37
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Alpukat (Persea americana) Tanaman alpukat berasal dari daratan rendah dan dataran tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke 18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 di Indonesia telah meneliti 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas unggul guna meningkatkan gizi kesehatan, khususnya di daerah dataran tinggi. 2.1.1 Taksonomi Menurut Rukmana (1997), taksonomi tanaman alpukat adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Laurales Keluarga : Lauraceae Marga : Persea Spesies : Perseae americana Mil Gambar 2.1 (a) Bunga alpukat; (b) Buah alpukat; (c) Batang alpukat; (d) Daun alpukat (Persea americana) (Aspan et al., 2008) A B C D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

  • Upload
    others

  • View
    35

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Alpukat (Persea americana)

Tanaman alpukat berasal dari daratan rendah dan dataran tinggi Amerika

Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke 18. Secara resmi

antara tahun 1920-1930 di Indonesia telah meneliti 20 varietas alpukat dari

Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas unggul guna

meningkatkan gizi kesehatan, khususnya di daerah dataran tinggi.

2.1.1 Taksonomi

Menurut Rukmana (1997), taksonomi tanaman alpukat adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Laurales

Keluarga : Lauraceae

Marga : Persea

Spesies : Perseae americana Mil

Gambar 2.1 (a) Bunga alpukat; (b) Buah alpukat; (c) Batang alpukat; (d) Daun

alpukat (Persea americana)

(Aspan et al., 2008)

A B C D

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

7

2.1.2 Sinonim

Nama daerah :

Alpuket (Jawa Barat), alpokat (JawaTimur/Jawa Tengah), jamboo

pokat (Batak), pookat (Lampung) (Depkes RI, 1996).

2.1.3 Morfologi

Tinggi pohon alpukat 3-10 m, namun dapat mencapai 20 m. Akar tunggang,

batang berkayu berwarna coklat bercabang banyak, ranting berambut halus. Daun

tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, letaknya berdesakan di ujung

ranting,bentuknya bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan pangkal

runcing, tepi rata kadang-kadang agak menggulung ke atas, bertulang menyirip,

panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda warnanya kemerahan dan berambut

rapat, daun tua warnanya hijau dan gundul. Bunganya bunga majemuk,

berkelamin dua, keluar dekat ujung ranting, warnanya kuning kehijauan ukuran 5

hingga 10 milimeter. Buahnya berbentuk bola atau bulat telur, panjang 5-20 cm,

warnanya hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama

sekali, berbiji satu, daging buah jika sudah masak lunak, berwarna hijau muda

dekat kulit dan kuning muda dekat biji, dengan tekstur lembut. Biji bulat seperti

bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji putih kemerahan (Depkes RI, 1996).

2.1.4 Habitat dan Distribusi Geografis

Tanaman Alpukat (Persea americana Mill.) tidak membutuhkan

persyaratan tumbuh tertentu. Tanaman ini dapat tumbuh liar di hutan, atau

ditanam di kebun atau pekarangan yang lapisan tanahnya gembur dan subur serta

tidak tergenang air. Tumbuh di daerah tropik dan subtropik dengan curah hujan

1.800-4.500 mm/tahun. Umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan

basah, tetapi tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi. Di Indonesia,

avokad tumbuh pada ketinggian tempat 1-1.000 m di atas permukaan laut (Depkes

RI, 1978).

2.1.5 Kandungan Senyawa Apukat

Tanaman alpukat merupakan salah satu tanaman yang memiliki manfaat

sebagai obat tradisional. Hampir semua bagian dari tanaman ini memiliki khasiat

sebagai sumber obat-obatan. Bagian tanaman alpukat yang memiliki banyak

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

8

khasiat adalah bagian daunnya, meskipun bagian buah juga memiliki kandungan

gizi yang tinggi.

Tabel II.1 Konstituen fitokimia daun, buah dan biji Persea americana (mg/100g)

(Arukwe et al., 2012).

Komposisi Daun Buah Biji

Saponin 1.29±0.08 0.14±0.01 19.21±2.81

Tannin 0.68±0.06 0.12±0.03 0.24±0.12

Flavonoid 8.11±0.14 4.25±0.16 1.90±0.07

Sianogenik

glikosida

ND ND 0.06±0.02

Alkaloid 0.51± 0.21 0.14±0.00 0.72±0.12

Fenol 3.41± 0.64 2.94±0.13 6.14±1.28

Steroids 1.21±0.14 1.88±0.19 0.09±0.00

Tabel II.2 Komposisi proksimat daun, buah dan biji Persea americana (g / 100g)

(Arukwe et al., 2012).

Parameter Daun Buah Biji

Kelembapan 5.33±0.62 8.12±0.12 9.92±0.01

Lemak 4.01±0.16 29.94±1.24 16.54±2.10

Protein 25.54±2.52 1.60±0.09 17.94±1.40

Serat 38.40±5.12 2.06±0.33 3.10±0.18

Abu 19.38±4.34 4.54±1.28 2.40±0.19

Karbohidrat 7.34±0.41 53.74±3.41 48.11±4.13

Tabel II.3 Komposisi Mineral dari daun, buah, dan biji P.americana (mg/100g)

(Arukwe et al., 2012).

Mineral Daun Buah Biji

Sodium 80.42±9.12 12.61±1.19 0.30±0.02

Calcium 56.13±3.31 210.08±0.17 14.15±3.01

Magnesium 75.60±13.31 26.89±4.01 26.16±5.90

Phosphorus 48.98±5.50 51.00±6.12 31.33±6.11 Potassium 148.92±0.12 385.14±12.01 100.83±5.64

Zinc 7.21±2.62 0.64±0.03 0. 09±0.01

Iron 14.61±4.18 0.49±0.01 0.31±0.03

Magnesium 4.84±0.13 0.16±0.11 1.28±0.14

Copper 5.71±1.26 0.68±0.12 0.98±0.13

Lead ND ND ND

Cadmium ND ND ND

Chromium ND ND ND

*)Nilai ± = standar devisiasi dari penentuan rangkap tiga

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

9

Penelitian analisis fitokimia lanjutan oleh Boadi et al., (2015), menegaskan

bahwa ekstrak daun alpukat dengan menggunakan pelarut metanol, kloroform, etil

asetate and petroleum eter diperoleh senyawa positif seperti glikosida, alkaloida,

tanin, saponin, flavonoid, steroid dan terpenoid.

Berdasarkan skrining fitokimia oleh Marlinda et al., (2012), bahwa biji buah

Persea americana diketahui mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder

yaitu alkaloid, triterpenoid, tanin, flavonoid dan saponin. Uji toksisitas biji buah

alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat biasa segar dan kering

yang diperoleh dari nilai LC50 yaitu masing-masing sebesar 42,270 mg/L, 36,078

mg/L, 36,924 mg/L, dan 34,302 mg/L.

2.1.6 Manfaat Alpukat (Persea americana)

Dalam dunia pengobatan, alpukat telah banyak digunakan sebagai obat

tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit. Daging buahnya bisa

mengurangi rasa sakit dan mengobati sariawan. Daun buah alpukat biasanya

digunakan untuk mengobati nyeri saraf, nyeri lambung, menurunkan darah tinggi

dan mengobati batu ginjal. Selain buah dan daunnya, biji buah alpukat juga bisa

digunakan untuk mengurangi kadar gula dalam darah (Hariana, 2004).

Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai

makanan buah segar, selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa

dilakukan masyarakat Eropa digunakan sebagai bahan pangan yang diolah dalam

berbagai masakan. Manfaat lain daging buah alpukat adalah untuk bahan dasar

kometik dan antibakteri terhadap Staphylococcus. Selain itu, daun alpukat

ditemukan memiliki khasiat antikonvulsan, penurunan kadar glukosa darah

(hipoglikemia), dan vasorelaksan (Ranade dan Padma, 2015).

Flavonoid dalam daun dan buah dari Persea americana dalam penelitian ini

adalah tinggi dan dapat digunakan untuk antioksidan, anti-inflamasi, anti-kanker

dan anti-hipertensi dari tanaman dan bagian-bagiannya. Alkaloid sebagai

metabolit sekunder tanaman yang penting karena dapat digunakan sebagai obat

dasar analgesik dan efek bakterisida. Sedangkan tanin sebagai astringensia dan

rasa pahit, dapat mempercepat penyembuhan luka dan selaput lendir meradang

(Arukwe et al., 2012).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

10

2.1.7 Tinjauan Aktivitas Antibakteri Tanaman Persea americana

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian menunjukkan bahwa ekstrak

metanol dari daun Persea americana memiliki aktivitas antimikroba yang lebih

tinggi terhadap mycobacteria dibandingkan G. glutinosum, sebagaimana

ditentukan oleh MIC masing-masing 125 μg/ml vs 250 μg/ml terhadap H37Ra,

masing-masing, dan 62.5 μg/ml vs 250 μg/ml terhadap H37Rv (Gomez-Flores et

al., 2008).

Ekstrak daun alpukat juga terbukti mampu menghambat pertumbuhan

bakteri Enterococcus faecalis dengan metode difusi pada media BHI agar dan

diinkubasi secara anaerob pada 37°C selama 48 jam. Hasil perhitungan rerata

diameter zona hambat ekstrak daun alpukat pelarut etanol 96% dalam konsentrasi

25%, 50%, dan 100% masing-masing sebesar 8.99 mm, 10.73 mm, dan 11.82

mm, sedangkan pada kelompok kontrol positif (ChKM) sebesar 10.53 mm. Data

uji ANOVA (one way) dan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

bermakna pada seluruh kelompok karena nilai (p<0.05) (Charyadie, 2014).

Menurut Haro et al., (2011), bahwa pengujian efek antibakteri ekstrak

etanol daun Persea americana terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus, Streptococcus pyogenes, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli

secara in vitro dengan metode difusi agar menggunakan pencetak lubang (punch

hole). Hasil Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) yang diperoleh berturut-turut

adalah 70 mg/ml, 60 mg/ml, 10 mg/ml, dan 50 mg/ml dengan volume yang

digunakan 0,1 ml. Diperoleh diameter hambat pertumbuhan bakteri sebanyak

9,25mm; 9,42 mm; 9,13 mm dan 9,33 mm terhadap bakteri tersebut. Berdasarkan

penelitian lanjutan diketahui bahwa ekstrak metanol daun Persea americana

menunjukkan nilai MBC dari 128 μg / mL masing-masing terhadap Echerichia

coli AG100A (Tchana et al., 2014).

2.2 Tinjauan Umum Tanaman Srikaya (Annona squamosa)

Tanaman ini merupakan salah satu jenis buah-buahan yang memiliki banyak

manfaat bagi manusia. Srikaya termasuk kedalam jenis pohon buah-buahan kecil

yang tumbuh ditanah berbatu, kering, dan terkena cahaya. Tanaman srikaya

merupakan jenis tanaman yang berasal dari Hindia Barat. Telah dilakukan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

11

beberapa penelitian mengenai tanaman ini mulai dari akar, kulit batang, daun,

buah dan biji dari tanaman srikaya. Hal ini dikarenakan pada bagian-bagian

tanaman ini mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid,

alkaloida, terpenoid, steroid, gikosida, saponin dan fenolik (Saha, 2011).

2.2.1 Taksonomi

Menurut Sunarjono (2005), taksonomi tanaman srikaya adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Ranunculales

Suku : Annonaceae

Marga : Annona

Jenis : Annona squamosa L.

Gambar 2.2 Srikaya (Annona squamosa) (Thomas Janßen, 2011)

2.2.2 Sinonim

Nama Daerah :

Delima bintang, Sarikaya, Seraikaya (Sumatera); Sarikaya, Serkaya,

Srikawis, Serakaja (Jawa); Sarikaya (Kalimantan); Garoso (Nusa Tenggara);

Perse, Atis (Sulawesi); Atisi, Hirikaya (Maluku).

Nama asing :

Custard apple, sugar apple (Amerika, Inggris); Pomme cannelle

(Prancis); Kaneelapple (Belanda); Raamaphal, Sitaphal (India) (Trubus,

2013).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

12

2.2.3 Morfologi

Tanaman Srikaya tumbuh menahun (perennial), berakar tunggang dengan

berkayu dapat mencapai 1-2 meter dan tumbuh tegak ke atas mencapai 10 cm atau

lebih dengan umur hingga 20 tahun. Tajuk (kanopi) tanaman srikaya berbentuk

kerucut tidak teratur dengan percabangan tegak lurus atau membentuk sudut

45o,dan agak jarang. Kulit pohon tipis berwarna keabu-abuan, getah kulitnya

beracun. Batangnya (pada dahan) coklat muda, bagian dalamnya berwarna kuning

muda dan agak pahit. Pada bagian ranting berwarna coklat dengan bintik coklat

muda, lenti sel kecil, oval, berupa bercak bulat pada batang. Batang srikaya kecil

dengan jumlah percangan sedikit sehingga tidak sesuai untuk tanaman pelindung.

Kayu keras, tetapi tidak dapat digunakan sebagai bahan bangunan, hanya untuk

kayu bakar (Sunarjono, 2005).

Daun tunggal, bertangkai, kaku, letaknya berseling. Helai daun berbentuk

lonjong hingga jorong menyempit, ujung dan pangkal runcing, dasar lengkung,

tepi rata, panjang 5-17 cm, lebar 2-7,5 cm, permukaan daun berwarna hijau,

bagian bawah hijau kebiruan, sedikit berambut atau gundul. Rasanya pahit, sedikit

dingin. Tangkai daun 0,4-2,2 cm panjangnya. Daun tunggal, Bunganya

bergerombol pendek menyamping dengan panjang sekitar 2.5 cm, sebanyak 2-4

kuntum bunga kuning kehijauan (berhadapan) pada tangkai kecil panjang

berambut dengan panjang ± 2 cm, tumbuh pada ujung tangkai atau ketiak daun.

Daun bunga bagian luar berwarna hijau, ungu pada bagian bawah, membujur,

panjangnya 1,6-2,5 cm, lebar 0,6-0,75 cm. Daun bunga bagian dalam sedikit kebih

kecil atau sama besarnya. Terdapat banyak serbuk sari, bergerombol, putih,

panjang kurang dari 1,6 cm, putik berwarna hijau muda. Tiap putik membentuk

semacam kutil, panjang 1,3-1,9 cm, lebar 0,6-1,3 cm yang tumbuh menjadi

kelompok-kelompok buah. Berbunga dengan bantuan kumbang nitidula.Buahnya

buah semu, berbentuk bola atau kerucut atau menyerupai jantung, permukaan

berbenjol-benjol, warna hijau berbintik (serbuk bunga) putih, penampang 5-10

cm, menggantung pada tangkai yang cukup tebal. Jika masak, anak buah akan

memisahkan diri satu dengan yang lain, berwarna hijau kebiruan. Daging buah

berwarna putih semikuning, berasa manis. Biji membujur di setiap karpel, halus,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

13

coklat tua hingga hitam, panjang 1,3-1,6 cm. Biji masak berwarna hitam

mengkilap. Jumlah bijinya banyak (Saha, 2011).

2.2.4 Habitat dan Distribusi Geografis

Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dibawah

permukaan laut, terutama pada tanah-tanah berpasir sampai tanah-tanah lempung

berpasir dan dengan sistem drainase yang baik pada pH 5,5-7,4. Tumbuhan ini

menyukai iklim panas, tidak terlalu dingin atau banyak hujan.Tumbuh baik pada

berbagai kondisi tanah yang tergenang dan beradaptasi baik terhadap iklim

lembab dan panas. Tumbuhan ini tahan kekeringan dan akan tumbuh subur bila

mendapatkan pengairan yang cukup (Sastrahidayat dan Soemarno, 1991).

Perkembangbiakan dapat menggunakan biji dan metode pencangkokan.

Ditanam dengan jarak tanam 4x3 meter. Hasil buah dapat dijaga dengan

pengaturan pengairan, pemupukan dan pemangkasan yang baik. Tanaman mulai

berbuah pada umur 1-2 tahun dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal tidak

dilakukan pemangkasan. Berbuah setelah tanaman berumur 3-4 tahun. Pemanenan

dilakukan pada saat buah berwarna kekuningan atau sekitar 110-120 hari setelah

berbunga (Sastrahidayat dan Soemarno, 1991).

2.2.5 Kandungan Senyawa Annona squamosa

Annona squamosa L. diketahui mengandung alkaloid, asam amino,

glikosida, saponin, karbohidrat, flavonoid, tanin, protein, pitosterol dan senyawa

fenolik. Berbagai kandungan kimia yang diisolasi dari daun,batang dan akar

tanaman termasuk anonaine, norcorydine, aporphine, isocorydine, coryeline dan

glaucine (A Kumar, et al., 2015).

Daun dari tanaman ini ditemukan terdapat senyawa seperti Anonaine,

Borneol, kamper, camphene, carvone, farnesol, geraniol, hexacontanol,

higemamine, limonine, methylheptenone, isoquinoline, Eugenol, Linaloolasetat,

Isocorydine, menthone, metil salisilat, methyl anthranilate, stigmasterol, rutin,

timol (Jayshree, PD dan Kumar Vipin, 2008). Minyak yang diekstrak dari daun

mengandung germacrene D (Kumar et al., 2015).

Cabang-cabang juga ditentukan untuk liriodenine, moupinamide, annonaine

dan asam sachanoic. Ekstrak kloroform dari tanaman mengandung unsur aktif

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

14

Annotemoyin. Dari biji sekitar 30 acetogenin yang terisolasi seperti

coumarinoligans, annotemoyin dan squamocin, annonastatin, squamocin.

Annonacin, annonastatin, saponin, alkaloid ditemukan di akar (Kumar et al.,

2015).

Berdasarkan penelitian oleh Gowdhami (2014), bahwa serbuk kering dari

Annona squamosa yang diekstraksi dengan metanol, petroleum eter, kloroform

dan heksana secara terpisah diketahui ekstrak metanol dan air biji memiliki hasil

yang lebih positif untuk alkaloid, minyak, tanin, fenol dan flavonoid. Pada tabel

II.4 terdapat berbagai analisis fitokimia dalam biji ekstrak Annona squamosa.

Tabel II.4 Analisis Fitokimia dari Ekstrak Biji Annona squamosa (L)

(Gowdhami, 2014)

Komposisi Tes SW* SM* SPE* SC* SH*

Alkaloid Mayer’s + - + - +

Wagner’s + + - - - +

Hager’s - + - - - -

Karbohidrat Fehling’s + + - + +

Bar ford’s + + - - - +

Benedict’s + + + - - -

Glikosida Poorntrager’s - - - - -

Legal’s + + + + + -

Saponin Saponin + - + - +

Protein Biuret + - - - -

Ninhydrin + - + - - +

Minyak Spot test + + - - -

Getah Gum test - - - - -

Tannin Lead acetate + + + + +

Fenol Ferric

chloride

+ + + + +

Flavonoid Magnesium

test

+ + + + +

*) SW = Ekstrak Bji-Air; SM= Ekstrak Bji-Metanol; SPE= Ekstrak Bji-Petroleum

eter; SC = Ekstrak Bji-Klorofrom; SH = Ekstrak Bji-Hexane.

Total flavonoid dengan perbandingan ekstrak air, etanol, petroleum eter,

kloroform dan heksan di antaranya menunjukkan tingkat flavonoid yang tinggi

pada ekstrak air daun dari sekitar 9,28 mg/g, diikuti dengan ekstrak biji air dan

metanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun A. squamosa mengandung

sejumlah besar senyawa flavonoid fenolik yang ditemukan untuk menjadi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

15

kontributor utama untuk antioksidan dan aktivitas antibakteri (Gowdhami et al.,

2014).

Tabel II.5 Analisis Fitokimia dari Ekstrak kulit buah Annona squamosa (L)

(Kaladhar et al., 2014)

Tes

Ekstrak kulit buah Annona squamosa

Metanol Etanol Etil

Asetat Air

Alkaloid + + + +

Anthocyanin - - - -

Kolesterol + + + -

Kumarin + - + +

Emodin - - - -

Flavonoid + + + +

Leukoantosianin - - - -

Fenol + + + +

Saponin + + + +

Steroird + + + -

Tanin - - - -

Terpenoid + + - +

Tabel II.6 Analisis Fitokimia dari Ekstrak Daun Annona squamosa (L)

(Yusha’u et al., 2011)

Test EE CF WF

Alkaloid - + -

Flavonoid - + -

Glikosida + - -

Reducing

sugars

+ + -

Saponin + - +

Steroid + + -

Tanin + - -

*) EE = Ektrak Etanol; CF = Fraksi Kloroform; WF = Fraksi Air; + = Ada; -

= Tidak ada.

Tabel II.7 Analisis Fitokimia dari Ekstrak Daun Annona squamosa (L)

(Simon, et al., 2016)

Fitokimia Glikosida Fitosterol Alkaloid Minyak Saponin Fenol Flavonoid

Air + - - + + + +

Aseton + + - + + - +

Kloroform + + - + + - -

*) +: Ada - : Tidak ada

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

16

2.2.6 Manfaat Srikaya (Annona squamosa)

Penggunaan secara tradisional tanaman Annona squamosa ini memiliki

aktivitas analgesik, antiinflamasi, antitumor, anti-diabetes, antimikroba,

sitotoksik, antioksidan, antilipidemik, antiulcer, molluscidal, efek genotoksik,

hepatoprotektor, insekticidal, larvacidal, anthelmintik (Gajalakshmi et al., 2011).

Daunnya dapat digunakan sebagai insektisida dan agen antispasmodik yang

digunakan dalam pengobatan limpa dan rematik. Biji, buah-buahan dan daun yang

ditemukan efektif sebagai insektisida, racun ikan, dan sebagai iritan kuat dari

konjungtiva. Akar srikaya efektif sebagai pencahar drastis dan disentri akut.

menurunkan kadar glukosa darah yang diuji positif (Gajalakshmi et al., 2011).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dapat menurunkan kadar kolesterol LDL

(Rofida et al., 2015), sebagai antijamur (jamur Alternaria alternata, Candida

albicans, Fusarium solani, Microsporum canis, dan Aspergillus niger) dan

antioksidan dari ekstrak metanol, kloroform, dan air dari daun A. squamosa

memiliki aktivitas antijamur dan antioksidan (Kalidindi, 2015).

2.2.7 Tinjauan Aktivitas Antibakteri Tanaman Annona squamosa

Padhi (2011) menyatakan bahwa srikaya memiliki aktivitas antibakteri yang

kuat. Evaluasi aktivitas antibakteri daun dan kulit dari Annona squamosa L dan

Annona reticulata L terhadap Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus

(Streptococcus mutans MS) agen penyebab karies gigi, menggunakan pelarut

metanol dengan metode difusi disk. 5 mg, 10 mg, 15 mg, 20 mg, 25 mg, 30 mg,

35 mg, 40 mg, 45 mg, 50 mg, dan konsentrasi mg 100 dari ekstrak terhadap

bakteri S. mutans dan S. sobrinus. Ampisilin (AMP) 10 ug digunakan sebagai

kontrol positif di semua spesies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa S. sobrinus

lebih rentan terhadap ekstrak kulit kayu A. squamosa dari S. mutans (Salman dan

Senthilkumar, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data secara statistik oleh

Yunikawati et al.,(2013), dapat disimpulkan bahwa perasan daun Annona

squamosa dalam konsentrasi (0%, 25%, 50%, 75%, 100%) dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Escherichia coli secara in vitro. Serta ada kecenderungan

semakin tinggi konsentrasi perasan daun srikaya maka zona hambat yang

terbentuk semakin besar. Sedangkan aktivitas antibakteri pada ekstrak etanol daun

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

17

Annona squamosa (L) terhadap dua isolat klinis E. coli menunjukkan dengan

dosis 50 mg/ml dan volume yang digunakan 50 µl diameter zona hambatnya

sebesar 11 mm (Simon et al., 2016). Pada penelitian Shenoy et al., (2009),

menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun Annona squamosa

(L) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan dosis 200 µg/ 0,1ml dan

volume yang digunakan 1 µl dapat menghasilkan diameter hambat sebesar 18

mm.

2.3 Tinjauan umum Staphyloccus aureus

Staphylococcus aureus atau dikenal dengan S. aureus adalah fakultatif

anaerob, Gram positif, yang muncul sebagai cluster seperti anggur ketika dilihat

melalui mikroskop, dan memiliki putaran, biasanya koloni kuning keemasan,

sering dengan hemolisis, ketika tumbuh di piring agar darah. Penampilan emas

adalah akar etimologis nama bakteri; aureus berarti "emas" dalam bahasa Latin.

Beberapa strain S. aureus mampu menghasilkan staphyloxanthin - pigmen

karotenoid berwarna emas. Strain mutan dari S. aureus staphyloxanthin

dimodifikasi cenderung kurang untuk bertahan hidup dengan inkubasi bahan

kimia oksidator, seperti hidrogen peroksida dari strain berpigmen. Koloni mutan

cepat mati bila terkena neutrofil manusia, sementara banyak dari koloni

berpigmen bertahan hidup (Jawetz et al., 2007).

Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif, dinding

selnya terdiri peptidoglikan yang sangat tebal dengan memberan sel selapis dan

memberi kekakuan untuk mempertahankan keutuhan sel. Diameter sel nya

berukuran 0,8 – 1,0 µm. Bakteri S. aureus merupakan flora normal yang terdapat

pada kulit, saluran pernapasan, dan saluran cerna pada manusia. Genus

Staphylococcus yang paling patogen adalah Staphylococcus aureus. Bakteri S.

aureus ini merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi piogenik

pada kulit manusia (Jawetz et al., 2007).

2.4.1 Taksonomi

Menurut Vasanthakumari (2007), taksonomi bakteri Staphylococcus aureus

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Eubacteria

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

18

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Gambar 2.4 Bakteri Staphylococcus aureus (David Scharf, 2016),

(Anonim, 2016)

2.4.2 Morfologi dan Identifikasi

Ciri-ciri bakteri Staphylococcus aureus adalah sel sferis, berdiameter sekitar

1 µm tersusun dalam kelompok yang tidak teratur. Kokus tunggal, berpasangan,

tetrad, dan bentuk rantai juga terlihat di biakan cairan. S. aureus tidak motil dan

tidak membentuk spora. Spesies mikrokokus sering menyerupai S. aureus. Spesies

tersebut ditemukan hidup bebas dilingkungan dan membentuk kelompok empat

atau delapan kokus yang teraratur. Koloninya dapat berwarna kuning, merah, atau

jingga. Bakteri S. aureus tahan terhadap pemanasan 60oC selama 30 menit, tahan

terhadap fenol 1% selama 15 menit, 1% merkuri klorida dapat membunuh bakteri

S. aureus selama 10 menit (Vanthakumari, 2007).

Sifat biakan bakteri Staphylococcus mudah berkembang pada sebagian besar

medium bakteriologik dalam lingkungan aerobik atau mikroaerofilik. Organisme

ini paling cepat berkembang pada suhu 37oC tetapi suhu terbaik untuk

menghasilkan pigmen adalah suhu ruangan (20 – 25oC). Koloni pada medium

padat berbentuk bulat, halus, meninggi dan berkilau (Jawetz et al., 2007).

Pertumbuhan bakteri S. aureus dapat menyebabkan penyakit, dengan

kemampuan berkembang biak serta menyebar luas dalam jaringan dan melalui

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

19

pembentukan zat-zat ekstraseluler yaitu katalase, koagulase, faktor penggumpal,

enzim, eksotoksin, endorotoksin, leukosidin,dan eksfoliatif (Jawetz et al., 2007).

2.3 Tinjauan Umum Escherichia coli

Escherichia coli atau dikenal dengan E. coli adalah bakteri Gram negatif,

berbentuk batang yang umumnya ditemukan pada usus. Kebanyakan strain E. coli

tidak berbahaya, tetapi beberapa serotipe dapat menyebabkan keracunan makanan

yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan

yaitu verotoksin (Mahamoud et al., 2007).

Bakteri E. coli bagian dari flora normal usus, yang mendapatkan

keuntungan memproduksi vitamin K2, dan mencegah pembentukan bakteri

patogen dalam usus merupakan strain yang berbahaya. Bakteri E. coli dan bakteri

lainnya yang terkait sekitar 0,1% dari flora usus dan transmisi fecal-oral adalah

rute utama strain patogen dari penyakit bakteri penyebab E. coli yang merupakan

patogen usus atau komensal usus manusia atau hewan dan didalam tinja yang

tersisa. Infeksi klinis yang disebabkan oleh E. coli yaitu infeksi saluran kemih

(ISK), infeksi septik luka, diare, disentri, septikaemia, pneumonia, meningitis

neonatal, abses di berbagai organ (Ngaisah, 2010).

2.3.1 Taksonomi

Menurut Jawetz et al.,(2016), taksonomi bakteri Escherichia coli adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Prokaryotae

Divisi : Gracilicutes

Kelas : Scotobacteria

Ordo : Eubacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

20

Gambar 2.3 Bakteri Escherichia coli (Anonim, 2011)

2.3.2 Morfologi dan Identifikasi

Sel Escherichia coli atau yang dikenal dengan E. coli memiliki ukuran

panjang 2,0 – 6,0 µm, tersusun tunggal berpasangan. Bakteri E. coli tumbuh pada

suhu 10 – 40oC dengan suhu optimum 37

oC, tetapi juga dapat tumbuh pada

kisaran temperatur 15-45oC. pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 7,0 – 7,5.

Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu

pasteurisasi. Strain E. coli tumbuh secara baik pada hampir semua media

membentuk koloni yang halus, bulat, konveks dengan diameter 2-3 mm (Suparno,

2013). Tumbuh dengan mudah pada medium nutrien sederhana, selain itu E.

coli dapat menyebabkan diare akut (Rostinawati, 2009). Bakteri E. coli memiliki

dinding sel yang kompleks (lipopolisakarida) jika dibandingkan dengan bakteri S.

aureus (Astuti, 2015).

Bakteri E. coli dan sebagian besar bakteri enterik lainnya berbentuk

lingkaran,cembung, koloni halus dengan tepi yang berbeda. Pada tes pewarnaan,

E. coli menghasilkan tes positif terhadap indole, lisin dekarboksilase, dan

menfermentasi manitol dan menghasilkan gas dari glukosa. Isolasi dari air seni

dengan cepat diidentifikasi sebagai E. coli dikarenakan terjadi hemolisis dalam

agar darah, memiliki sifat morfologi yang khas pada media pembeda seperti

media agar EMB akan menunjukkan warna kemilau ”metallic sheen” dan tes

indole positif. Selain itu juga E. coli juga dapat diidentifikasi dengan tes MUG

yang positif (Jawetz et al., 2016).

Habitat dari E. coli merupakan penghuni umum dari usus kecil dan usus

besar mamalia. Dalam kondisi anaerobik dia akan tumbuh dengan banyak

melakukan fermentasi, memproduksi campuran asam dan gas sebagai hasil akhir.

Akan tetapi, juga dapat tumbuh dengan banyak melakukan pernapasan anaerobik,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

21

karena dapat menggunakan NO3, NO2, atau fumarat sebagai penangkap elektron

terakhir untuk proses pernapasan transpor elektron. Dalam bagiannya,

kelebihannya dalam berbagai hal ini memberikan E. coli kemampuan untuk

beradaptasi dengan habitat di intestinal (anaerobik) dan ekstraintestinal (aerobik

atau anaerobik) (Welch, R.A., 2006).

2.4 Tinjauan Umum Infeksi

Infeksi adalah suatu keadaaan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh.

Transmisi infeksi terjadi dikarenakan untuk menjamin kelangsungan hidup bakteri

dan meningkatkan kemungkinan penularan dengan memproduksi infeksi tanpa

gejala atau penyakit ringan daripada kematian dari host, mikroorganisme yang

biasanya hidup pada orang meningkatkan kemungkinan penularan dari satu orang

ke orang lain. Beberapa bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada manusia

ada terutama pada hewan dan menginfeksi manusia. Banyak bakteri yang

ditularkan dari tangan satu orang ke orang lain melalui tangan. Mencuci tangan

merupakan komponen penting dari pengendalian infeksi. (Jawetz, 2016).

Proses Infeksi di dalam tubuh, kebanyakan bakteri menyebabkan penyakit

mengikuti sel inang atau biasanya sel-sel epitel. Setelah bakteri telah menetapkan

tempat utama infeksi, mereka berkembang biak dan menyebar langsung melalui

jaringan atau melalui sistem limfatik ke aliran darah. Infeksi ini (bakteremia)

dapat terjadi sementara atau persisten. Bakteremia memungkinkan bakteri

menyebar luas dalam tubuh dan memungkinkan untuk mencapai jaringan yang

sangat cocok untuk pertumbuhan mereka (Jawetz, 2016).

Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh mikroorganisme patogen, seperti

bakteri, virus, parasit atau jamur (WHO, 2014). Penggunaan antibakteri untuk

menangani penyakit infeksi harus merupakan zat yang dapat menghambat

pertumbuhan atau membunuh bakteri patogen tetapi tanpa membahayakan

manusia. Selain efektif membunuh bakteri patogen juga harus memiliki

selektifitas karena akan berbahaya jika suatu antibakteri tidak memiliki

selektifitas. Oleh karena itu pemilihan antibakteri juga harus memperhatikan jenis

bakteri yang akan dibunuh.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

22

Secara umum penyakit infeksi dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi

antibiotik. Sekitar 80% konsumsi antibiotik dipakai untuk kepentingan

manusia dan sedikitnya 40% berdasar indikasi yang kurang tepat, misalnya

infeksi virus seperti influenza, hepatitis, ataupun demam berdarah dengue (Utami,

2012).

2.5 Tinjauan Tentang Antibiotik

Antibiotik pada awalnya didefinisikan sebagai zat, yang diproduksi oleh

salah satu mikroorganisme, yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme

lainnya. Munculnya metode sintetik yang menghasilkan modifikasi definisi ini

dan antibiotik sekarang mengacu untuk zat yang diproduksi oleh mikroorganisme,

atau zat yang sama (diproduksi sepenuhnya atau sebagian oleh sintesis kimia)

yang dalam konsentrasi rendah menghambat pertumbuhan mikroorganisme

lainnya (Craig, 2001).

Ada tiga sumber utama dari mana antibiotik diperoleh, yaitu : (Craig, 2001).

(1) Mikroorganisme

Misalnya, bacitracin dan polimiksin diperoleh dari beberapa spesies

Bacillus; streptomisin, tetrasiklin, dll dari spesies Streptomyces;

gentamisin dari Micromonospora purpurea; griseofulvin dan beberapa

penisilin dan sefalosporin dari generasi tertentu (Penicillium, Acremonium)

dari keluarga Aspergillaceae; dan monobaktam dari spesies Pseudomonas

acidophila dan Gluconobacter. Kebanyakan antibiotik digunakan saat ini

telah dihasilkan dari Streptomyces spp.

(2) Sintesis

Kloramfenikol sekarang biasanya dihasilkan oleh proses sintetis.

(3) Semi sintesis

Ini berarti bahwa bagian dari molekul yang dihasilkan oleh proses

fermentasi menggunakan mikroorganisme yang tepat dan produk

kemudian dimodifikasi lebih lanjut oleh proses kimia. Banyak penisilin

dan sefalosporin diproduksi dengan metode ini (Craig, 2001).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

23

Pengukuran aktivitas antimikroba dengan menggunakan metode

Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM).

Kedua konsentrasi ini telah menjadi parameter utama yang digunakan untuk

mengukur aktivitas in vitro antimikroba terhadap berbagai patogen. Meskipun

KHM dan KBM sangat baik prediktor potensi antimikroba terhadap organisme

yang menginfeksi. Sebagai contoh, KBM memberikan informasi konsentrasi

minimal pada tingkat bakterisida (daya bunuh) pada aktivitas fungisida dan

apakah pembunuhan dapat ditingkatkan dengan lebih tinggi konsentrasi obat.

Selain itu, KHM memberikan informasi pada efek penghambatan bakteri yang

setelah paparan antimikroba (Craig, 2001).

Berdasarkan sifatnya antibiotik dapat dibagi menjadi beberapa kategori,

yaitu : (Jawetz, 2012)

(1) Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel

yang terganggu akan menyebabkan dinding sel menjadi rapuh dan

mengakibatkan pecah.

(2) Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel.

(3) Antibiotik yang menghambat sintesis protein (yaitu inhibisi, translasi, dan

transkripsi bahan genetik).

(4) Antibiotik yang menghambat sintesis nukleat.

2.5.1 Antibiotik Kloramfenikol

Secara umum penyakit infeksi dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi

antibiotik. Sebagian besar infeksi akibat bakteri S. aureus sudah resisten terhadap

berbagai antibiotik, sehingga perlu diberikan antibiotik berspektrum lebih luas

seperti kloramfenikol, amoksilin dan tetrasiklin (Jawetz et al., 2007).

Kloramfenikol diisolasi dari Streptomyces venezuelae namun kini telah

disintesis secara kimia dan memiliki spektrum kerja seperti tetrasiklin, akan tetapi

keduanya tidak memiliki resistensi silang. Kloramfenikol berkhasiat sebagai

antibiotika broadspectrum (spektrum luas) dan bersifat bakteriostatis untuk

sebagian bakteri Gram positif dan Gram negatif serta bersifat bakterisid untuk

beberapa bakteri lainnya (Tjay et al, 2007).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

24

Kristal kloramfenikol adalah netral, senyawa stabil dengan struktur

berikut:

Gambar 2.5 Struktur Kloramfenikol (Anonim, 2009).

Mekanisme kerja Kloramfenikol menghambat sintesis protein bakteri, dan

pada tingkat lebih rendah, di sel eukariotik. Ia mengikat reversibel untuk 50S

subunit ribosom (dekat tempat pengikatan untuk antibiotik macrolide dan

klindamisin). Obat mencegah pengikatan asam amino yang mengandung akhir

aminoasil tRNA ke situs akseptor pada ribosom 50S subunit.Interaksi antara

peptidyltransferase dan yang substrat asam amino diblokir, menghambat

pembentukan ikatan peptida (Anonim, 2009). Kristal kloramfenikol adalah

senyawa yang stabil yang cepat diserap dari saluran pencernaan dan luas

didistribusikan ke dalam jaringan dan cairan tubuh, termasuk SSP dan CSF;

menembus sel dengan baik. Ekskresi terutama terjadi di urin, 90% dalam bentuk

tidak aktif (Jawetz, 2016). Efek samping serius yang dapat ditimbulkan oleh

kloramfenikol adalah kerusakan pada sumsum tulang sehingga penggunaannya

dibatasi hanya untuk kasus-kasus tertentu seperti meningitis dan tifus. Selain itu

penggunaannya tidak boleh lebih lama dari 2 minggu (Tjay et al.,2007).

Penggunaan kloramfenikol sebagai pembanding didasarkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Katarnida et al (2013), tentang sensitifitas

beberapa bakteri terhadap penggunaan antibiotik. Dalam penelitian tersebut

disebutkan bahwa kloramfenikol memiliki sensitifitas terhadap Escherichia coli

sebesar 62,5% terhadap beberapa pasien yang menjadi subjek penelitian.

Sensitifitas kloramfenikol ini dinilai cukup baik dibandingkan dengan sefotaksim,

seftriakson dan koltrimoksazol yang sensitifitasnya kurang dari 60 %. Selain itu

pada uji efektivitas antibakteri terhadap penggunaan dua bakteri uji

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, biasanya digunakan kloramfenikol

dengan dosis 30 µg sebagai pembanding kontrol positif untuk melihat hasil dari

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

25

perbedaan yang terjadi (Alviana, 2016; Mardiana, 2015; Haryati, 2015; Wardani

et al., 2011)

Tabel II.8 Standar interpretatif diameter zona hambat dan nilai batas

(breakpoints) kadar hambatan minimal (KHM) untuk Enterobacteriaceae (CLSI,

2015)

Antibiotik Kadar

cakram

Diameter zona hambat

(mm)

KHM (µg/ml)

R I S R I S

Ampisillin 10 µg ≤ 13 14-16 ≥ 17 ≥ 32 16 ≤ 8

Kloramfenikol 30 µg ≤ 12 13-17 ≥ 18 ≥ 32 16 ≤ 8

Tetrasiklin 30 µg ≤ 11 12-14 ≥ 15 ≥ 16 8 ≤ 4

Dari tabel tersebut bila antibiotik kloramfenikol dibandingkan dengan

ampisillin dan tetrasiklin, penggunaan kloramfenikol menghasilkan intermediet

diameter zona yang cukup lebar daripada tetrasiklin ampisilin terhadap bakteri

golongan Enterobacteriaceae.

Tabel II.9 Standar interpretatif diameter zona hambat dan nilai batas

(breakpoints) kadar hambatan minimal (KHM) untuk Staphylococcus (CLSI,

2015)

Antibiotik Kadar

cakram

Diameter zona hambat

(mm)

KHM (µg/ml)

R I S R I S

Penisillin 10 µg ≤ 28 - ≥ 29 ≥ 0,25 - ≤ 0,12

Kloramfenikol 30 µg ≤ 12 13-17 ≥ 18 ≥ 32 16 ≤ 8

Tetrasiklin 30 µg ≤ 14 15-18 ≥ 19 ≥ 16 8 ≤ 4

Dari tabel atas diketahui bahwa antibiotik kloramfenikol memiliki KHM

resistensi yang lebih besar dibandingkan dengan antibiotik tetrasiklin dan

penisillin.

Kriteria didefinisikan sebagai berikut : (CLSI, 2015)

S = Sensitif

Menunjukkan bahwa infeksi disebabkan oleh mikoorganisme yang diuji

mungkin cukup untuk diobati dengan antibiotika dalam dosis yang

biasanya dianjurkan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

26

I = Intermediet

Organisme mungkin masih dapat dihambat oleh konsentrasi tertentu

antibiotika (misalnya golongan beta-laktam) asalkan dosis yang diberikan

lebih tinggi dari biasanya atau bilamana infeksi mengenai bagian tubuh

dimana secara faali antibiotika yang bersangkutan tersebut terkonsentrasi

(misalnya saluran kemih).

R = Resisten

Organisme yang menunjukkan resistensi tidak dihambat oleh konsentrasi

antibiotika dalam tubuh yang dicapai dengan dosis biasa yang dianjurkan.

2.5.2 Resistensi Antibiotik

Suatu bakteri dikatakan resistensi terhadap antibiotik tertentu bila

pertumbuhan bakteri tersebut tidak bisa dihambat oleh antibiotik pada konsentrasi

minimal yang dapat ditolerir oleh inang atau hospes. Bakteri yang mengalami

resistensi pertumbuhannya tidak terganggu oleh antibiotik atau berkembangnya

populasi bakteri yang resisten, maka antibiotik yang efektif untuk mengobati

penyakit-penyakit tertentu kehilangan nilai kemoterapeutiknya (Sengupta, 2012).

Resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik di bedakan beberapa jenis, yaitu :

(1) Resistensi bawaan (primer)

Resistensi yang menjadi sifat alami mikroorganisme tertentu, contoh

bakteri pembentuk enzim penisilinase secara alami dapat menguraikan

penisilin, bakteri yang mempunyai kapsul pada dinding sel nya yang dapat

melindungi dari paparan antibiotik.

(2) Resistensi sekunder

Resistensi yang terjadi akibat kontak dengan antimikroba dalam waktu

yang cukup lama dan frekuensi tinggi sehingga terjadi mutasi pada bakteri,

kemudian resistensi juga dapat terjadi karena adanya mekanisme adaptasi

aktivitas bakteri melawan obat misal dengan membentuk enzim, bakteri

memperkuat dinding sel nya sehingga dinding sel bersifat impermiabel.

(3) Resistensi episomal

Resistensi yang disebabkan faktor genetik diluar kromosom terjadi karena

berpindah nya plasmid dari bakteri yang resisten ke bakteri lain sehingga

bakteri baru menjadi resistensi.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

27

Pada penelitian deskriptif yang telah dilakukan oleh Nurmala et al. (2015),

mengenai Resistensi dan Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotik di RSU dr.

Soedarso Pontianak Tahun 2011-2013 menunjukkan resistensi tertinggi bakteri

adalah terhadap metronidazol (96,4%), sefaleksin (95,8%), sefuroksim (92,2%),

oksasilin (91,7%) dan sefadroksil (91,5%) dan sensitivitas tertinggibakteri

terhadap piperasilin/tozobaktam (89,7%), meropenem (82,9%), imepenem

(78,1%), amikasin(76,3%), fosfomisin/trometamol (59,5%) dan levofloksasin

(56,1%). Resistensi tersebut dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor penyebab

salah satunya penggunaan antibiotik.

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan kurangnya pengawasan

pada pasien di rumah sakit ataupun tempat pelayanan kesehatan lainnya

menyebabkan kuman menjadi resisten terhadap antibiotik. Serta pengetahuan

masyarakat tentang bahayanya antibiotik jika terjadi resistensi masih sangat

kurang (Nursidika et al.,2014).

Hal tersebut diperlukan tindakan untuk mengontrol penggunaan antibiotik,

lebih memahami mekanisme genetik resistensi dan melanjutkan studi

pengembangan obat baru. Saat ini, secara klinis mikroorganisme tidak hanya oleh

obat tunggal resistensi, tetapi juga oleh multidrug resistance. Penggunaan

kombinasi dari dua atau lebih antibiotik dengan berbeda merupakan tindakan

dalam upaya untuk mencegah perluasan resistensi antibiotik dan meningkatkan

hasil terapi. Efek sinergis dari agen antimikroba dengan formasi kompleks tertentu

akan menjadi lebih efektif daripada individu dalam penghambatan

microorganisme (Sengupta et al., 2009).

2.6 Komponen Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Daun Persea

americana dan Annona squamosa

Berdasarkan hasil penelitian skrining fitokimia oleh Thakhira (2016),

kandungan senyawa metabolit pada ekstrak daun Persea americana dan Annona

squamosa terdapat flavonoid, triterpenoid, antrakuinon, dan alkaloid. Proses

tersebut dilakukan dengan eluasi masing-masing ekstrak dengan eluen n-heksan :

etil asetat (4 : 6) dan disemprot dengan penampak noda tertentu serta uji alkaloid

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

28

dengan reaksi pengendapan. Dari proses skrining fitokimia dihasilkan data yang

dapat dilihat pada tabel II.10.

Tabel II.10 Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun Persea americana dan

Annona squamosa (Thakhira 2016).

Tanaman Flavonoid Triterpenoid Antrakuinon Polifenol

/tannin

Alkaloid

Persea

americana

+ + + - +

Annona

squamosa

+ + + - +

Komponen senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antibakteri :

(1) Flavonoid

Flavonoid diperoleh dari hidroksilasi zat fenolik sebagai unit C6-C3

yang terkait pada cincin aromatik. Disintesis dari tanaman untuk infeksi

mikroba dan telah diketahui bahwa secara in vitro efektif sebagai zat

antimikroba terhadap berbagai macam mikroorganisme. Flavonoid

memiliki kemampuan kompleks ekstraseluler, protein terlarut dan

kompleks dengan dinding sel bakteri. Sifat flavonoid yang lebih lipofilik

dapat merusak membran mikroba (Cowan, 1999).

Flavonoid mampu untuk membentuk kompleks dengan dinding sel

bakteri, sehingga menyebabkan kerusakan permeabilitas dinding sel

bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid

dengan DNA bakteri (Haryati et al.,2015).

Berbagai mekanisme antibakteri dari flavonoid, diantaranya yaitu :

(Lamb dan Cushnie, 2005).

(a) Penghambatan sintesis asam nukleat.

(b) Penghambatan fungsi membran sitoplasma.

(c) Penghambatan metabolisme energi.

(2) Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.

Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau

lebih atom nitrogen biasanya sebagian bagian dari sistem siklik. Alkaloid

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

29

mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga banyak di

antaranya digunakan dalam bidang pengobatan (Harbone, 1987).

Mekanisme kerja dari alkaloid kuartener planar seperti berberin dan

harmane sebagai antibakteri melalui cara berinteraksi dengan asam

deoksiribosa nukleat (DNA) bakteri atau berinteraksi dengan dinding sel

bakteri (Cowan, 1999). Alkaoida juga diduga mengganggu komponen

penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak

terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel (Haryati et al.,2015).

(3) Triterpenoid

Triterpenoid contohnya lanosterol, bahan dasar bagi senyawa-senyawa

steroid. Triterpenoid memiliki atom C30. Triterpenoid tersebar luas dalam

damar, gabus dan kutin tumbuhan. Damar adalah asam triterpenoid yang

sering bersama-sama dengan gom polisakarida dalam damar gom.

Triterpenoid alkohol juga terdapat bebas dan sebagai glikosida. Triterpenoid

asiklik yang penting hanya hidrokarbon skualena yang diisolasi untuk

pertama kali dari minyak hati ikan hiu tetapi juga ditemukan dalam beberapa

malam epikutikula dan minyak nabati (minyak zaitun). Triterpenoid

merupakan bagian dari terpenoid. Terpenoid disintesis dari unit asetat yang

diperoleh dari asam lemak (Cowan, 1999).

Terpenoid dapat bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada

membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat

dan merusak porin, mengurangi permeabilitas dinding bakteri sehingga sel

bakteri kekurangan nutrisi, pertumbuhan bakteri terhambat atau mati.

(Haryati et al.,2015).

(4) Antrakuinon

Termasuk golongan kuinon fenolik yang dalam biosintesisnya

berasal dari turunan fenol. Senyawa golongan kuinon telah tersebar luar di

alam dan senyawa ini memiliki ciri yang sangat reaktif (Zhang et al.,

2009). Kuinon merupakan cincin aromatik dengan substitusi dua keton.

Senyawa ini, bertanggung jawab dalam reaksi pencoklatan pada

buah-buahan dan sayuran dan sebagai perantara melanin dalam jalur

sintesis pada kulit manusia. Dengan menyediakan sumber radikal bebas

yang stabil, kuinon merupakan ireversibel kompleks nukleofilik

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

30

asam amino dalam protein yang menimbulkan inaktivasi protein dan

hilangnya fungsi sehingga besar potensi kuinon sebagai efek antimikroba

(Cowan, 1999).

Senyawa antrakuinon memiliki dua bentuk yaitu glikosida dan

bentuk bebas (tidak terikat dengan senyawa gula dalam bentuk glikosida)

sehingga dapat tertarik oleh senyawa polar, semipolar, dan non polar.

Kuinon memiliki aktivitas antimikroba yang cukup luas, senyawa tersebut

juga dapat membentuk kompleks dengan asam amino nukleofilik dalam

protein sehingga dapat membentuk protein kehilangan fungsinya. Kuinon

bereaksi dengan protein adesin bulu-bulu sel, polipeptida dinding sel, dan

eksoenzim yang dilepaskan melalui membran (Putra, 2010).

2.7 Metode Difusi

Gambar 2.6 Klasifikasi metode mikrobiologi untuk deteksi biologi

(Choma, 2010).

Pada metode difusi agar digunakan media agar padat yang dapat berupa

kertas cakram, silinder atau cekungan yang dibuat pada media padat. Larutan uji

akan berdifusi dari pencadang ke permukaan media agar padat yang telah

diinokulasi bakteri. Bakteri akan terhambat pertumbuhannya dengan pengamatan

berupa lingkaran atau zona disekeliling pencadang (Jiang, 2011).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

31

Gambar 2.7 Tes bakteri dengan difusi bioassay : agar disc (kiri)

dan agar cylinder (kanan) (Choma, 2010).

A. Macam-macam metode difusi, diantaranya yaitu :

(1) Metode lubang/ silinder (perforasi)

Dalam metode silinder, baja atau porselen silinder stainless dari

ukuran seragam (biasanya 8mm × 6mm × 10mm) ditempatkan pada

permukaan agar-agar diinokulasi cawan petri, dan diisi dengan sampel dan

standar. Pada uji silinder, beberapa lubang berdiameter milimeter pada

permukaan agar-agar diinokulasi dan diisi dengan sampel. larutan senyawa

yang diuji berdifusi ke media agar menyebabkan penghambatan

pertumbuhan mikroorganisme. Kemudian, zona hambatan diukur,

konsentrasi hambat minimum (MIC) ditentukan secara visual. (Choma,

2010).

Bakteri uji yang umurnya 18-24 jam disuspensikan ke dalam media

agar pada suhu sekitar 45oC. Suspensi bakteri dituangkan ke dalam cawan

petri steril. Setelah agar memadat, dibuat lubang-lubang dengan diameter 6-

8 mm. Kedalam lubang tersebut dimasukkan larutan zat yang akan diuji

aktivitasnya kemudian diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam.

Aktivitas antibakteri dapat dilihat dari daerah bening yang mengelilingi

lubang perforasi (Choma, 2010).

(2) Metode cakram kertas

Zat yang akan diuji diserapkan ke dalam cakram kertas dengan cara

meneteskan larutan antibakteri pada cakram kertas kosong (mencelupkan

kertas saring ke dalam larutan senyawa) dalam jumlah tertentu dengan kadar

tertentu. Kertas cakram diletakkan diatas permukaan agar padat yang telah

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

32

diolesi bakteri, diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC. Aktivitas

antibakteri dapat dilihat dari daerah hambat di sekeliling cakram kertas

(Ngaisah, 2010; Choma, 2010).

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi metode difusi agar, yaitu :

(Rostinawati, 2009).

(1) Pradifusi, perbedaan waktu pradifusi mempengaruhi jarak difusi dari

zat uji yaitu difusi antar pencadang.

(2) Ketebalan medium agar adalah penting untuk memperoleh sensitivitas

yang optimal. Perbedaan ketebalan media agar mempengaruhi difusi

dari zat uji ke dalam agar, sehingga akan mempengaruhi diameter

hambat. Makin tebal media yang digunakan akan makin kecil diameter

hambat yang terjadi.

(3) Kerapatan inokulum, ukuran inokulum merupakan faktor terpenting

yang mempengaruhi lebar daerah hambat, jumlah inokulum yang lebih

sedikit menyebabkan obat dapat berdifusi lebih jauh, sehingga daerah

yang dihasilkan lebih besar, sedangkan jika jumlah inokulum lebih

besar maka akan dihasilkan daerah hambat yang kecil.

(4) Komposisi media agar, perubahan komposisi media dapat merubah

sifat media sehingga jarak difusi berubah. Media agar berpengaruh

terhadap ukuran daerah hambat dalam hal mempengaruhi aktivitas

beberapa bakteri, mempengaruhi kecepatan difusi antibakteri dan

mempengaruhi kecepatan pertumbuhan antibakteri.

(5) Suhu inkubasi, kebanyakan bakteri tumbuh baik pada suhu 37oC.

(6) Waktu inkubasi disesuaikan dengan pertumbuhan bakteri, karena luas

daerah hambat ditentukan beberapa jam pertama, setelah diinokulasikan

pada media agar, maka daerah hambat dapat diamati segera setelah

adanya pertumbuhan bakteri.

(7) Pengaruh pH, adanya perbedaan pH media yang digunakan dapat

menyebabkan perbedaan jumlah zat uji yang berdifusi, pH juga

menentukan jumlah molekul zat uji yang mengion. Selain itu pH

berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

33

2.7.1 Metode Difusi Cakram

Metode difusi cakram digunakan untuk pengujian simultan dari sejumlah

besar antimikroba dengan cara yang relatif mudah dan fleksibel. Dalam metode

ini, inokulum bakteri disesuaikan dengan konsentrasi tertentu, diinokulasi ke

seluruh permukaan dari piring agar Mueller-Hinton (MHA) dengan kapas steril.

Kertas cakram (diameter 6 mm) diresapi dengan larutan antibiotik yang

diencerkan ditempatkan pada permukaan setiap piring MHA menggunakan

sepasang forsep steril. Kemudian piring diinkubasi aerobik 37oC selama 24 jam

dan diameter penghambatan zona diukur setelah 24 jam inkubasi dengan

penggaris atau jangka sorong. Berdasarkan diameter zona inhibisi dan kriteria

interpretatif CLSI, hasilnya kemudian dibagi menjadi tiga kategori yaitu, rentan,

menengah, atau resisten. Semakin besar diameter zona inhibisi, adalah

mikroorganisme yang lebih rentan untuk antimikroba tersebut (Jiang, 2011).

Langkah-langkah metode pengujian difusi cakram : (Lesmana, 2006).

(1) Buatlah biakan kuman (berumur 24 jam) yang telah murni dan telah

diketahui identitasnya dalam 0,5 ml kaldu brain heart infusion (BHI).

Biakan kaldu dibuat tipis saja.

(2) Inkubasi pada suhu 35oC sampai mencapai kekeruhan yang sesuai dengan

standar MacFarland 0,5 (biasanya setelah 2-6 jam). Pada kekeruhan ini

jumlah kuman di biakan kaldu sekitar 1 sampai 2 x 108 CFU/ml.

(3) Penyesuaian kekeruhan dilakukan dengan menambahkan larutan NaCl

pada biakan kadu. Cara lain adalah dengan membuat suspensi kuman dari

biakan pada lempeng agar non-selektif (agar darah) yang berumur 18-24

jam dalam larutan garam faal dan menyesuaikan kekeruhannya setara

dengan standar MacFarland 0,5.

(4) Secara optimal, 15 menit setelah dilakukan penyesuaian kekeruhan

suspensi kuman di ambil dengan menggunakan kapas lidi steril. Kapas lidi

diputar-putar beberapa kali dan kemudian ditekan ke dinding bagian dalam

tabunguntuk menghilangkan kelebihan inokulum dari biakan kaldu.

(5) Kapas lidi kemudian ditanamankan lempengan agar Mueller-Hinton

(ukuran lempeng petri = 100x15 mm) dengan cara mengusapkan (streak)

pada seluruh permukaan lempeng agar. Prosedur ini diulang sebanyak 2x

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

34

lagi dengan setiap kali memutar posisi lempeng agar 180o agar supaya

permukaan terinokulasi dengan rata.

(6) Sebagai tahap akhir, seluruh tepi agar juga diusap. Lempeng agar yang

telah ditanami (diinokulasi) dibiarkan inokulum pada permukaan agar.

(7) Sejumlah cakram antibiotik disiapkan untuk pengujian ini. Cakram-

cakram antibiotik dapat diletakkan satu demi satu diatas agar biakan secara

manual.

(8) Setelah diletakkan di atas biakan, cakram-cakram antibiotik ditekan

perlahan-lahan dengan pinset untuk memastikan seluruh permukaan

bersentuhan sempurna dengan permukaan bersentuhan sempurna dengan

permukaan agar yang mengandung biakan kuman. Biasanya 5 buah

cakram diletakkan pada lempeng agar 100 mm atau 12 cakram pada

lempeng 150 mm.

(9) Lempeng agar kemudian dibalik dan dalam waktu tidak lebih dari 30

menit diinkubasikan secara aerob pada suhu 37oC selama 18-24 jam.

(10) Hasil pengujian dibaca dengan mengukur zona hambatan yang

diperlihatkan oleh biakan tersebut.

Gambar 2.8 Prosedur metode difusi cakram (Jiang, 2011)

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

35

Gambar 2.9 Zona hambat/ diameter zona bening dengan metode Difusi Cakram

(Jiang, 2011)

Metode ini dipengaruhi banyak faktor fisik dan kimia, selain interaksi

sederhana dari obat dan organisme (misalnya, sifat dari media dan diffusibility,

ukuran molekul,dan stabilitas obat). Penggunaan disk tunggal untuk setiap

antibiotik dengan standarisasi dari kondisi pengujian memungkinkan laporan

rentan atau tahan untuk mikroorganisme dengan membandingkan ukuran zona

inhibisi dengan standar obat yang sama. Inhibisi sekitar cakram yang berisi

sejumlah obat antimikroba tidak berarti kerentanan terhadap konsentrasi obat yang

sama per mililiter menengah, darah, atau urin (Jawetz, 2016).

Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram dikarenakan metode ini

merupakan metode yang mudah untuk dilakukan dan hasilnya dapat terlihat jelas.

Metode ini memiliki keebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah mudah

dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus dan relatif lebih murah. Sedangkan

kelemahannya adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung oleh kondisi

inkubasi, inokulum, predifusi, dan preinkubasi serta ketebalan medium (Pelczar,

1988).

2.7.2 Preparasi Bakteri

Sebelum membuat suspensi bakteri, siapkan terlebih dahulu standar

McFarland (105

-108

/ml). Proses peremajaan bakteri yang berasal dari biakan

murni diambil satu ose kemudian digoreskan dengan 3-4 bagian secara horizontal

pada cawan petri yang berisi media Nutrient Agar sebanyak 20 ml. Kemudian

diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37oC. Kemudian lakukan pembuatan

suspensi bakteri dengan teknik dilusi (pengenceran). Bakteri uji diambil dari hasil

peremajaan menggunakan ose steril kemudian dimasukkan ke dalam 10 ml

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

36

aquades steril, dikocok menggunakan stirrer dan dibandingkan dengan standar

McFarland (105

– 108

/ ml). Jika sudah sama maka dilakukan pengenceran hingga

didapatkan jumlah koloni bakteri yang diinginkan (Hermawan, 2007).

Pada penelitian ini koloni bakteri yang digunakan adalah 106 CFU/ml

sehingga dilakukan pengenceran bertingkat dari suspensi bakteri sebelumnya bila

jumlah koloni bakteri banyak (≥ 106 CFU/ml). Tujuannya yaitu memperkecil atau

mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya

atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba

dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran

pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel

mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya (Hafsan et al., 2015). Prosedur

kerja adalah sebagai berikut :

(a) Sampel yang mengandung bakteri dimasukan ke dalam tabung

pengenceran pertama (1/10 atau 10-1

) secara aseptis (dari preparasi

suspensi). Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama

adalah 1 : 9 dan aquades yang digunakan jika memakai teknik rinse dan

swab sudah termasuk pengencer 10-1

. Setelah sampel masuk lalu dilarutkan

dengan mengocoknya (pengocokan yang benar dapat dilihat pada Gambar

2.10.

(b) Diambil 1 ml dari tabung 10-1

dengan pipet ukur kemudian dipindahkan

ke tabung 10-2

secara aseptis kemudian dikocok dengan membenturkan

tabung ke telapak tangan sampai homogen. Pemindahan dilanjutkan hingga

tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama, hal yang perlu diingat

bahwa pipet ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat

pengenceran digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru. Prinsipnya

bahwa pipet tidak perlu diganti jika memindahkan cairan dari sumber yang

sama (Gambar 2.1).

Setelah didapatkan koloni bakteri 106 CFU/ml kemudian dari suspensi

bakteri tersebut dilakukan penggoresan dengan teknik Streak Plate (Teknik

Penggoresan Agar) Goresan Sinambung bertujuan untuk mengisolasi

mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

37

baru. Diambil bakteri menggunakan ose steril, dan digoreskan secara kontinyu

sampai setengah permukaan agar media NA steril dengan 3-4 bagian secara

horizontal, lalu putar cawan 180oC (Gambar 2.11). Lanjutkan goresan sampai

habis. Setelah selesai menggoreskan, bakteri diinkubasi pada suhu 37oC selama 24

jam (Hafsan et al., 2015).

Gambar 2.10 Teknik pengenceran bertingkat (Hafsan et al., 2015)

Gambar 2.11 Teknik Streak Plate (Teknik penggoresan agar) Goresan

Sinambung (Hafsan et al., 2015)

2.7.3 Standar Mc Farland

Standar Mc Farland adalah sebuah larutan kimia dari BaCl2 dan H2SO4.

Kedua reaksi kimia tersebut menghasilkan lapisan endapan berupa BaSO4.

Standar Mc Farland digunakan untuk standarisasi perkiraan jumlah bakteri yang

terdapat dalam larutan suspensi dengan membandingkan kejenuhan dari tes

suspensi dengan standar Mc Farland. Ketika dikocok dengan baik, kejenuhan dari

sebuah Mc Farand dapat dibandingkan secara visual dengan sebuah suspensi

bakteri yang diketahui konsentrasinya seperti tabel II.11.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

38

Tabel II.11 Standar Mc Farland (Anonim, 2015)

Standar Mc

Frland

1 % BaCl2 (ml) 1 % H2SO4 (ml) Perkiraan

suspensi bakteri

(ml)

0.5 0.05 9.95 1.5 X 108

1.0 0.10 9.90 3.0 X 108

2.0 0.20 9.80 6.0 X 108

3.0 0.3 9.7 9.0 X 108

4.0 0.4 9.6 1.2 X 108

5.0 0.5 9.5 1.5 X108

6.0 0.6 9.4 1.8 X 108

7.0 0.7 9.3 2.1 X 108

8.0 0.8 9.2 2.4 X 108

9.0 0.9 9.1 2.7 X 108

10.0 1.0 9.0 3.0 X 108

Sebelum digunakan standar Mc Farland harus dikocok dengan baik dan

dipindahkan secara kuanti ke dalam tabung reaksi yang digunakan untuk preparasi

suspensi inokulum. Setelah dipindahkan secara kuanti tabung harus ditutup

dengan rapat untuk mencegah terjadi penguapan. Untuk memastikan bahwa

BaSO4 telah terdistribusi merata sempurna dalam larutan maka sebelum

digunakan standar Mc Farland harus dikocok dengan baik. Standar Mc Farland

yang sering digunakan dalam Laboratorium Klinik adalah standar Mc Farland

0,5, dimana standar tersebut merupakan dasar untuk percobaan kerentanan

antimikroba dan percobaan hasil biakan media.

Prosedur Kerja :

a. Campurkan standar Mc Farland dengan menggunakan vortex untuk

pengujian. Pastikan bahwa standar Mc Farland dipindahkan secara kuanti

ke dalam tabung reaksi yang memiliki ukuran diameter yang sama seperti

tabung reaksi yang digunakan untuk persiapan ke suspensi.

b. Siapkan sebuah tes suspensi dengan perlakuan segar, biakan bersih dari tes

organisme dan inokulasi ke dalam broth yang sesuai.

c. Kemudian bandingkan secara visual kejenuhan dari tes suspensi dengan

standar Mc Farland dengan membandingkan garis kejernihan pada kartu

Wickerham.

d. Apanbila hasil tes suspensi tidak terlau jernih, maka inokulasi dengan

penambahan organisme atau inkunasi tabung reaksi sampai kejenuhannya

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

39

sesuai dengan strandar Mc Farland. Apabila dilusi diperlukan, gunakan

pipet steril dan tambahkan broth atau saline yang cukup untuk

mendapatkan kejenuhan yang sesuai dengan standar Mc Farland.

2.8 Kombinasi Estrak dari Tanaman

Pengkombinasian tanaman tersebut dilakukan untuk meningkatkan

efektifitas yang dihasilkan, menurunkan toksisitas yang terjadi dan adanya

aktivitas lain yang mendukung aktivitas senyawa utama serta dapat menurunkan

dosis pemakaiannya bila dibandingkan pemakaian tunggal (Hernani, 2011). Telah

diketahui bahwa tanaman bila digunakan dalam kombinasional terapi untuk

mengobati penyakit infeksi dapat dianggap sebagai sumber obat yang baik

(Padalia et al., 2016).

Banyak penelitian kombinasi tanaman yang sudah dilakukan saat ini.

Penelitian kombinasi ekstrak tanaman terutama sebagai antibakteri dengan hasil

penelitian membuktikan bahwa adanya aktivitas antibakteri yang dapat

menghambat dan atau membunuh bakteri. Pada penelitian kombinasi ekstrak

aseton dari kombinasi Moringa olieofera dan Cleome viscosa dengan metode

difusi cakram terhadap bakteri patogen S. aureus, P. aeruginosa, E. coli, K.

pneumoniae and S. pneumoniae. Diketahui bahwa moringa mengandung tannin,

saponin, flavonoid dan alkaloid, sedangkan Cleome viscoca terdapat senyawa

flavonoid sebagai antibakeri. Penelitian ini menggunakan kombinasi ekstrak

perbandingan 1:1 (10μl satu ekstrak +10μl ekstrak lainnya dari kombinasi) dari

kedua larutan ekstrak dan kontrol positif yang digunakan yaitu gentamycin (10

μg), amoxicillin (10 μg) and ciprofloxacin (5 μg). Dari hasil penelitian diketahui

bahwa aktivitas daya hambat ekstrak aseton lebih terlihat jelas pada bakteri P.

aeruginosa dan S. pneumoniae lalu bakteri E. coli, S. aureus, dan K. pneumoniae.

Rentang zona efektif yaitu 19-35 mm dan rata-rata MIC yaitu 4-16 mg/ml.

Peningkatan bioaktivitas yang besar telah tercatat untuk isolat bakteri K.

Pneumoniae menghasilkan daya hambat kombinasi dari 20 mm menjadi 35 mm.

Pada bakteri isolat S. aureus dan E. coli dihasilkan aktivitas sinergis yang cukup,

sedangkan isolat dari S. pneumoniae memiliki aktivitas yang lemah dengan daya

hambat kombinasi dari 24 mm menjadi 24,8 mm. Dari hasil tersebut diketahui

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

40

bahwa efek sinergis terihat 100% terhadap bakteri isolat K. pneumoniae and E.

coli diikuti by 89% dari S. pneumoniae dan 64% dari S. aureus. Kombinasi

Moringa oleifera dan Cleome viscosa memberikan efek sinergis yang kuat

terhadap K. pneumoniae, E. coli, S. pneumoniae dan S. aureus. Efek antibakteri

Moringa oleifera lebih baik jika dikombinasi dengan Cleome viscosa sebagai

alternatif untuk otitis media (Patil dan Rasika, 2013).

Saat ini telah berkembangnya penggunaan ekstrak dari tanaman herbal

sebagai alternatif antibakteri dari antibiotik sintesis yang banyak mengalami

resistensi terhadap bakteri multiresisten. Berdasarkan penelitian aktivitas

antibakteri dari kombinasi ekstrak etanol 95% dari batang Tinospora crispa

dengan ekstrak etanol 95% dari biji dasar Swietenia mahagoni terhadap bakteri

MRSA MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus) dengan metode

difusi cakram. Masing-masing kandungan ekstrak Tinospora crispa (0,5 mg /

disk) dan ekstrak Swietenia mahagoni (0,5mg / disk) sedangkan DMSO sebagai

kontrol negatif dan vankomisin sebagai kontrol positif. Hasil penelitian

menunjukkan tingkat sensitivitas yang berbeda untuk strain diuji (MRSA), dan

zona penghambatan berkisar antara (10 - 20) mm. Dari tiga strain yang diuji

(MRSA03-23, MRSA04-30, dan MRSA04-32), kombinasi Tinospora crispa dan

Swietenia mahagoni ditemukan memiliki efek yang lebih baik (19 mm, 20 mm, 21

mm) dibandingkan dengan vankomisin (15 mm, 17 mm, 15 mm). Hasil tersebut

menyatakan bahwa kombinasi Tinospora crispa dan Swietenia mahagoni

memiliki aktivitas antibakteri potensial terhadap (MRSA). Pada beberapa

penelitian diketahui bahwa sensitivitas strain (MRSA) untuk kombinasi Tinospora

crispa - Swietenia mahagoni dapat dikaitkan dengan adanya 2-Hydroxy-3-

Otigloylswietenolide dalam senyawa S. mahagoni menunjukkan aktivitas

antibakteri, selain itu terdapat N-cis-feruloyityramine, N-trans-feruloyltyramine,

secoisolariciresinol, dan 2, 2- diphenyl-1-pierylhydrazyl (DPPH) kandungan

senyawa di dalam ekstrak T. crispa yang ditemukan memiliki sifat antioksidan

(Al- alusi et al., 2010).

Penggunaan produk herbal atau yang lebih dikenal dengan produsen jamu

jamu sudah banyak digunakan oleh masyarakat dan sudah terjamin khasiatnya

berdasarkan pengalaman turun temurun. Indonesia merupakan produsen produk

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

41

herbal dengan beraneka macam kombinasi ekstrak dari tanaman. Salah satu

contoh produk herbal/ jamu Indonesia yang ada di masyarakat yaitu “FRESMUL”

dari UD. Rahma Sari. Produk herbal ini memiliki khasiat untuk membantu

mengurangi bau mulut. Bau mulut atau halitosis disebabkan oleh karies gigi,

penyakit peridontal, dan adanya bakteri didalam rongga mulut. Penelitian telah

menunjukkan bahwa karies adalah situs penyakit dietomikrobial tertentu yang

memerlukan interaksi dengan host, substrat dan bakteri kariogenik, patogen utama

yang Streptococcus mutans dan non spesies Streptococcus lainnya seperti

Lactobacillus, Actinomyces dan spesies Veillonella (Jyotsna dan Lakshmi, 2014).

Halitosis dapat diatasi dengan penggunaan produk tersebut yang mengandung 0,6

gram simplisia Androphogon zizanoides radix, 0,5 gram simplisia Syzygium

aromaticum flos, 0,5 gram simplisia Piper betle folium, dan 0,4 gram simplisia

Areca cathecu semen. Pengkombinasian dari tanaman tersebut diharapkan dapat

meningkatkan efektifitas terapi.

Adapun telah ada penelitian yang membuktikan bahwa tanaman-tanaman

yang terkandung dalam produk tersebut memiliki aktivitas sebagai antibakteri.

Hasil penelitian aktivitas antibakteri bahwa ekstrak etanol akar Vetiveria

zizanoides atau Androphogon zizanoides terhadap bakteri Escherichia coli,

Bacillus subtilis, P. aeurogenosa dan Staphylococcus aureus dengan metode

difusi. Diketahui bahwa ekstrak etanol menunjukkan adanya daya hambat pada

bakteri S. aureus, P. aeurogenosa dan E. coli (25mm, 18mm, 20mm) dengan

dosis 750 μg dan Ciprofloxacin sebagai kontrol positif. Dari hasil skrining

fitokimia bahwa ekstrak etanol Vetiveria zizanioides mengandung senyawa

alkaloid, flavonoid, saponin, erpenoid, tanin dan fenol (Devi et al., 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Andries et al., (2014) menunjukkan bahwa

ekstrak Syzygium aromaticum flos atau Bunga Cengkeh mengandung senyawa

eugenol yang dapat membunuh bakteri termasuk bakteri yang resisten terhadap

antibiotik yaitu Streptococcus mutans dengan metode sumuran. Penelitian ini

menggunakan bahan coba ekstrak cengkeh dengan konsentrasi 40%, 60%, dan

80%, ciprofloxacin sebagai kontrol positif dan Aquadest sebagai kontrol negatif.

Konsentrasi ekstrak memengaruhi kecepatan difusi zat berkhasiat. Makin besar

konsentrasi ekstrak, maka makin cepat difusi, akibatnya makin besar daya

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman …eprints.umm.ac.id/42364/3/jiptummpp-gdl-najlasalsa-48353-3-babii.pdf · alpukat mentega segar dan kering serta biji buah alpukat

42

antibakteri dan makin luas diameter zona hambat yang terbentuk. hasil penelitian

bahwa ekstrak dengan konsentrasi 80% (25,81 mm; 32,3 mm; 28,9 mm)

mempunyai zona hambat yang lebih besar dibanding dengan ekstrak konsentrasi

40 % (20,41mm; 16,36 mm; 19,71mm) dan 60% (21 mm; 21,2 mm; 16,91 mm)

Daun sirih hijau (Piper betle L.) merupakan salah satu tanaman yang

digunakan sebagai obat tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ekstrak

etilasetat daun sirih hijau mengandung senyawa antibakteri yang terdiri dari

senyawa fenol dan turunannya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan

aktivitas antibakteri ekstrak etilasetat daun sirih hijau terhadap bakteri S.

epidermidis dengan metode difusi agar. Hasil penelitian menunjukkan daya

hambat ekstrak pada konsentrasi 3% dan 5%, yaitu 9,8 dan 15 mm. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antibakteri

terhadap S.epidermidis dalam kategori sedang-kuat (Kursia et al., 2016).

Telah dilakukan pengujian aktivitas antimikroba Biji pinang (Areca catechu

L.) terhadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Biji pinang

mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan polifenol yang

diketahui berkhasiat sebagai antibakteri. aktivitas antibakteri pasta gigi ekstrak

biji pinang dengan variasi konsentrasi 1,5%, 3% dan 4,5%. Ekstraksi dilakukan

dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak kental yang

diperoleh diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dengan konsentrasi 1,5%, 3%

dan 4,5%. Hasil pengujian antibakteri menunjukkan bahwa pasta gigi dengan

konsentrasi ekstrak biji pinang 1,5%, 3% dan 4,5% menunjukkan aktivitas

antibakteri tehadap Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Formula

pasta gigi yang efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri uji yaitu dengan

konsentrasi ekstrak biji pinang 4,5% yang menghasilkan diameter daya hambat

untuk Streptococcus mutans sebesar 11,37 mm dan Staphylococcus aureus

sebesar 20,03 mm (Afni et al., 2015).