Upload
phamhuong
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq)
Menurut Haekal (2010), tumbuhan mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq)
merupakan salah satu tumbuhan yang dianjurkan dalam pengembangan HTI
(Hutan Tanaman Industri). Mahoni merupakan tumbuhan tropis dari famili
Meliaceae. Tumbuhan tersebut berasal dari Hindia Barat yang dapat ditemukan
tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai atau
ditanam ditepi jalan sebagai pohon pelindung (Qodri dkk., 2014).
Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu: Swietenia macrophyla yang
berdaun lebar dan Swietenia mahagoni yang berdaun sempit. S. macrophylla
merupakan jenis pohon tropis endemik Amerika Tengah dan Amerika Selatan
yang memiliki persebaran alami yang luas, terbentang dari Meksiko Bolivia dan
Brasil tengah. Tinggi spesies tersebut antara 30-35 m, daun dengan panjang 35-50
cm (Haekal, 2010). S. mahagoni memiliki ukuran lebih kecil dari segi pohon, dan
daun dibandingkan dengan S. macrophylla (Prasetyono, 2012).
2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan Mahoni
Klasifikasi tumbuhan mahoni (S. mahagoni) menurut Cronquist (1981)
sebagai berikut:
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Meliacea
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
7
Genus : Swietenia
Species : Swietenia mahagoni (L) Jacq
2.1.2 Deskripsi Tumbuhan Mahoni
Tumbuhan mahoni merupakan tumbuhan tahunan dengan tinggi ± 5-25 m
(Gambar 2.1), berakar tunggang, berbatang bulat, percabangan banyak dan
kayunya bergetah. Daun pohon mahoni termasuk daun majemuk menyirip genap,
helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, tulang
daunnya menyirip dan panjang 3-15 cm. Daun muda berwarna merah, setelah tua
berwarna hijau (Prasetyono, 2012).
Bunga mahoni termasuk bunga majemuk yang tersusun dalam karangan
yang keluar dari ketiak daun. Ibu tangkai bunga berbentuk silindris dan berwarna
coklat muda. Kelopak bunga lepas satu sama lain, berbentuk seperti sendok dan
berwarna hijau. Mahkota bunga berbentuk silindris dan berwarna kuning
kecoklatan. Benang sari dari bunga mahoni melekat pada mahkota, sedangkan
kepala sarinya berwarna putih atau kuning kecoklatan. Mahoni baru berbunga
setelah berumur tujuh tahun (Yuniarti, 2008).
Buah mahoni mempunyai tipe buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, dan
berwarna cokelat. Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih dengan ujung agak
tebal dan warnanya coklat kehitaman (Hariana, 2008).
Mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras yang dapat digunakan
sebagai bahan untuk membuat perabot rumah tangga serta barang ukiran.
Perbanyakan pohon mahoni dapat dilakukan dengan biji (Prasetyono, 2012). Di
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
8
Indonesia sendiri tumbuhan berkayu keras ini mempunyai nama lokal lainnya
yaitu mahoni, maoni atau moni (Hartati, 2013).
(a) (b)
Gambar 2.1. Tumbuhan Mahoni (Swietenia mahagoni (L) Jacq) : (a) pohon
mahoni, (b) daun mahoni (Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
2.1.3 Manfaat Tumbuhan Mahoni
Mahoni banyak digunakan di bidang kesehatan. Mahoni dapat memberikan
efek hepatoprotektif terhadap kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol.
Ekstrak etanolik daun mahoni juga dapat memberikan aktivitas neuroprotektif dan
aktivitas antibakteri dan antifungal (Rasyad dkk., 2012). Adapun ekstrak
metanolik biji mahoni memiliki aktivitas farmakologik antara lain aktivitas
antiinflamasi, analgesik, antipiretik (dan dapat menghambat polimerisasi hem
lebih baik ketimbang klorokuin. Campuran ekstrak air dan metanolik dari biji
mahoni dapat memberikan aktivitas anti hiperglikemik, aktivitas antioksidan,
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
9
aktivitas anti ulcer, aktivitas antifungal, aktivitas hipoglikemik, aktivitas
penghambatan aggregasi platelet, dan aktivitas antimikrobial (Oktavia dkk.,
2013).
2.1.4 Metabolit Sekunder Tumbuhan
Metabolit sekunder merupakan senyawa organik yang tidak berperan
langsung dalam pertumbuhan dan perkembangan, namun diperlukan untuk
kelangsungan hidupnya. Metabolit sekunder dihasilkan oleh berbagai organisme
(tumbuhan, hewan, jamur, mikroorganisme) yang meliputi berbagai senyawa dari
golongan: terpen (isoprenoid), senyawa fenolik (fenilpropanoid), dan senyawa
mengandung nitrogen (terutama alkaloid) (Robinson, 1995). Tanpa senyawa
tersebut organisme akan menderita kerusakan atau menurunnya kemampuan
bertahan hidup. Fungsi senyawa tersebut pada suatu organisme diantaranya untuk
bertahan terhadap predator, kompetitior dan mendukung proses reproduksi
(Ardwiantoro, 2011).
Terpen termasuk kelompok terbesar dari metabolit sekunder disebut juga
terpenoid atau isoprenoi. Terpen merupakan aneka produk tumbuhan yang
mempunyai beberapa sifat umum lipid dengan satuan rumus bangun lima-karbon
(unit isopren). Umumnya berperan sebagai antiherbivora, karena bersifat toksik
dan mencegah pemakanan oleh serangga dan mamalia (Robinson, 1995).
Senyawa fenolik (fenilpropanoid) merupakan substansi aromatik yang
disintesis melalui jalur asam shikimat atau asam malonat. Salah satu senyawa
yang tergolong fenolik (tanin dan flavonoid). Tanin merupakan salah satu
senyawa metabolit sekunder yang termasuk dalam golongan polifenol mempunyai
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
10
rasa sepat dan memiliki kemampuan menyamak kulit. Secara kimia, tanin dibagi
menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin
terkondensasi hampir terdapat ditanaman paku-pakuan, gymnospermae,
angiospermmae yang terutama pada jenis tanaman berkayu, sedangkan tanin yang
terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tanaman. Tanin dapat mencegah
pemakanan oleh herbivora, karena menyebabkan inaktifasi enzim pencernaan
herbivora. Juga bersifat antimikroba (Harbone, 1987). Flavonoid merupakan
golongan terbesar dari senyawa fenol. Flavonoid dan flavonol disintesis tanaman
dalam responnya terhadap infeksi mikroba, sehingga secara in vitro efektif
terhadap mikroorganisme. Senyawa ini merupakan antimikroba karena
kemampuannya membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut serta
dinding sel mikroba (Robinson, 1995).
Senyawa mengandung nitrogen, seperti alkaloid, biosintesisnya terutama dari
asam amino. Alkaloid sejati berasal dari asam amino dasar dan mengandung
nitrogen dalam cincin heterosiklik, misalnya nikotin dan atropine. Senyawa
alkaloid mempunyai kemampuan untuk melindungi tumbuhan dari serangga,
antifungus, dan dapat menghambat pembentukan peptidoglikan sebagai penyusun
dinding sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak berbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1995).
2.1.5 Kandungan Kimia Tumbuhan Mahoni
Tumbuhan mahoni merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki potensi
sebagai antimikroba. Menurut Fera (2002), biji mahoni memiliki kemampuan
dalam mengahmbat pertumbuhan bakteri E.coli dan B. subtilis. Penelitian yang
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
11
dilakukan oleh Rasyad dkk., (2012); Matin dkk., (2013); dan Septian dkk., (2013),
menunjukan bahwa biji dan daun mahoni mengandung senyawa aktif berupa
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, terpenoid dan steroid.
Alkaloid pada tumbuhan mahoni memiliki kemampuan sebagai antibakteri,
namun mekanisme antibakteri dari alkaloid belum diketahui secara pasti (Fera,
2002). Menurut Oktavia dkk., (2013) menyebutkan bahwa terdapat kemungkinan
gugus basa alkaloid apabila mengalami kontak dengan bakteri akan bereaksi
dengan senyawa-senyawa asam amino yang akan menyusun dinding sel bakteri
dan juga DNA bakteri, sehingga akan menimbulkan kerusakan dan mendorong
terjadinya lisis sel bakteri yang akan menyebabkan kematian sel.
Flavonoid dari tumbuhan berfungsi sebagai kerja antimikroba dan antivirus.
Senyawa flavonoid dapat merusak membran sitoplasma yang dapat menyebabkan
bocornya metabolit penting dan menginaktifkan system enzim bakteri. Kerusakan
ini memungkinkan nukleotida dan asam amino merembes keluar dan mencegah
masuknya bahan-bahan aktif ke dalam sel, keadaan ini dapat menyebabkan
kematian bakteri (Oktavia dkk., 2013).
Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanismenya
adalah dengan merusak membran sel bakteri. Senyawa astringent tanin dapat
menginduksi pembentukan ikatan senyawa kompleks terhadap enzim atau substrat
mikroba dan pembentukan suatu ikatan kompleks tanin terhadap ion logam yang
dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri (Akiyama dkk., 2001). Ajizah
(2004), menjelaskan bahwa kemampuan aktivitas antibakteri senyawa tanin
adalah dengan cara mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
12
permeabilitas sel menjadi terganggu. Akibat terganggunya permeabilitas tersebut,
sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat
atau bahkan mati.
Saponin adalah senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun.
Mekanisme sebagai antibakteri dengan menurunkan tegangan permukaan sel
sehingga menyebabkan kerusakan sel (Qodri dkk., 2014). Terpenoid sebagai
antibakteri diduga melibatkan kerusakan membran oleh senyawa lipofilik .
Terpenoid bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar
dinding sel bakteri membentuk ikatan polimer yang kuat dan merusak porin
(Rachmawati dkk., 2011). Steroid dapat berinteraksi dengan membran fosfolipid
sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa-senyawa lipofilik sehingga
menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi membran sel berubah
yang menyebabkan sel rapuh dan lisis (Ahmed, 2007).
2.1.6 Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair
(Departemen Kesehatan RI, 2000). Hasil dari proses ekstraksi adalah ekstrak,
yaitu sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Departemen Kesehatan RI, 2000). Simplisia sendiri didefinisikan sebagai bahan
alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
13
apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan
(Departemen Kesehatan RI, 2000).
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat
dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan dan biota laut dengan pelarut
organik tertentu. dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik dan karena adanya perbedaan
antara konsentrasi di dalam dan konsentrasi di luar sel, mengakibatkan terjadinya
difusi pelarut organik yang mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini
berlangsung terus menerus sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif di
dalam dan di luar sel (Fadli, 2016).
Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi adalah jangka waktu
sampel kontak dengan cairan pengekstraksi (waktu ekstraksi), perbandingan
antara jumlah sampel terhadap jumlah cairan pengekstraksi (jumlah bahan
pengekstraksi), ukuran bahan dan suhu ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi,
kesempatan untuk bersentuhan makin besar sehingga hasilya juga bertambah
sampai titik jenuh larutan. Perbandingan jumlah pelarut dengan jumlah bahan
berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi. Jumlah pelarut yang berlebihan tidak
akan mengekstraksi lebih banyak, pelarut akan mengekstraksi secara optimal
dalam jumlah tertentu (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan dalam suhu tinggi, tetapi hal tersebut
dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami kerusakan. Penggunaan
suhu 50oC menghasilkan ekstrak yang optimum dibandingkan suhu 40
oC dan
60oC (Voight, 1994). Salah satu metode ekstraksi bahan alam, yaitu metode
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
14
maserasi (metode perendaman). Penekanan utama dalam metode maserasi adalah
tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi
(Mukhriani, 2014).
Maserasi merupakan cara yang sederhana, maserasi dilakukan dengan cara
merndam serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel dan
masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat-zat aktif sehingga zat aktif akan
larut. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan dan zat aktif di dalam
sel, maka larutan yang pekat didesak keluar. Pelarut yang digunakan dapat berupa
air, etanol, air-etanol atau pelarut lain (Khunaifi, 2010).
Pelarut merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam proses
estraksi. Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik
(optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, yaitu yang
dapat melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung. Dengan
demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa
kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa
kandungan yang diinginkan. Pemilihan pelarut organik yang digunakan dalam
mengekstrak komponen bioaktif merupakan faktor penentu untuk pencapaian
tujuan dan sasaran ekstraksi komponen (Mukhriani, 2014).
2.2 Bahan Antibakteri
Mikroorganisme dapat dibunuh atau dihambat pertumbuhannya secara
fisika atau kimia. Bahan kimia yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme
mikroba disebut bahan antimikroba. Mikroba yang dimaksudkan bisa berupa
bakteri, fungi, virus, dan protozoa. Dalam penggunaan umum, istilah antimikroba
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
15
menyatakan penghambatan pertumbuhan, dan bila dimaksudkan untuk kelompok-
kelompok organisme yang khusus, maka seringkali digunakan istilah-istilah
seperti antibakteri atau antifungi (Pelczar & Chan, 2008).
Bahan antibakteri adalah obat atau senyawa yang digunakan untuk
membunuh bakteri patogen yang merugikan manusia ataupun senyawa yang
mampu menghambat pertumbuhan bakteri tersebut dalam konsentrasi yang cukup
rendah untuk menghindari kerusakan yang tidak diinginkan terhadap inangnya
(Brooks dkk., 2005). Bahan antibakteri tersebut dapat bersifat bakteriostatik yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau bersifat bakterisida yang dapat
mematikan bentuk-bentuk vegetatif bakteri (Pelczar & Chan, 2008).
Antimikroba yang ideal harus menunjukkan sifat toksisitas selektif, yaitu
harus membunuh atau menghambat bakteri patogen dan tidak membahayakan
inangnya serta harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Brooks dkk., 2005):
a. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic).
b. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme patogen.
c. Tidak menimbulkan efek samping (side effect) yang buruk pada tubuh,
seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya.
d. Tidak mengganggu keseimbangan flora normal tubuh seperti flora usus atau
flora kulit.
Mekanisme kerja bahan antimikroba dapat dikelompokkan menjadi lima
kelompok utama, yaitu:
a. Penghambatan terhadap sintesis dinding sel
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
16
Dinding sel bakteri berisi polimer mukopeptida kompleks (peptidoglikan)
yang secara kimia berisi polisakarida dan campuran rantai polipeptida yang tinggi,
polisakarida ini berisi gula amino N-acetylglucosamine dan asam acetylmuramic
(hanya ditemui pada bakteri). Dinding sel berfungsi mempertahankan bentuk
mikroorganisme dan pelindung sel bakteri, yang mempunyai tekanan osmotik
internal yang tinggi 3-5 kali lebih besar pada bakteri gram-positif daripada bakteri
gram-negatif (Brooks dkk., 2005). Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara
menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk
(Pelczar & Chan, 1988). Trauma pada dinding sel atau penghambatan dalam
pembentukan dinding sel tersebut dapat menimbulkan lisis pada sel (Brooks dkk.,
2005).
b. Penghambatan terhadap Permeabilitas Membran sel
Sitoplasma semua makhluk hidup dibatasi oleh selaput yang disebut membran
sel. Membran sel bersifat selectif permeable dan tersusun atas fosfolipid dan
protein. Membran sel berfungsi mengatur keluar masuknya zat antar sel dengan
lingkungan luar, melakukan pengangkutan zat-zat yang diperlukan baik kedalam
maupun keluar sel. Selain sifatnya yang selectif permeable, pada membran sel
juga terdapat enzim proten untuk mensintesis peptidoglikan komponen membran
luar (Volk & Wheeler, 1988).
Beberapa bahan antimikroba seperti fenol, kresol, detergen dan beberapa
antibiotik dapat menyebabkan kerusakan pada membran sel. Bahan- bahan
tersebut akan menyerang dan merusak membran sel sehingga fungsi semi
permeabilitas membran sel mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut akan
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
17
mengakibatkan terhambatnya berbagai proses di dalam sel atau mengakibatkan
kematian sel (Djide & Sartini, 2008).
c. Menghambat Sintesis Protein
DNA, RNA dan protein memegang peranan sangat penting di dalam
proses kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi
pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan
penghentian sintesis protein dan kematian sel pada akhirnya (Volk & Wheeler,
1988). Bakteri mempunyai 70S ribosom, sedangkan sel mamalia mempunyai 80S
ribosom yang mempunyai komposisi kimia dan spesifikasi fungsi yang berbeda.
Inilah sebabnya antibakteri dapat menghambat sintesis protein dalam ribosom
bakteri tanpa berpengaruh pada ribosom mamalia (Brooks dkk., 2005).
Kebanyakan antibiotik menghambat sintesis protein dengan mengikat ribosom
prokariot. Beberapa tahap berbeda yang dapat terpengaruh adalah ikatan tRNA-
aminoasil, ikatan formasi peptida, mRNA reading dan translokasi (Brooks dkk.,
2005).
d. Penghambatan terhadap sintesis asam nukleat
Mekanisme obat antibakteri yang berfungsi menghambat sintesis asam nukleat
yaitu dengan cara menghambat DNA polymerase, DNA helicase atau RNA
polymerase, sehingga menghalangi proses replikasi ataupun transkripsi dan
dengan jelas menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel (Volk & Wheeler,
1988). Obat ini tidak menunjukkan toksistas selektif seperti antibiotik lainnya
karena tidak membedakan respon sintesis asam nukleat antara prokariot dan
eukariot (Djide & Sartini, 2008). Bahan antibakteri dapat menghambat atau
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
18
mematikan mikroorganisme dengan cara kerja yang berbeda-beda. Berbagai
proses serta substansi yang terdapat dalam bahan antibakteri bekerja menurut
salah satu dari cara diatas. Contohnya adalah senyawa fenol yang dapat
mendenaturasikan protein dan merusak membran sel (Pelczar & Chan, 2008).
e. Mengganggu metabolisme sel mikroba
Pada umumnya mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan
hidupnya yang disintesis dari asam amino para benzoat (PABA). Antimikroba
bersifat sebagai antimetabolit dimana antimikroba bekerja memblok terhadap
metabolit spesifik mikroba, seperti sulfonamida. Sulfonamida menghambat
pertumbuhan sel dengan menghambat sintesis asam folat oleh bakteri.
Sulfanamida secara struktur mirip dengan asam folat, asam amino para benzoat
PABA), dan bekerja secara kompetitif untuk enzim-enzim yang langsung
mempersatukan PABA dan sebagian petidin menjadi asam dihidrofolat (Djide &
Sartini, 2008).
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Zat Antimikroba
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kerja zar antimikroba menurut
Pelczar & Chan (2008), antara lain :
1. Konsentrasi Atau Intensitas Zat Antimikroba
Semakin tinggi konsentrasi suatu zat antimikroba maka semakin tinggi
daya antimikrobanya. Artinya banyak bakteri akan terbunuh lebih cepat apabila
konsenrasi zat antimikroba lebih tinggi.
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
19
2. Jumlah Organisme
Semakin banyak jumlah organisme yang ada maka makin banyak pula
waktu yang dibutuhkan untuk membunuhnya.
3. Suhu
Kenaikkan suhu mampu meningkatkan keefektifan suatu bahan
antimikroba. Hal tersebut disebabkan zat kimia merusak mikroorganisme melalui
reaksi kimia. Reaksi kimia dapat dipercepat dengan meninggikan suhu.
4. Spesies Mikroorganisme
Spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda
terhadap suatu bahan kimia tertentu.
5. Adanya Bahan Organik
Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan bahan
antimikroba dengan cara menonaktifkan bahan antimikroba tersebut. Adanya
bahan organik dalam campuran bahan antimikroba dapat mengakibatkan :
a. Penggabungan bahan/ zat antimikroba dengan bahan organik dapat
membentuk produk yang tidak bersifat antimikroba.
b. Penggabungan zat antimikroba dengan bahan organik menghasilkan suatu
endapan sehingga zat antimikroba tidak mungkin lagi mengikat
mikroorganisme.
c. Akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi suatu
pelindung yang akan mengganggu kontak antara zat antimikroba dengan sel
mikroba sasaran.
6. Keasaman (pH) Atau Kebasaan (pOH)
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
20
Mikroorganisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah dibasmi
pada suhu rendah dan dalam waktu yang singkat bila dibandingkan dengan
mikroorganisme yang hidup pada pH basa.
2.4 Bakteri
Bakteri adalah sel prokariotik yang khas dan uniseluler serta tidak
mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Sel-selnya
secara khas berbentuk bulat (kokus), batang (basilus) atau spiral (spirilium).
Diameter bakteri sekitar 0,5-1,0 µm dengan panjang 1,5-2,5 µm. Bakteri tidak
memiliki membran internal yang memisahkan nukleus dari sitoplasma serta tidak
terdapat membran internal yang melingkupi struktur atau tubuh lain di dalam sel.
Bahan sel prokariotik (sitoplasma dan isinya) dikelilingi oleh membran sitoplasma
(membran plasma). Di sebelah luar membran sitoplasma terdapat dinding sel
yang amat kaku karena mengandung peptidoglikan (Pelczar & Chan, 2008).
Berdasarkan komposisi dan struktur dinding sel, bakteri dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Dinding sel
pada bakteri gram positif mengandung lapisan peptidoglikan tunggal yang tebal
(15-80 nm) dengan polimer-polimer asam tekoat yang melekat padanya. Lapisan
periplasmik pada bakteri gram positif antara dinding sel dengan membran
sitoplasma lebih kecil dibanding pada bakteri gram negatif (Djide & Sartini,
2008).
Bakteri gram negatif memiliki struktur dan komposisi yang lebih kompleks
dibanding bakteri gram positif. Bakteri gram negatif tersebut memiliki dinding sel
yang tipis, memilki 3 lapisan peptidoglikan yang tipis dan berada pada lapisan
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
21
periplasmik yang ukurannya lebih besar daripada bakteri gram positif (1-71 nm),
kandungan lemak tinggi tetapi peptidoglikannya rendah. Selain itu terdapat
membran luar yang melapisi sebelah luar lapisan peptidoglikan (Pelczar & Chan,
2008).
Bakteri gram negatif berbeda dari bakteri gram positif yaitu bakteri gram
negatif lebih rentan terhadap antibiotik-antibiotik seperti streptomisi. Bakteri
gram positif pada umumnya lebih rentan terhadap antibiotik penisilin dan kurang
rentan terhadap desintegrasi oleh perlakuan mekanis (sepeti diberi tekanan yang
tinggi atau getaran ultrasonik) atau bila diberi enzim-enzim tertentu (Volk &
Wheeler, 1988).
2.4.1 Bakteri Staphylococcus aureus
2.4.1.1 Klasifikasi Staphylococcus aureus
Klasifikasi dari bakteri Staphylococcus aureus menurut Holt dkk., (1998)
sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phyllum : Firmicutes
Classis : Bacilli
Ordo : Bacillales
Familia : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
22
2.4.1.2 Karakteristik Staphylococcus aureus
S. aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat dengan ukuran
diameter sekitar 1 μm biasanya tersusun dalam bentuk menggerombol yang tidak
teratur. Bakteri tersebut tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Sel-selnya
terdapat dalam kelompok seperti buah anggur, akan tetapi pada biakan cair
mungkin terdapat secara terpisah (tunggal), berpasangan berbentuk tetrad
(jumlahnya 4 sel), dan berbentuk rantai. Koloni bakteri tersebut berwarna abu-
abu sampai kuning emas tua (Ali, 2005).
2.4.1.3 Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
S. aureus mudah tumbuh pada berbagai pembenihan dengan aktif
melakukan metabolisme, melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan
bermacam-macam pigmen dari warna putih hingga kuning gelap. S. aureus
tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriol di bawah suasana aerobic atau
mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 20o-37
oC. Koloni pada
media padat berbentuk bulat, lambat dan mengkilat (Ali, 2005). Beberapa media
yang dapat digunakan untuk penanaman S. aureus antara lain Mueller Hinton
Agar, Gliseril Monostearat Agar, MSA, dan Nutrient Agar (Jawetz dkk., 2011).
2.4.1.4 Patogenitas dan gambaran klinis bakteri Staphylococcus aureus
Sifat khas infeksi S. aureus yang bersifat patogen adalah penahanan lokal.
Infeksi tersebut antara lain, meningitis, endokarditis, perikarditis, dan bisul.
Jaringan atau alat tubuh dapat diinfeksi oleh bakteri S. aureus dapat menyebabkan
timbul penyakit dengan tanda-tanda yaitu peradangan dan pembentukan abses.
Biasanya reaksi peradangan berlangsung hebat, terlokalisasi, dan nyeri yang
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
23
mengalamai pernanahan sentral. Infeksi S. aureus juga dapat disebabkan oleh
kontaminasi langsung pada luka. Misalnya pada infeksi luka pasca bedah atau
infeksi setelah trauma. Apabila S. aureus menyebar dan terjadi bakterimia, maka
dapat terjadi endokartidis, osteomielitis akut hematogen, meningitis, atau infeksi
paru-paru (Jawetz dkk., 2011).
2.4.2 Bakteri Pseudomonas aeuoginosa
2.4.2.1 Klasifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa
Klasifikasi bakteri Pseudomonas aeruginosa menurut Holt dkk., (1998)
sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Phyllum : Proteobacteria
Classis : Gamma proteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Familia : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Species : Pseudomonas aeruginosa
2.4.2.2 Karakteristik Pseudomonas aeruginosa
P. aeruginosa merupakan bakteri yang tersebar luas di alam dan biasanya
ditemukan pada lingkungan yang lembab. Bakteri tersebut membentuk koloni
yang bersifat saprofit pada manusia yang sehat, tetapi menyebabkan penyakit
pada manusia dengan pertahanan tubuh yang lemah (Mayasari, 2005).
P. aeruginosa berbentuk batang dan motil, berukuran sekitar 0,6 x 2 um.
Bakteri ini bersifat gram negatif dan tampak dalam bentuk tunggal, berpasangan
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
24
dan kadang-kadang rantai pendek. P.aeruginosa merupakan bakteri obligat aerob
yang mudah tumbuh pada berbagai medium kultur, kadang-kadang menghasilkan
aroma yang manis atau berbau seperti anggur atau seperti jagung taco (Jawetz
dkk., 2011).
2.4.2.3 Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Bakteri P.aeruginosa tumbuh baik pada suhu 370C-42
0C, kemampuan
untuk tumbuh pada suhu 42oC membantu membedakan dari spesies Pseudomonas
lain dari grup fluoresens. P aeruginosa tidak memfermentasi karbohidrat, tetapi
banyak galur yang mengoksidasi glukosa. Semua spesies Pseudomonas dapat
tumbuh baik dalam sample nutrient agar dan dalam kebanyakan media selektif
seperti Eosin Methylen Blue (EMB), GSP (Glutamat Salt Agar) dan Mc Conkey
Agar (Todar, 2004).
2.4.2.4 Patogenitas dan gambaran klinis bakteri Pseudomonas aeruginosa
P.aeruginosa menyebabkan infeksi pada luka fisik dan luka bakar,
menimbulkan nanah hijau kebiruan, menyebabkan meningitis, infeksi saluran
kemih, pneumonia nekrotikans, dan infeksi mata (Jawetz dkk., 2011).
2.5 Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Ananda (2014) menyebutkan bahwa ekstrak air daun
mahoni dengan dosis 2,4 g/60 ml memberikan rata-rata diameter zona hambat
terbesar yaitu 16,03 mm terhadap bakteri Aeromonas hydrophila. Hasil uji in vivo
menunjukan bahwa pemberian ekstrak air daun mahoni dosis 2,4 g/60 ml dapat
menyembuhkan peradangan pada tubuh ikan dan memperbaiki kondisi hati
menjadi merah pucat, tidak bengkak dan kenyal.
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
25
Hasil penelitian Fadli (2017) menunjukkan bahwa ekstrak partisi etil asetat
biji mahoni ( Swietenia mahagoni (L) Jacq) mempunyai aktivitas antimikroba
yang baik, dapat menghambat mikroba (Bacillus subtilis, Escherichia coli,
Salmonella thypi, Staphylococcus epidermis, Streptococcus mutans, Vibrio sp,
dan Candida albican.)
Hasil penelitian Ayyappadhas dkk., (2012) menunjukkan bahwa ekstrak
daun mahoni (Swietenia macrophylla) mengandung flavonoid, terpenoid, dan
tanin yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap berbagai bakteri patogen
terutama terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella
typhi, Pyogens streptococcus dan Escherichia coli. Hasil skrining fitokimia
menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin, glikosida, dan
antrakuinon. Telah dilaporkan bahwa flavonoid, terpenoid dan tannin memiliki
aktivitas antibakteri terhadap berbagai bakteri patogen terutama terhadap
Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, pyogens Streptococcus,
Salmonella typhi dan Escherichia coli dll. Dalam penelitian ini, ekstrak petroleum
eter dan kloroform menunjukkan aktivitas antibakteri yang baik karena adanya
flavonoid dan terpenoid. Tanin menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap semua
mikroorganisme yang diuji. Staphylococcus aureus merupakan yang paling
tahan/resisten terhadap tanin yang diisolasi dari bahan tanaman diikuti dengan
Streptococcus pyogens, Salmonella typhi, Escherichia coli, Proteus vulgar dan
Pseudomonas auruginosa. Telah ditemukan bahwa ekstrak etanol dan petroleum
eter menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih tinggi terhadap mikroorganisme
yang dipilih. Ekstrak etanol dan petroleum eter menunjukkan aktivitas antibakteri
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018
26
yang baik pada konsentrasi tinggi (20 mg/ml). Disimpulkan bahwa daun
Swietenia macrophylla terbukti menjadi tanaman obat yang sangat berguna
sebagai agen antibakteri.
Hasil penelitian Oktavia dkk., (2013) menunjukkan bahwa ekstrak etanol
biji mahoni berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli FNCC
0091 yang diuji dengan metode difusi cakram. Perlakuan ekstrak etanol biji
mahoni dengan konsentrasi 100% dan 80% memiliki aktivitas antibakteri yang
terbaik dengan zona hambat sebesar 2,33 mm dan 2,13 mm.
Potensi Ekstrak Daun Mahoni…, Maritsa Adilah, FKIP UMP, 2018