20
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Komunitas merupakan kumpulan populasivyang terdiri dari berbagai spesies yang menempati suatu daerah tertentu. Menurut Odum (1994), komunitas diklasifikasikan dengan melihat bentuk atau sifat struktur utamanya seperti spesies yang dominan, bentuk atau indikator hidup, habitat fisik dari komunitas dan sifat maupun tanda-tanda fungsional. Komunitas dapat dikaji berdasarkan klasifikasi sifat strukturall (struktur komunitas). Struktur komunitas dipelajari melalui beberapa cara yaitu ukuran, komposisi, dan keanekaragaman spesies. Struktur komunitas juga berkaitan erat dengan kondisi habitat. Perubahan pada habitat dapat mempengaruhi tingkat spesies sebagai komponen terkecil penyusunan populasi yang membentuk komunitas. Berdasarkan pendapat tersebut, dijelaskan bahwa komunitas merupakan kesatuan dinamik dari hubungan fungsional yang saling mempengaruhi diantaranya populasi, dimana komunitas berperan pada posisinya masing-masing dan menyebar dalam ruang serta tipe habitatnya (Odum, 1994) Keberadaan keanekaragam jenis organismeeyang hidup dengan cara beraturan, tidak tersebar begitu saja tanpa adanya saling ketergantungan (interaksi), dapatedikaji pada tingkat komunias sehingga pada konsep komunitas menjadi sangat penting dalam mempelajari ekologi. Menurut Dharmawan et al. (2005), kajian komunuias dilakukan untuk mengetahui keseimbangan yang tergambar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Komunitas

Komunitas merupakan kumpulan populasivyang terdiri dari berbagai spesies

yang menempati suatu daerah tertentu. Menurut Odum (1994), komunitas

diklasifikasikan dengan melihat bentuk atau sifat struktur utamanya seperti spesies

yang dominan, bentuk atau indikator hidup, habitat fisik dari komunitas dan sifat

maupun tanda-tanda fungsional.

Komunitas dapat dikaji berdasarkan klasifikasi sifat strukturall (struktur

komunitas). Struktur komunitas dipelajari melalui beberapa cara yaitu ukuran,

komposisi, dan keanekaragaman spesies. Struktur komunitas juga berkaitan erat

dengan kondisi habitat. Perubahan pada habitat dapat mempengaruhi tingkat

spesies sebagai komponen terkecil penyusunan populasi yang membentuk

komunitas. Berdasarkan pendapat tersebut, dijelaskan bahwa komunitas merupakan

kesatuan dinamik dari hubungan fungsional yang saling mempengaruhi diantaranya

populasi, dimana komunitas berperan pada posisinya masing-masing dan menyebar

dalam ruang serta tipe habitatnya (Odum, 1994)

Keberadaan keanekaragam jenis organismeeyang hidup dengan cara

beraturan, tidak tersebar begitu saja tanpa adanya saling ketergantungan (interaksi),

dapatedikaji pada tingkat komunias sehingga pada konsep komunitas menjadi

sangat penting dalam mempelajari ekologi. Menurut Dharmawan et al. (2005),

kajian komunuias dilakukan untuk mengetahui keseimbangan yang tergambar

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

9

didalam struktur dan komposisi populasi penyusunnya. Kajian komunitas juga

bertujuan untuk mengetahui pola sebaran komunitas dan perubahannya dipakai

sebagai hasil interaksi semua komponen yang bekerja dalam komunitas tersebut.

Komunitas dan komponen penyusunnya adalah sebuah organisasi kehidupan

yang masing-masing memiliki dinamika sendiri disebut struktur komunitas (Satino,

2011). Menurut Husamah, (2015), Struktur komunitas adalah suatu konsep yang

mempelajari susunan atau komposisi spesies dan kelimpahan dalam suatu

komunitas. Komunitas mempunyai struktur dan pola tertentu terhadap

keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi dengan ciri yang unik pada suatu

kommunitas. Analisa mengenai kelimpahan, keanekaragaman, kemerataan, dan

dominansi dari suatu komunitas, serta keseimbangan jumlah tiap spesiesnya.

2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan komunitas

Struktur dalam komunitas dapat berubah dikarenakan sebagian besar dapat

diganti dalam ruang dan waktu tertentu. Meskipun secara fungsi komunitas hampir

serupa tetapi memiliki komposisi jenis yang berbeda. Komposisi komunitas

merupakan jenis dan jumlah individu penyusun komunitas disuatu tempat. Struktur

komunitas memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh setiap jenis

komponen penyusunnya.

Penyebaran jenis dan populasi komunitas ditentukan oleh beberapaafaktor

seperti sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti kecepatan

arus, kekeruhanaatau kecerahan, pasang surut, kedalaman, substratadasar dan suhu.

Sifat kimia seperti kandungan oksigen, karbondioksidaaterlarut, pH, bahan organik,

dan kandungan hara yang dapat mempengaruhi hewan tersebut. Sifat-sifat fisika

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

10

dan kimia secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh bagi

kehidupan. Perubahan kondisi fisika-kimia suatu perairan kemungkinan akan

berdampak buruk dan merugikan terhadap populasi yang hidup di ekosistem

tersebut (Juwita, 2017).

2.1.2 Parameter Struktur Komunitas

Terdapat lima karakteristik komunitas pada umumnya yang diukur dan dikaji

yaitu bentuk struktur pertumbuhan, dominansi, kelimpahan relaitf, struktur trofik

dan keanekaragaman atau diversitas jenis (Wijayanti, 2011). Menutut Leksono

(2007), bahwa membatasi parameter komunitas bersifat kuantitatif seperti kekayaan

jenis, keanekaragaman dan kelimpahan relatif. Pengamatan struktur komunitas

perlu dilakukan sebelum mempelajari berbagai hubungan komunitas dengan

lingkungan. Hal-hal yang perlu dipahami ketika mengkaji struktur komunitas, yaitu

jenis makhluk hidup penyusun, densitas (kepadatan), dan keanekaragaman jenis

(Satino, 2011). Berikut ini uraian secara lebih rinci tentang parameter struktur

komunitas.

2.1.2.1 Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman merupakan suatu keragaman diantara anggota-anggota

yang ada didalam kelompok. Dilanjutkan McNaughthon & Wolf (1998),

Keanekaragaman dalam konsep ekologi tertuju pada keanekaragaman jenis.

Keanekaragaman Jenis adalah suatu karakteristik atau ciri tingkatan komunitas

(Barbour et al., 1999), berdasarkan organisasi biologisnya dan dapat digunakan

untuk menyatakan struktur komunitas (Soegianto, 1994). Lebih lanjut McNaughton

& Wolf (1998) menjelaskan bahwa pengukuran keanekaragaman jenis melalui

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

11

jumlah jenis dalam komunitas dan kelimpahan relatifnya. Keanekaragaman jenis

berdasar asumsi bahwa populasi dari jenis-jenis yang secara bersama-sama

terbentuk, berinteraksi antara satu dengan lainnya dalam lingkungan dangan

berbagai cara menunjukkan jumlah jenis yang ada serta kelimpahan relatifnya.

Keanekaragaman jenis terdiri atas dua komponen yaitu jenis yang ada,

umumnya mengarah ke kekayaan (richness) dan kelimpahan relatif jenis yang

mengarahkan ke kesamaan atau kemerataan (eveness dan equitability)

(McNaughton &Wolf, 1998). Dilanjut Odum (1994) menjelaskan bahwa dua

komponen tersebut dapat memberi reaksi berbeda-beda terhadap faktor geografi,

perkembangan atau fisik.

2.1.2.1.1 Indeks Shannon-Wiener (H’)

Menurut Odum (1994) indeks Shannon-Wiener (H’) banyak digunakan dan

merupakan tiruan dari rumus teori informasi yang mengandung faktorial sukar

dihitung, menggabungkan komponen keanekaragaman (vaiety) dan komponen

kemerataan atau kesamaan (eveness/E) sebagai suatu indeks keanekaragaman

(overall indekx of diversity). Indeks ini merupakan satu indeks terbaik untuk

membuat perbandingan dimana dengan tidak memisahkan komponen-komponen

keanekaragaman.

Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau

subkomunitas. Perhitungan untuk keanekaragaman menggunakan indeks

keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) (Soegianto, 1994).

Adapun rumus indeks Shannon-Wiener (H’) menurut Krebs (1989) adalah

𝑯′ = −𝚺𝒑𝒊 𝐥𝐧 𝒑𝒊

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

12

Dimana pi = ni/N adalah perbandingan antara jumlah jenis ke I dengan jumlah

total individu (Ludwing & Reynolds, 1998). Kriteria nilai indeks keanekaragaman

jenis berdasarkan Shannon-Wiener (H’) sebagai berikut:

a. H’>3 menunjukkan keanekaragamn tinggi

b. 1< H’ < 3 menunjukkan keanekargaman sedang

c. H’ < 1 menunjukkan keanekaragaman rendah (Barbour et al., 1987)

Nilai indeks Shannon Wiener (H’) umumnya bernilai antara 1,5 – 3,5 dan

jarang sekali mencapai nilai 4,5. Semakin besar H’ sebuah komunitas maka akan

semakin tinggi kelimpahan relative komunitas tersebut. Sementara menurut Ludwig

& Reynolds (1998), bahwa H’ = 0 terjadi jika hanya terdapat satu jenis dalam satu

sampel dan jika nilai H’ maksimal maka jumlah individu yang sama pada semua

jenisnya menunjukkan kelimpahan terdistribusi secara sempurna.

Suatu komunitas memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi jika tersusun

oleh banyak jenis dengan kelimpahan hampir sama. Sebaliknya jikaakomunitas

hanya memiliki sedikit jenis, dan hanya beberapa yang dominan, maka

keanekaragaman jenis dikategorikan rendah (Soegianto, 1994).

2.1.2.2 Indeks Kemerataan atau Eveness (E)

Menurut Magurran (1988), meskipun Shanon-Weiner telah melampirkan

eveness didalam perhitungan, namun eveness dapat dihitung secara terpisah

menggunakan nilai Hmax (maximum diversity). Rumus eveness adalah,

𝑬 =𝑯′

𝑯𝒎𝒂𝒙=

𝑯′

𝑳𝒏 𝑺

Keterangann:

S = jumlahhtotal jenis

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

13

H’ = nilai indekssShannon-Weiner

Rumus ini hampir sama dengan rumus J’ oleh Pielou (1997), dimana H’

relatif lebih cepat diperoleh nilai maksimum; bahwa H’ diperoleh ketika semua

jenis dalam sampel tanpa kesalahan walaupun dengan satu individu per jenis (yaitu

ln S). Peet (1974) menunjukkan bahwa J’ dipengaruhi kekuatan dari jenis kekayaan

jenis.

Nilai indeks kemerataan atau Eveness (E) berkisar antara nilai 0 sampai 1

(Magurrann, 1988). Krebs (1989) mengkategorikan kisaran indeks ini yaitu apabila

Ee<e1 tergolong kemerataann jenis tinggi; 0,4e< Ee< 0,6e berarti kemerataan jenis

sedang dan Ee<e0,4 yang berarti kemerataan jenis rendah.

2.1.2.3 Indeks Dominansi

Komunitas dalam kondisi alam diatur oleh faktor abiotik seperti kelembaban,

suhu, dan faktor biologi. Suatu komunitas secara biologi dapat terkendali oleh

adanya jenis tunggal atau kelompok jenis dominan. Tingginya dominansi

menunjukkan rendahnya keanekaragaman (Odum, 1998).

Menururt Suheryanto (2008), suatu kondisieyang beragam, satu jenis tidak

dapat menjadi lebih dominan dari yang lainnya, sedangkan apabila satuuatau dua

jenis mencapai kepadatan yang lebih besar dibandingkan dengan lainnya maka

komunitas itu memiliki kondisi yang kurang beragam. Dominasi adalah

perbandingan jumlah individu dalam suatu jenis dengan jumlah total individu

seluruh jenis.

Menurut Odum (1993) menyatakan bahwa untuk mengetahui indeks

dominansi (D) dengan rumus:

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

14

𝐷 = ∑(𝑛𝑖(𝑛𝑖 − 1)

(𝑁(𝑁 − 1)

Keterangan :

D : indeks dominansi

ni : nilai kepentingan untuk setiap jenis (jumlah individu spesies ke-i)

N : nilai kepentingan total (jumlah semua tiap spesies)

Melihat dari kualitas perairan dengan keragaman jenis yang tinggi, maka

kisaran nilainya adalah D = 0, maka tidak terdapat spesies yang mendominansi

spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil. Tetapi jika D = 1,

maka terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya atau struktur komunitas

labil, karena tejadi tekanan ekologis atau stress.

2.2 Struktur Komunitas Makroinvertebrata

2.2.1 Makroinvertebrata

Makroinvertebrata adalah hewan tidak bertulang belakang yang hidup di

dasar air laut atau sungai yang menempel pada air maupun lumpur (Widiyanto,

2016). Menurut Michael (1995) makroinvertebrata merupakan organisme akuatik

yang hidup di atas atau di dalam substrat, atau dasar sungai, dan cukup besar untuk

dilihat dengan mata telanjang.

Berdasarkan ukurannya makroinvertebrata dimulai dari specimen yang

berukuran < 0,1 mm, sedangkan hewan yang berumur dewasa sekitar 3-5 cm

(Whitton, 1975). Makroinvertebrata perairan menurut Mardiani (2012) mempunyai

sifat-sifat sebagai berikut:

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

15

a. Peka terhadap perubahan kualitas perairan sehingga dapat mempengaruhi

komposisi dan kelimpahannya

b. Ditemukan hampir di semua perairan

c. Memiliki cukup banyak jenis serta mempunyai respon yang berbeda terhadap

gangguan yang terjadi

d. Dapat digunakan sebagai petunjuk pencemaran karena pergerakannya

terbatas

e. Mudah dikumpulkan dan diidentifikasi

f. Pengambilan sampel mudah dilakukan, karena menggunakan alat sederhana,

dan tidak ada pengaruh terhadap makhluk hidup lainnya.

2.2.2 Struktur Makroinvertebrata

Komponen penyusun ekosistem air laut meliputi Polychaeta, Crustacea,

Mollusca, serta Gastropoda lebih dominan dibandingkan organisme lain.

Penyebaran dari lingkungan ditentukan oleh adanya sifat individu itu sendiri

(intrinsik), yaitu sifat genetika dan kesenangan memilih habitat, serta adanya

pengaruh dari luar (ekstrinsik), yaitu interaksi antara hewan makroinvertebrata

dengan lingkunganya (Ruswahyuni, 2010).

Makroinvertebrata pada umumnya sangat peka terhadap perubahan

lingkungan perairan yang ditempatinya, karena itulah makroinvertebrata sering

dijadikan sebagai indikator ekologi dari suatu ekosistem perairan (Sinaga, 2009).

Jumlah spesies, keanekaragaman dan beberapa kelompok fungsional pada

komunitas makroinvertebrata dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan

kualitas suatu perairan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

16

Makroinvertebrata air dapat menunjukkan keadaan mengenai kondisi fisik,

kimia dan biologi disuatu perairan, sehingga sering dibuat sebagai indikator

perairan (Rahayu, 2009). Biota yang sering digunakan sebagai uji bioindikator

kualitas air yaitu makroinvertebrata, perairan yang terlihat sehat (belumitercemar)

akan menujukkan jumlah seimbang antar individu dari semua spesies yang ada.

Sebaliknyaajika perairan yang tercemar, penyebaran individu tidak merata dan

cenderung terdapattspesies yang dominan (Sinaga, 2009). Diungkapkan juga oleh

Widiyanto (2016) keuntungan dari menggunakan makroinvertebrata sebagai

bioindikator karena hidupnya melekat pada substrat dan motilitasnya

(perubahannya) rendah sehingga tidak mudah bergerak berpindah.

Perairan yang tercemar dapat mempengaruhi kelangsungan hidup organisme

makroinvertebrata air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan tercemar, baik

pencemaran kimia maupun fisika (Odum, 1994). Kelompok makroinvertebrata

termasuk kelompok hewan yang relative menetap didasar perairan dan sering

digunakan sebagai petunjuk biologis (indicator) kualitas perairan. Bioindikator atau

indikator ekologis merupakan kelompok organisme yang sensitif dan dapat

dijadikan petunjuk bahwa makroinvertebrata dipengaruhi oleh tekanan lingkungan

akibat dari kegiatan manusia dan destruksi system biotik perairan. Penelitian

mengenai kondisi pantai Bahak Indah diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai tingkat kualitas perairan tersebut. Dilanjut Fahrul (2007) menyatakan hal

ini disebabkan makroinvertebrata pada umumnya berada ditempat tercemar.

Kisaran toleransi hewan-hewan akuatik pada umumnya relatif sempit jika

dibandingkan dengan hewan-hewan daratan. Suhu perairan dapat bervariasi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

17

tergantung pada faktor adanya pencemaran pembuangan air limbah dan dapat

menyebabkan kenaikan suhu perairan sehingga dapat mengganggu kehidupan air

(Odum, 1993).

Berdasarkan penggunaan makroinvertebrata sebagai bioindikator kualitassair

untuk mempermudah dalam pemahaman tentang keadaan lingkungannperairan.

Sehingga daya toleransi makroinvertebrata terhadap pencemaran bahan oganik

dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Jenis Intoleran

Jenis intoleran memiliki kisaran toleransi yang kecil terhadap pencemaran

dan tidak tahan terhadap tekanan lingkungan, sehingga hanya hidup dan

berkembang di perairan yang dengan tingkat pencemaran yang minim, seperti

hanya bangsa Ephemeroptera (Mayflay) akan memiliki kelimpahan tinggi apabila

berada pada lingkungannyang cenderunggdingin, memiliki arus sedang hingga

deras sertaaberbatu. Beberapa suku dari bangsa ini bersifat burrowerssatau

penggali pada sedimen halus yang berada diatas bebatuan. Mayflay juga memakan

rumput, meski di klasifikasikan masuk herbivora, Mayflay juga memakan bakteri

dalam jumlah besar (McNaughton dan Larry, 1998).

Suku baetidae, merupakan jenissyang memiliki toleransi tinggi dari ordo ini

untuk pencemaran ringan. Hewan padaagolongan ini biasanyaaakan mengalami

penurunannkelimpahan apabila terdapat sedimentasi sertaapolusi organik hewan

tersebut memerlukan banyak oksigen.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

18

Gambar 2.1. Baetidae

(Sumber: www. bugguide.net)

2. Jenis Fakultatif

Jenis fakultatif dapat bertahan hidup terhadap lingkungan yang agak lebar,

antara perairan yang belum tercemar sampai dengan tercemar sedang dan masih

dapat hidup pada perairan yang tercemar berat. Jenis ini dibedakan menjadi

fakultatif intoleran dan fakultatif toleran.

Menurut Wilhm (1975), Fakultatif intoleran merupakan jenis yang lebih

banyak hidup di kualitas perairan yang tergolong pencemaran sedang. Suku

Tipulidaeidari Bangsa Diptera termasukkdalam kelompokkfakultatif.

Berikut ini adalah contoh hewan makroinvertebrata dari Tipulidae dimana

tingkatnya tergolong ke dalam jenissfakultatif yang dapat bertahan hidupiterhadap

lingkungan yang lebar, antara perairan yang belumvtercemar hingga tercemar

sedangidan beberapa juga masih dapat hidup diperairan yang tergolong kategori

tercemarvberat.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

19

Gambar 2.2 Tipullidae

(Sumber: www.commons.wikimedia.org)

3. Jenis Toleran

Jenis toleran mempunyai daya toleran yang lebar, sehingga dapat berkembang

mencapai kepadatan tertinggi dalam perairan yang tercemar barat. Oleh karena itu,

untuk mengtahui kehadiran atau ketidak hadiran organisme pada lingkungan

perairan digunakan indikator yang menunjukkan tingkat atau derajat kualitas

sebuah habitat. Suku Ampullaridae merupakan merupakan salah satu suku yang

berada pada marga Mesogastropoda pada kelas Gastropoda (Asdak, 2010).

Ciri khas dan morfologi dari suku ini adalah bentuk badanvyang tidak simetri

dengan mantel yang terletak pada bagian depan, cangkang dan isi perut tergulung

spiral kearah belakang. Letak mantel bagian belakang inilah yang mengakibatkan

gerakan perputaran pada pertumbuhan Gastropoda. Proses torsi ini dimulai sejak

dari perkembangan larvanya.

Kelas Gastropoda atau siput ini merupakan salah satu makroinvertebrata yang

terdapat diberbagai perairan, baik perairan tawar ataupun air laut. Kehidupannya

sangat beragam dan hampir ada disemua tempat perairan kecil seperti genangan

perairan lahan pertanian di sawah, empang dan sebagainya. Kondisi habitat yang

disukaivGastropoda berada pada pH dengannkisaran 6,7 - 9,0 serta kadar oksigen

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

20

terlarut antar 0,5 – 14 ppm. Beberapa banyak penelitian menunjukkan bahwa

Gastropoda dapat bertahan hidup pada daerah yang tercemar berat dan bahan-bahan

pencemaran tersebut seperti logam berat, pestisida, radioaktif, terkonsentasi pada

organ serta cangkang.

Gambar 2.3 Ampullariidae

(Sumber: www. idfg.idaho.gov)

Makroinvertebrata sangat peka terhadap perubahan lingkungan perairan yang

ditempatinya sehingga seringvdijadikan indikator ekologiidi suatu perairan karena

cara hidup, ukuranntubuh, dan perbedaan kisaranntoleransi di antara jenis dalam

lingkungannperairan.

Makroinvertebrata berperan dalamvmineralisasi dan proses pendaur ulangan

bahan-bahannorganik, baik yang sumbernya dari perairan (autokton) maupun

daratan (allokton) serta menduduki urutan ke dua dan tiga dalamvrantai kehidupan

suatuvperairan. Banyak bahan tercemar dalam perairanndapat memberikan dua

pengaruh terhadapvorganisme perairan, yaitu dapat membunuhvspesies tertentu dan

sebaliknyavdapat mendukung perkembangan jenis lain. Apabila air tercemarvada

kemungkinan terjadinya pergeseran jumlah spesiesvyang banyak dengan populasi

yang sedang menjadi jumlah jenis yang sedikit tetapi populasinyaatinggi.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

21

Penurunanvdalam keanekaragaman spesies dapat juga dianggapvsebagai suatu

pencemaran (Sastrawijaya, 2000).

Pemantauan kualitas air dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi

parameter fisika, kimia, dan biologi, namun hanya parameter fisika dan kimia yang

sering digunakan sedangkan untuk parameter biologi jarang digunakan. Padahal

pengukuranvparameter fisika dan kimia hanya memberikanngambaran kualitas

lingkungannsesaat. Indikator biologi digunakannuntuk menilai secara makro

perubahannkeseimbangan ekologi, khususnya ekosistem akibatvpengaruh limbah.

Jika dibandingkanndengan parameter fisika dan kimia, indikator biologi dapat

memantauvsecara berkelanjutan karena komunitassbiota perairan (flora dan fauna)

menghabiskan seluruh hidupnya dilingkunganntersebut, sehingga jikaaterjadi

pencemarannakanvbersifatvakumulasi penimbunan bahan pencemar (Sastrawijaya,

2000).

Indikator biologi adalah biota air yang keberadaannya dalam suatu ekosistem

perairan menunjukkan kondisi spesifik dari periran tersebut (Wediawati, W. 2001).

Indikator biologi juga digunakan sebagai petunjuk yang mudah untuk memantau

terjadinya pencemaran. Adanya pencemaran suatu lingkungan mengakibatkan jenis

keanekaragaman jenis akan mengalami penurunan dan mata rantai makanannya

menjadi sederhana, kecuali bila terjadi penyuburan (Sastrawijaya, 2000). Arisandi

(2001) menyatakan bahwa jenis ideal yang digunakan sebagai indikator biologi

untuk lingkungan akuatik tersebut masuk dalam kelompok organisme yang tidak

mempunyai tulang belakang atau bisa disebut dengan makroinvertebrata.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

22

2.3 Pantai Bahak Indah

Pantai Bahak Indah terletak di Kecamatann Tongas Kabupaten Probolinggo

Provinsi Jawa Timur berada di jalur pantai Utara berada di Desa Curahdringu. Letak

geografis Kabupaten Probolinggo antara 113o6’53.36’’E hingga 113o7’41.53’’E

Bujur Timur dan 7o43’18.37S hingga 7o43’2074S Lintang Selatan. Pantai Bahak

ini sudah lama menjadi obyek wisata, namun di pantai bahak tidak hanya

pemandangan pantai yang disuguhkan namun juga terdapat kumpulan pohon

cemara, bakau dan bunga. Pasir pada pantai tersebut memiliki pasir berwarna hitam

dan berlumpur. Pantai ini merupakan tipe pantai terbuka dimana tidak ada

penghalang yang menghalangi arah datangnya ombak. Pasang surut air laut yang

terjadi di pantai tersebut dimulai dari jam 1 siang sampai jam 5 sore.

Perairan pantai memiliki kekayaanmorganisme yang relative tinggi,

sehinggaasangat berpotensi untuk dijaga agar kondisinyaadalam keadaanvbaik.

Kondisi perairannpantai yang baik, tidak hanya akan menggantungkan secara

ekologis, tetapi juga merupakan sumber kehidupan masyarakat, baik secara

langsunggbagi masyarakat nelayan maupun secara tidak langsunggbagi masyarakat

lainnya (Tobing, 2009).

2.3.1 Topologi Pantai

Menurut Sumardi (1996), Berdasarkan struktur tanah dan bahan

penyusunnya, pantaivintertidal dapat dibedakanvatas 3 jenis, yaitu:

1. PantaivBerbatu

Pantai berbatu tersusunndari bahan yang keras dan menjadi daerah yang

palinggpadat makroorganismenya serta memiliki keragamannterbesar baik untuk

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

23

spesiesshewan maupun tumbuhan. Populasiiyang padat, keragamanvtopografi, dan

banyaknya spesiessdi pantai berbatuvini telah mempesonakannpara ahli biologi laut

dannahli ekologi.

Pantai tersusun dari batuanngranit dengan berbagai macam ukuranntempat

ombak pecah. Biasanya pantaivberbatu berada bersama-sama atau berselingan

dengan pantaivberdinding batu. Kawasan merupakan tempaat yang palinggpadat

makroorganismenya, dannmempunyai keragamannfauna maupun flora yang paling

besar.

Pembagianvzona untuk pantai berbatu dilakukan pembagianisecara horizontal

dan pembagiannsecara vertikal:

a. ZonaaHorizontal, tersusun secaraategak lurus mulai dari permukaan pasang

turun terendah (low tide) sampaivkedataran yang sebenarnya (high tide).

b. ZonaaVertikal, pada zona intertidalvberbatu amat beragam, bergantunggpada

kemiringanvpermukaan berbatu, kisaran pasang-surut, dan keterbukaannya

terhadap gerakan ombak.

2. PantaivBerpasir

Pantaivberpasir umumnya adalah tempat untuk melakukannberbagai aktivitas

wisata. Pantai berpasir terlihat jarang bahkan tidak dihuni oleh kehidupan

makroskopik. Organisme tentuusaja tidak tampakvkarena mengubur dirinya dalam

substrat, Kondisi ini merupakan dampak dari faktor-faktor lingkungan yang beraksi

di pantai.

3. PantaivBerlumpur

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

24

Pantai berlumpurvini merupakan pantai yang lebih terlindunggdari gerakan

ombak dan cenderung mempunyai butiran yang lebih halus sehingga

mengakumulasi lebih banyak bahan organik sehingga menjadi “berlumpur”. Pantai

berlumpur tidak dapat berkembang apabila terdapat gerakanngelombang. Karena

itu, pantai berlumpurvhanya terbatas pada daerahhintertidal yang benar-benar

terlindungi dari aktivitas gelombang laut terbuka. Pantai berlumpur dapat

berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel sedimen yang butirannya

halus. Pantaivberlumpur berada di berbagai tempat, sebagianndi teluk yang

tertutup, gobah, pelabuhan, dan terutama estuaria. Pantai berlumpur cenderung

untuk mengakumulasikannbahan organik, yang berarti bahwa tersedia cukup

banyak makanan yang potensial untuk organisme penghuni pantai, tetapi

berlimpahnya partikel organikvyang halus yang mengendapvdi daratan lumpur juga

mempunyai kemampuanvuntuk menyumbat permukaan alat pernapasan.

2.4 Penelitian Sebagai Sumber Belajar

Sumbervbelajar adalah media berupa sumber termasukvpesan, orang, bahan,

alat, teknik, dan latarvyang dapat dipergunakanvpeserta didik baikvsecara sendiri

maupunndalam bentuk kelompok untukvmenfasilitasi proses kegiatannbelajar dan

meningkatkanntaraf kinerja belajar (Abdullah, 2012). Ditambahkan Seels dan

Richey (2006) menjelaskan bahwa segala sumbervpendukung untuk kegiatan

dalam belajar, termasuk sistem pendukung dan materi serta lingkungan

pembelajaran. Sumber belajar tidak hanya alat dan materi yang dipergunakan dalam

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

25

pembelajaran, tetapi jugaameliputi orang, anggaran, dan fasilitas. Sumbervbelajar

bisa termasuk apa saja yang tersediaauntuk membantu seseorangvbelajar.

Menurut Depdiknas (2004), Bahwa dilihat perencanaannya secaraagaris

besar sumbervbelajar dapat digolongkan menjadindua, yaitu sumber belajar yang

dimanfaatkan dan sumber belajar yang dirancang. Sumber belajar yang

dimanfaatkan tidak didesain secara khusus untuk keperluannpembelajaran dan

keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran. Sedangakan sumbervbelajar yang dirancang khususidirancang untuk

memberikanifasilitas belajar yangiterarah dan bersifatvformal.

Menurut Nurcahyoo(2007), menyatakan pemanfaatan obyekvatau kejadian

secaravefektif sebagai sumber belajar harus memperhatikan syarat-syarat sebagai

berikut: pertama kejelasan potensi, kedua kejelasannsasarannnya, ketiga kesesuaian

denganitujuan belajar, keempat kejelasanvinformasi yangvdapat diungkap, kelima

kejelasannpedomanveksplorasinya, keenam kejelasannhasil yangvdiharapkan.

Syarat pertama yaitu kejelasan potensi ditunjukkan oleh adanya ketersediaan

objek dan ragam permasalahan yang dapat diungkapkan dalam penelitian ini. Syarat

kedua adalah kejelasan sasarannya, sasaran yang dimaksud meliputi sasaran

pengamatan (objek) dan sasaran peruntukan (subjek). Syarat ketiga ialah

kesesuaian dengan tujuan belajar, ketika melakukan penelitian ini berarti harus

melibatkan berbagai macam kemampuan baik dalam segi kognititf, afektif maupun

psikomotorik, karena kegiatan ini tidak lepas dari aktivitas observasi, merumuskan

masalah, marumuskan hipotesis, mengukur, menghitung, menyatakan hasil,

membuat kesimpulan dan lain-lain. Dengan demikian pemanfaatan penelitian ini

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

26

sebagai sumber belajar dapat mengembangkan tujuan belajar, yaitu untuk

mengambangkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik (Firmansyah, 2016).

Syarat ke empat adalah kejelasan informasi yang diungkapkan, informasi

yang diungkapkan dari penelitian ini yaitu berupa fakta yang dapat dikembangkan

menjadi konsep, prinsip, dan hukum. Syarat ke lima yaitu kejelasan pedoman

eksplorasi ini berkaitan dengan prosedur penelitian. Sumber belajar biologi yang

akan digunakan di SMA perlu dipertimbangkan tentang kemudahan pelaksanaan

dan prosedur penelitian. Syarat ke enam adalah kejelasan hasil yang diharapkan

beberapa hal yang dapat diperoleh yaitu 1). Pengembangan keterampilan melalui

pengamatan, ketepatan dan kelengkapan pengumpulan data, konseptualisasi data,

pemberian arti terhadap berbagai kejadian dan menyimpulkan hasil. 2).

Pengembangan sikap teliti, disiplin, jujur, tekun dan bekerja keras tuntas sewaktu

mengadakan identifikasi dan perhitungan. 3). Pengembangan konsep yang

didapatkan dari hasil penelitian tersebut (Firmansyah, 2016).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitaseprints.umm.ac.id/53045/3/BAB II.pdf · Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas atau subkomunitas. Perhitungan untuk

27

2.5 Kerangaka Konsep

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Ekosistem Pantai Bahak Indah

Biotik

Hewan

Abiotik

- Suhu

- Salinitas

- Substrat

Kimia Fisika

pH

Struktur Komunitas

Dimanfaatkan

sebagai sumber

belajar

Tumbuhan

Makroinvertebrata

Crustacea

- Leptodius

songuineu

- Xantho

rivulosus

- Parasesarm

a pictum

Gastropoda

- Babylonia

pallida

- Babylonia

spirata

- Olive

tremulina

Bivalvia

- Gafrarium

tumidum

- Tapes

literatus

- Gafrarium

pectinatum