernapasan akut bagian bawah.
Manfaat selanjutnya adalah bahwa pemberian ASI dapat
menghemat devisa negara, karena ASI dapat dianggap sebagai
kekayaan nasional. Apabila semua ibu dapat menyusui bayinya dengan
ASI, maka negara diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp.
8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula. Selain
dapat menghemat devisa negara, pemberian ASI juga dapat mengurangi
subsidi untuk rumah sakit. Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena
rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi,
28
mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial, serta
mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak
yang mendapat ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan
dengan anak yang mendapat susu formula. Dengan meningkatnya
kualitas kesehatan anak yang mendapat ASI, maka dapat meningkatan
kualitas generasi penerus. Hal ini dikarenakan anak yang mendapat ASI
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga kalitas generasi
penerus bangsa akan terjamin.
d. Masalah dalam Pemberian ASI
Dewi (2014) menjelaskan bahwa kegagalan dalam proses menyusui
sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada
ibu maupun pada bayi. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan keadaan
khusus. Selain itu, ibu sering kali mengeluhkan bayinya sering menangis,
tidak mau menyusu, dan sebagainya yang sering diartikan bahwa ASI tidak
cukup, atau ASI tidak enak, tidak baik, atau apapun pendapatnya sehingga
sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui.
Berikut ini adalah beberapa masalah dalam pemberian ASI yang dapat
terjadi pada ibu maupun pada bayi menurut Dewi (2014) :
1) Kurang/ Salah Informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula sama baiknya atau
bahkan lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila
merasa jika ASI kurang. Selain itu, banyak ibu yang tidak mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan pemberian ASI. Seperti informasi
29
mengenai defekasi bayi dengan konsistensi lembek pada minggu-
minggu pertama dianggap sebagai diare. Padahal sifat defekasi bayi
yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat
sebagai laksan (zat pencahar). Informasi lain yang kurang dipahami
yakni belum keluarnya ASI pada hari pertama sehingga bayi dianggap
perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan
dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat
mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. Di samping
itu, pemberian minum sebelum ASI keluar akan memperlambat
pengeluaran ASI karena bayi menjadi kenyang dan malas menyusu.
Selain itu, juga terdapat anggapan jika payudara berukuran kecil
dianggap kurang menghasilkan ASI. Padahal ukuran payudara tidak
menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena kelenjar
penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi
ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan
dengan baik dan benar.
Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dapat
dilakukan pemberian informasi pada ibu oleh petugas kesehatan seperti
bidan. Informasi yang dapat disampaikan dapat berupa hal-hal seputar
menyusui seperti fisiologi laktasi, keuntungan pemberian ASI, cara
menyusui yang baik dan benar, kerugian pemberian susu formula, serta
menunda pemberian makanan lainnya sebelum bayi berusia enam
bulan.
30
2) Puting Susu Datar atau Terbenam
Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak
selalu menjadi masalah. Tindakan yang paling efisien untuk
memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat.
3) Puting Susu Lecet (Abraded and or Cracked Nipple)
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui
akibat teknik menyusui yang tidak benar. Munculnya lecet juga dapat
disebabkan karena bayi yang memiliki tali lidah pendek (frenulum
lingue) serta cara menghentikan menyusui yang kurang tepat. Selain
lecet, ibu juga dapat terjadi retak dan pembentukan celah-celah pada
putingnya, akan tetapi retakan pada puting dapat sembuh sendiri dalam
waktu 48 jam. Penyebab lain yang dapat menimbulkan puting susu lecet
yaitu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu
membersihkan puting susu sehingga membuat puting ibu iritasi. Selain
itu, adanya moniliasis pada mulut bayi juga dapat menular pada puting
susu ibu sehingga dapat menimbulkan infeksi pada puting.
4) Puting Melesak (Masuk ke Dalam)
Jika puting susu melesak diketahui sejak masa kehamilan,
hendaknya puting susu ditarik-tarik dengan menggunakan minyak
kelapa setiap mandi 2-3 kali sehari. Jika puting susu melesak diketahui
setelah melahirkan, dapat dibantu dengan tudung puting (nipple hoot).
5) Payudara Bengkak
31
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinu
sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini terjadi karena
antara lain produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini,
perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan, dan
mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Selain itu, penggunaan
bra yang ketat serta keadaan puting yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus.
6) Abses Payudara (Mastitis)
Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan.
Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau
pengisapan yang tidak efektif, dapat juga karena kebiasaan menekan
payudara dengan jari atau karena tekanan baju/bra, serta pengeluaran
ASI yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian
bawah payudara yang menggantung.
7) Sindrom ASI kurang
Pada kenyataannya, ASI seringkali tidak benar-benar kurang.
Tanda-tanda yang mungkin saja menandakan ASI benar kurang adalah
bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering menyusu, dan menyusu
dengan waktu yang sangat lama; bayi sering menangis atau bayi
menolak menyusu; tinja bayi keras, kering, atau berwarna hijau;
payudara tidak membesar selama kehamilan (sangat jarang), atau ASI
tidak keluar pasca kelahiran; berat badan (BB) bayi meningkat kurang
dari rata-rata 500 gr per bulan atau berat badan lahir dalam waktu dua
32
minggu belum kembali; serta bayi buang air kecil rata-rata kurang dari
enam kali dalam 24 jam dan cairan urine pekat.
8) Bayi Sering Menangis
Beberapa penyebab bayi menangis antara lain karena merasa tidak
aman, merasa sakit, basah, dan bayi kurang gizi. Tindakan yang dapat
dilakukan oleh ibu antara lain, ibu tidak perlu cemas karena akan
mengganggu proses laktasi, perbaiki posisi menyusui, periksa pakaian
bayi apakah basah, dan jangan biarkan bayi menangis terlalu lama.
9) Bayi Bingung Puting
Nipple confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi
mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusui
pada ibu. Terjadi karena mekanisme menyusu pada puting berbeda
dengan botol.
10) Bayi Prematur
Pada bayi prematur susui dengan sering, walau pendek-pendek,
rangsang dengan sentuh langit-langit bayi dengan ibu jari yang bersih,
jika tidak dapat mengisap berikan dengan pipa nasogastrik, dengan
tangan dan sendok.
11) Bayi Kuning
Pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara segera menyusui
setelah lahir dan jangan dibatasi atau susui sesering mungkin. Berikan
bayi kolostrum, karena kolostrum mengandung purgatif ringan yang
membantu bayi untuk mengeluarkan mekonium karena bilirubin
33
dikeluarkan melalui feses dan berfungsi mencegah dan menghilangkan
kuning pada bayi.
12) Bayi Kembar
Ibu harus optimis ASI-nya cukup dan susui bayi dengan football
position, susui pada payudara yang bergantian untuk variasi bayi, dan
kemampuan mengisap mungkin berbeda. Yakinkan ibu bahwa ASI
tersedia sesuai dengan kebutuhan bayi dan semua ibu sebenarnya
sanggup menyusui bayi kembar.
13) Bayi Sakit
Tidak ada alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Untuk bayi
dengan keadaan tertentu seperti diare, justru membutuhkan lebih
banyak ASI untuk rehidrasi.
14) Bayi Sumbing
Bayi tidak akan mengalami kesulitan menyusui, cukup dengan
berikan posisi yang sesuai untuk sumbing pallatum molle (langit-langit
lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras). Manfaat menyusui
bagi bayi sumbing adalah untuk melatih kekuatan otot rahang dan lidah,
memperbaiki perkembangan bicara, mengurangi resiko terjadinya otitis
media. Untuk bayi dengan palatoskisis (celah-celah pada langit),
menyusui dengan posisi duduk, puting dan areola dipegang saat
menyusui, ibu jari digunakan sebagai penyumbat lubang. Jika
mengalami labiopalatoskisis, berikan ASI dengan sendok, pipet, dan dot
panjang.
34
15) Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Keadaan ini jarang terjadi, dimana bayi mempunyai jaringan ikat
penghubung lidah dan dasar mulut yang tebal dan kaku sehingga
membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk
menangkap puting. Cara menyusui yang dapat dilakukan yaitu ibu
membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat
menangkap puting dan areola dengan benar.
16) Bayi yang Memerlukan Perawatan
Ibu ikut dirawat supaya pemberian ASI bisa dilanjutkan.
Seandainya memungkinkan, ibu dianjurkan untuk memerah ASI setiap
tiga jam dan disimpan di dalam lemari untuk kemudian sehari sekali
diantar ke rumah sakit. Perlu ditandai pada botol waktu ASI tersebut
ditampung, sehingga dapat diberikan sesuai jamnya.
2.2.5 Nasihat untuk Mendukung ASI Eksklusif
Nasihat yang dapat diberikan untuk mendorong ibu dalam pemberian
ASI Eksklusif dapat dilakukan dengan cara berikut :
a. Melakukan IMD segera lahir.
Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin, dengan isapan
bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan
hormon oksitosin. Hormon oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk
memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI
yang dikeluarkan melalui puting susu. Apabila bayi tidak menghisap puting
susu pada setengah jam setelah persalinan, hormon prolaktin akan turun dan
35
sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar pada hari ke tiga
atau lebih (Ambarwati, 2010).
Penundaan permulaan menyusui lebih dari satu jam akan
mengakibatkan kesukaran menyusui. Penelitian dr. Edmond dkk yang
dikutip dalam buku manfaat ASI dan menyusui oleh Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (2008) menunjukkan bahwa menunda inisiasi
menyusui dini akan meningkatkan kematian bayi. Bila bayi diberi
kesempatan menyusui dini dalam waktu kurang dari satu jam, 22%
kematian bayi dibawah 28 hari akan dapat dihindarkan (FK UI, 2008).
Manfaat inisiasi menyusui dini menurut Sekartini (2011) antara lain :
- Kontak kulit ibu dengan bayi akan menghangatkan bayi. Kulit ibu
berperan sebagai termoregulator dan menyesuaikan suhunya
dengan kebutuhan bayi.
- Bayi menjadi lebih tenang dan nyaman.
- Saat bayi mencari puting susu ibu, bayi menjilati kulit dada ibu
sehingga kontak dengan bakteri tak berbahaya (bakteri baik).
Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk
menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
- Mendukung bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan
berharga yang kaya antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting
lainnya untuk pertumbuhan usus. Antibodi dalam ASI penting demi
ketahanan terhadap infeksi sehingga menjamin kelangsungan hidup
sang bayi.
36
- Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu
pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI
mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu
hewan) tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.
- Bayi yang diberikan ASI sejak IMD lebih berhasil menyusui
eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah enam bulan.
- Sentuhan, jilatan dan isapan bayi pada puting ibu merangsang
payudara untuk menghasilkan ASI.
- Menyelamatkan 22% dari bayi yang meniggal sebelum usia satu
bulan.
b. Manajemen Laktasi
Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks, sehingga ibu perlu
mengetahui dengan benar proses payudara menghasilkan ASI. Beberapa hal
yang perlu diketahui seperti anatomi atau bentuk payudara, adanya hormon-
hormon yang berperan dalam menyusui, dan keterampilan menyusui.
Anatomi payudara terdiri atas areola yang berwarna gelap dan
mengelilingi puting susu. Pada daerah ini terdapat kelenjar-kelenjar kecil
yang menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kesehatan kulit di
sekitar areola. ASI disimpan dalam alveoli (kantong penghasil ASI) yang
berjumlah jutaan, selanjutnya dialirkan melalui saluran kecil yang diberi
nama duktus laktiferus. Selain itu terdapat jaringan lemak yang terletak di
sekeliling alveoli dan duktus laktiferus yang menentukan besar kecilnya
ukuran payudara. Jadi besar kecilnya payudara tidak mempengaruhi
37
banyaknya produksi ASI karena setiap payudara memiliki jumlah alveoli
dan duktus laktiferus yang sama (Sekartini, 2011).
Sedangkan hormon yang berperan dalam proses menyusui adalah
hormon prolaktin dan oksitosin. Sekartini (2011) menjelaskan bahwa
hormon prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI. Semakin
banyak ASI dikeluarkan dengan cara menyusui bayi maka akan semakin
banyak pula produksi ASI. Jika bayi berhenti mengisap maka payudara akan
berhenti menghasilkan ASI. Sedangkan hormon kedua yang berperan, yaitu
hormon oksitosin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot di sekeliling
alveoli dan memerah ASI keluar untuk diisap. Selain itu oksitosin dapat
menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan sehingga membantu
mengurangi perdarahan.
Gambar 2.1 Struktur Anatomi Payudara Sumber : http://anatomipayudara-rinnymustikawati.blogspot.co.id/2011/12/anatomi-payudara-
mammae.html
c. Cara Menyusui yang Benar
Menyusui dengan cara yang benar memiliki peran penting dalam
keberhasilan menyusui. Selain itu menyusui dengan benar dapat mencegah
38
terjadinya masalah dalam pemberian ASI seperti puting lecet, payudara
bengkak serta produksi ASI berkurang. Untuk mecegah lecet pada puting
dilakukan dengan memposisikan bayi dengan baik saat menyusui dan
melakukan pelekatan yang optimal. Sedangkan payudara bengkak dapat
dicegah dengan mengosongkan payudara secara efektif. Pengosongan
payudara juga dapat membuat faktor “umpan-balik inhibitor laktasi”
(feedback inhibitor of lactation, FIL), yaitu protein di ASI yang dapat
menurun kadarnya, sehingga payudara memproduksi lebih banyak ASI.
Tanpa terjadinya peristiwa tersebut, ibu beresiko tidak dapat
mengoptimalkan suplai ASI-nya dan menghentikan menyusui akibat ASI
tidak mencukupi (Renfrew et al, dalam Bowden, 2011).
Posisi dalam menyusui juga dapat disesuaikan sesuai kenyamanan ibu
agar pemberian ASI dapat berjalan dengan lancar. Saat meyusui bayi harus
disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara dengan hidung
menghadap ke puting susu dan badan bayi menempel dengan badan ibu
(Sekartini, 2011). Berikut ini adalah posisi dalam menyusui yang dikutip
dari Bowden (2011) :
1) Mendekap
Sebagian besar ibu menemukan posisi ini paling alamiah untuk
menggendong bayi.
2) Mendekap Silang
39
Posisi ini ideal untuk permulaan menyusui. Posisi ini dapat
mengatasi masalah menempatkan bayi terlalu tinggi atau terlalu rendah
dan ibu dapat mudah mengendalikan kepala, bahu dan leher bayi.
3) Posisi Seperti Menggendong Bola
Posisi ini sering kali digunakan pada bayi baru lahir dan merupakan
alternatif yang baik selain mendekap silang. Posisi ini juga bermanfaat
bagi ibu yang memiliki payudara besar.
4) Berbaring Mendatar
Posisi ini merupakan posisi untuk menyusui di malam hari atau
setelah seksio sesarea.
Gambar 2.2 Posisi dalam Menyusui
Setelah menentukan posisi yang nyaman bagi ibu, proses menyusui
juga perlu untuk diperhatikan. Berikut ini adalah cara menyusui yang benar
yang dikutip dari Widuri (2013) :
1) Cara menyusui tunggal dengan posisi ibu duduk.
- Sebaiknya gunakan bra yang mudah dibuka agar memudahkan
dan praktis.
40
- Sebelum menyusui, ibu harus cuci tangan hingga bersih,
demikian pula payudaranya.
- Ibu duduk santai bersandar dengan kakinya bertopang (tidak
menggantung)
- Letakkan bayi dalam pangkuan ibu dengan memeluk badan dan
kepala bayi pada lengan kanan apabila payudara kanan yang
akan disusukan. Demikian pula sebaliknya.
- Saat bayi menengadah dan melihat ibu, dagu bayi akan melekat
pada payudara ibu.
- Tempelkan puting susu pada mulut bayi, maka secara reflek
bayi akan menemukan sendiri puting susu ibunya. Sebaiknya
dada dan perut bayi menghadap langsung ke arah perut ibu.
- Masukkan seluruh puting dalam mulut bayi sampai areola
(daerah gelap disekeliling puting susu).
- Letakkan ibu jari dan jari telunjuk di bagian atas payudara,
sedangkan jari lainnya menopang bagian bawahnya. Gunakan
jari telunjuk untuk mengatur bagian atas payudara agar tidak
menutupi hidung bayi sehingga bayi tetap bisa bernafas dengan
lancar.
- Selama menyusui hendaknya seluruh perhatian ibu dicurahkan
kepada bayi yang sedang disusuinya.
- Saat akan melepaskan payudara untuk digantikan atau
dipindahkan ke payudara satunya, masukkan jari kelingking ibu
41
ke sudut mulut bayi, lalu dengan tekanan ringan buka mulut bayi
sambil mengeluarkan puting.
2) Cara menyusui bayi kembar dengan posisi ibu duduk.
- Langkah-langkah awal sama dengan ibu menyusui bayi tunggal.
- Pada bayi kembar tidak selalu menyusu secara bersama-sama,
susui bayi yang lebih dulu membutuhkannya dengan teknik
yang sama dengan menyusui pada bayi tunggal pada salah satu
payudara, kemudian bayi satunya pada payudara yang lainnya.
- Apabila kedua bayi menyusu secara bersama-sa//ma, posisikan
ibu dengan duduk santai. Letakkan bantal pada kedua bagian
tangan ibu. Sebaiknya bayi dalam posisi dibedong agar
sementara mengurangi gerakan selama disusui.
- Menggendong kedua bayi dengan gaya memegang bola kaki,
atau dengan gaya mengayun, maupun dengan gaya kedua bayi
saling menyilang.
- Lalu masukkan mulut bayi pada payudara ibu.
3) Cara ibu menyusui bayinya setelah ibu operasi sesar.
- Dalam 24 jam pertama ibu dapat menyusui bayinya dengan
posisi ibu berbaring pada punggung.
- Dalam 24 jam kemudian ibu bisa menyusui dengan berbalik dari
samping ke samping.
- Memasuki hari ketiga dan selanjutnya, ibu dapat menyusui
dengan duduk tegak dengan dibantu topangan bantal.
42
4) Cara ibu menyusui bayi dengan posisi tiduran
- Langkah awal sama dengan cara menyusui bayi dengan posisi
duduk.
- Ibu tidur dengan posisi miring ke kiri atau ke kanan, dengan
bantal secukup atau senyaman ibu.
- Dengan bantalnya, miringkan seluruh tubuh bayi ke arah perut
ibu, atau letakkan kepala bayi pada salah satu siku ibu dengan
posisi seluruh tubuh bayi dimiringkan kearah dada dan perut
ibu.
- Kemudian masukkan puting susu ibu ke dalam mulut bayi.
d. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul
Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah
dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar
pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai
sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua
kali sehari (Ambarwati, 2010).
e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Menyusui bayi secara tidak dijadwal (on demand) dikarenakan bayi
akan menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan
berakibat kurang baik, karena isapan sangat berpengaruh pada rangsangan
43
produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tidak dijadwalkan sesuai
kebutuhan bayi, akan mencegah masalah yang mungkin timbul (Ambarwati,
2010).
Ambarwati (2010) juga menjelaskan bagi ibu menyusui yang bekerja
untuk menyusui bayi sesering mungkin selama ibu cuti bekerja, minimal 2
jam sekali. Sebelum berangkat bekerja, ibu disarankan untuk memberi susu
pada bayi dan segera setelah ibu tiba di rumah, terutama pada malam hari
dan selama libur di rumah. Selama di tempat kerja, ibu dapat memerah ASI
lalu dimasukkan ke dalam wadah yang bersih dan tertutup kemudian
disimpan dalam lemari es atau termos es. ASI tersebut selanjutnya dibawa
pulang untuk disimpan lagi dalam lemari es dan diberikan oleh pengasuh
kepada bayi saat ibu bekerja dengan menyuapkan ASI menggunakan sendok
kecil. Selain itu ibu juga harus cukup istirahat serta banyak minum dan
makan makanan yang bergizi agar ASI lancar.
f. Memotivasi ibu untuk hanya memberikan kolostrum dan ASI saja.
ASI dan kolostrum adalah makanan terbaik bagi bayi. Kandungan dan
komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-
masing bayi. ASI dari ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan
kebutuhan prematur dan juga sebailknya, ASI dari ibu yang melahirkan bayi
cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga. Banyak
keunggulan dari ASI yang penting disampaikan oleh bidan pada saat
menyusui untuk memacu agar ibu menyusui lebih bersemangat dalam
memberikan ASI pada bayinya. Pemberian makanan lain termasuk air dapat
44
membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI ibunya karena ibu
memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak bayi menghisap ASI.
Bila minuman lain atau air diberikan, bayi tak akan merasa lapar sehingga ia
tidak akan menghisap (Ambarwati, 2010).
g. Menganjurkan ibu untuk menghindari susu botol dan “dot empeng”.
Marmi (2014) menjelaskan pemberian susu dengan botol dan
kempengan dapat membuat bayi bingung puting dan menolak menyusu atau
hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan mekanisme menghisap dari
puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.
h. Megajari ibu cara memerah dan menyimpan ASI
Ibu atau bayi yang dalam kondisi tertentu menyebabkan ibu tidak
secara langsung dapat memberikan ASI pada bayinya melalui hisapan mulut
bayi. Meskipun demikian, pemberian ASI secara eksklusif masih dapat
dilakukan oleh ibu. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara ibu memerah
atau mengeluarkan ASI dengan menggunakan pompa payudara maupun
secara manual. ASI yang telah diperah bisa langsung diberikan dengan
menggunakan sendok atau pipet tetes, maupun disimpan dalam lemari es
apabila tidak langsung diminumkan. Apabila ASI yang diperah di tempat
kerja akan dibawa, maka sebaiknya harus disimpan dalam pendingin dan
sepanjang perjalanan harus dalam keadaan dingin (Widuri, 2013).
Widuri (2013) menjelaskan beberapa hal yang harus dihindari pada saat
memerah ASI dengan cara menual adalah sebagai berikut :
1) Meremas (squeeze)
45
Sebaiknya hindari meremas payudara, karena hal ini dapat melukai
payudara.
2) Menarik-narik (pulling)
Hindari juga untuk tidak menarik-narik puting payudara karena
dapat merusak lapisan lemak pada areola mamae.
3) Menekan dan mendorong (sliding on)
Hindari untuk tidak menekan dan mendorong payudara, karena
selain dapat menyebabkan kulit pada payudara memar atau
memerah, juga akan beresiko menyumbat kelenjar payudara.
Cara penyimpanan ASI apabila tidak langsung digunakan sebaiknya
langsung disimpan pada lemari pendingin, apabila tidak ada lemari
pendingin dapat disimpan dalam termos es. Akan tetapi penyimpanan pada
termos es tidak bisa dilakukan sampai berhari-hari karena apabila suhunya
menurun tidak akan dapat mempertahankan keutuhan gizi ASI.
Penyimpanan ASI pada lemari es biasa (di bawah freezer) akan dapat tahan
selama 24-48 jam. Apabila disimpan dalam freezer dengan lemari es dua
pintu, maka ASI akan dapat dibekukan selama enam bulan, dan dengan
lemari es satu pintu sebaiknya ASI dibekukan selama 3-4 bulan.
Untuk mencairkan ASI yang telah membeku, sebaiknya tidak langsung
dipanaskan baik dengan direndam air panas maupun direbus. ASI beku yang
akan digunakan pada siang hari sebaiknya pada malam harinya (jam 12)
diturunkan dari freezer ke lemari es di bawahnya sampai ASI mencair.
Kemudian setelah ASI mencair, lalu dikeluarkan dari lemari es untuk
46
diletakkan pada suhu ruangan sampai ASI menjadi dingin suhu ruangan.
Barulah sebelum diminumkan pada bayi, ASI direndam dalam air hangat
sampai terasa hangat-hangat kuku. Setelah suhu dirasa sama dengan suhu
hangat tubuh, maka ASI dapat diberikan pada bayi (Widuri, 2013).
2.3 Konsep Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif Terhadap Motivasi
pemberian ASI Eksklusif
Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang
mendasari bagaimana seseorang tersebut bersikap dan berperilaku. Motivasi
berfungsi untuk mengarahkan dan menguatkan tindakan seseorang untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya motivasi yang kuat dan
positif, maka tindakan seseorang untuk mencapai tujuan yang dimaksud
akan lebih maksimal. Dalam hal pemberian ASI eksklusif, seorang ibu perlu
memiliki alasan mengapa ibu perlu untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya. Hal ini didasari juga oleh bagaimana motivasi ibu dalam
memberikan ASI eksklusif. Motivasi ibu ini dapat dipengaruhi oleh adanya
dorongan dari luar atau dapat disebut sebagai motivasi ekstrinsik. Dorongan
yang dimaksud dalam hal ini adalah karena adanya pengaruh rangsangan
yang berasal dari luar diri ibu seperti lingkungan maupun dorongan dari
orang-orang disekitar dalam hal pemberian ASI eksklusif. selain itu,
motivasi intrinsik ibu dalam memberikan ASI juga dapat dipengaruhi oleh
minat ibu untuk menjalankan pemberian ASI secara eksklusif. Untuk
47
meningkatkan motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif dapat
dilakukan usaha dengan mempengaruhi motivasi ibu.
Penyuluhan merupakan usaha yang dilakukan untuk memberikan
informasi kepada sasaran penyuluhan seperti kelompok atau masyarakat
mengenai suatu topik tertentu. Penyuluhan tentang ASI eksklusif bertujuan
untuk memberikan edukasi kepada para ibu serta mengarahkan persepsi-
persepsi tidak tepat mengenai ASI eksklusif. Penyuluhan juga merupakan
bentuk dorongan yang diberikan oleh petugas kesehatan untuk memberikan
wawasan ibu mengenai ASI eksklusif serta meningkatkan minat ibu
terhadap pemberian ASI eksklusif. Dengan diberikan penyuluhan mengenai
ASI eksklusif juga diharapkan dapat mempengaruhi motivasi intrinsik dan
ekstrinsik ibu. Pelaksanaan penyuluhan dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai media. Salah satu media yang dapat digunakan,
yaitu media audio-visual dapat merangsang indra penglihatan dan
pendengaran ibu, sehingga proses penyuluhan juga dapat lebih berpengaruh
terhadap pemikiran, perasaan, dan minat ibu untuk memperhatikan topik
yang dibahas. Penyuluhan dengan media yang sesuai diharapkan dapat lebih
mendorong faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi yang dimiliki ibu,
sehingga ibu menjadi lebih termotivasi dalam memberikan ASI eksklusif.
2.4 Kerangka Konsep Penelitian
Setiadi (2013) menjelaskan bahwa kerangka konsep penelitian
merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan yang
48
lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka ini didapatkan daru
konsep ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian dalam bentuk
ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai
dengan variabel yang diteliti. Kerangka konsep dalam penelitian ini
menjelaskan tentang pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap motivasi
pemberian ASI eksklusif.
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif
terhadap Motivasi Pemberian ASI Eksklusif
Identifikasi keterlibatan
kesadaran diri (motivating
by identification on ego-
involvement)
Bujukan
(motivating by
enticement)
Faktor-faktor Motivasi :
- Faktor Fisik/ Ektrinsik
- Faktor Herediter
- Faktor Intrinsik Seseorang
- Fasilitas (Sarana dan Prasarana)
- Situasi dan Kondisi
- Program dan Aktifitas
- Audio Visual (Media)
- Umur
Penyuluhan ASI
Eksklusif menggunakan
media
Motivasi pemberian ASI
Eksklusif
Kekerasan
(motivating by
force)
Cara Meningkatkan
Motivasi
49
2.5 Hipotesis Penelitian
H1 : Ada pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap motivasi pemberian ASI
eksklusif.