Upload
tiarahmipriyanto
View
9
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tinjauan pustaka
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI PURPURA HENOCH SCHONLEIN
Purpura Henoch-Schonlein merupakan penyakit autoimun (IgA mediated)
berupa hipersensitivitas vaskulitis, paling sering ditemukan pada anak-anak.
Merupakan sindrom klinis kelainan inflamasi vaskulitis generalisata pembuluh
darah kecil pada kulit, sendi, saluran cerna, dan ginjal, yang ditandai dengan lesi
kulit spesifik berupa purpura nontrombositopenik, artritis, artralgia, nyeri
abdomen atau perdarahan saluran cerna, dan kadang-kadang disertai nefritis atau
hematuria.1
2.2 EPIDEMIOLOGI PURPURA HENOCH SCHONLEIN
Rata-rata 14 kasus per 100.000 anak usia sekolah; prevalensi tertinggi
pada usia 2-11 tahun (75%), 27% kasus ditemukan pada dewasa, jarang
ditemukan pada bayi. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan
(rasio 2 :1).1
Morbiditas henoch schonlein purpura Umumnya merupakan benign self-
limited disorder; < 5% kasus menjadi kronis; hanya < 1 % kasus berkembang
menjadi gagal ginjal.1
2.3 ETIOLOGI PURPURA HENOCH SCHONLEIN
Sampai saat ini masih belum diketahui pasti, IgA diduga berperan penting,
ditandai dengan peningkatan konsentrasi IgA serum, kompleks imun, dan deposit
IgA pada dinding pembuluh darah dan mesangium ginjal.1
Beberapa kondisi yang diduga berperan:
1. Setelah infeksi Streptococcus grup A (20-50%), Mycoplasma, virus Epstein
Barr, virus Herpes Simplex, Parvovirus B19, Coxsackievirus, Adenovirus,
measles, mumps.
2. Vaksinasi (varicella, rubella, Hepatitis B)
3
4
3. Lingkungan: alergen makanan, obat-obatan, pestisida, paparan terhadap dingin,
gigitan serangga. 1
2.4 PATOFISIOLOGI PURPURA HENOCH SCHONLEIN
Patogenesis PHS belum diketahui secara pasti, namun secara umum diakui
sebagai akibat deposisi imun kompleks akibat polimer IgA1 pada kulit, saluran
gastrointestinal, dan kapiler glomerulus. Keadaan patognomonik pada nefritis
Henoch-Schonlein adalah deposisi IgA dan C3 yang ditemukan pada mesangial
glomerulus. Penemuan patogenesis tersebut membedakan nefritis Henoch-
Schonlein dengan nefropati IgA. Pada pasien sehat, IgA banyak ditemukan pada
sekret mukosa namun dalam konsentrasi yang relatif rendah. Imunoglobulin A
memiliki dua isotipe, yaitu IgA1 dan IgA2. Imunoglobulin A1 memiliki hinge
region yang terdiri dari lima oligosakarida yang mengandung serine-linked N-
acetylgalactosamine (Ga1NAc) dan galaktosa yang nantinya akan tersialasi.
Sekitar 60% IgA dalam sekret adalah IgA2 yang umumnya berupa polimer
sedangkan IgA serum umumnya berupa IgA1 yang 90% berupa monomer. Pada
nefritis Henoch-Schonlein ditemukan deposisi kompleks imun dengan
predominasi IgA1 namun tidak ditemukan IgA2. 2
Deposisi kompleks imun IgA terjadi berdasarkan peningkatan sintesis IgA
atau penurunan klirens IgA. Peningkatan sintesis IgA oleh sistem imun mukosa
sebagai respon terhadap paparan antigen pada mukosa dipikirkan merupakan
mekanisme yang terjadi pada PHS. Hiperaktivitas sel B dan sel T terhadap antigen
spesifik dilaporkan berperan dalam terjadinya PHS dan nefropati IgA. Antigen
tersebut antara lain berupa antigen bakteri, protein dalam makanan seperti gliadin,
dan komponen matriks ekstraselular seperti kolagen dan fibronektin. Beberapa
studi mengemukakan terdapat peningkatan produksi IgA dalam sel mukosa dan
tonsil, sedangkan studi lainnya mendapatkan penurunan produksi IgA dalam sel
mukosa namun terjadi peningkatan produksi IgA dalam sumsum tulang. Hal ini
ditunjukkan dengan peningkatan kadar IgA serum yang meningkat sampai 40%-
50%. Selain itu, juga didapatkan gangguan pengikatan IgA1 oleh reseptor
asialoglycoprotein di hati, yang berfungsi pada klirens IgA dari sirkulasi. 2
5
Kompleks imun IgA dalam kapiler dapat merupakan akibat deposisi
kompleks imun yang berasal dari sirkulasi ataupun pembentukan kompleks imun
in situ dalam glomerulus. Bukti klinis menemukan bahwa kompleks imun dalam
sirkulasi bukan merupakan satu-satunya penyebab terjadinya deposisi kompleks
imun, misalnya deposisi IgA dalam mesangium tetap ditemukan walau tidak
ditemukan IgA dalam sirkulasi (50% kasus). Kadar IgA di sirkulasi yang tinggi
tidak cukup menyebabkan terjadi deposisi IgA dalam mesangium. Dibuktikan
pada pasien dengan HIV atau mieloma dengan kadar IgA yang rendah tidak
memiliki deposit kompleks imun IgA pada mesangium. Perubahan pada struktur
biokimia IgA merupakan penyebab terjadi deposisi IgA dalam kapiler. Pada PHS
dan nefropati IgA, IgA1 serum menunjukkan abnormalitas pada region O-
glycosylated, yaitu hilangnya terminal galaktosa pada IgA1 sirkulasi. Selain itu,
pada sel B juga ditemukan defek pada β-1,3- galactosyltransferasi. Kelainan
glikosilasi pada hinge region, akan menyebabkan perubahan pada stuktur IgA1
dan menyebabkan perubahan terhadap interaksi pada matriks protein, reseptor
IgA, dan komplemen. Kelainan terebut akan menyebabkan terjadi deposit di
dalam mesangium dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut. 2
Mediator inflamasi seperti interleukin-1 (IL-1), IL-6, platelet-derived
growth factor, tumor necrosis factor, free radicals, prostanoid, leukotriens,
membrane attack complex (C5b-9), dan circulating immunostimulatory protein
(90K) menyebabkan terjadi kerusakan pada glomerulus lebih lanjut. Deposit C3
dan properdin tanpa ada C1q dan C4 merupakan keadaan yang khas dan
menandakan jalur alternatif komplemen teraktivasi. 2
6
Gambar 2.1 Mekanisme terjadinya deposit IgA1 pada glomerulus dan
progresivitas terjadinya kerusakan ginjal2
2.5 GEJALA KLINIS PURPURA HENOCH SCHONLEIN
Pada 1/2 - 2/3 kasus pada anak ditandai dengan infeksi saluran napas atas
yang muncul 1-3 minggu sebelumnya berupa demam ringan dan nyeri kepala.
Artralgia dan artritis ditemukan pada 68-75% kasus dan 25% nya
merupakan keluhan penderita saat datang berobat. Timbul mendahului kelainan
kulit (1-2 hari); terutama mengenai lutut dan pergelangan kaki, dapat pula
mengenai pergelangan tangan, siku, dan persendian jari tangan. Sendi-sendi
bengkak dan nyeri, bersifat sementara dan tidak menimbulkan deformitas yang
menetap.1,2
Kelainan kulit ditemukan pada 95-100% kasus, 50%nya merupakan
keluhan penderita saat datang berobat, berupa macular rash simetris terutama di
kulit yang sering terkena tekanan yaitu bagian belakang kaki, bokong, dan lengan
sisi ulna. Dalam 24 jam makula berubah menjadi lesi purpura, mula-mula
berwarna merah, lambat laun berubah menjadi ungu, kemudian coklat kekuning-
kuningan lalu menghilang, dapat timbul kembali kelainan kulit baru. Kelainan
kulit dapat pula ditemukan di wajah dan tubuh, dapat berupa lesi petekie dan
ekimotik, dapat disertai rasa gatal (pruritic rash).1,2
7
Gambar 2.2 Gambaran macular rash1
Keluhan perut ditemukan pada 35-85% kasus, biasanya timbul sesudah
kelainan kulit (1-4 minggu sesudah onset). Nyeri perut dapat berupa kolik
abdomen di periumbilikal, disertai mual dan muntah (85%). Pada 2-3% kasus
dapat ditemukan intususepsi ileoilial atau ileokolonal. Diare berdarah dapat
menyertai pruritic rash. Pada 20-50% kasus ditemukan angioedema wajah
(kelopak mata, bibir) dan ekstremitas (punggung tangan dan kaki). 1
Gambar 2.3 Gambaran pruritis rash
Kelainan ginjal ditemukan pada 50% kasus anak yang lebih besar dan 25
% ditemukan pada anak usia < 2 tahun; < 1 % berkembang menjadi gagal ginjal.
Biasanya terjadi setelah 3 bulan onset penyakit atau 1 bulan setelah onset ruam
kulit. Adanya kelainana kulit yang persisten sampai 2-3 bulan biasanya
8
berhubungan dengan nefropati atau penyakit ginjal berat. Mungkin ditemukan
hematuri dengan proteinuria derajat ringan sampai berat, dapat terjadi sindrom
nefrotik. Risiko nefritis meningkat pada usia onset di atas 7 tahun, lesi purpura
menetap, keluhan abdomen yang berat dan penurunan faktor XIII. Jarang terjadi
oliguria dan hipertensi. Kelainan skrotum menyerupai testicular torsion; edema
skrotum dapat terjadi pada awal penyakit (2-35%). Kelainan susunan saraf pusat
dan paru-paru jarang terjadi. 1,2
2.6 DIAGNOSIS PURPURA HENOCH SCHONLEIN
Tidak ada tes diagnostic pasti Henoch-Schönlein purpura. Didapatkan
Trias henoch schonlein purpura meliputi purpura yang dapat teraba yang tidak
berhubungan dengan trombositopenia, nyeri abdomen yang dapat disertai
perdarahan saluran cerna, dan artritis atau artralgia. Serta adanya gejala klinik
hematuria dengan atau tanpa proteinuria dan disfungsi ginjal, serta vaskulitis
leukositoklastik dengan deposit IgA di dalam arteriol atau venula. Gejala klinis
dianggap memenuhi kriteria diagnosis apabila terdapat lebih atau sama dengan
tiga gejala tersebut.1,2,3
Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik untuk Henoch-Schonlein Purpura3,4,5
9
2.7 DIAGNOSIS BANDING HENOCH SCHONLEIN PURPURA
Diagnosis banding henoch schonlein purpura dapat dilihat pada tabel 2.2
dibawah ini.
Tabel 2.2 Diagnosis banding Henoch Schonlein Purpura3,6,7
10
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG HENOCH SCHONLEIN PURPURA
Diagnosis Purpura Henoch-Schonlein berdasarkan gejala klinis, tidak ada
pemeriksaan laboratorium yang spesifik. Pemeriksaan darah tepi lengkap dapat
menunjukkan leukositosis dengan eosinofi lia dan pergeseran hitung jenis ke kiri;
11
jumlah trombosit normal atau meningkat, hal ini yang membedakan HSP dengan
ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura). Laju endap darah dapat
meningkat.1,2
Kadar ureum dan kreatinin dapat meningkat, menunjukkan kelainan fungsi
ginjal atau dehidrasi. Pada 10-20% penderita ditemukan hematuri atau proteinuri.
Ditemukan darah pada feses.1
Dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi abdomen untuk mendiagnosis
intususepsi. Pemeriksaan Doppler atau radionuclide testicular scan menunjukkan
aliran darah normal atau meningkat, hal ini yang membedakan HSP dengan torsi
testis. 1
Pada biopsi lesi kulit ditemukan vaskulitis leukositoklastik. Imunofl
uoresensi menunjukkan adanya deposit IgA dan komplemen di dinding pembuluh
darah. Lebih lengkapnya dijabarkan pada tabel 2.3 dibawah ini. 1
Tabel 2.3 Uji Diagnostik pasien dengan kemungkinan Henoch-Schonlein
Purpura3,8,9
2.9 PENATALAKSANAAN HENOCH SCHONLEIN PURPURA
Pada dasarnya tidak ada pengobatan spesifik untuk HSP. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan golongan NSAIDs seperti ibuprofen atau
12
parasetamol 10 mg/kgBB. Jika terjadi edema dilakukan elevasi tungkai. Beri diet
lunak selama terdapat keluhan perut seperti muntah dan nyeri perut.1,3
Pertimbangkan pemberian kortikosteroid pada kondisi sangat berat seperti
sindrom nefrotik menetap, edema, perdarahan saluran cerna, nyeri abdomen berat,
keterlibatan susunan saraf pusat dan paru. Penderita dengan nyeri perut hebat,
perdarahan saluran cerna atau penurunan fungsi ginjal, memerlukan perawatan di
rumah sakit.1,3
Tabel 2.4 Penatalaksanaan Henoch Schonlein Purpura3,10,11
2.10 PROGNOSIS HENOCH SCHONLEIN PURPURA
Prognosis baik pada sebagian besar kasus, sembuh pada 94% kasus anak-
anak dan 89% kasus dewasa (beberapa kasus memerlukan terapi tambahan).
Rekurensi dapat terjadi pada 10-20% kasus, umumnya pada anak yang lebih besar
dan dewasa; < 5% penderita berkembang menjadi HSP kronis. Keluhan nyeri
perut pada sebagian besar penderita biasanya sembuh spontan dalam 72 jam.1