18
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi Demensia Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, biasanya terjadi di kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses serebrosvaskuler (Killin, 2016). Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang pada orang yang berusia diatas 60 tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak dimana sistem saraf tidak lagi bisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat kemunduran pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan emosi, dan perubahan perilaku, penderita demensia sering menunjukkan gangguan perilaku harian (Pieter and Janiwarti, 2011). Demensia adalah kondisi dimana hilangnya kemampuan intelektual yang menghalangi hubungan sosial dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal dan bukan sesuatu yang pasti akan terjadi dalam kehidupan mendatang, demensia dapat juga di sebabkan pleh bermacam- macam kelainan otak. Hampir 55% penderita demensia disebabkan oleh Alzheimer, 25- 35% karena strokedan 10-15% karena penyebab lain, banyak demensia yang diobati meskipun sangat sedikit darinya yang dapat disembuhkan (Asrori dan putri, 2014). Menurut Pieter et al (2011). Awalnya demensia bukan sekedar penyakit biasa, melaikan suatu penyakit yang terdiri dari beberapa gejala dari suatu penyakit sehingga membentuk perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia timbul secara perlahan dan menyerang orang yang usia diatas 60 tahun. Demensia bukan merupakan bagian proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

  • Upload
    haxuyen

  • View
    243

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Demensia

2.1.1 Definisi Demensia

Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, biasanya terjadi di

kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses serebrosvaskuler (Killin, 2016).

Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang pada orang yang

berusia diatas 60 tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak dimana sistem

saraf tidak lagi bisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat kemunduran

pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan emosi, dan perubahan perilaku,

penderita demensia sering menunjukkan gangguan perilaku harian (Pieter and Janiwarti,

2011). Demensia adalah kondisi dimana hilangnya kemampuan intelektual yang

menghalangi hubungan sosial dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Demensia bukan

merupakan bagian dari proses penuaan yang normal dan bukan sesuatu yang pasti akan

terjadi dalam kehidupan mendatang, demensia dapat juga di sebabkan pleh bermacam-

macam kelainan otak. Hampir 55% penderita demensia disebabkan oleh Alzheimer, 25-

35% karena strokedan 10-15% karena penyebab lain, banyak demensia yang diobati

meskipun sangat sedikit darinya yang dapat disembuhkan (Asrori dan putri, 2014).

Menurut Pieter et al (2011). Awalnya demensia bukan sekedar penyakit biasa, melaikan

suatu penyakit yang terdiri dari beberapa gejala dari suatu penyakit sehingga membentuk

perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia timbul secara perlahan dan

menyerang orang yang usia diatas 60 tahun. Demensia bukan merupakan bagian proses

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

8

penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan dalam otak

menyebabkan hilangnya beberapa ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan

penurunan kamampuan. Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi.

Orang yang lanjut usia lupa pada usia bukan merupakan pertanda dari demensia atau

penyakit Alzheimer stadium awal. Pada penuaan normal, seseorang dapat lupa pada hal

detail, kemuadian akan lupa secara keseluruan peristiwa yang baru terjadi.

2.1.2 Gejala-Gejala Demensia

Menurut Pieter et al (2011), menyebutkan ada beberapa gejala antara lain : Gejala

awal yang dialami demensia adalah kemunduran fungsi kognitif ringan, kemudian terjadi

kemunduran dalam mempelajari hal-hal yang baru, menurunya ingatan terhadap

peristiwa jangka pendek, kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan.

Pada tahap lanjut, gejala yang diamali demensia antara lain sulit mengenali benda, tidak

dapat bertindak sesuai dengan berancana, tidak bisa mengenakan pakaian sendiri, tidak

bisa memperkirakan jarak dan sulit mengordinasinakan anggota tubuh. Gejala demensia

selanjutnya yang muncul biasanya berupa depresi yang dialami pada lansia, dimana orang

yang mengalami demensia sering kali menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif.

Kondisi seperti ini dapat saja di ikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan

memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan

bahkan hingga berhalusinasi. Disinilah peran keluarga sangat penting untuk proses

penyembuhan, kerena lansia yang demensia memerlukan perhatian lebih dari

keluarganya.

Pada tahap lanjut demensia menimbulkan perubahan tingkah laku yang semakin

mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali keluarga mengetahui perubahn tingkah laku yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

9

dialami lansia pada demensia. Mengetahui perubahan tingkah laku pada demensia dapat

memuculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan anggota keluarga, yakni harus dengan

sabar merawat dan lebih perhatian terdapat anggota keluarga yang demensia. Perubahan

perilaku lyang dialami lansia pada penderita demensia bisa menimbulkan delusi,

halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi, ketidakmampuan

melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara

mandiri, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal.

Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan gejala

yang dialami pada Demensia antara lain :

1. Kehilangan memori

Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa

tentang informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan hal biasa

yang diamali lansia yang menderita demensia seperti lupa dengan pentujuk yang

diberikan, nama maupun nomer telepon, dan penderita demensia akan sering

lupa dengan benda dan tidak mengingatnya.

2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan

Lansia yang menderita Demensia akan sering kesulitan untuk

menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Lansia yang mengadalami

Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak mengerti tentang langkah-

langkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan makanan,

menggunkan perlatan rumah tangga dan melakukan hobi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

10

3. Masalah dengan bahasa

Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam mengelolah kata

yang tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan sering kali membuat

kalimat yang sulit untuk di mengerti orang lain

4. Disorientasi waktu dan tempat

Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit

Demensia lupa dengan hari atau diaman dia berada, namun dengan lansia yang

mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan dimana mereka berada

dan baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak mengetahui bagaimana

kebali kerumah.

5. Tidak dapat mengambil keputusan

Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil keputusan yang

sempurna dalam setiap waktu seperti memakai pakaian tanpa melihat cuaca atau

salah memakai pakaian, tidak dapat mengelolah keuangan.

6. Perubahan suasana hati dan kepribadian

Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih

maupun senang atau mengalami perubahan perasaann dari waktu ke waktu, tetapi

dengan lansia yang mengalami demensia dapat menunjukan perubahan perasaan

dengan sangat cepat, misalnya menangis dan marah tanpa alasan yang jelas.

Kepribadian seseorang akan berubah sesuai dengan usia, namun dengan yang

dialami lansia dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan kepribadian,

misalnya ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan

ketergantungan pada anggota keluarga.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

11

2.1.3 Faktor penyebab Demensia

1. Penyakit alzheimer

Penyebab utama penyakit demensia adalah penyakit alzheimer. Demensia

50% di sebabkan oleh penyakit alzheimer, 20% disebabkan gangguan pembulu

otak, dan sekitar 20% gabungan keduannya serta sekitar 10% disebabkan faktor

lain. Penyebab alzheimer tidak diketahui pasti penyebabnya, tetapi diduga

berhubungan dengan faktor genetik, penyakit alzheimer ini ditemukan dalam

beberapa keluarga gen tententu.

2. Serangan Stroke

Penyebab kedua demensia adalah serangan stoke yang terjadi secara

ulang. Stroke ringan dapat mengakibatkan kelemahan dan secara bertahap dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan otak akibat tersumbatkan aliran darah

(infark). Demensia multiinfark serasal dari beberapa stoke ringan, sebagian besar

penderita stoke memliki tekanan darah tinggi (hipertensi) yang menyebabkan

kerusakan pembulu darah pada otak.

3. Serangan lainnya

Serangan lainnya dari demensia adalah demensia yang terjadi akibat

pencederaan pada otak (cardiac arrest), penyakit parkison, AIDS, dan

hidrocefalus.

2.1.4 Jenis- Jenis Demensia

1. Demensia tipe alzheimer

Demensia alzheimer adalah salah satu bentuk demensia akibat degerasi

otak yang sering ditemukan dan paling ditakuti. Demensia alzheimer, biasanya

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

12

diderita oleh pasien usia lanjut dan merupakan penyakit yang tidak hanya

menggerogoti daya pikir dan kemampuan aktivitas penderita, namun juga

menimbulkan beban bagi keluarga yang merawatnya. Demensia alzheimer

merupakan keadaan klinis seseorang yang mengalami kemunduran fungsi

intelektual dan emosional secara progresif sehingga mengganggu kegiatan sosial

sehari-hari. Gejalanya dimulai dengan gangguan memori yang mempengaruhi

keterampilan pekerjaan, sulit berfikir abstrak, salah meletakkan barang,

perubahan inisiatif, tingkah laku, dan kepribadian.

2. Demensia vaskuler

Demensia vaskuler merupakan jenis demensia terbanyak kedua setelah

demensia Alzheimer. Angka kejadian pada demensia vaskuler tidak beda jauh

dengan kejadian demensia alzheimer sekitar 47% dari populasi demensia

keseluruhan. Demensia alzheimer 48% dan demensia oleh penyebab lain 5%.

Kejadian vaskuler pada populasi usia <65 tahun sekitar 1,2-4,2%, dan pada

kelompok usia >65 tahun menunjukkan angkat kejadian 0,7%, dan 8,1% pada

kelompok usia diatas 90 tahun.

2.1.5 Stadium Demensia

1. Stadium I (stadium amnestik)

Berlangsung selama 2-4 tahun dengan gejala yang timbul antara lain

gangguan pada memori, berhitung, dan aktivitas spontan menurun. Fungsi

memori yang terganggu bisa menyebabkan lupa akan hal baru yang dialami,

kondisi seperti ini tidak mengganggu aktivitas rutin dalam keluarga.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

13

2. Stadium II( stadium Demensia)

Berlansung selama 2-10 tahun dengan gejala yang dialami seperti

disorintasi, gangguan bahasa, mudah bingung, dan penurunan fungsi memori

lebih berat sehingga penderita pada stadium ini tidak dapat melakukan kegiatan

sampai selesai, mengalami gangguan visuospasial, tidak mengenali anggota

keluarganya, tidak ingat sudah melakukan tindakan sehingga mengulanginya lagi,

mengalami depresi berat sekitar 15-20%.

3. Stadium III

Pada stadium ini berlangsung sekitar 6-12 tahun dengan gejala yang

ditimbulkan penderita menjadi vegetatif, kegiatan sehari-hari membutuhkan

bantuan orang lain, membisu, daya ingat intelektual srta memori memburuk

sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri, tidak bisa mengendalikan buang air

besar maupun kecil. Menyebabkan trauma kematian atau akibat infeksi.

2.1.6 Tahapan Demensia

1. EarlyStage

Lansia yang mengalami Demensia dimulai secara bertahap sehingga akan

sulit mengenali persis kapan gejala dimulai. Beberapa perubahan yang sering

dialami sebagai bagian dari proses penuaan yang normal. Dalam tahap ini

penderita mengalami kehilanganmemori jangka pendek, menjadi depresi dan

sering agresif, menjadi disorientasi pada waktu, menjadi kehilangan keakraban

dengan sekitarnya, menunjukan kesulitan dalam berbahasa, kurangnya inisiatif

dan motivasi, hilangnya minat dan hobi serta aktifitas.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

14

2. MiddleStage

Dalam tahap ini, gajala yang cukup jelas terlihat dan mengganggu

pekerjaan, sosialisasi serta kegiatan sehari-hari adalah menjadi sangan pelupa

terutama kejadian baru yang dialami, kesulitan melakukan pekerjaan rumah

tangga, kesulitan menemukan kata yang tepat untuk diungkapkan, mudah

berpergian dan tidak dapat kembali ketmpat asal, mendengar dan melihat sesuatu

yang tidak ada, tidak bisa mengatur dirinya sendiri dan bergantung pada orang

lain.

3. LateStage

Pada tahan ini tahap akhir, pasien akan kehilangan fungsi serta lebih

ketergantungan pada orang lain seprtisusah untuk makan, sulit untuk berbicara,

tidak dapat mengenali orang atau obyek, berada di kursi roda ataupun tempat

tidur, kesulitan berjalan, memiliki inkontenesia bowel dan urinary, kesulitan

mengerti dan mengiterpretasikan kejadian.

2.1.7 Tingkatan Demensia

1) Demensia Buruk

Demensia yang dikatakan buruk yang memiliki skor pemeriksaan MMSE

dibawah 17 seperti disorintasi, gangguan bahasa, mudah bingung, dan penurunan

fungsi memori lebih berat sehingga penderita pada kondisi ini tidak dapat

melakukan kegiatan sampai selesai, mengalami gangguan visuospasial, tidak

mengenali anggota keluarganya (Gluhm et all,2013).

2) Demensia Sedang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

15

Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor MMSE 18-

23 yang artinya fungsi memori yang terganggu bisa menyebabkan lupa akan hal

baru yang dialami (Gluhm et all,2013).

3) Demensia dengan kondisi Baik

Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor MMSE lebih

34 yang artinya lansia dalam kondisi ini masih mempunyai daya ingat yang tinggi

(Gluhm et all,2013).

2.1.8 Faktor Resiko Demensia

1 Udara

Faktor resiko lingkungan di udara menyebabkan terjadinya demensia,

disebabkan tingginya kadar nitrogen oksidan, asap tembakau terbukti terkait

dengan resiko demensia akibat paparan lingkungan, asap tembakau dirumah,

kantor dan di tempat kerja dan tempat lainnya. Durasi paparan serta

memperkirakan kumulatif eksposur ( Killin et all, 2016).

2 Alumunium

Tingkat konsumsi aluminium dalam air minum lebih dari 0,1 mg per hari

dikaitkan dengan resiko demensia ( Killin et all, 2016).

3 Pekerjaan

Orang dengan pekerjaan yang terlalu sering terkena kebisingan atau

radiasi resiko terjadinya demensia ( Killin et all, 2016).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

16

4 Vitamin D

Orang yang kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan resiko

dan pengembangan penyakit demensia ( Killin et all, 2016).

2.2 Konsep Vitamin D

2.2.1 Pengertian Vitamin D

Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak, artinya vitamin D dapat di

simpan dan di ambil kembali dari lemak tubuh. Vitamin D merupakan vitamin berbahan

dasar steroid, sehingga vitamin D berkerja dengan suatu reseptor yang berada di dalam

inti sel. (Hermawan,2016). Vitamin D adalah sekelompok senyawa sekosteroid yang larut

dalam lemak. Vitamin D berguna meningkatkan penyerapan beberapa mineral dalam

usus seperti mineral kalsium, besi, magnesium fosfar dan seng (Sumbono, 2016). Vitamin

D adalah hormon steroid yang melintasi darah otak dan mengikat reseptor yang ada di

neuro dan sel glial bagian saraf pusat seperti hippocampus, korteks yang mengendalikan

kalsium intra neuronal hemostasis sehingga mencegah nekrosis neuro (Gangwar,2015).

Menurut Coates (2018) Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak syang

secara alami terdapat pada makanan yang sangat sedikit, yang di jadikan suplemen

makanan. Penghasil vitamin D yang terbesar dalam tubuh adalah kulit sekitar (80-100%)

setelah terpapar sinar matahrari. Proses hidroksilasi vitamin D memalui Hati dan ginjal

supaya menjadi aktif secara biologis (Vera, 2013). Vitamin D juga di produksi secara

edogen ketika sinar ultraviolet dari sinar matahari yang menyerang kulit dan memicu

sintesis vitamin D. Vitamin D yang di dapat dari paparan sinar matahari, makanan, dan

suplemen bersifat biologis dan harus menjalani dua hydroxylations di dalam tubuh untuk

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

17

aktivasi. Yang pertama terjadi di hati dan mengubah vitamin D menjadi 26-

hydroxyvitamin D, yang juga dikenal sebagai calcidol. Yang kedua terjadi terutama di

ginjal dan membentuk 1,25 dihydroxyvitamin fisiologis, juga dikenal sebagai calciriol.

2.2.2 Sumber Vitamin D

1. Sinar Matahari

Vitamin D dapat di peroleh tubuh melalui sinar matahari. Vitamin D

ada dalam dua bentuk, vitamin D2 diperoleh dari penyinaran sinar UV pada

sterol ergosterol dan di temukan secara alami dibawah sinar matahari berupa

sinar UVB ( Nair and Maseeh, 2012). Menurut Sumbono (2016), Pembentukan

Vitamin D dari paparan sinar matahari di kulit yakni terjadinya pembentukan

kolekalsiferol tanpa peran enzim di kulit dengan adanya radiasi UV dari 7-

dehidrokskolesterol. 7-dehidrokskolesterol merupakan senyawa intermediate

dalam sintesis kolesterol yang terakumulasi di kulit. Akibat paparan sinar UV

maka 7-dehidrokskolesterol mengalami fotolisis, dengan pembelahan diri cincin

B dan intersi cintin-A menghasilkan prekalsiferol. Panjang gelombang puncak

untuk fotolisi 296,5 nm, hasil dari precalciferol mengalami isomerisasi termal

menjadi kolekalsiferol. Sinar matahari tidak sepenuhnya penting untuk sintesis

kolekalsiferol dari kulit, karena awan mengurangi intesitas UV-B sekitar 50%.

Intemsitas UV-B yang rendah bersifat iradiasindan tidak mengakibatkan fotolisis

signifikan dari 7-dehidrokskolesterol menjadi previtamin D seluruh tubuh.

Kebutuhan vitamin D terpapar sinar matahari yang sehat yaitu antara

pukul 07.00 sampai dengan pukul 09.00 tidak perlu lama-lama berada di sinar

matahari, cukup antara 10-15 menit ketika berjemur dan kulit sudah mulai

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

18

mengeluarkan keringat, dapat digunakan sebagai tanda bahwa berjemur sudah

cukup. Berjemur bisa dilakukan tiga kali dalam seminggu untuk menjaga kadar

vitamin D dalam darah stabil (Hermawan,2016).

2. Makanan

Sumber vitamin D paling utama bagi tubuh adalah sinar matahari, namun

demikian tubuh tetap memerlukan vitamin D yang berasal dari makanan, karena

tanpa makanan yang mengandung provitmin D, maka proses pembentukan

vitamin D oleh bantuan sinar UV matahari tidak akan terjadi (Hermawan,2016).

Sumber makanan yang mengandung vitamin D antara lain seperti : Minyak ikan,

telur, hati, berbagai jenis ikan, susu, mentega. Sementara vitamin D yang berasal

dari makanan nabati, biasanya terdapat pada minyak sayur, ubi, dan kentang.

Kandungan vitamin D pada makanan nabati sangat rendah. Oleh karena itu,

orang yang vegetarian memerlukan tambahan suplemen vitamin D untuk

melengkapi kadar vitamin dalam tubuhya (Sumbono, 2016).

2.2.3 Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin D

Menurut Hermawan (2016), tanda gejala kekurangan vitamin D sebagai berikut :

1. Sering mengalami gangguan mood atau stres

Dalam darah adanya korelasi positif antara serotonin dan kadar vitamin

D, serotinin adalah hormon yang berkaitan dengan rasa bahagia di otak. Orang

yang kadar vitamin D dalam darah rendah, juga kadar derotoninnya rendah pula,

sehingga mereka cenderung mengalami rasa tidak bahagia dan cenderung depresi.

2. Nyeri/ sakit tulang dan mudah lelah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

19

Orang yang mengalami kekurangan vitamin D di dalam darah cenderung

melaporkan mengalami nyeri atau sakit pada tulang. Dalam kondisi tertentu juga

disertai dengan rasa lelah yang berlebihan dan mudah mengantuk. Hal ini terjadi

akibat tulang kekurangan kalsium atau mengalami demineralisasi tulang, sehingga

tulang mengalami kerapuhan dan timbul nyeri saat beraktivitas.

Rasa lelah da cepat mengantuk, dikaitkan dengan fungsi vitamin D yang

mempermudah penyerapan kalsium di dalam usus, ketika vitamin D rendah,

maka kemungkinan besar tubuh mengalami kekurangan kalsium di dalam tubuh.

Padahal kalsium sangat diperlukan untuk kontraksi otot dan untuk menimbulkan

sinyal pada sel syaraf. Akibatnya tubuh akan mudah lelah dan mudah mengantuk,

saat tubuh kekurangan vitamin D serta kekurangan kalsium di dalam darah.

3. Kepala berkeringat

Salah satu tanda kekurangan vitamin D di dalam darah yang mudah

diamati adalah kulit kepala cenderung berkeringat terutama saat tidur. Oleh sebab

itu, kepala berkeringat berlebihan pada bayi pada saat tidur merupakan salah satu

indikator bayi kurang vitamin D, sehingga perlu di jemur di sinar matahari pagi.

4. Adanya penigkatan berat badan / obesitas

Adanya korelasi antara rendahnya kadar vitamin D dalam darah dengan

peningkatan kadar kolesterol dan juga peningktan berat bafan. Oleh karena itu,

peningktan berat badan yang berlebihan atau obesitas dapat dijadikan indikator

adanya kekurangan vitamin D dalam darah.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

20

Pada penderita yang di dalam darahnya kekurangan vitamin D sering

dijumpai kasus mudah lapar dan sering mengalami peningkatan gula darah akibat

turunya kemampuan tubuh memasukkan gula di dalam sel.

5. Kulit berubah menjadi lebih gelap

Pigmen kulit yang bertanggung jawab atas warna kulit, semakin banyak

pigmen kulit, maka kulit akan semakin berwarna gelap. Bahwa semakin gelap

kulit, maka diperlukan waktu yang lebih lama terpapar matahari agar tubuh

mampu mensintesis provitamin D menjadi vitamin D. Pigmen kulit berfungsi

sebagai sun block alami, sehingga semakin banyak pigmen kulit, semakin gelap

kulit dan semakin tubuh beresiko kekurangan vitamin D dalam tubuh.

6. Gangguan neurologis

Vitamin D berperan seperti hormon Neurosteroid di daerah

neurotransmisi dan neuro imunomodulasi hipovitaminosis yang di kaitkan

dengan gangguan neuromuskular, demensia dan penyakit parkinson. Dengan

demikian vitamin D bersifatproteksi terhadap gangguan neurologis (Gangwar,

2015).

2.2.4 Dampak Kekurangan Vitamin D

Menurut Coates (2018), yang beresiko kekurangan vitamin D sebagai berikut :

1. Orang tua

Orang dewasa yang lebih tua beresiko tinggi mengalami kekurangan

vitamin D karena, seiring bertambahnya usia, kulit tidak dapat mensintesis

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

21

vitamin D secara efisien, mereka cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di

dalam rumah, dan mereka kekurangan asupan makanan.

2. Orang dengan paparan sinar matahari terbatas

Orang dengan pekerjaan yang membatasi paparan sinar matahari tidak

mendapatkan vitamin D yang memadai dari sinar matahari. Karena luas frekuensi

penggunaan tabir surya tidak diketahui, pentingnya peranan tabir surya dalam

mengurangi sintesis vitamin D tidak jelas.

3. Orang dengan kulit gelap

Sebesar jumlah pigmen melanin di lapisan epidermis menghasilkan kulit

yang lebih gelap dan mengurangi kemampuan kulit untuk menghasilkan vitamin

D dari sinar matahari.tingkat serum yang lebih rendah pada orang yang

teridentifikasi hitam dibandingkan dengan yang diidentifikasi sebagai putih.

2.2.5 Beresiko Kekurangan Vitamin D

1. Bayi yang disusui

Kebutuhan vitamin D tidak di dapat di sinar matahari saja, namun

vitamin D juga bisa di dapatkan di asupan makanan terutama susu atau ASI.

Hampir semua bayi di Amerika serikat yang rakhitis diberi ASI, sementara

Matahari juga penting karena matahari merupakan sumber utama vitamin D dan

untuk bayi disarankan tetap keluar atau langsung terpapar sinar matahari dan

diberi ASI.

2. Orang tua

Orang dewasa yang lebih tua atau lansia berisiko tinggi mengalami

kekurangan vitamin D kerena, seiringnya bertambahnya usia kulit tidak dapat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

22

mengsintesis vitamin D secara efisien mereka cenderung menghabiskan lebih

bnyak waktu di dalam rumag dan lansia juga kekurangan asupan makanan.

3. Orang dengan kulit gelap

Jumlah pigmen melanin di lapisan epidermis menghasilkan kulit yang

lebih gelap dan mengurangi kemampuan kulit untuk menghasilkan vitamin D

dari sinar matahari.

2.2.6 Manfaat vitamin D

Menurut Sumbono (2016), peran utama vitamin D dalam memelihara konsentrasi

plasma calsium, sebab vitamin D merupakan pengatur utama dari penyerapan calsium

dalam tubuhdan vitamin D juga digunakan untuk penyerapan fosfor untuk kekuatan

tulang dan gigi, mengatur Kadar kalsium dalam darah, dan mengatur prokduksi hormon.

Vitamin D dalam peningkatan konsentrasi kalsium dan fosfat dalam darah melalui

pengangkutan zat kapur dan ion fosfat ke epihelium mucosa yang berhubungan dengan

usus kecil pada penyerapannya, mengatur penyerapan calsium dari bagian dalam jaringan,

penyerapan kembali calsium dan fosfat di dalam tubulus ginjal.

2.3 Hubungan Vitamin D dengan kejadian Demensia

Ketika jumlah vitamin D di dalam tubuh berkurang menyebabkan berbagai

masalah kesehatan salah satunya fungsi kognitif, kerena seiring bertambahnya usia kulit

tidak dapat mengsintesis vitamin D secara efisien kerena pembentukan Vitamin D dari

paparan sinar matahari di kulit yakni terjadinya pembentukan kolekalsiferol tanpa peran

enzim di kulit dengan adanya radiasi UV, sebab vitamin D merupakan hormon steroid

yang melewati darah menuju otak dan berikatan dengan reseptor yang ada di neuro

seperti hippocampus. Mengendalihkan kalsium intra neural hemeostasis dengan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

23

mengatur ketegangan calsium sehingga mencegah nekrosis neuro. Hormon neuro juga

memiliki sifat antioksidan yang berfungsi mengurangi oksidatif stres yang disebabkan

oleh glutamatdan dopaminergik neuro karena sifat anti oksidan yang mengatur

hemeostatis kalsium intraneural dan bahwa vitamin D memiliki peran untuk mencegah

penurunan kognitif terkait usia (Gangwar, 2015 ). Menurut Hermawan (2016), terpapar

sinar matahari pagi sekitara jam 07.00 sampai 09.00 selama 10-15 menit, berjemur bisa

dilakukan tiga kali dalam seminggu untuk menjaga kadar vitamin D dalam darah stabil

dan juga tubuh tetap memerlukan vitamin D yang berasal dari makanan, karena tanpa

makanan yang mengandung provitmin D, maka proses pembentukan vitamin D oleh

bantuan sinar UV matahari tidak akan terjadi.

2.3.1 Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Anil Kumar Gangwar, Anita Rawat, Sunita

Tiwari,S. C. Tiwari, Jagdish Narayan and Sanchit Tiwari (2015), yang berjudul

“Role of Vitamin-D in the prevention and treatment of Alzheimer’s disease”. Dalam

penelitian tersebut bertujuan untuk melihat efek dari vitamin D untuk fungsi

kognitif pada lansia. Peran Mikronutrien (vitamin dan Mineral) dalam fungsi

normal dan pertumbuhan jaringan saraf jika fungsi sel hilang karena disebbkan

oleh kekurangan vitamin D, karena vitamin D bertindak seperti Neurosteroid

hormon untuk Neurotransmission dan Neuro-imunomodulasi, Hypovitaminosis

D memiliki katerkaitan dengan gangguan Neuromuskular, demensia dan penyakit

parkinson ( Gangwar et all, 2015).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Demensia 2.1.1 Definisi ...eprints.umm.ac.id/41475/3/BAB II.pdf · Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. ... asap tembakau

24

2. Penelitian yang dilakukan oleh Anindita banerjee, vineet Kumar Khemka, Aniban

ganguly, Debashree Roy, Upasana Ganguly, and Sasanka Chakrabarti (2015, yang

berjudul “Vitamin D and Alzheimer’s disease: Neurocognition to Therapeutics”. Dalam

jurnal tersebut untuk mengertahui pengaruh lingkungan dalam jangka panjang

terhadap kekurangan vitamin D sebagai faktor resiko, dan dalam jurnal ini

diperlukan pengembangan untuk mengetahui lebih lanjut dan menetapkan peran

vitamin yang berpotensi melindungi saraf dan mencegah atau menghentikan

proses neurodegenerasi pada pasien (Banerjee et all, 2015).