Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karies
1. Pengertian Karies Gigi
a. Menurut Armasastra Bahar (2011)
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) karies gigi dapat
diartikan sebagai suatu proses patologi pascaerupsi yang terlokalisasi
dan disebabkan oleh faktor luar. Proses ini dimulai dengan kerusakan
jaringan email yang menjadi lunak dan pada akhirnya menyebabkan
terjadinya kavitas.
b. Menurut Edwina A.M.KIDD (1991)
Karies gigi adalah penyakit jaringan yang ditandai dengan
kerusakan jaringan keras gigi, yaitu email, dentil serta sementum, di
sebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang
dapat diragikan.
c. Menurut Megananda Hiranya Putri, Dkk(2018)
Karies merupakan hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi,
plak atau biofilm dan diet sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras
gigi dan memerlukan cuckup waktu untuk kejadiannya.
2. Faktor Penyebab Karies Gigi
Menurut Suwelo (1992) karies merupakan penyakit yang berhubungan
dengan banyak faktor (multiple factors) yang saling mempengaruhi.
6
Ada 3 (tiga) faktor utama yaitu gigi dan saliva, mikroorganisme
(agen), dan substrat serta suatu faktor tambahan yaitu waktu. Keempat
faktor tersebut di gambarkan sebagai 4 lingkaran, bila keempat lingkaran
tersebut saling berkaitan maka terjadi karies.
Empat faktor tersebut sebaiknya di uraikan dalam gambar 3 dimebsi. Tiga
faktor utama di gambarkan sebagai 3 silinder, ketebalan (tinggi) silinder
menunjukkan faktor waktu. Ketiga faktor utama berada di dalam mulut pada
waktu tertentu. Apa bila silinder tersebut saling memotong terjadilah karies.
Gambar 2.1 Model tiga silinder faktor utama karies (Suwelo, 1992)
(Sumber:buku suwelo,1992 karies gigi pada anak dengan berbagai
factor etiologi)
Faktor resiko di dalam mulut merupakan faktor yang langsung
berhubungan dengan karies. Ada 4 faktor yang berinteraksi:
a. Komposisi Gigi & Saliva
1) Komposisi Gigi
Komposisi Gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah
lapisan di bawah email, struktur email sangat menentukan dalam
Waktu
Karies
Microorganisme
Gigi & Silva
Substrat
7
proses terjadinya karies. Permukaan email terluar lebih tahan karies
di banding lapisan di bawahnya, karena lebih keras dan padat.
Permukaan email lebih banyak mengandung mineral dan bahan-
bahan organik dengan air yang relative lebih sedikit. Kuat atau
lemahnya struktur gigi terhadap proses kerusakan karies dapat di
lihat dari warna keburaman dan kelicinan permukaan gigi serta
ketebalan email (Suwelo,1992)
2) Morfologi Gigi
Fariasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi
terhadap karies. Morfologi gigi dapat di tinjau dari dua permukaan
yaitu permukaan oklusal dan permukaan halus.
a) Permukaan Oklusal memiliki pit dan fissure yang bermacam-
macam dengan kedalaman yang beragam pula.
b) Permukaan halus yaitu kontak antar gigi tetap adalah kontak
titik, tetapi kontak antar gigi sulung merupakan kontak bidang.
(Suwelo,1992)
3) Susunan gigi
Susunan gigi yang berjejal dan saling tumpang tindih akan
mendukung timbulnya karies, karena daerah tersebut sulit
dibersihkan. (Suwelo,1992)
4) Saliva
Mulut merupakan pintu masuk kedalam tubuh manusia.
Beraneka makanan dan minuman masuk kedalam tubuh melalui
mulut. Pada keadaan normal gigi selalu dibasahi oleh saliva.
8
Jumlah, isi, derajat keasaman, kekantalan, dan kemampuan buffer
saliva berpengaruh terhadap proses terjadinya karies. Fungsi saliva
sebagai pelicin, pelindung, penyangga (kemampuan saliva
mempertahankan pH konstan), pembersih, anti pelarut, dan anti
bakteri. Saliva memegang peranan dalam proses terbentuknya plak
gigi. Saliva juga merupakan media yang baik untuk kehidupan
mikroorganisme tertentu yang berhubungan dengan karies gigi.
(Suwelo,1992).
b. Mikroorganisme
Karies gigi tidak akan terjadi tanpa mikroorganisme. Meskipun
begitu tidak semua mikroorganisme didalam mulut dalam hubungan ini.
Ada beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan karies antara
lain:
1) Streptokokus berperan dalam proses awal karies yang lebih dahulu
merusak lapisan luar permukaan email.
2) Laktobasilus mengambil alih peranan itu pada karies yang lebih
dalam dan lebih merusakkan gigi.
c. Substrat
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang
dimakan sehari-hari yang menempel dipermukaan gigi. Substrat
berpengaruh terhadap karies gigi. Para ahli berpendapat bahwa
karbohidrat yang berhubungan dengan proses karies adalah
polisakarida, disakarida, monosakarida, dan sukrosa. Sukrosa
mempunyai kemampuan yang lebih efesien terhadap pertumbuhan
9
mikroorganisme asidogenik dibandingkan dengan karbohidrat lain.
(Suwelo,1992)
d. Waktu
Pengertian waktu disini adalah kecepatan terbentuknya karies serta
lama dan frekuensi substrat menempel dipermukaan gigi. Karies gigi
merupakan penyakit kronis kerusakan berjalan dalam periode bulan
atau tahun. Rata-rata kecepatan karies gigi tetap adalah + 6-18 bulan,
sedangkan untuk kecepatan karies pada gigi susu lebih tinggi dari pada
gigi tetap.(Suwelo,1992)
Menurut Edwina A.M.Kidd (1991) proses terjadinya karies
kadang-kadang digambarkan sebagai empat lingkaran yang
bersitumpang. Empat lingkaran yang menggambarkan paduan faktor
penyebab karies. Karies baru akan timbul hanya kalau keempat faktor
penyebab tersebut bekerja simultan.
Gambar 2.2 Lingkaran Yang Menggambarkan Paduan Faktor Penyebab Karies
(sumber:buku Edwina A.M Kidd DKK,1991 dasar-dasar karies penyakit dan
penanggulangannya)
10
Ada empat faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi:
a. Plak (Peran Bakteri)
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta
produk-produknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi.
Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan
terbentuk melalui serangkaian tahapan. Bakteri yang mula-mula
menghuni palikel terutama yang terbentuk kokus, atau yang paling
banyak adalah steptokokus. Organisme tersebut tumbuh berkembang
dan mengeluarkan gel ekstra-sel yang lengket dan akan menjerat
berbagai bentuk bakteri yang lain.
Steptococus mutans dan laktobasilus merupakan kuman yang
kariogenik karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat
diragikan, kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana
asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena
kemampuannya membuat polisakharida ekstra-sel yang sangat lengket
dari karbohidrat makanan.
b. Peran Karbohidrat Makanan
Karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam
dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini
menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa
polisakharida ekstra-sel. Walau demikian tidak semua karbohidrat sana
derajat kariogeniknya. Karbohidrat yang kompleks misalnya pati
relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna didalam
mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah
11
seperti gula akan segera meresap kedalam plak dan dimetabolisme
dengan cepat oleh bakteri.
Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan
pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan
demineralisasi email, plak akan tetap bersifat asam selama beberapa
waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7. Dibutuhkan waktu 30-
60 menit, oleh karena itu. Konsumsi gula yang sering dan berulang-
ulang akan tetap menahan pH plak dibawah normal dan menyebabkan
demineralisasi email.
c. Kerentaan Permukaan Gigi
1) Morfologi Gigi
Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya
karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan pelekatan
plak sangat mungkin diserang karies. Kawasan-kawasan yang
mudah diserang karies tersebut adalah:
a) Pit dan fissure pada permukaan molar dan premolar.
Gambar 2.3 Pit Dan Fissure
(Sumber: http://family-dentistry.clinic/id/component/k2/item/33-
kenali-jenis-gigi-berlubang,-gejala-dan-penanganannya.html)
12
b) Permukaan halus didaerah aproksimal sedikit dibawah titik
kontak.
c) Email pada tepian didaerah leher gigi sedikit diatas tepi
gingiva.
Gambar 2.4 Email Pada Tepian Gigi
(Sumber:http://noobiedentstud.blogspot.com/2019/04/restorasi-
lesi-karies-servikal-abrasi.html?m=1)
d) Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat
melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva karena
penyakit periodontal.
Gambar 2.5 Permukaan Akar Yang Terbuka
(sumber: http://sanout.ru/id/good-morning/classes-for-the-
black-location-of-carious-cavities-theclassification-of-caries-
clasivication-of-caries-by-degree-of-injury/)
13
e) Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper.
f) Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan
jembatan.
2) Saliva
Dalam keadaan normal gigi geligi selalu dibasah oleh saliva,
karena kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung kepada
lingkungannya, maka peran saliva sangat besar. Saliva mampu
meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali
mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam
melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion flour. Selain
mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak, saliva
juga mempengaruhi pH nya. Oleh karena itu jika aliran saliva
berkurang atau menghilang, maka karies mungkin tidak akan
terkendali.
d. Waktu
Waktu yaitu adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan
kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan
bahwa proses tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan
yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada didalam
lingkungan gigi maka karies tidak menghancurkan gigi dalam
hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk
menghentikan penyakit ini (karies).
14
3. Proses Terjadinya Karies Gigi
Proses terjadinya karies gigi dapat digambarkan secara singkat sebagai
berikut:
Substrat + Plak + Gigi Karies
(gula) (bakteri) (email/gigi) (demineralisasi)
(Sumber:buku T.R pitt Ford, 1993.Restorasi gigi )
Gambar diatas adalah gambaran untuk menunjukkan bahwa konsumsi
gula yang tinggi merupakan penyebab terjadinya karies gigi. (Pitt
Ford,1993)
Didalam mulut hidup berbagai macam bakteri. Bakteri-bakteri ini ada
yang berkumpul membentuk suatu lapisan yang lunak dan lengket
bernama plak yang menempel pada gigi. Plak ini biasanya akan sangat
mudah menempel pada permukaan kunyah gigi, sela-sela gigi, serta
tambalan yang tidak sempurna sehingga menyebabkan keretakan pada
gigi, disekitar tambalan gigi dan dibatasi antara gigi dan gusi sehingga
bakteri yang terdapat pada gigi proses hilangnya mineral dan stuktur gigi
dinamakan demineralisasi.
Pada tahap awal kerusakan lubang gigi akan terlihat sebagai suatu
bercak berwarna putih terdapat pada permukaan gigi. Lalu asam yang
berasal dari plak ini akan terus mengkikis permukaan gigi tersebut dan
membentuk suatu titik lubang yag lama-kelamaan akan membesar atau
bertambah dalam dalam karena permukaan gigi yang membesar akan
membuat sisa makanan dan plak akan sangat mudah menempel dan
menumpuk, biasanya sulit dibersihkan menggunakan sikat gigi. Jika tetap
15
dibiarkan dan tidak segera dilakukan perawatan, tentunya kerusakan gigi
akan semakin membesar dan parat (Ramadhan, 2010).
Menurut Suryawati (2010) proses terjadinya karies dimulai dengan
adanya plak dipermukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan
bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjad
asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang
akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi.
4. Pencegahan Karies Gigi
Untuk mencegah terjadinya karies gigi, dilakukan pengulasan flour, pola
konsumsi makanan dan kunjungan kefasilitas pelayanan kesehatan gigi.
a. Penggunaan fluor
Penggunaan fluor merupakan metode yang paling efektif untuk
mencegah timbul dan perkembangannya karies gigi. Penggunaan fluor
ini perlu didukung oleh sikap perorangan yang positif terhadap
kesehatan giginya (Tarigan,1990).
1) Menurut tarigan, penggunaan fluor yaitu secara:
a) Sistemik
Penggunaan fluor secara sistemik yaitu gigi yang belum erupsi.
Dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
(1) Fluaridasi air minum
(2) Fluaridasi garam dapur
(3) Fluaridasi air susu
(4) Minum tablet atau hisap fluor
16
b) Local
Penggunaan fluor secara local yaitu untuk gigi yang sudah
erupsi. Dilakukan dengan beberapa cara:
(1) Topical aplikasi dengan larutan fluor
(2) Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor
(3) Menyikat gigi dengan
(a) Pasta gigi
(b) Larutan fluor
(4) Mengoles gigi dengan pasta propolaksis yang mengandung
fluor.
c) Pola konsumsi makanan
Pola konsumsi makanan gula seperti sukrosa dan glukosa bukan
hanya memiliki kariogenitas saja melainkan kedua zat tersebut
terutama sukrosa sangat efektif dalam menimbulkan karies. (Pitt
Ford, 1993)
2) Pencegahan karies gigi menurut Sri Ramayanti (2013)
Pencegahan karies gigi dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu
tahap primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer bertujuan
untuk mencegah terjadinya penyakit dan mempertahankan
keseimbangan fisiologis. Pencegahan sekunder bertujuan untuk
mendeteksi karies secara dini dan intervensi untuk mencegah
berlanjutnya penyakit. Pencegahan tersier ditujukan untuk
mencegah meluasnya penyakit yang akan menyebabkan hilangnya
fungsi pengunyahan dan gigi.
17
a) Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
(1) Modifikasi diet
Untuk mencegah terjadinya karies gigi maka perlu
dilakukan modifikasi diet yaitu:
(a) Memperbanyak memakan makanan kariostatik seperti
lemak, protein dan fluor.
Lemak dapat meningkatkan pH saliva setelah
mengkonsumsi karbohidrat. Lemak harus dikonsumsi
sebelum memakan makanan yang manis. Mengkonsumsi
makanan tinggi protein setelah makan karbohidrat dapat
mengembalikan pH menjadi 7 dengan cepat, fluor dapat
mencegah terjadinya karies, fluor dari makanan,air atau
minuman melindungi gigi dari serangan asam, fluor
mempunyai efek antibakteri dan antiplak.
(b) Mengganti gula
Gula sintetik seperti saccharine dan aspartame serta gula
alcohol banyak digunakan pada makanan untuk
mengurangi karies.
(c) Mengurangi mengkonsumsi makanan manis dan asam.
(d) Mengurangi konsumsi snack yang mengandung
karbohidrat sebelum tidur.
(e) Mengkombinasikan makanan, seperti memakan
makanan manis setelah makan protein dan lemak atau
18
setelah konsumsi keju setelah memakan makanan yang
manis.
(f) Kombinasikan makanan mentah dan renyah yang dapat
menstimulasi saliva dengan makanan yang dimasak.
(g) Buah-buahan yang asam dapat menstimulasi produksi
saliva.
(h) Membatasi meminum-minuman yang manis.
(2) Pemakaian fluor
Fluor berfungsi menghambat enzim pembentukan asam oleh
bakteri, menghambat kerusakan email lebih lanjut, serta
membantu remineralisasi pada lesi awal karies. Fluor dapat
diberikan dalam bentuk fluoridasi air minum, pasta gigi,
obat kumur dan tablet fluor.
(3) Pit dan fissure sealant
Pit dan fissure sealant yaitu penutupan pit dan fissure yang
dalam yang beresiko terhadap karies gigi.
(4) Pengendalian plak
Pengendalian plak dapat dilakukan dengan tindakan secara
mekanis yaitu dengan penyikatan gigi dan penggunaan alat-
alat bantu lainnya seperti benang gigi, tusuk gigi dan sikat
interdental serta tindakan secara kimiawi yaitu dengan
menggunakan antibiotic dan senyawa-senyawa antibakteri
lain selain antibiotic.
19
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
pengobatan dan perawatan gigi dan mulut serta penambalan
pada gigi berlubang.
c) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan cara perawatan pulpa
(akar gigi) atau melakukan pencabutan gigi.
5. Perawatan Karies Gigi
Pada dasarnya karies gigi dapat dihentikan melalui perawatan.
Misalnya, karies dini dapat dihentikan menggunakan laser, sedangkan
untuk karies ukuran kecil perlu dilihat dengan alat rontgen gigi. Dan untuk
karies ukuran besar yang terlihat oleh mata dapat dilakukan perawatan
dengan alat secara langsung (Pratiwi, 2007).
Jenis perawatan pun dapat dilakukan secara bervariasi, tergantung
tahap kerusakan yang terjadi. Jika lubang gigi mencapai email dan dentin,
maka dilakukan penambalan. Namun, bila kerusakan telah mencapai pilpa,
maka perlu dilakukan perawatan saluran akar (Pratiwi, 2007).
Pencabutan gigi adalah tindakan terakhir apabila kerusakan yang
terjadi terlalu besar dan struktur gigi yang tersisa tidak dapat direstorasi
lagi (Pratiwi, 2007).
6. Indeks Karies Gigi (DMF-T)
Menurut Herijulianti (2001), indeks karies gigi yaitu angka yang
menunjukkan keadaan gigi seseorang atau sekelompok yang pernah
20
mengalami kerusakan, hilang, dan perbaikan karena karies. Indeks gigi
yang digunakan untuk penelitian ini adalah DMF-T, dengan rincian sebagai
berikut: menurut herijulianti, DMF-T dipergunakan untuk:
a. Mengetahui keadaan kesehatan gigi masyarakat, misalnya:
1) Mengetahui jumlah karies menurut umur.
2) Mengetahui peningkatan jumlah karies dalam waktu tertentu
3) Mengetahui hubungan antara karies dengan data yang lain.
b. Membuat rencana program
c. Melakukan program evaluasi
Menurut suwelo 1992, indeks karies gigi yaitu angka yang menunjukan
jumlah gigi karies seseorang atau sekelompok orang. Indeks yang
digunakan dalam penelitian ini adalah def-t dan DMF-T.
Penjabaran indeks karies gigi untuk gigi sulung (def-t) yaitu :
d : Decayed (gigi yang berlubang)
e : Extraction (gigi karies yang sudah atau seharusnya dicabut)
f : Filled (gigi yang sudah ditambal)
Penjabaran indeks karies gigi untuk gigi tetap (DMF-T) yaitu:
D : Decayed (gigi yang berlubang)
M : Missing (gigi yang sudah atau seharusnya dicabut)
F : Filled (gigi yang sudah ditambal).
Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T:
D+M+F=DMF-T
DMF-T rata-rata = Jumlah DMF-T
Jumlah Orang Yang Diperiksa
21
Tinggi rendahnya karies gigi menurut WHO yaitu:
a. Sangat rendah : 0,0-1+,1
b. Rendah : 1,2-2,6
c. Sedang : 2,7-4,4
d. Tinggi : 4,5-6,6
e. Sangat tinggi : 6,6- lebih
(Sumber : Suwelo, 1992)
Kriteria anak berdasarkan usia sekolah dasar.
a. Anak usia 6 tahun
Anak kadang-kadang merasa khawatir akan perawatan kesehatan gigi
terhadap dirinya, usia 6 tahun merupakan periode transisi terhadap
pemikiran logis, anak mulai berdebat dalam cara yang logis dan
mungkin sulit untuk dibujuk.
b. Anak usia 7 dan 8 tahun
Pada umumnya anak berpikiran sehat dan masuk akal. Gerakan
motoric halus telah berkembang dengan baik pemkiran logis
berkembang dengan cepat sikap egosentris (mementingkan diri sendiri)
mulai lenyap dan anak dapat berfungsi dalam kelompok, mengerti
makna aturan-aturan dan dapat bertanggung jawab secara luas. Anak
dalam usia ini sering dikategorikan secara kaku sebagai anak yang baik
atau nakal.
c. Periode dari usia 9 tahun sampai pre-pubertas dan pubertas
Merupakan periode yang selaras dan aktif, anak menerima ide-ide dan
pandanga orang dewasa, dalam masa ini merupakan waktu yang paling
22
cocok untuk mulai mengambil tanggung jawab terhadap prosedur
kebersihan mulutnya (Endang Sariningsih, 2012).
B. Makanan
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat
dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi
tubuh. produk makanan atau pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati atau air, baik yan diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan untuk makanan atau minuman bagi konsumsi manusia
(Saparinto & Hidayati, 2010)
1. Makanan Sehat
Menurut Fitriyani (2011) Makanan yang sehat yaitu makanan yang
higienis dan bergizi. makanan yang higienus adalah makanan yang tidak
mengandung kuman penyakit tidak mengandung racun yang dapat
membahayakan kesehatan. Bahan makanan yang harus kita makan yaitu
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Di
Indonesia komposisi tersebut dinamakan 4 sehat 5 sempurna.
Menurut Andarini (2008) Makanan sehat adalah makanan yang
mengandung gizi, mengandung serat dan zat-zat yang diperlukan tubuh
untuk proses tumbuh kembang.
Menurut Yuki (2014) Makanan sehat adalah makanan yang
mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh dan harus memiliki
beberapa syarat, yaitu: higienis, bergizi dan berkecukupan tetapi tidak
harus makanan yang mahal dan enak.
23
2. Makanan Kariogenik
Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan
terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak
mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur didalam mulut.
(Rahayu,2011). Hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan terjadinya
karies gigi ada kaitannya dengan pembentukan plak pada permukaan gigi.
Plak terbentuk dari sisa-sisa makanan yang melekat disela-sela gigi dan
plak ini akhirnya akan ditumbuhi bakteri yang dapat mengubah glukosa
menjadi asam sehingga pH rongga mulut menurut, pada keadaan
demikian maka struktur email gigi akan terlarut. Pengulangan konsumsi
karbohidrat yang terlalu sering menyebabkan produksi asam oleh bakteri
menjadi lebih sering lagi sehingga keasaman rongga mulut menjadi lebih
asam dan semakin banyak email yang terlarut (Ramadhan, 2010).
Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis dan lengket merupakan
faktor paling besar yang mempengaruhi karies gigi. Makanan yang dapat
merusak gigi yaitu makanan yang mengandung karbohidrat antara lain
permen, es krim, coklat, dan biscuit. Makanan tersebut merupakan
makanan yang dapat mempercepat terjadinya karies gigi (Rica, 2018).
Sedangkan pengonsumsi makanan atau minuman cair yang
disebabkan terjadinya karies gigi yaitu seringnya anak tertidur sambil
mengkonsumsi minuman nutrisi dalam dot, seperti susu, jus buah, ASI,
sehingga sering juga disebut karies susu botol. Terendamnya gigi dalam
cairan tersebut merupakan tempat yang sangat ideal bagi bakteri untuk
beerkembang biak dan menghasilkan asam.
24
Untuk mencegah karies gigi pada anak batasi anak saat
mengkonsumsi biscuit, permen, jus buat, soft drink dan minuman manis
lainnya. Dan anjurkan anak untuk mengkonsumsi buah, keju, sayuran, dan
sandwich kecil. Makanan tersebut akan lebih bermanfaat untuk kesehatan
anak (Susilowati, 2016).
3. Jenis Makanan Kariogenik
Menurut penelitian hana yuan kartikasari (2013) beberapa jenis
makanan kariogenik yang sering dikonsumsi yaitu:
No Nama Makanan
1 Permen
2 Coklat
3 Donat
4 Kue Isi Selai
5 Kue Lapis
6 Dodol
7 Gulali
8 Arumanis
9 Snack
Makan-makanan tersebut bersifat manis dan menarik, sehingga anak-
anak menyukai makanan tersebut.
4. Makanan Kariogenik Yang Menyebabkan Karies Gigi
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut terutama
makanan yang kariogenik terhadap terjadinya karies gigi, pengaruh
25
makanan tersebut dapat dibagi berdasarkan beberapa teori sebagai
berikut:
a. Menurut Edwina A.M.Kidd
Makanan kariogenik mengandung karbohidrat yang menyediakan
substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri, jenis karbohidrat
misalnya sukrosa dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri
streptococcus muntans dan laktobasilus. Bakteri tersebut membentuk
asam sehingga pH plak menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 1-3
menit. Walaupun demikian tidak semua karbohidrat sama derajat
kariogeniknya. Karbohidrat kompleks misalnya relative tidak
berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna didalam mulut.
Sedangkan karbohidrat dengan molekul yang rendah seperti gula yang
akan meresap kedalam plak dan dimetabolisme secara cepat oleh
bakteri, sintesa polisakarida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat
ketimbang glukosa, fruktosa, dan laktosa. Oleh karena itu sukrosa
merupakan gula yang paling kariogenik, wlaupun gula lainnya tetap
berbahaya. Dikarenakan sukrosa merupakan gula yang paling banyak
dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab utama karies gigi.
(M.Kidd, 1991)
b. Menurut Ardyan Gilang Ramadhan
Gigi dan mulut tidak dapat terlepas oleh dari makanan, makanan
yang dikonsumsi sudah pasti ada pengaruh terhadap kesehatan gigi
dan mulut. Waktu konsumsi makanan terutama makanan kariogenik
juga berpengaruh terhadap karies gigi. Konsumsi makanan manis pada
26
waktu senggang jam makan akan lebih berbahaya dari pada saat waktu
makan utama. Penelitian menunjukkan orang yang makan manis pada
waktu jam makan utama memiliki kemungkinan karies gigi lebih kecil
dibandingkan orang yang melakukan diluar jam makan utama
alasannya karena pada waktu jam makan utama, biasanya air ludah
yang dihasilkan cukup banyak sehingga dapat membantu
membersihkan gula dan bakteri yang menempel di gigi. (Ramadhan,
2010).
c. Menurut Megananda Hiranya Putri, Dkk.
Pengonsumsi makanan kariogenik yang sangat merugikan yaitu
seringnya mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa sangat
berpotensi menimbulkan kolonisasi streptococcus mutans,
meningkatkan potensi karies gigi (Putri, Dkk, 2009)
Makanan yang bersifat kariogenik yang sering dikonsumsi oleh
anak SD yang didapat dari Food Frekuensi Question (FFQ). Frekuensi
makanan yang dikonsumsi dapat diukur dengan cara sebagai berikut:
1) Kategori tinggi jika mengkonsumsi 3-6x atau lebih dalam sehari
(sering)
2) Kategori sedang jika mengkonsumsi 2x dalam sehari (kadang-
kadang)
3) Kategori rendah jika mengkonsumsi 1x dalam sehari(jarang)
(sumber, hana yuan kartikasari, 2013)
27
C. Kerangka Teori
Ket: tanda panah menekankan point dan bagian yang akan diteliti.
Ket : huruf cetak tebal yang diteliti
Gambar 2.6 Kerangka Teori
Sumber : M.Kidd (1991), Putri,Dkk (2009) Ramadhan, (2010)
Makanan Kariogenik
Menurut Edwina A.M.Kidd
Makanan kariogenik mengandung
karbohidrat yang menyediakan
substrat untuk pembuatan
asam bagi bakteri.
Menurut Ardyan Gilang Ramadhan
Waktu konsumsi makanan terutama makanan
kariogenik juga berpengaruh terjadinya karies
gigi.konsumsi makanan manis pada waktu
senggang jam makan akan lebih berbahaya dari
pada saat waktu makan utama.
Menurut megananda hiranya putri,dkk
Seringnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung sukrosa sangat berpotensi
menimbulkan kolonisasi streptococcus
mutans, meningkatkan potensi karies gigi.
Karies gigi
Makanan yang bersifat kariogenik yang sering
dikonsumsi oleh anak SD. (coklat, es krim,
permen, donat, kue isi selai, gulali, dodol,
arumanis, snack)
28
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.
(Notoatmodjo, 2010)
Ket: tanda panah menekankan point dan bagian yang akan diteliti
Ket: huruf cetak tebal yang diteliti
Gambar 2.7 Kerangka Konsep
Dari kerangka konsep diatas penelitian ingin meneliti “Hubungan
mengkonsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada siswa/i
kelas IV, V SDN Sumber Agung Suoh Lampung Barat”.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian, biasanya
dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel yang kebenarannya
akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
Ha : Adanya hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian
karies gigi pada siswa/i kelas IV,V SDN Sumber Agung Suoh
Lampung Barat.
Ho : Tidak adanya hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan
kejadian karies gigi pada siswa/i kelas IV, V SDN Sumber Agung
Suoh Lampung Barat.
Karies gigi Frekuensi mengkonsumsi
makanan kariogenik
29
F. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.
Definisi operasional membantu untuk mengarahkan pengukuran atau
pengamatan tentang variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan
instrument (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 2.1 Definisi Oprasional
Variabel Definisi
operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Frekuensi
makanan kariogenik
Jumlah berapa
kali siswa/i yang mengkonsumsi
makanan
kariogenik yang menyebabkan
karies gigi dalam
sehari.
Wawancara Kuesioner 1. Kategori tinggi jika
mengkonsumsi 3-6x atau lebih dalam
sehari.
2. Kategori sedang jika mengkonsumsi
2x dalam sehari.
3. Kategori rendah jika mengkonsumsi
1x dalam sehari.
Ordinal
Karies gigi
(def-t dan
DMF-T)
Kerusakan struktur jaringan
gigi yang dimulai
dari lapisan email, dentin, dan
berkelanjutan
kepulpa.
Pemeriksaan Alat OD dan kartu
status
1. Sangat rendah (0,0-1,1)
2. Rendah (1,2-2,6)
3. Sedang (2,7-4,4) 4. Tinggi (4,5-6,6)
5. Sangat tinggi (6,6-
lebih)
Ordinal