Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan
2.1.1 Definisi Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan atau asuhan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan atau asuhan kesehatan, didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan di tujukan kepada individu, keluarga kelompok dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia. Standar kompetensi perawat meliputi kerangka kerja kompetensi perawat
indonesia, meliputi praktik profesional, etis, legal dan peka budaya. Pemberrian
asuhan dan manajemen asuhan keperawatan, dan pengembangan kualitas personal
dann profesional. Rincian unit kompetensi dengan kodifikasinya. Penjabaran
kompetensi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan (Dermawan, 2013)
2.1.2 Keperawatan sebagai profesi
Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai
suatu ketentuan,sedangkan kebalikannya yang harus diluruskan, karena hampir
semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.
1. Pengertian
Menurut Wilensky (1964) profesi berasal dari kata profession yang berarti
suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan badan ilmu (body of knowledge) dasar
8
untuk pengembangan teori sitematis guna menghadapi banyak tantangan baru,
memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik
dengan fokus utama pada pelayanan.
Menurut Schein, E.H (1962) adalah suatu kumpulan atau pekerjaan yang
membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang
khusus di masyarakat.
Menurut Daniel Bell (1973) profesi adalah aktivitas intelektual yang
dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak
formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oelh sekelompok / badan yang
bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat,
menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan kompetensi
mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat
mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.
2. Ciri-ciri profesi
Profesi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas wilayah kerja
keilmuannya dan applikasinya.
b. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan peralatan yang terencana, terus menerus dan
bertahap.
9
c. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui
perundang-undangan.
d. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.
3. Kriteria profesi
Seseorang dikatakan menjalankan profesi bila memilih 10 kriteria :
a. Profesi harus memiliki keahlian khusus.
Keahlian itu tidak dimiliki oleh profesi lain. Artinya profesi itu mesti ditandai
oleh adanya suatu keahlian yang khusus untuk profesi itu. Keahlian itu diperoleh
dengan mempelajarinya secara khusus.
b. Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu.
Profesi dipilih karena dirasakan sebagai kewajiban, sepenuh waktu maksudnya
bukan part-time. Sebagai panggilan hidup, maksudnya profesi itu dipilih karena
dirasakan itulah panggilan hidupnya, artinya itulah lapangan pengabdiannya.
c. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal.
Artinya, profesi ini dijalani menurut aturan yang jelas, dikenal umum, teorinya
teruka. Secara universal pegangannya diakui.
d. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk dirinya sendiri.
10
Profesi merupakan alat dalam mengabdikan diri kepada masyarakat bukan
untuk kepentingan diri sendiri, seperti untuk mengumpulkan uang atau mengejar
kedudukan.
e. Profesi harus dilengkapi kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif.
Kecakapan dann kompetensi ini diperlukan untuk menyakinkan peran profesi
itu terhadap kliennya.
f. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam menjalankan tugas profesinya.
Otonomi ini hanya dapat dan boleh diuji oleh rekan-rekan seprofesinya. Tidak
boleh semua orang bicara dalam semua bidang.
g. Profesi hendaknya mempunyai kode etik, ini disebutkan kode profesi.
Fungsi kode etik ialah untuk dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan
tugas profesi. Kode etik ini tidak akan bermanfaat bila tidak diakui oleh pemegang
profesi dan juga masyarakat.
h. Profesi harus mempunyai klien yang jelas yaitu orang yang dilayani, dalam hal khusus
ini adalah pasien.
i. Profesi memerlukan organisasi untuk keperluan meningkatkan kualitas profesi itu.
j. Mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain.
11
Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta
Berger dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah
dalam tatanan praktik keperawatan.
Pada awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh keterampilan yang bersifat
intuitif. Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai suatu ilmu
dimana keperawatan banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu mendasarseperti ilmu
perilaku, sosial, fisika, biomedik dan lain-lain. Selain itu keperawatan juga mempelajari
pengetahuan inti yang menunjang praktik keperawatan yaitu fungsi tubuh manusia
yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan pemberian asuhan
keperawatan secara langsung kepada klien.
b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada seseorang dalam
melakukan kegiatan untuk menunjang kesehtaan dan penyembuhan serta membantu
kemandirian klien.
c. Pendidikan yang memenuhi standart dan diselenggarkan di perguruan tinggi atau
universitas.
Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan tinggi
memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan intelektual, interpersonal dan tekhnikal yang memungkinkan mereka
12
menjalankan peran dengan lebih terpadu dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh
dan berkesinambungan. Disamping itu perawat dituntut untuk mengembangkan iptek
keperawatan.
d. Pengendalian terhadap standart praktik.
Standart adalah pernyataan atau kriteria tentang kualitas praktik. Standart
praktik keperawatan menekankan kepada tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
untuk memenuhi standart yang telah ditetapkan yang bertujuan melindungi
masyarakat maupun perawat. Perawat bekerja tidak dibawah pengawasan dan
pengendalian profesi lain.
e. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadao tindakan yang dilakukan.
Tanggung gugat / Accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan
yang diberikan kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap
kelompok sejawat, atasan dan konsumen. Konsep tanggung gugat mempunyai dua
implikasi yaitu bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan
dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak melakukan tindakan pada situasi
tertentu.
f. Karir seumur hidup
Dibedakan dengan tugas / job yang merupakan bagian dari pekerjaan rutin.
Perawat bekerja sebagai sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan dan
keterampilan yang menjadi pilihannya sendiri sepanjang hayat.
13
g. Fungsi mandiri
Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan
walaupun kegiatan kolaborasi dengan profesi lain kaang kala dilakukan dimana itu
semua didasarkan kepada kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi
lain.
2.2 Konsep Uji Kompetensi
2.2.1 Definisi Kompetensi
Menurut Spencer & spencer (1993), Kompetensi yaitu salah satu aspek sumber
daya manusia yang sangat berpengaruh pada kinerja usaha. Hal ini berhubungan
dengan jenis pekerjaan yang dikerjakannya, dimana jenis pekerjaan tertentu di tuntut
dengan standart kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki oleh
individu mengenai sejauh mana keterampilan, pengetahuan dan kemampuan kerjanya.
Kompetensi yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubung satu
dengan yang lainnya diperlukan untuk dilatih dan dikembangkan agar dapat
menghasilkan kinerja yang baik. Kompetensi dalam individu yang digambarkan
sebagai karakteristik individu yang menggunakan kepribadiannya yang paling dalam
dan mempengaruhi perilakunya ketika menghadapi pekerjaan yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap kemampuan untuk menghasilkan prestasi kerja (Shaputra
Angga Rahyu, 2015).
Uji Kompetensi Ners Indonesia (UKNI) merupakan ujian yang di laksanakan
untuk menguji, menentukan, megukur, dan menilai pengetahuan, keterampilan, serta
sikap perawat, baik dalam menjalankan profesionalisme pelayanan kesehatan maupun
14
asuhan keperawatan yang berkelanjutan (continue) (Medika, 2016). NCLEX adalah
suatu sistem ujian dengan menggunakan komputerisasi untuk mengetahui
kemampuan seorang perawat, baik secara kognitif, skill (kemampuan melakukan
prosedur keperawatan) dan attitude (sikap) sehingga mampu memberikan asuhan
keperawatan secara aman dan efektif disegala tingkat pelayanan keperawatan. Di
indonesia, fase pertama yang harus di tempuh agar dapat bekerja sebagai perawat
adalah menempuh Uji Kompetensi Ners Indonesia (UKNI) untuk mendapatkanSurat
tanda registrasi (STR). Hal serupa juga terjadi di Amerika. agar bisa bekerja sebagai
perawat, calon perawat harus menempuh ujian yang disebut national Council
Licensure Examination- Registered Nurse (NCLEX-RN). Perguruan tinggi
keperawatan, sebagai suatu institusi pendidikan yang menyediakan fasilitas
pembelajaran bagi mahasiswa, memiliki andil yang cukup besar untuk ikut
bertanggung jawab atas mahasiswanya yang tidak lulus uji kompetensi dalam peran
fakultas membantu mahasiswanya untuk persiapan uji kompetensi perawat/ National
Council Licensure Examination-Rregistered Nurse (NCLEX-RN) dapat dilakuakn
melelui perspektif teori hubungan interpersonal oleh Peplau. Pada awalnya, teori
peplau dikembangkan untuk memandu praktik perawat psikiatrik. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu, teori ini digunakan pada setting klinis dan akademis (Sears et al.,
2015).
2.2.2 Klasifikasi Kompetensi
Adapun ruang lingkup kompetensi menurut Spencer & Spencer (1993)
mengklasifikasikan kompetensi menjadi tiga yaitu:
15
1. Kompetensi intelektual adalah karakteristik sikap dan perilaku atau kemauan dan
intelektual individu dapat berupa penegtahuan, keterampilan, pemahaman
profesional, pemahaman konstektual, dan lain-lain yang bersifat relatif stabil ketika
menghadapi permasalahan di tempat kerja, yang dibentuk oleh sinergi watak, konsep
diri, motivasi internal serta kapasitas pengetahuan konstektual.
2. Kompetensi emosional adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan
kemampuan untuk menguasai diri dan memahami lingkungan secara secara objektif
dan moralis sehingga pola emosinya relatif stabil ketika menghadapi masalah
pekerjaan, yang terbentuk melalui sinergi watak, konsep diri, motivasi internal serta
kapasitas kemampuan emosional.
3. Kompetensi sosial merupakan karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan
kemampuan membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain yang relatif
stabil ketika menghadapi masalah pekerjaan yang terbentuk melalui sinergi watak,
konsep diri, motivasi internal serta kapasitas pengetahuan sosial kontekstual.
2.2.3 Karakteristik Kompetensi
Terdapat lima tipe karakteristik kompetensi, yaitu sebagai berikut :
1. Motif adalah seseuatu yang secara konsisten dipikiran atau diinginkan orang yang
menyebabkan tindakan. Motif mendrng, mengarahkan dan memilih perilaku
menuju tindakan atau tujuan tertentu.
16
2. Sifat adalah karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi atau
informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata merupakan ciri fisik kompetensi
seseorang pilot tempur.
3. Konsep diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang. Percaya diri
merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam hampir setiap
situasi adalah bagian dari konsep diri orang.
4. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik.
Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks.
5. Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu.
Kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk berfikir analitis dan
konseptual.
2.2.4 Prinsip Uji Kompetensi
1. Terstandar, yaitu pelaksanaan uji kompetensi harus menggunakan standar nasinal,
yang terdiri dari penguji, materi, lkasi uji kompetensi, penilaian hasil, dan
penetapan hasil
2. Adil yakni semua peserta uji kompetensi harus diperlakukan sama dan tidak boleh
ada diskriminasi
3. Valid merupakan uji kompetensi menggunakan perangkat uji yang sudah diuji
validitasnya serta hasil uji harus valid.
17
4. Reliable merupakan kompetensi yang diujikan harus sesuai standar dan
memperhatikan kesesuaian antara materi dengan prfesi yang diuji.
2.2.5 Langkah-langkah uji kompetensi
1. Langkah ke satu : Menetapkan standar kompetensi yang akan diujikan
Pada langkah ini, peserta uji kompetensi dibimbing untuk mengidentifikasi
unit-unit standart kompetensi yang akan dinilai berdasarkan permintaan serta
kebutuhan peserta, dengan mempertimbangkan latar belakang Pendidikan,
pelatihan serta pengalaman kerja yang dimilikinya serta kualifikasi yang akan
diambil. Dari hasil identifikasi dapat ditentukan pula apakah penilaian akan
dilakukan untuk satu kompetensi atau pada sekelompok kompetensi (cluster). Hasil
pada langkah satu ini adalah menetapkan standar-standar kompetensi yang siap
asesor untuk mencapai efisien dan efektifitas pelaksanaan penilaian.
2. Langkah kedua: Mempelajari standar yang akan diujikan.
Pada langkah ini, peserta dibimbing untuk memahami isi serta hal-hal lain
yang tercakup dalam standar unit kompetensi yang akan dinilai. Item-item yang
harus diperhatikan dan dipelajari secara mendalam pada setiap unit standar
kompetensi meliputi:
a. Nomor dan judul unit kompetensi
b. Deskripsi unit kompetensi
18
c. Elemen kompetensi
d. Kriteria untuk kerja
e. Batasan variable
f. Panduan penilaian
g. Kompetensi terkunci
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses penilaian terutamapeserta uji, disaranakn
mempelajari pedoman belajar (learning guide/package) atau modul pelatihan yang
dikeluarkan oleh LDP. Hal ini diperlukan karena selain terdapat informasi singkat
mengenai konsep dan system pelatihan dan penilaian berbasis kompetensi, dalam
pedomanbelajar juga terdapat bagian-bagian yang berisi item-item soal/latihan
yang mengarah kepada materi penilaian yang bertujuan untuk mengukur
pencapaian peserta terhadap kriteria unjuk kerja yang dipersyaratkan.
3. Langkah ke tiga: Merencanakan uji kompetensi / penilaian.
Pada langkah ini, sub-sub langkah yang perlu dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan dengan jelas bukti-bukti yang dipersyaratkan
b. Menentukan metode-metode uji/penilaian
c. Mengembangkan perlengkapan uji/penilaian yang sesuai
d. Merencanakan aktifitas uji/penilaian
19
e. Menetapkan fasilitas uji dan sumber daya yang dibutuhkan
f. Menetapkan jadwal uji kompetensi
4. Langkah ke empat: Melaksanakan penilaian mandiri
Sebelum masuk kedalam proses uji kompetensi, disarankan untuk
melaksanakan penilaian secara mandiri (self assessment). Hal ini dilakukan untuk
memberikan kesempatan kepada peserta dalam mengukur pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya terhadap standar unjuk kerja yang dipersyaratkan.
Pada langkah ini peserta diminta untuk mengisi daftar pertanyaan yang ada secara
obyektif, sehingga kesiapan peserta dapat diidentifikasi secara dini sebelum masuk
kedalam proses uji. Apabila peserta menilai dirinya belum siap sepenuhnya, maka
peserta disarankan untuk mempersiapkan diri dengan mengikuti pelatihan berbasis
kompetensi yang diperlukan. Manfaat penting dari langkah penilaian secara
mandiri ini adalah mendorong peserta untuk belajar secara mandiri serta
pelaksanaan uji kompetensi menjadi lebih efektif dan efisien. Hal ini dimungkinkan
karena peserta betul-betul sudah siap sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya uji ulang.
5. Langkah ke lima: Melaksankan konsultasi pra uji/penilaian:
Pada langkah ini asesor melaksanakan konsultasi dengan peserta uji meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a. Penjelasan, diskusi proses dan kriteria hasil uji kompetensi
20
b. Penjalasan, pembahasan tujuan dan konteks uji kompetensi
c. Pembahasan standar kompetensi yang akan diujikan
d. Pembahasan hasil penilaian mandiri
e. Penjelasan, diskusi dan kesepakatan perencanaan penilaian termasuk jadwal uji
f. Penjelasan tata tertib uji kompetensi, aturan dan etika ditempat kerja (TUK) serta
hal-hal yang terkait dengan keselamatan kerja.
6. Langkah ke enam: Melaksanakan uji kompetensi
Pada langkah melaksanakan uji kompetensi ini, yang perlu dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
a. Mengatur pelaksanaan kegiatan uji kompetensi
b. Mempersiapkan fasilitas dan sumber daya yang dibutuhkan
c. Melaksanakan proses pengumpulan bukti
d. Mencatat setiap pencapaian terhadap KUK (Kriteria Unjuk Kerja) apakah
kompeten atau belum kompeten.
e. Memberikan informasi hasil pelaksanaan assessmen kepada peserta uji
f. Menandatangi hasil pelaksanaan uji kompetensi
21
g. Memberikan dan meminta umpan balik (feedback) pelaksanaan dan hasil uji
kompetensi terhadap peserta.
h. Membuat laporan pelaksanaan uji kompetensi.
7. Langkah ke tujuh: Mengkaji-ulang uji kompetensi
Langkah ini dilakukan setelah menyelesaikan uji kompetensi, yaitu dengan
melakukan kaji ulang terhadap keseluruhan proses serta membuat rekomendasi
perbaikan yang diperlukan. Dalam melaksanakan kaji ulang, gunakan prinsip-
prinsip uji kompetensi untuk mempertimbangkan apakah uji kompetensi sudah
valid, reliabel, flesksibel, adil, efisien dan efektif serta sejalan dengan persyaratan
kesehatan dan keselamatan kerja. Dalam mengkaji ulang materi dan aktifitas uji
kompetensi, fokuskan kepada peserta dan dokumentasi.
2.3 Konsep Persiapan
2.3.1 Definisi Persiapan
Persiapan adalah perbuatan bersiap-bersiap atau mempersiapkan tindakan
atau rancangan untuk sesuatu. Sedangkan kompetensi adalah kemampuan dasar
yang dapat dilakukan leh para mahasiswa pada tahap pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Kompetensi merupakan target , sasaran dan standar. (Horton, 2015)
2.3.2 Macam-macam persiapan
Menurut Kartini Kartono (2005) persiapan yang diperlu dipersiapkan untuk
menghadapi ujian adalah :
22
a. Persiapan Mental
Salah satu kesalahan yang banyak dilakukan para pelajar iala menunda
belajar. Akibatnya, kalau waktu ujian sudah dekat, mereka buru-buru mengejar
kekurangannya dalam waktu yang singkat. Dalam waktu sangat terbatas mereka
mempelajari bahan sagat banyak sekali yang belum pernah di sentuh sebelumnya.
Belajar secara ini disebut cramning. Hasilnya kekacauan dalam penguasaan bahan
pelajaran dan hasil ujiannya tidak baik.
b. Kesehatan badan
Kesehatan badan termasuk bagian dari persiapan menghadapi ujian. Hal ini
sangat jelas, karena kalau kesehatan badan terganggu, maka mahasiswa tidak dapat
belajar dengan baik dan tidak dapat melaksanakan ujian.
c. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri perlu dikembangkan dalam rangka persiapan
menghadapi ujian. Kurang percaya pada diri sendiri dapat mengakibatkan
kegugupan, cemas, merasa kurang atau tidak yakin pada kemampuan diri atau
mengakibatkan mahasiswa bertindak terlalu berhati-hati dan takut berbuat sesuatu.
23
Hal semacam ini tentu menghambat mahasiswa dan merugikan diri mahasiswa
yang bersangkutan dalam mengerjakan ujian.
Banyak orang gagal mencapai keberhasilan karena mereka tidak memeiliki
berbagai persoiapan dalam menghadapi ujian. untuk itu banyak persiapan yang di
lakukan seperti:
1. Persiapan diri
Persiapan diri adalah persiapan yang dimulai dari dalam diri kita sendiri, yang
meliputi persiapan fisik dan persiapan mental. Persiapan fisik berkaitan dengan
persiapan jasmani atau fisik dan persiapan kesehatan. Mahasiswa harus menjaga
kesehatan sebelum ujian.
2. Persiapan teknis
Persiapan teknis yaitu persiapan yang berkaitan dengan penyediaan
pelengkapan yang akan digunakan dalam ujian nanti. Misalnya pena, pensil dan
penghapus.
3. Persiapan Materi Uji
Persiapan materi uji merupakan persiapan yang sangat penting karena
persiapan materi uji ini akan menentukan kelulusan mahasiswa.
24
2.4 Konsep Kesiapan
2.4.1 Definisi Kesiapan
Readiness atau kesiapan ialah kondisi individu yang memungkinkan mereka
dapat belajar. Jadi schoul readiness atau kesiapan belajar yaitu kondisi individu yang
benar-benar sudah siap untuk belajar sehingga pelajaran yang diajarkan oleh
pendidik dapat diterima denngan baik dan tidak merasa kesulitan jika diberikan
tugas.
Menurut Slameto (2003) mengemukakan kesiapan adalah keseluruhan
kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di
dalam cara tertentu terhadap situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan
berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon.
Menurut Thorndike (1930), hukum kesiapan secara lengkap berbunyi
pertama, jika seseorang ada kesiapan untuk merespon atau bertindak, maka
tindakan atau respon yang dilakukannya akan memberi kepuasan, dan melibatkan
orang tersebut untuk tidak melakukan tindakan-tindakan lain. Kedua, jika
seseorang memiliki kesiapan untuk merespon, kemudian tidak dilakukannya, maka
mengakibatkan ketidakpuasan, dan akibatnya orang tersebut akan melakukan
tindakan-tindakan lain. Ketiga, jika seseorang tidak memiliki kesiapan untuk
merespon, maka respon yang diberikan akan mengakibatkan ketidakpuasan. Tanpa
kesiapan atau kesediaan proses belajar itu tidak akan terjadi.
25
Kesiapan atau readiness menurut jamies drever adalah “preparedness to
respond or react”. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan
kematangan, karena kematangannya berarti kesiapan untuk melaksanakan
kecapakan. Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika
mahasiswa belajar dan sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
2.4.2 Macam-macam kesiapan
Menurut (Kuswahyuni, 2009) macam- macam kesiapan sebagai berikut:
a. Kesiapan mental
Kesiapan mental adalah kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan
dan bukan hanya kondisi jiwanya. Kondisi kesiapan mental merupakan hasil
tumbuh kembang sepanjang hidup seseorang dan diperkuat oleh pengalaman
sehari-hari orang yang bersangkutan.
b. Kesiapan Diri
Kesiapan diri adalah terbangunnya kekuatan yang dipadu dengan keberanian
fisik dalam diri siswa yang berakal sehat sehingga dapat menghadapi segala
sesuatu dengan gagah berani.
26
c. Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar merupakan perubahan prilaku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan dan
meniru.
d. Kesiapan Kecerdasan
Kesiapan kecerdasan adalah kesigapan bertindak dan kecakapan memahami
bisa tumbuh dari berbagai kualitas. Ketajaman intelegensi, otak, dan pikiran dapat
membuat seseorang lebih aktif daripada seseorang yang tidak cerdas. Hal
tersebut membuat seseorang jadi lebih bisa menyesuaikan diri dengan sekitarnya,
makin cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya semakin cepat
mengendalikan situasi.
2.4.3 Prinsip – prinsip kesiapan
Menurut (Slameto, 2003) mengungkapkan tentang prinsip-prinsip kesiapan yaitu :
a) Semua aspek pertumbuhan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi).
b) Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari
pengalaman.
c) Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan.
d) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama
masa pembentukan dalam masa perkembangan.
27
2.4.4 Aspek-aspek Kesiapan
Suatu kondisi dikatakan siap setidak-tidaknya mencakup beberapa aspek,
menurut Slameto (2010) ada tiga aspek yang mempengaruhi kesiapan yaitu:
1. Kondisi fisik, mental dan emosional.
a. Kondisi fisik
Kondisi fisik atau kebutuhan jasmani manusia, merupakan suatu
kebutuhan akan makan, minum, tidur, istrahat yang cukup dan kesehatan.
Untuk belajar yang efektif dan efisien seseorang yang kurang sehat, kurang
makan atau kurang baik alat inderanya tidak dapat belajar dengan efektif,
sehingga pekerjaannya seseorang akan terganggu kerja otak yang
mengakibatkan terganggunya kondisi dan konsetrasi belajar.
b. Kondisi Mental
Kondisi mental adalah kondisi seseorang yang berkaitan dengan
penyesuaian diri yang aktif. Kondisi mental tersendiri menyangkut dengan
kecerdasan. Seperti jika tingkat kecerdasan rendah maka daya tangkap
untuk menerima suatu pelajaran kurang maksimal, sebaliknya jika tingkat
kecerdasan tinggi maka daya tangkap untuk menerima suatu pelajaran
maksimal. Seseorang yang memiliki kondisi mental yang baik dapat
mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berpikir kritis,
kemampuan menganalisis, kemampuan mengucapkan pengetahuannya,
dan lain sebagainya.
c. Kondisi emosional
28
Emosi adalah sebagai sesuatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa
yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah terjadi perilaku.
Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam
individu tentang keadaan mental dan fisik dalam suatu tingkah laku yang
tampak.
2. Kebutuhan atau motif tujuan.
3. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari.
Adapun menurut slameto tentang kondisi kesiapan dalam menghadapi ujian
nursing sebagai berikut:
1. Motivasi merupakan kekuatan untuk menggerakkan kita untuk bertindak.
Sayangnya setiap orang tidak selalu menggunakannya untuk keuntungan terbaik
yang dimilikinya. Motivasi ini melibatkan sebuah pilihan, masing-masing memiliki
kemampuan untuk memutuskan apa yang akan menggerakkan seseorang ke dalam
tindakan dan seberapa cepat dan seberapa jauh gerakkan itu akan terjadi.
a. Faktor-faktor menghambat motivasi adalah kepribadian yang selalu menunda-
nunda, sikap negative, mudah patah semangat dan persepsi kurangnya
tantangan.
b. Cara dalam meningkatkan motivasi yang pertama adalah menilai penyebabnya.
Tanyakan kepada diri sendiri mengapa tidak merasa termotivasi. Apakah itu
kepribadian atau faktor sikap atau sesuatu yang sama sekali berbeda. Yang
29
kedua, dapat mengendalikan situasi, motivasi adalah sifat internal dan memang
memiliki kekuatan dan kontrol terhadapnya.
2. Membaca adalah kegiatan yang memahami teks bacaan dengan tujuan untuk
memperoleh informasi dari sebuah teks yang dibaca. Ada dua jenis bacaan yaitu
pasif dan aktif. Pembaca pasif merupakan pembaca yang tanpa terlibat aktif dalam
proses membaca. Sedangkan pembaca aktif merupakan seorang pembaca terlibat
aktif dalam proses membaca.
3. Catatan merupakan kumpulan catatan dalam bentuk tulisan yang memberikan
keterangan, disimpan dalam arsip atau dokumen. Hal ini dilakukan untuk
menyingkat dan mengatur catatan kuliah seseorang dalam waktu 24 jam setelah
mengambilnya, dan akan melupakan hingga 80% dari konten kuliah.
4. Manajemen waktu merupakan sumber daya kesempatan yang sama. Terlepas dari
jenis kelamin, rasa tau ukuran, kita semua memiliki jumlah waktu yang sama, 24
jam sehari, 168 jam seminggu. Beberapa orang mengelola waktu mereka dengan
sangat efisien dan menyelesaikan segala sesuatunya, sementara yang lain sepertinya
tidak pernah punya cukup waktu untuk mencapai apapun. Adapun factor yang
mempengaruhi manajemen waktu sebagai berikut.
a. Brain Dominance
30
Orang dominan otak kiri mendekati waktu dengan logika dan ketertiban.
Pemikiran mereka menyusun waktu dengan menit dan jam. Mereka mengatur
waktu belajar mereka dengan menetapkan prioritas, mengidentifikasi tujuan dan
menggunakan jadwal dan daftar untuk membantu mencapai tujuan mereka.
Sedangkan orang dominan otak kanan cenderung menolak aturan dan jadwal.
Mereka cenderung melihat belajar sebagai “keseluruhan” dan menolak
memecahnya menjadi beberapa bagian atau tujuan tertentu.
b. Biorhythms (kondisi internal)
Orang memiliki bioritme berbeda yang mempengaruhi energi mereka pada
siang hari dan musim yang berbeda. Sebagai contohnya, beberapa orang adalah
“burung awal” dan paling bersemangat dan energik di pagi hari. Yang lainnya
adalah “burung hantu malam” dan menemukan puncak energinya terjadi pada
pertengahan sore dan malam hari.
c. Defisit keterampilan manajemen waktu
Terkadang untuk alasan apapun beberapa orang tidak perlu khawatir
mengatur jadwal mereka. Oleh karena itu, mereka tidak pernah merasakan
kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan khusus. Namun, tuntutan
sekolah perawat dan pekerjaan, membuat keterampilan manajemen waktu
menjadi kebutuhan.
5. Menulis merupakan ungkapan atau menuangkan buah pikiran kedalam bentuk
tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan.
31
6. Ujian merupakan tes yang bertujuan untuk menentukan kemampuan seorang
mahasiswa atau calon perawat. Langkah-langkah dilakukan sebelum dilakukan test
sebagai berikut:
a. Pertama lakukan ulasan harian. Ulasan harian termasuk ulasan singkat sebelum
kuliah dan postclass dari catatan kuliah. Juga melakukan ulasan singkat dengan
buku teks, sebelum membaca tugas baru, pindai catatan dan bagian yang ingin di
garis bawahi atau disorot dalam sebelumnya.
b. Kedua lakukan tinjauan mingguan. Tinjau setiap mata pelajaran setidaknya sekali
seminggu, memungkinkan sekitar 1 jam per mata pelajaran. Sertakan ulasan dari
catatan bacaan dan kuliah yang ditugaskan. Buat ringkasan peta pikiran atau kartu
catatan dan lakukan latihan mengerjakan soal sampel.
c. Ketiga lakukan ulasan utama. Hal ini biasanya paling bermanfaat ketika dilakukan
seminggu sebelum final atau ujian kritis lainnya, dengan ini sangat membantu
dalam mengintegrasikan konsep dan memperdalam pemahaman tentang materi
yang disajikan sepanjang istilah. Lakukan revive yang lebih lama 2 hingga 5 jam
berturut-turut, dengan istirahat yang cukup. Hal perlu diketahui bahwa ulasan
efektifitas mulai menurun setelah satu jam atau lebih kecuali istirahat sejenak.
d. Keempat jadwalkan ulasan waktu spesifik dalam kalender untuk di tinjau. Mulai
meninjau topik-topik utama setidaknya 5 hari sebelum di uji karena ini
memungkinkan banyak waktu untuk menemukan jawaban atas pertanyaan dan
menutup celah apapun dalam pemahaman seseorang.
32
e. Kelima buat daftar studi ini sangat membantu seseorang untuk memastikan
tidak akan melewatkan apapun. Mengikuti ujian seperti menerbangkan pesawat.
Setelah tes dimulai, sudah terlambat untuk mengingat satu persamaan yang
mungkin dilupakan dalam ulasan.
f. Keenam mengikuti tes latihan. Menuliskan pertanyaan sendiri berdasarkan
materi pelajaran atau kegiatan yang bagus untuk kelompok belajar. Mengikuti
tes latihan beberapa kali sebelum ujian yang sebenarnya.
7. Critical thinking merupakan jalan menuju sebuah petualangan inteletual. Meskipun
ada lusinan pendekatan yang mungkin untuk berpikir dengan baik, proses ini
bermuara pada bertanya dan menjawab pertanyaan. Kemampuan untuk
mengajukan pertanyaan yang mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam. Ini
akan memberikan jawaban pada tingkat yang sama dengan sebuah pertanyaan.
Seorang psikolog Benjamin Bloom mengemukakan enam tingkat pemikiran yaitu:
a. Mengingat: pada tingkat pemikiran ini, pertanyaan kuncinya adalah dapatkah
seseorang mengingat istilah, fakta, atau peristiwa utama. Tujuannya untuk
mendorong pemikiran seseorang dalam mengingat sebuah kejadian.
b. Memahami: pada level ini pertanyaan utamanya adalah dapatkah seseorang
menjelaskan ide ini dengan kata-kata nya tersendiri. Seringkali ini berarti
memberikan contoh ide bersasarkan pengalaman pribadi seseorang.
c. Menerapkan: belajar dilevel 3 berarti bertanya; Dapatkah saya menggunakan
ide ini untuk menghasilkan hasil yang diinginkan? Hasil itu mungkin masuk
33
termasuk menyelesaikan tugas, memenuhi tujuan, membuat keputusan, atau
menyelesaikan masalah.
d. Menganalisa: pertanyaan pada tingkat ini bermuara pada hal ini; dapatkah
seseorang membagi ide ini menjadi beberapa bagian atau beberapa langkah.
e. Mengevaluasi: pada level 5 ini berarti belajar bertanya, dapatkah saya menilai
kebenaran, kegunaan, atau kualitas ide ini dengan memberikan alasan untuk
peringkat seseorang. Ini adalah tingkat pemikiran yang akan digunakan
seseorang untuk melakukan penilaian efektivitas pernyataan niat dan
rekomendasikan etode untuk mencatat kuliah ketika instruktur berbicara
dengan cepat.
f. Creating: pada level ini menemukan sesuatu ide yang baru seperti; catatn kuliah,
persiapan kuliah, tujuan yang ingin dicapai dan membuat presentasi
berdasarkan ide yang ditemukan dalam materi.
2.5 Hubungan kesiapan dengan kelulusan uji kompetensi
1. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Universitas Hasanuddin menunjukkan
bahwa jika seseorang yang memiliki kesiapan ujian yang baik berbanding lurus
dengan hasil kelulusan UKNI. Semakin baik persiapan ujiannya, kelulusan UKNI
semakin tinggi. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan skala Guttman yang
meliputi kesiapan ujian yang terdiri atas 10 pertanyaan dengan kategori siap dan
tidak siap yang ditentukan berdasarkan nilai mean. Peneliti mengembangkannya
sendiri dan selanjutnya dilakukan uji validitas dengan product moment dengan nilai
34
r = 0,83 dan uji relabilitas dengan Cronbach”s alpha dengan nilai r= 0,87. Data
dikumpulkan dan dianalisis menggunakan uji Chi square dengan nilai kemaknaan p≤
0,05 (Hartina et al., 2018).
2. Dalam menilai proses yang dapat mendukung dan memfasilitasi persiapan siswa
untuk sukses NCLEX-RN di Lembaga sarjana muda yang mengalami penurunan
tingkat mahasiswa lulus dari NCELX-RN. melalui pendekatan multifaset, mert dan
Amborse menemukan bahwa tingkat lulus NCLEX_RN dapat ditingkatkan jika
sekolah keperawatan akan menerapkan strategi dan teknik perhatian individual.
Perbaikan juga dapat dilihat jika program yang dilaksanakan dapat mendukung
kepercayaan diri dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis mereka. Perubahan
juga harus memungkinkan mahasiswa meiliki penilaian diri dari kemampuan uji-
mengambil. Penelitian ini menegaskan bahwa pengembangan rencana studi layak
memanfaatkan teknik-teknik belajar yang efektif (JM, 2010).
3. Kesiapan perawat untuk Ujian NCLEX-RN menjadi lebih luas. Selain itu,
kemampuan belajar dan bahan telah meningkat dan sudah tersedia. Mahasiswa
mengubah pandangan mereka terrhadap profesi keperawatan dari tingkat
pengetahuan dan keterampilan untuk pandangan yang lebih praktis. Dengan waktu,
mahasiswa perawat telah menjadi lebih siap dan telah mendapatkan hak persepsi,
yang telah mengilhami sikap mereka terhadap NCLEX-RN. Mahasiswa sering
meningkatkan kemampuan mereka untuk lulus ujian dengan siap dan memiliki
persepsi yang benar tentang kemampuan mereka untuk lulus NCLEX-RN untuk
mendapatkan tingkat entri professional dalam karir keperawatan mereka (Roux, G.
M., & Halstead, 2009).