40
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Internal Audit Menurut Sawyer, dkk (2005,10) internal audit adalah : “Sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda beda dalam organisasi untuk menentukan apakah : 1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan 2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi 3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti 4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi 5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan 6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.” Menurut GTF ( Guidance Task Force kelompok kerja yang merumuskan pedoman yang dibentuk oleh Insurance Institute Agents Association pada 1998) dikutip dari Sawyer (2005,9) adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian …repository.untag-sby.ac.id/1116/3/BAB II.pdf · 2018. 12. 14. · 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Landasan Teori

    2.1.1. Pengertian Internal Audit

    Menurut Sawyer, dkk (2005,10) internal audit adalah :

    “Sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal

    terhadap operasi dan kontrol yang berbeda –beda dalam organisasi untuk

    menentukan apakah :

    1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan

    2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan

    diminimalisasi

    3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima

    telah diikuti

    4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi

    5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan

    6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif

    Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan

    membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara

    efektif.”

    Menurut GTF ( Guidance Task Force –kelompok kerja yang merumuskan pedoman

    yang dibentuk oleh Insurance Institute Agents Association pada 1998) dikutip dari

    Sawyer (2005,9) adalah :

  • 12

    “Sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara

    independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk

    meningkatkan operasional perusahaan. Audit tersebut membantu organisasi dalam

    mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan

    berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan

    risiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi. Internal audit merupakan

    profesi yang dinamis dan terus berkembang dengan mengantisipasi perubahan

    dalam struktur organisasi, proses, dan teknologi. Profesionalisme dan komitmen

    yang tinggi difasilitasi dengan bekerja dalam kerangka praktik professional yang

    dikembangkan oleh IIA (Institute of Internal Auditors).”

    Dikutip dari Sawyer (2005,9) IIA (Institute of Internal Auditors) pada bulan Juli

    1999 mengadopsi definisi internal audit adalah :

    “Aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk

    memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi, Audit tersebut

    membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang

    sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses

    pengelolaan risiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.”

    Menurut CFIA (Competency Framework for Internal Audit) dipublikasikan pada

    tahun 1999 oleh IIA (Institute of Internal Auditors) Research Foundation yang

    dikutip dari Sawyer (2005,9), internal audit adalah:

    “Suatu proses yang membantu perusahaan memperoleh keyakinan bahwa risiko-

    risiko yang mungkin dipahami dan dikelola dengan layak dalam konteks perubahan

    yang dinamis.”

  • 13

    Menurut Sukrisno Agus (2012,204) definisi internal audit adalah :

    “Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, terhadap

    laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap

    kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap

    peraturan pemerintah dan ketentuan–ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku.

    Peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang perpajakan, pasar modal,

    lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi, dan lain–lain.”

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa internal audit merupakan

    suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjamin pencapaian tujuan dan sasaran

    suatu organisasi. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah

    (value added) dalam rangka meningkatkan kualitas dan aktivitas operasional

    organisasi tersebut. Internal audit juga mencakup pemberian konsultasi kepada

    pihak manajemen sehubungan dengan masalah yang dihadapinya. Konsultasi ini

    diberikan sesuai dengan hasil temuan dan analisis yang dilakukan atas berbagai

    aktivitas operasional secara independen dan objektif dalam bentuk hasil temuan dan

    rekomendasi atau saran yang ditujukan untuk keperluan organisasi.

    Internal audit dilakukan oleh seseorang yang berasal dari dalam perusahaan,

    atau yang disebut dengan auditor internal. Keberadaan profesi auditor internal di

    dalam suatu organisasi membantu perusahaan mencapai tujuannya dengan

    pendekatan yang sistematis dan ketat agar dapat melakukan evaluasi dan

    peningkatan efektivitas terhadap manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata

    kelola. Internal audit adalah suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu

    organisasi guna menelaah saran–saran kepada manajemen. Internal audit memiliki

  • 14

    tugas pokok yaitu menentukan sejauh mana kebijakan dan prosedur yang ditetapkan

    oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan

    terhadap kekayaan perusahaan, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur

    kegiatan perusahaan, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh

    manajemen lini perusahaan. Tujuan dari internal audit adalah membantu semua

    tingkatan manajemen agar melakukan tanggung jawab dengan baik.

    2.1.1.1. Fungsi Internal Audit

    Adapun fungsi internal audit menurt Sawyer (2005,32) adalah :

    1. Mengawasi kegiatan–kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen

    puncak

    Setiap tahun kepala eksekutif audit ( chief auditing executives – CAE )

    menyiapkan rencana jadwal audit khusus untuk aktivitas yang diawasi. Rencana

    ini dipresentasikan di depan manajemen eksekutif dan dewan, dan diubah sesuai

    pergeseran strategi organisasi dan kebutuhan pengawas senior. Kepala eksekutif

    audit juga memastikan bahwa waktu dan sumber daya tersedia untuk audit yang

    sewaktu –waktu diperlukan dan tidak bisa diperkirakan pada saat rencana awal

    dibuat.

    2. Mengidentifikasi dan Meminimalkan Risiko

    Dunia usaha pernah mengandalkan asuransi untuk mengatasi risiko yang

    dihadapi, tetapi banyak organisasi terbesar di dunia saat ini membentuk fungsi

    manajemen risiko yang proaktif. Auditor internal memperluas persepsi mereka

    tentang manajemen risiko dan meningkatkan upaya mereka untuk meyakinkan

  • 15

    manajemen bahwa jenis risiko organisasi telah dievaluasi dan diperhatikan

    dengan layak.

    3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior

    Manajer senior biasanya membuat keputusan berdasarkan laporan yang mereka

    terima, bukan berdasarkan pengetahuan mereka sendiri. Beberapa organisasi

    audit membuat daftar laporan eksekutif dan menjadikan laporan tersebut sebagai

    acuan untuk audit yang dijadwalkan. Ketika audit dilakukan, auditor menelaah

    laporan tersebut untuk menilai akurasi, ketepatan waktu, dan maknanya.

    Kebijakan manajemen yang diputuskan kemudian menjadi lebih valid.

    4. Membantu manajemen pada bidang–bidang teknis

    Teknologi memiliki dampak yang sangat besar terhadap audit yang dilakukan.

    Auditor internal modern harus mengetahui bagaimana data berawal, bagaimana

    proses pengolahannya, dan di mana letak risiko keamanannya.

    5. Membantu proses pengambilan keputusan

    Manajerlah yang membuat keputusan operasional. Namun auditor internal dapat

    menyediakan atau memvalidasi data sebagai dasar pengambilan keputusan.

    6. Menganalisis masa depan –bukan hanya untuk masa lalu

    Dengan menggunakan pendekatan ini mereka telah menilai kebijakan atau

    program yang masih dalam tahap perancangan, implementasi kebijakan atau

    program, dan hasil aktual yang diperoleh dari kebijakan atau program. Auditor

    internal saat ini menilai kontrol atas sistem informasi yang diusulkan sebelum

    implementasinya, sehingga membantu menghindari terjadinya biaya untuk

    memperbaiki kerusakan.

  • 16

    7. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan

    Manajer menghadapi masalah pada aktivitas yang tidak bisa dikendalikannya.

    Auditor internal umumnya menemukan masalah tersebut dan menyarankan

    perbaikan. Namun, perbaikan – perbaikan tersebut bisa merupakan perbaikan

    jangka pendek atau perbaikan ke akar masalah sehingga meningkatkan kinerja

    manajemen.

    2.1.1.2 Independensi Auditor Internal

    Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh

    internal auditor. Independensi berarti bahwa auditor harus jujur, tidak mudah

    dipengaruhi dan tidak memihak kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk

    jujur pada manajemen, kreditur maupun nasabah yang telah memberikan

    kepercayaan pada pihak internal audit.

    Auditor internal yang professional harus memiliki independensi untuk

    memenuhi kewajiban profesionalitasnya, memberikan objektif dan tidak dibatasi,

    dan melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif

    atau lembaga. Auditor internal harus bebas dari hambatan dalam melaksanakan

    auditnya dan harus diberikan independensi yang memadai untuk mencapai

    objektivitas, baik dalam kenyataan maupun dalam persepsi.

    Dikutip dari Sawyer (2005, 35) dalam sebuah karya yang terkenal “The

    Philosopghy of Auditing”, memberikan beberapa indikator independensi

    profesional. Indikator – indikator tersebut adalah :

    1. Independensi dalam Program Audit

  • 17

    a. Bebas dari intervensi manajerial atas program audit

    b. Bebas dari intervensi atas prosedur audit

    c. Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang

    memang diisyaratkan untuk sebuah proses audi.

    2. Independensi dalam Verifikasi

    a. Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan

    yang relevan dengan audit yang dilakukan

    b. Mendapatkan kerja sama yang aktif dari karyawan manajemen selama

    verifikasi audit

    c. Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas

    yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti

    d. Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit.

    3. Independensi dalam Pelaporan :

    a. Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikasi dari fakta

    – fakta yang dilaporkan

    b. Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal – hal yang signifikan dalam

    laporan audit

    c. Menghindari penggunaan kata – kata yang menyesatkan baik secara sengaja

    maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi

    dalam interpretasi auditor.

    d. Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai

    fakta atau opini dalam laporan audit internal.

    2.1.1.3 Kompetensi Auditor Internal

  • 18

    Kompetensi auditor internal adalah pengetahuan, keahlian, dan pengalaman

    yang dibutuhkan auditor untuk dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan

    seksama. Hayes-Roth mendefinisikan keahlian sebagai pengetahuan tentang suatu

    lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dari lingkungan

    tersebut, dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut (Mayangsari,

    2003). Kompetensi yang diperlukan dalam proses audit tidak hanya berupa

    penguasaan terhadap standar akuntansi dan auditing, namun juga penguasaan

    terhadap objek audit. Selain dua hal di atas, ada tidaknya program atau proses

    peningkatan keahlian dapat dijadikan indikator untuk mengukur tingkat kompetensi

    auditor.

    2.1.1.4 Program Internal Audit

    Program internal audit merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan

    satu kesatuan dengan supervise audit dalam pengambilan langkah – langkah audit

    tertentu. Langkah – langkah audit dirancang untuk mengumpulkan bahan bukti

    audit dan memungkinkan auditor internal untuk mengemukakan pendapat

    mengenai efisiensi, keekonomisan, dan efektivitas aktivitas yang akan diperiksa.

    Program tersebut berisi arahan – arahan pemeriksaan dan evaluasi informasi yang

    dibutuhkan untuk memenuhi tujuan – tujan audit dalam ruang lingkup penugasan

    audit.

    Program audit yang disusun dengan baik bisa memberikan banyak manfaat, yaitu:

    1. Memberikan rencana sistematis untuk setiap tahap pekerjaan audit, yang

    merupakan suatu rencana yang dapat dikomunikasikan dengan baik kepada

    supervisor audit maupun kepada staf audit

  • 19

    2. Menjadi dasar penugasan auditior

    3. Menjadi sarana pengawasan dan evaluasi kemajuan pekerjaan audit karena

    memuat waktu audit yang dianggarkan

    4. Memberi ringkasan catatan pekerjaan yang dilakukan

    5. Menjadi titik awal bagi penilai fungsi internal audit untuk mengevaluasi

    upaya audit yang telah dilakukan

    2.1.1.5 Laporan Hasil Internal Audit

    Setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan, pemeriksa intern akan

    menuangkan hasil pemeriksaannya tersebut dalam suatu laporan. Laporan hasil

    audit harus memenuhi kriteria dan kualitas tertentu. Menurut Robert Tampulon

    (2005:128) kriteria laporan adalah :

    1. Hasil audit yang dikomunikasikan harus mencakup tujuan, ruang lingkup,

    kesimpulan, rekomendasi dan rencana tindak perbaikan yang telah disepakati

    bersama antara auditor dan auditee.

    2. Observasi dan rekomendasi yang dimuat dalam laporan harus didasarkan pada

    atribut-atribut sebagai berikut :

    a. Kondisi, yaitu keadaan sebenarnya sesuai dengan bukti yang ditemukan

    auditor dalam kegiatan pemeriksaannya. Dalam hal ini auditor

    mengidentifikasi sifat dan luasnya temuan atau sebuah jawaban dari kondisi

    yang tidak memuaskan.

    b. Kriteria, yaitu standar, ukuran, atau harapan yang ditetapkan dan digunakan

    untuk melakukan evaluasi dan / atau verifikasi. Dalam financial audit,

  • 20

    kriteria yang digunakan dapat berupa ketepatan, konsistensi, materialitas,

    atau kepatuhan kepada ketentuan hukum, regulasi dan kebijakan perusahaan.

    c. Akibat yang mungkin ditimbulkan (effect), yaitu risiko atau eksposur yang

    diperoleh karena kondisi tidak konsisten dengan. Tingkat signifikansi dari

    kondisi atau temuan yang ada biasanya ditentukan dari nilai risikonya.

    d. Penyebab (cause), yaitu alasan yang menyebabkan adanya perbedaan antara

    yang diharapkan (kriteria) dan kondisi yang ada. Mengidentifikasi penyebab

    dari kondisi atau temuan yang tidak memuaskan merupakan prasyarat bagi

    rekomendasi atau tindak perbaikan yang tepat.

    e. Rekomendasi, yaitu saran auditor untuk mengatasi risiko atau untuk

    mengatasi masalah yang ada. Hubungan antara rekomendasi dan penyebab

    yang mendasarinya haruslah jelas dan logis. Rekomendasi harus secara tepat

    mengarah kepada apa yang harus diperbaiki atau diubah dan siapa yang

    bertanggung jawab untuk melakukannya. Biaya untuk

    menngimplementasikan dan memelihara rekomendasi tersebut harus selalu

    dibandingkan dengan risiko (cost effective).

    3. Auditor, harus mengkomunikasikan pendapatannya secara menyeluruh.

    Misalkan sebuah pendapat mengenai kuallitas dari Manajemen Risiko yang

    disertai rating lemah, memuaskan atau kuat, dan juga pendapat mengenai

    kuantitas dari risiko yang disertai rating rendah, moderat atau tinggi.

    2.1.1.6 Tindak Lanjut Hasil Temuan Internal Audit

    Berbagai teknik yang dipergunakan untuk menyelesaikan tindak lanjut secara

    efektif, yaitu: [Hiro Tugiman (2006:78)]

  • 21

    a) Pengiriman laporan tentang temuan pemeriksaan kepada tingkatan manajemen

    yang tepat, yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan-tindakan

    korektif.

    b) Menerima dan mengevaluasi tanggapan dari manajemen terhadap temuan

    pemeriksaan selama pelaksanaan dilakukan, atau dalam jangka waktu yang

    wajar setelah laporan hasil pemeriksaan diterbitkan. Tanggapan-tanggapan akan

    lebih berguna apabila mencantumkan berbagai informasi yang cukup bagi

    pimpinan pemeriksaan intern untuk mengevaluasi kecukupan dan ketepatan

    waktu dari tindakan-tindakan korektif.

    c) Menerima laporan perkembangan perbaikan dari manajemen secara periodik,

    untuk mengevaluasi status usaha manajemen untuk memperbaiki kondisi yang

    sebelumnya dilaporkan.

    d) Menerima dan mengevaluasi laporan dari berbagai organisasi yang lain yang

    ditugaskan dan bertanggung jawab mengenai berbagai hal yang berhubung

    dengan proses tindak lanjut.

    e) Melaporkan kepada manajemen atau dewan tentang status dari tanggapan

    terhadap berbagai temuan pemeriksaan.

    2.1.2. Internal Audit Berbasis Risiko

    Menurut IIA (Insurance Institute Agents Association) audit berbasis risiko

    adalah sebuah metodologi yang menghubungkan internal audit dengan selutuh

    kerangka manajemen risiko yang memungkinkan proses internal audit

    mendapatkan keyakinan memadai bahwa manajemen risiko telah dikelola dengan

    memadai yang berhubungan dengan risiko yang dapat diterima (risk appetite).

  • 22

    Risiko yang berada di atas risk appetite dianggap sebagai ancaman bagi suatu

    perusahaan dalam mencapai tujuannya.

    Risk Based Internal Audit (RBIA) memastikan bahwa seluruh tanggung

    jawab manajemen telah dilakukan secara efektif. Tanggung jawab manajemen yang

    utama termasuk memastikan internal control telah memadai dan manajemen risiko

    telah dilakukan dengan tepat, diikuti oleh berbagai fungsi dan unit kerja di

    perusahaan. Peran Risk Based Internal Audit (RBIA) dalam peningkatan internal

    control dan proses manajemen risiko sangat menyeluruh dan strategis. Oleh karena

    itu apabila Risk Based Internal Audit (RBIA) diimplementasikan dengan konsisten,

    maka efektivitas internal control dan proses manajemen risiko perusahaan akan

    meningkat.

    Agar internal audit berbasis risiko dapat berhasil dengan baik diperlukan

    kerjasama antara auditor internal dengan manajemen dalam melakukan penilaian

    kelemahan pengendalian diri sendiri (control self assessment). Control self

    assessment merupakan proses dimana manajemen melakukan self assessment

    terhadap pengendalian atas aktivitas pada unit operasional masing-masing dengan

    bimbingan auditor internal.

    Dalam hal ini, manajemen melakukan identifikasi risiko kegiatan serta

    mengevaluasi apakah telah ada pengendalian yang dapat mengurangi risiko tersebut

    serta mengembangkan rencana kerja (action plan) untuk meningkatkan

    pengendalian yang ada. Manfaat utama dari control self assessment oleh

    manajemen adalah adanya kesadaran bahwa tanggung jawab untuk menilai risiko

  • 23

    dan mengendalikan aktivitas suatu organisasi berada di tangan manajemen sendiri

    sehingga dapat meningkatkan kepedulian terhadap pengendalian intern

    Internal audit berbasis risiko dapat dijelaskan pada tabel berikut :

    No Tujuan Risiko Audit Pelaporan

    1. Mulai dengan

    tujuan yang telah

    ditetapkan. Jika

    tujuan tidak ada,

    bisa membuat

    tujuan sendiri

    sebagai bahan

    pertimbangan

    audit.

    Mempertimbangkan

    risiko signifikan

    perusahaan di masa

    depan

    -Audit dilaksanakan

    dengan mempertim-

    bangkan risiko dan

    melihat kontrol yang

    diharapkan/mitigasi

    -Pekerjaan akan

    mengikuti profil risiko

    Risiko

    diproritaskan pada

    tingkat strategik

    dan operasional

    penting.

    2. Peranan audit

    mendukung

    tujuan bukan

    bertentangan

    - Monitoring atas

    sikap risiko

    - Berperan sebagai

    konsultan dan

    katalis

    - Audit

    merekomendasikan

    pemecahan

    masalah

    Audit adalah kualitatif

    dan didasarkan padan

    penilaian professional

    Kualitatif dan

    penilaian

    professional

    dipakai untuk

    pemeringkatan dan

    kesimpulan risiko

    3. Tujuannya harus

    mencakup sistem

    proses dan unit

    kerja

    Melakukan penilaian

    risiko dari risk

    register dan skoring

    risiko

    -Audit mencakup

    seluruh proses dan

    sistem yang terdapat di

    organisasi

    - Audit bukan hanya

    menanyakan apakah

    organisasi melakukan

    sesuatu dengan benar

    tapi juga apakah

    melakukan sesuatu

    dengan tepat

    -Laporan menjadi

    suatu dialog dan

    didiskusikan

    dengan manajemen

    -Rekomendasi

    bukan resep tetapi

    adalah saran

    Tabel 2.1. Ciri-ciri internal audit berbasis risiko

    2.1.2.1 Pengertian Risiko

  • 24

    Risiko adalah kondisi yang melibatkan keberhasilan pencapaian tujuan

    entitas perusahaan, baik yang bersifat secara langsung maupun tidak langsung, yang

    merupakan hasil dari sebuah kombinasi antara kemungkinan terjadinya sebuah

    peristiwa dan besaran dari konsekuensinya. Risiko memiliki beberapa komponen,

    yaitu:

    a. Risiko inherent yaitu risiko yang secara intrinsik telah ada karena

    terjadinya suatu aktivitas dan melekat pada aktivitas itu sendiri.

    b. Risiko tekendali yaitu bagian dari risiko inherent yang dapat dikendalikan

    melalui aplikasi atau aktivitas pengendalian tertentu. Risiko ini merujuk

    kepada tindakan perusahaan untuk mengurangi cakupan risiko inherent

    melalui suatu aplikasi kendali risiko.

    c. Risiko residual yaitu tingkat atau besaran risiko yang tetap melekat pada

    suatu aktivitas tertentu walaupun aplikasi pengendalian sudah diterapkan.

    Dengan demikian menjadi sangat penting bagi aktivitas internal audit untuk

    senantiasa mempertimbangkan risiko – risiko yang dihadapi yang dapat

    mempengaruhi reputasi perusahaan serta mengembangkan strategi mitgasi untuk

    mengatasi risiko – risiko tersebut. Di antara praktik – praktik yang lazim untuk

    memitigasi risiko –risiko ini, antara lain :

    a. Menerapkan program pemastian kualitas dan peningkatan yang kuat

    terhadap semua proses dalam aktivitas internal audit

    b. Secara berkala melakukan penilaian risiko untuk aktivitas internal audit

    sendiri, untuk mengidentifikasi potensi risiko terhadap brand –nya.

  • 25

    c. Terus menerus menegakkan kode etik dan standard perilaku untuk auditor

    internal

    d. Memastikan bahwa aktivitas audit internal telah mematuhi seluruh

    kebijakan dan peraturan yang berlaku di organisasi.

    Reputasi yang kredibel pada suatu aktivitas internal audit merupakan bagian

    penting dari efektivitasnya. Aktivitas internal audit yang secara optimal

    memberikan kompetensi pada perusahaan dapat dinilai dari keberhasilannya untuk

    mempertahankan brand internal audit itu sendiri. Brand tersebut perlu dibangun

    selama bertahun – tahun melalui kinerja yang berkualitas dan konsisten.

    2.1.2.2 Manfaat Internal Audit Berbasis Risiko

    Beberapa manfaat dari internal audit berbasis risiko disajikan dalam tabel berikut :

    No. Manfaat Audit

    Berbasis Risiko

    Penjelasan

    1. Fleksibilitas waktu Karena prosedur penilaian risiko tidak menguji

    transaksi dan saldo secara rinci, prosedur itu dapat

    dilaksanakan jauh sebelum akhir tahun (dengan

    asumsi, tidak ada perubahan operasional yang

    besar). Ini dapat menyeimbangkan beban kerja

    audit secara merata sepanjang tahun.

    2. Upaya tim audit

    terfokus pada area

    kunci

    Dengan memahami di mana risiko salah saji

    material bisa terjadi dalam laporan keuangan,

    auditor dapat mengarahkan tim audit ke hal – hal

    berisiko tinggi (high –risk areas) dan mengurangi

    pekerjaan pada lower –risk areas.

    3. Prosedur audit

    terfokus pada risiko

    Prosedur audit selanjutnya dirancang untuk

    menanggapi risiko yang dinilai. Oleh karena itu,

    uji rincian (test of details) yang hanya menanggapi

    risiko secara umum akan dapat dikurangi secara

    signifikan atau bahkan sama sekali dihilangkan.

  • 26

    4. Pemahaman atas

    pengendalian internal

    Pemahaman terhadap pengendalian ineral (yang

    diwajibkan ISA) memungkinkan auditor

    mengambil keputusan yang tepat, untuk

    menguji/tidak menguji efektifnya pengendalian

    internal

    5. Komunikasi tepat

    waktu

    Pemahaman terhadap pengendalian internal yang

    meningkat, memungkinkan auditor

    mengidentifikasi kelemahan dalam pengendalian

    internal yang sebelumnya tidak diketahui.

    Mengomunikasikan kelemahan dalam

    pengendalian internal kepada manajemen secara

    tepat waktu memungkinkan entitas mengambil

    tindakan yang tepat dan yang menguntungkan

    entitas.

    Tabel 2.2. Manfaat Internal Audit Berbasis Risiko

    2.1.2.3 Tujuan Internal Audit Berbasis Risiko

    Tujuannya internal audit berbasis risiko adalah memberikan keyakinan

    kepada Komite Audit, Dewan Komisaris dan Direksi bahwa:

    1. Perusahaan telah memiliki proses manajemen risiko, dan proses tersebut

    telah dirancang dengan baik.

    2. Proses manajemen risiko telah diintegrasikan oleh manajemen ke dalam

    semua tingkatan organisasi mulai tingkat korporasi, divisi sampai unit

    kerja terkecil dan telah berfungsi dengan baik.

    3. Kerangka kerja internal dan tata kelola yang baik telah tersedia secara

    cukup dan berfungsi dengan baik guna mengendalikan risiko.

  • 27

    2.1.2.4 Sasaran Internal Audit Berbasis Risiko

    Sasaran yang ingin dicapai dalam penerapan RBIA (Risk Based Internal

    Audit):

    a. Mengidentifikasi risiko kegagalan, kekeliruan, dan kecurangan, serta

    memberikan rekomendasi bagi auditee untuk perbaikan operasinya

    b. Memberikan dasar yang kuat bagi tim audit dalam memberikan

    pendapat atas laporan keuangan dengan mempertimbangkan risiko

    salah saji yang terkait dengan risiko kegagalan, kekeliruan, dan

    kecurangan

    c. Kerangka untuk meningkatkan efisiensi (menekan biaya audit dengan

    mengurangi tes substantif), efektivitas (mengindentifikasi dan fokus

    pada area-area yang berisiko), dan kualitas audit (menekan kesalahan

    audit)

    2.1.2.5 Langkah – Langkah Internal Audit Berbasis Risiko

    Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2014, 89) risiko audit (audit risk)

    adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat (exspressing an

    inappropriate audit opinion) atas laporan keuangan yang disalah sajikan secara

    material. Tujuan audit ialah menekan risiko audit ini ke tingkat rendah yang dapat

    diterima auditor (to reduce this audit risk to an acceptabily low level).

    Penekanan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, auditor harus

    menilai risiko salah saji dan menekan risiko pendeteksian. Auditor harus melakukan

    penilaian risiko (risk assessment) dan selanjutnya auditor harus merancang dan

  • 28

    melaksanakan prosedur audit yang tepat sebagai tanggapan terhadap risiko yang

    dinilainya (assessed risks of material misstatement). Langkah-langkah proses

    internal audit berbasis risiko adalah sebagai berikut:

    1. Menilai Risiko/Risk Assesement

    Kutipan dari ISA 315.3 mengenai tujuan auditor dalam proses audit tahap satu:

    “Tujuan auditor adalah mengidentifikasi dan meniali salah saji yang material

    karena atau kesalahan pada tingkat laporan keuangan dan asersi melalui

    pemahaman terhadap entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian intern

    entita yang memberikan dasar untuk merancang dan mengimplementasikan

    tanggapan terhadap risiko (salah saji material) yang dinilai.”

    Penilaian risiko diharapkan dapat mempengaruhi auditor supaya

    mempunyai gambaran sejauh mana unit kerja menentukan, menilai, mengelola,

    dan memantau risiko. Penilaian risiko itu memproritaskan keadaan sebagai

    berikut :

    a. Kondisi pengendalian manajemen

    b. Sikap manajemen

    c. Tingkat keterampilan karyawan

    d. Perputaran pegawai

    e. Jumlah dana yang dikelola perusahaan

    2. Menanggapi Risiko (Risk Response)

    Kutipan dari ISA 330.3 mengenai tujuan auditor dalam proses audit tahap dua:

  • 29

    “Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang

    risiko (salah saji material) yang dinilai, dengan merancang dan

    mengimplementasi tanggapan yang tepat terhadap risiko tersebut.”

    Proses menanggapi risiko mengharapkan auditor internal dapat:

    a. Menilai risiko bawaan dam risiko pengendalian pada tingkat laporan

    keuangan dan pada tingkat asersi (untuk setiap jenis transaksi, saldo

    akun, dan pengungkapan)

    b. Mengembangkan prosedur audit responsif, yakni prosedur audit yang

    menanggapi risiko yang dinilai.

    Prosedur audit selanjutnya, terdiri atas prosedur audit substantif seperti uji

    rincian (test of details), prosedur analitikal (analytical procedures), dan uji

    pengendalian (test of controls). Uji pengendalian lazimnya digunakan jika ada

    ekspektasi bahwa pengendalian tersebut berfungsi dengan efektif dalam periode

    berjalan.

    Beberapa hal yang menjadi pertimbangan auditor dalam merencanakan

    kombinasi prosedur audit yang tepat (appropriate mix of audit procedures) untuk

    menanggapi risiko, termasuk berikut ini:

    a. Uji pengendalian (test of controls)

    1. Identifikasi pengendalian internal yang relevan, yang jika diuji dapat

    mengurangi lingkup prosedur substantif lainnya. Umumnya, uji sampel

    dalam uji pengendalian jauh lebih sedikit dari jumlah sampel dalam uji

    substantif suatu arus transaksi. Dengan asumsi pengendalian internal yang

    relevan berfungsi secara efektif dan konsisten, serta kemungkinan

  • 30

    terjadinya penyimpangan pengendalian (control deviations) sangat kecil,

    makan menggunakan uji pengendalian pada umumnya akan mengurangi

    jumlah pekerjaan audit. Namun, tidak ada keharusan untuk menguji

    berfungsinya pengendalian intenal (langsung atau tidak langsung).

    2. Identifikasi setiap asersi yang tidak dapat ditangani dengan prosedur

    substantif saja.

    b. Prosedur Analitikal Substantif (Substantive Analytical Procedures)

    Prosedur ini menentukan jumlah total suatu arus transaksi dapat diperkirakan

    dengan cukup berdasarkan bukti yang tersedia. Dalam hal – hal tertentu, jika

    risiko dinilai (assessed risk) untuk asersi tertentu adalah rendah (tanpa

    memperhitungkan pengendalian internal yang relevan), auditor dapat

    menentukan bahwa prosedur analitikal substantif saja sudah cukup memberikan

    bukti audit yang cukup dan tepat.

    c. Pendadakan (Unpredictability)

    Dalam hal tertentu, auditor perlu memasukkan unsur pendadakan (element of

    unpredictability) dalam prosedur audit. Pendadakan juga perlu dipertimbangkan

    dalam memberikan informasi kepada manajemen tentang prosedur audit yang

    direncanakan dan jadwalnya

    d. Management Override

    Auditor juga mempertimbangkan perlunya prosedur audit yang spesifik

    menangani kemungkinan management override atau putusan manajemen untuk

    meniadakan atau mengabaikan pengendalian dengan membuat “pengecualian”.

  • 31

    3. Pelaporan/Reporting

    Kutipan dari ISA 700.6 mengenai tujuan audit dalam proses audit tahap tiga:

    “Tujuan auditor adalah :

    a. Merumuskan opini mengenai laporan keuangan berdasarkan evaluasi atas

    kesimpulan yang ditarik atas bukti audit yang diperoleh

    b. Memberikan opini dengan jelas, melalui laporan tertulis, yang juga

    menjelaskan dasar untuk memberikan pendapat tersebut.

    Tahap terakhir dalam audit adalah menilai bukti audit yang diperlukan dan

    menentukan apakah bukti audit itu cukup dan tepat untuk menekan risiko audit ke

    tingkat rendah yang dapat diterima. Dalam tahap ini sangatlah penting untuk

    menentukan :

    a. Setiap perubahan dalam tingkat risiko yang dinilai

    b. Apakah kesimpulan yang ditarik dari pekerjaan sudah tepat

    c. Apakah ada situasi mencurigakan dialami

    d. Risiko tambahan (yang sebelumnya tidak teridentifikasi) sudah dinilai

    dengan tepat dan prosedur audit selanjutnya sudah dilaksanakan

    sebagaimana diwajibkan.

    4. Dokumentasi

    Dokumentasi audit cukup diharuskan agar auditor yang berpengalaman dan

    tidak berhubungan dengan audit itu memahami :

    a. Sifat, jadwal waktu, dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan

  • 32

    b. Hasil pelaksanaan prosedur tersebut dan bukti audit yang diperoleh, dan

    c. Hal–hal penting yang timbul selama audit berlangsung, kesimpulan yang

    ditarik, dan kearifan profesional yang diterapkan untuk sampai pada

    kesimpulan itu.

    2.1.2.6 Peran ERM dalam Internal Audit

    Sehubungan dengan penerbitan kerangka manajemen risiko perusahaan

    secara terpadu (Enterprise Risk Management– Integrated Framework) oleh

    Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO),

    The Institute of Internal Auditor (IIA) bekerja sama dengan Afiliasi IIA ( Institute

    of Internal Auditor) di Inggris dan Irlandia, telah mengeluarkan sebuah makalah

    posisi (position paper) dengan judul The Role of Internal Auditing in Enterprise-

    wide Risk Management. Tujuan makalah tersebut adalah untuk membantu kepala

    eksekutif audit dalam menanggapi isu-isu ERM dalam organisasi mereka. Makalah

    ini memberikan pedoman bagi auditor internal untuk mempertahankan objektivitas

    dan independensi yang dipersyaratkan oleh Standar Internasional untuk Praktik

    Profesional Audit Internal ketika mereka memberikan layanan pemastian

    (assurance) dan layanan konsultasi.

    Peran inti internal audit yang berkaitan dengan ERM (Enterprise Risk

    Management) adalah untuk memberikan layanan pemastian yang objektif bagi

    Dewan mengenai efektivitas kegiatan ERM (Enterprise Risk Management)

    organisasi. Pemastian ini membantu meyakinkan bahwa risiko bisnis kunci telah

    dikelola dengan tepat, dan bahwa sistem pengendalian internal telah berjalan secara

  • 33

    efektif. Faktor utama yang harus dipertimbangkan oleh Kepala Eksekutif Audit saat

    menentukan peran audit internal adalah apakah suatu kegiatan menimbulkan

    ancaman terhadap independensi dan objektivitas auditor internal serta apakah

    memang terdapat kemungkinan untuk meningkatkan proses manajemen risiko

    organisasi, kontrol, dan proses tata kelola.

    Auditor internal memiliki pengaruh yang bervariasi dalam proses ERM

    (Enterprise Risk Management) bergantung pada kematangan proses ERM

    (Enterprise Risk Management) dalam organisasi. Sebelum auditor internal

    melaksanakan apapun peran yang terkait dengan ERM (Enterprise Risk

    Management), harus dipastikan terlebih dahulu bahwa seluruh organisasi

    sepenuhnya memahami bahwa tanggung jawab manajemen risiko terutama berada

    pada manajemen. Makalah posisi IIA (Institute of Internal Auditor) ini

    memberikan pedoman peran internal audit mana yang harus, boleh, dan tidak boleh

    dimainkan di dalam proses ERM (Enterprise Risk Management) organisasi.

    Peran inti internal audit dalam ERM (Enterprise Risk Management) adalah kegiatan

    yang berhubungan dengan layanan pemastian yang meliputi:

    a. Memberikan keyakinan pada desain dan efektivitas proses manajemen risiko.

    b. Memberikan keyakinan bahwa risiko dievaluasi dengan benar.

    c. Mengevaluasi proses manajemen risiko.

    d. Mengevaluasi pelaporan mengenai status dari risiko-risiko kunci dan

    pengendaliannya.

  • 34

    Meninjau pengelolaan risiko-risiko kunci, termasuk efektivitas dari

    pengendalian dan respons lain terhadap risiko-risiko tersebut. Untuk

    menstandarkan definisi, Committe of Sponsoring Organization mendefinisikan dan

    menjelaskan ERM–COSO untuk memberikan definisikan standart yang bisa

    digunakan perusahaan sebagai perbandingan dengan sistem kontrolnya.

    Model ERM–COSO terdiri atas delapan komponen :

    1. Lingkungan pengendalian – (control environment) menentukan kualitas entitas

    dengan mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orang di

    sekitarnya. Lingkungan pengendalian merefleksikan keseluruhan sikap,

    kesadaran, dan tindakan dean direksi, manajemen, karyawan, serta pihak-pihak

    lainya mengenai pentingnya pengendalian tersebut dan penekanan yang

    diberikannya dalam sebuah entitas. Lingkungan pengendalian terdiri atas tujuh

    faktor :

    a. Integritas dan nilai-nilai etis

    Merupakan dasar penilaian, preferensi, dan gaya manajemen. Nilai-nilai

    tersebut membentuk seperangkat standart moral dan perilaku yang

    merupakan pegangan manajemen. Integritas dan perilaku etis adalah produk

    standar perilaku dan moral entitas. Auditor menyadari bahwa integritas dan

    nilai etis manajeen berpengaruh besar terhadap kemampuan auditor dalam

    mengaudit sebuah entitas. Jika auditor percaya bahwa manajemen kurang

    mempunyai integritas dan bertindak tidak etis, maka auditor berhak untuk

    mempertanyakan keaslian semua cacatan dan dokumen yang diperoleh dari

    klien, dan akan memerlukan bukti akhir yang mengandung kebenaran

  • 35

    (conclusive evidence) ketimbang bukti persuasif (persuasive evidence) yang

    membenarkan semua pernyataan anajemen. Audit yang dilakukan

    berdasarkan kondisi tersebut akan memakan biaya yang sangat besar dan

    tidak praktis.

    b. Komitmen terhadap kompetensi

    Komitmen terhadap kompetensi mengharuskan manajemen untuk

    mepertimbangan tingkat kompetens yang perlukan dalam melaksanakan

    pekerjaan tertentu dan menggnakan karyawan dengen keahlian serta

    pengetahuan yang sesuai atas masing-masing pekerjaan.

    c. Dewan direksi dan komite audit

    Komite audit dan dewan direksi memainkan peran penting dalam

    mengawasi kebijakan dan praktik laporan keuangan serta akuntansi entitas.

    Meskipun komite audit dalam setiap entitas memiliki tanggungjawab yang

    berbeda-beda, namun dalam beberapa kasus mereka menelaah laporan

    keuangan serta hasil dari audit internal dan audit independen, menelaah

    pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajemen, menelaah rekomendasi

    auditor internal dan eksternal sehubungan dengen pengendalian internal,

    dan mengkomunikasikan hal-hal yang berhubungan dengan audit dan

    keuangan kepada dewan direksi. Komite audit yang terlibat aktif dapat

    secara signifikan meningkatan kualitas laporan keuangan entitas.

    d. Filosofi Manajemen dan Gaya Operasi

    Filosofi manajemen dan gaya operasi merupakan pendekatan umum dalam

    menjalankan suatu entitas. Salah satu aspek dari faktor ini adalah metode

  • 36

    manajemen untuk mengambil dan memantau risiko bisnis. Menganalisis

    filosofi manajemen dan gaya operasi membutuhkan pertimbngan yang hati-

    hati dari auditor. Kecenderungan manajemen untuk menjadi agresif dala

    mengambil risiko bisnis atau menitikberatkan pada pencapaian tujuan tidak

    sepenuhnya merupakan faktor yang negatif. Dalam kenyataan, banyak

    manajeen yang sukses memilik satu atau dua karakteristik tersebut.

    e. Struktur organisasi

    Struktur organisasi entitas adlah bentuk dan sifat dari subunit-subunit yang

    dimilikinya serta fungsi manajemen dan hubungan pelaporan yang berkaitan

    dengan subunit tersebut. Struktur organisasi mempengaruhi pemberian

    kewenangan dan tanggungjawab dalam suatu entitas. Sebuah entitas dapat

    diorganisaikan dengan banyak cara, di mana tidak ada satu pun yang lebi

    baiak dari yang lainnya. Walaupun demikian, auditor perlu memahami

    terhadap penyebab salah saji yang potensial dalam laporan keuangan entitas.

    f. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab

    Personel entitas harus memilki pemahaman yang jelas tentang tujuan

    entitas, bagaimana tindakan mereka saling berhubungan dan memberikan

    kontribusi pada tujuan tersebut, serta bagaimana dan untuk apa mereka

    mengemban tanggung jawab. Manajemen dapat menggunakan berbagai

    metode untuk mempromosikan pemahaman ini, terasuk mendelegasikan

    wewenang dan tanggung jawab atas aktivitas tertentu, menetapkan

    hubungan pelaporan dan prosedur kewenangan, melakukan spesifikasi dan

    mengkomunikasikan praktik-praktik bisnis yang tepat, dan menyediakan

  • 37

    suber daya untuk pelaksanaan tugas. Pendelegasian wewenang dan

    tanggung jawab yang telah didefinisikan dengan baik dan yang secara jelas

    dipahami dalam sebuah entitas dapat mengikis keterlibatan auditor dalam

    menyelidiki keungkinan salah saji dalam laporan keungan entitas.

    g. Kebijakan dan praktik sumberdaya manusia

    Kemampuan entitas untuk memperkerjakan porsonel yang mampu dan

    kompeten guna mencapai tujuannya merupakan pertimbangan yang penting

    dalam audit. Kebijakan dan praktik sumberdaya itu berkaitan dengan

    memperkerjakan, meatih, mengevaluasi, mempromosikan,

    mengkompensasi karyawan serta memberikan sumberdaya yang diperlukan

    untuk melaksanakan tugasnya.

    2. Penentuan Tujuan (Objective Setting)

    Tujuan perusahaan harus ada terlebih dahulu sebelum manajemen dapat

    menidentifikasi kejadian-kejadian yang berpotensi mempengaruhi

    pencapaian tujuan tersebut. ERM memastikan bahwa manajemen memiliki

    sebuah proses untuk menetapkan tujuan dan bahwa tujuan yang dipilih atau

    ditetapkan tersebut terkait dan mendukung misi perusahaan dan konsisten

    dengan risk appetite-nya.

    3. Identifikasi Kejadian (Event Identification)

    Kejadian internal dan eksternal yang mempengaruhi pencapaian tujuan

    perusahaan harus diidentifikasi, dan dibedakan antara risiko dan peluang.

  • 38

    Peluang dikembalikan (channeled back) kepada proses penetapan strategi

    atau tujuan manajemen.

    4. Penilaian Risiko

    Penilaian risiko (risk assessment) adalah identifikasi, analisis dan manajemen

    risiko entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disjaikan

    secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku. Proses penilaian risiko

    entitas harus mempengaruhi kemampuannya dalam mencatat, memproses, dan

    melaporakan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam

    laporan keuangan. Contoh-contoh risiko sepervisi ini adalah sistem informasi

    yang baru atau diperbaiki, teknologi baru dan ini prosuk atau aktivitas baru.

    5. Respons Risiko (Risk Response)

    Manajemen memilih respons risiko, menghindari risiko (avoiding), menerima

    (accepting), mengurangi (reducing), atau mengalihkan (sharing risk) – dan

    mengembangkan satu set kegiatan agar risiko tersebut sesuai dengan toleransi

    (risk tolerance) dan risk appetite

    6. Aktivitas pengendalian

    Adalah kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh manajemen untuk

    mengantisipasi risiko yang dapat menghalangi entitas mencapai tujuannya.

    Aktivitas pengendalian risiko meiliki berbagi tujuan dan diaplikasikan pada

    berbagai tingkat organisasional atau fungsional dalam sebuh entitas. Secara

    umum, aktivitas pengendalian terdiri dari kategoi-kategori :

    a. Penelaah kinerja

  • 39

    Penelaah memiliki bentuk yang bervariasi dan dapat diapikasikan pada

    beragam aktivitas. Kinerja aktual dapat dibandingkan dengan kinerja yang

    telah dianggarkan, diramalkan perode sebelumnya, dan berbagai jenis data

    keuangan atau non keuangan yang dapa dihubungkan satu sama lain, sperti

    dalam analisis risiko. Kinerja fungsional atau aktivitas juga dapat ditelaah.

    b. Pemrosesan Informasi

    Aktivitas pengendalian ini digunakan untuk mengecek otorisai, akurasi, dan

    kelengkapan transaksi.

    c. Pengendalian fisik

    Aktivitas ini terdiri dari pengaman aktiva secara fisik, termasuk

    perlindungan yang eadai atas akses ke aktiva dan catatannya, seperti

    keamanan fasilitas; otoriasasi akses ke program komputer dan berkas data;

    dan perhitungan secara periodik atas aktiva dan membandingkan dengan

    julah yang ditunjukkan dala catatan pengendalian.

    d. Pemisahan tugas

    Tugas harus dipisahkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

    kesalahan dan usaha untuk menyembunyikan kesalhan atau penyimpangan

    tugas oleh orang-orang terkait. Manajemen dapat melakukan pemisahan

    tugas dengan memberikan tanggung jawab untuk mengotorisasi transaksi,

    mencatat transaksi, dan melakukan pengawasan terhadap aktiva kepada

    orang-orang yang berbeda.

    7. Informasi dan komunikasi

  • 40

    Komponen ini merupakan bagian penting dari proses manajemen. Manajemen

    tidak dapat berfungisi tanpa informasi. Kounikasi informasi tentang operasi

    pengendalian internal memberikan substansi yang dapat digunakan manajemen

    untuk mengevaluasi efektifitas kontrol dan untuk mengelola operasinya.

    8. Pengawasan/pemantauan

    Pengendalian internal dapat berubah dari waktu ke waktu karena berbagai

    alasan. Entitas dapat memperluas atau emperkecil operasinya, personel baru

    dapat bergabung dengan entitas, atau keefektifan pelatihan dan pengawasan

    mungkin bervariasi. Oleh karena itu, manajemen perlu menentukan apakah

    pengendalian internal yang ada masih tetap afektif. Manajemen melakukan hal

    ini dengan pemantauan (monitoring) – proses penilaian kualitas kinerja

    pengendalian internal dari waktu ke waktu.

    Pengawasan/pemantauan merupakan sebuah manajemen yang digunakan

    untuk memberikan keyakinan yang wajar bahwa tujuan manjemen tercapai.

    Pegawan dapat dilakukan melalui aktivitas terus-menerus dilakukan terhadap

    aktivitas rutin pengawasan yang biasa. Evaluasi terpisah adalah penilaian

    periodik atas semua sebagaian pengendalian internal. Evaluasi tersebut dapat

    dilakukan oleh personel internal atau pihak luar, seperti kantor akuntan

    independen.

    2.1.3. Pengendalian Internal

  • 41

    Definisi pengendalian internal menurut SAS No. 55:

    “Pengendalian internal (internal control) adalah sebuah proses yang dihasilkan

    oleh dewan direksi entitas, manajemen dan personel lainnya yang dirancang

    untuk memberikan kepastian yang layak dalam pencapaian tujuan kategori-

    kategori berikut:

    1. Keandalan (reliabilitas)

    2. Ketaatan hukum dan peraturan yang berlaku, dan

    3. Efektivitas dan efisiensi operasi”

    Definisi pengendalian internal menurut Theodorus M. Tuanakota (2014 :352):

    “ Pengendalian internal adalah proses, kebijakan, dan prosedur, yang dirancang

    oleh manajemen untuk memastikan pelaporan keuangan yang andal dan

    pembuatan laporan keuangan sesuai dengan kerangka akuntansi yang berlaku.

    Pengendalian internal membahas hal–hal seperti sikap manajeme terhadap

    pengendalian, kompetensi pegawai inti/kunci, penilaian risiko, akuntansi, dan

    sistem informasi keuangan lainnya yang digunakan, serta kegiatan pengendalian

    yang tradisional.”

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal

    merupakan alat untuk mengendalikan aktivitas entitas guna membantu

    menjamin bahwa aktivitas–aktivitas yang dilakukan pada akhirnya dapat

    mencapai tujuan yang diharapkan. Pengendalian internal dapat melibatkan

    variasi yang luas dari tujuan spesifik serta prosedur dan kebijakan terkait.

    2.1.3.1. Tujuan Pengendalian Internal

  • 42

    Pengendalian Intern adalah suatu perencanaan yang meliputi struktur

    organisasi dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan

    di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik

    perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, mendorong

    efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah

    ditetapkan, tujuan adanya pengendalian internal adalah :

    1. Menjaga kekayaan organisasi

    2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.

    3. Mendorong efisiensi.

    4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

    2.1.3.2. Elemen Pokok Pengendalian Internal

    Elemen pokok pengendalian internal terdiri atas :

    1. Penggunaan wewenang secara tepat untuk melakukan suatu kegiatan atau

    transaksi.

    Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari

    pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi

    tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur

    pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.

    Dengan adanya pembagian wewenang ini akan mempermudah jika akan

    dilakukan audit trail, karena otorisasi membatasi aktivitas transaksi hanya

    pada orang-orang yang terpilih. Otorisasi mencegah terjadinya

    penyelewengan transaksi kepada orang lain.

  • 43

    2. Pembagian tugas.

    Pembagian tugas memisahkan fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi

    akuntansi (pencatatan). Dan suatu fungsi tidak boleh melaksanakan semua

    tahap suatu transaksi. Dengan pemisahakn fungsi operasi dan penyimpanan

    dari fungsi pencatatan, catatan akuntansi yang disiapkan dapat mencerminkan

    transaksi yang sesungguhnya terjadi pada fungsi operasi dan fungsi

    penyimpanan. Jika semua fungsi disatukan, akan membuka kemungkinan

    terjadinya pencatatan transaksi yang sebenarnya tidak terjadi, sehingga

    informasi akuntansi yang dihasilkan tidak dapat dipercaya kebenarannya, dan

    sebagai akibatnya kekayaan organisasi tidak terjamin keamanannya

    3. Pembuatan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai.

    Prosedur harus mencakup perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan

    yang memadai untuk membantu meyakinkan adanya pencatatan transaksi dan

    kejadian secara memadai. Selanjutnya dokumen dan catatan yang memadai

    akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai

    kekayaan, utang, pendapatan dan biaya suatu organisasi.

    4. Keamanan yang memadai terhadap aset dan catatan.

    Keamanan yang memadai meliputi pembatasan akses ke tempat penyimpanan

    aset dan catatan perusahaan untuk menghindari terjadinya pencurian aset dan

    data/informasi perusahaan.

    5. Pengecekan independen terhadap kinerja.

  • 44

    Semua catatan mengenai aktiva yang ada harus dibandingkan (dicek) secara

    periodik dengan aktiva yang ada secara fisik. Pengecekan ini harus dilakukan

    oleh suatu unit organisasi yang independen (selain unit fungsi penyimpanan, unit

    fungsi operasi dan unit fungsi pencatatan) untuk menjaga objektivitas

    pemeriksaan.

    2.2. Penilitian Terdahulu

    No Nama Penulis Tahun Dimuat Judul Hasil Penelitian

    1 Nuno

    Castanheira,

    Lu´cia Lima

    Rodrigues,

    dan Russell

    Craig

    2010 Managerial

    Auditing Journal

    Vol. 25 No. 1,

    2010 pp. 79-98

    “Factors

    associated with

    the adoption of

    risk-based

    internal

    auditing”

    Adopsi audit

    berbasis risiko

    berhubungan

    positif terhadap

    ukuran perusahaan.

    Audit berbasis

    risiko tingkat

    makro memiliki

    pengaruh yang kuat

    di perusahaan –

    perusahaan swasta

    dan badan

    keuangan Negara

    Portugis. Hasil

    penelitian telah

    menemukan bahwa

    internal audit

    berbasis risiko pada

    badan keuangan

    memiliki pengaruh

    yang konsisten

    terhadap aktivitas

    perusahaan.

  • 45

    2 Philna P

    Coetzee

    2016 International

    Journal of Public

    Sector

    Management,

    Vol. 29 Iss 4 pp.

    -

    "Contribution of

    internal auditing

    to risk

    management:

    perceptions of

    public sector

    senior

    management"

    Internal audit

    memainkan peran

    penting dalam

    penilaian risiko

    terkait dengan

    risiko yang

    mengancam

    perusahaan. Pada

    tingkat koordinasi,

    kepala eksekutif

    audit ( Chief

    Executive Audit )

    memandang bahwa

    fungsi internal

    audit dengan

    aktivitas penilaian

    risiko memiliki

    indikasi yang

    sangat kuat.

    3. Dr.Vahit

    Ferhan Benli

    dan Duygu

    Celayir

    2014 European

    Journal of

    Accounting

    Auditing and Fianance

    Research

    Vol.2,No.7,pp.1-

    16

    “Risk Based

    Internal

    Auditing and

    Risk Assessment

    Process”

    Internal audit

    berbasis risiko

    merupakan

    pendekatan audit

    berdasarkan atas

    dasar penentuan

    status risiko

    perusahaan, proses

    audit yang sesuai

    dengan status risiko

    perusahaan dan

    pengalokasian

    sumber daya audit

    yang efisien.

    Langkah yang

    paling penting

    dalam internal audit

    berbasis risiko

    adalah penilaian

    risiko. Syarat

  • 46

    penilaian risiko

    meliputi berbagai

    aktivitas yang

    sistematis,

    diantaranya adalah

    tahap identifikasi

    risiko, pengukuran

    risiko dan

    pemecahan pada

    matriks risiko itu

    sendiri.

    4. Chairul

    Anwar

    2009 The Winner

    Journal Vol. 10

    No. 2

    “Risk Based

    Internal

    Auditing dan

    Implementasinya

    pada PT. IBF”

    Untuk mengatur

    pengendalian

    internal secara

    efisien, diperlukan

    suatu alat bantu

    atau tools dalam

    pelaksanaan hal

    tersebut. Dalam

    usahanya

    melaksanakan

    internal control,

    perusahaan

    berusaha

    mengadopsi sistem

    pengenalan dan

    pengendalian risiko

    berdasarkan The

    Australian/New

    Zealand Standard

    in Risk

    Management

    (AZ/NZS 4360),

    yaitu suatu konsep

    dalam pengenalan

    dan me-manage

    risiko yang ada,

    yang umumnya

    disebut ERM.

  • 47

    5. Felisia

    2010 Jurnal audit

    berbasis risiko 8

    Bina Ekonomi

    Vol. 14 no. 2

    “Risk based

    internal auditing

    (RBIA) :

    Suatu

    pendekatan

    dalam audit

    internal”

    Dalam audit

    berbasis risiko,

    auditor harus

    mengevaluasi

    efektivitas proses

    manajemen proses,

    pengendalian

    internm dan public

    governance sebagai

    bentuk pelaksanaan

    aktivitas assurance

    dan konsultasi

    untuk dapat

    memberikan nilai

    tambah dan

    memperbaiki

    kegiatan organisasi.

    Tantangan bagi

    para auditor adalah

    untuk memahami

    risiko yang relevan

    dari setiap transaksi

    yang dilakukan

    untuk menentukan

    dan menetapkan

    pengendalian yang

    efektif.

    6 Philip Ayagre 2014 European

    Journals of

    Accounting

    Auditing and

    Finance

    Research

    Vol.2,No.7, pp.

    52-65

    “The Adoption

    of Risk Based

    Internal

    Auditing in

    Developing

    Countries: The

    Case of

    Ghanaian

    Companies”

    Faktor-faktor yang

    menyebabkan

    perusahaan

    mengadopsi RBIA

    (Risk Based

    Internal Audit)

    karena RBIA

    membantu mereka

    fokus pada bidang-

    bidang prioritas

    bisnis mereka.

  • 48

    7. Esther Bura

    and Sudarso

    Kaderi

    Wiryono

    2013 The Indonesian

    Journal of

    Business

    Administration

    Vol. 2, No. 16,

    2013:1962-1968

    “Risk

    Management‐

    Based InternaL

    Audit for

    Auditor to

    improve the

    Performance of

    Internal Audit

    Unit of PT

    Timah (Persero)

    Tbk

    Penerapan audit

    internal manajemen

    berbasis risiko

    untuk unit internal

    audit pada

    PT.Timah (Persero)

    Tbk. telah

    disarankan.

    Pelaksanaan

    internal audit

    berbasis risiko akan

    dilakukan dengan

    mempertimbangkan

    kondisi saat ini dari

    perusahaan,

    khususnya kondisi

    sumber daya

    manusia

    8. Liem Mellina

    Dewi

    Budiman

    2013 Jurnal Ilmiah

    Mahasiswa

    Universitas

    Surabaya Vol. 2

    No. 1

    ”Penerapan

    Risk Based

    Internal Audit

    untuk

    Meningkatkan

    Efektivitas Siklus

    Penjualan pada

    PT “X” di

    Surabaya”

    Badan usaha perlu

    untuk

    mengidentifikasi

    risiko-risiko

    potensial yang ada

    dalam aktivitas

    operasionalnya dan

    mengelola risiko

    tersebut dengan

    baik agar risiko

    tersebut tidak

    merugikan dan

    mengancam badan

    usaha.Selain itu,

    perusahaan harus

    memiliki kebijakan

    secara tertulis dan

    objektif.

  • 49

    9. Arwina

    Karmudiandri

    2014 Jurnal Media

    Bisnis Vo. 6,

    No.1, Hal. 19-26

    “Peran Audit

    Internal dalam

    Manajemen

    Risiko Bank”

    Pada penelitian ini,

    audit internal telah

    menerapan audit

    berbasis risiko yang

    implementasinya

    sudah berjalan

    dengan optimal dan

    dilakukan secara

    berkesinambungan

    dan bekerja sama

    dengan SBU

    (Strategic Business

    Unit) dalam hal

    manajemen risiko.

    Posisi audit internal

    bukan hanya

    sebagai watch dog

    tetapi juga sebagai

    business partner

    bagi SBU.

    10. Ita Megasari 2014 Jurnal Ilmu &

    Riset Akuntansi

    Vol. 3 No. 11

    “Audit Berbasis

    Risiko

    dalam Pengujian

    Atas

    Pengendalian

    Internal pada Siklus

    Pendapatan (Studi Kasus pada Fakultas

    Psikologi –

    Universitas

    Surabaya)”

    Berdasarkan hasil

    identifikasi risiko,

    risiko tinggi (high

    risk) disebabkan

    faktor internal

    dimana kurangnya

    waktu dan sumber

    daya terutama

    psikolog dalam

    memberikan

    layanan jasa

    psikologi. Hal ini

    disebabkan adanya

    perangkapan fungsi

    sebagai psikolog

    dan pengajar.

    Risiko dapat

    dikelola dengan

    bentuk pengelolaan

  • 50

    Tabel 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu

    2.3. Hipotesis

    Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    H1 : Internal audit berpengaruh terhadap internal control PT. Bank Jatim

    H2 : Internal audit berbasis risiko berpengaruh terhadap internal control

    PT. Bank Jatim

    yang lain, sehingga

    tidak terpaku

    dengan pedoman

    mengenai pemetaan

    risiko oleh COSO.