Upload
ngonga
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya lebih dari 3 kali/hari disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir,
biasanya terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat
(Suraatmaja, 2010). Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender dan darah atau lendir
(Ngastiyah, 2005). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar
dengan bentuk tinja yang encer atau cair(Suriadi & Yuliani, 2005).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan Diare adalah suatu
penyakit dengan bertambahnya frekuensi defekasi/buang air besar secara
berlebihan 3-4 kali/hari pada anak dan bayi dengan feses yang cair/encer
bercampur dengan lendir dan darah .
6
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
B. Etiologi
Etiologi diare menurut Ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM (2007) dapat
dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaa yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enternal ini meliputi :Infeksi bakteri: vibrio, e. coli, salmonella,
shigella, campylo bactery, yersinia, aeromonas dan sebagainya, infeksi
virus: adenovirus (virus ECHO, coxsackie poliomyelitis), adenovirus,
rotavirus, astrovirus dan lain-lain, infestasi parasit: cacing (ascaris,
trichiuris, oxyuris, strongyloides), protozoa (entamoeba histolytica,
giardia lamblia, tri chomonas hominis), jamur (candida albicans).
b. infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktosa.
b. malabsorbsi lemak
c. malabsorbsi protein
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare pada anak yang lebih besar.
C. Anatomi fisiologi
Menurut Budiyono (2011) sistem pencernaan terdiri dari :
1. Mulut
Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas dalam
proses pencernaan makanan, fungsi utama mulut adalah untuk
menghancurkan makanan sehingga ukurannya cukup kecil untuk dapat
ditelan ke dalam perut.
2. Lidah
Berfungsi sebagai membolak-balikan makanan sehingga semua
makanan dihancurkan secara merata. selain itu, lidah berfungsi membantu
menelan makanan.
3. Gigi
Tanpa adanya gigi, manusia akan sulit memakan makanan yang
dimakannya. menurut tugasnya gigi termasuk dari sistem pencernaan. Gigi
tumbuh di dalam lesung pada rahang dan memiliki jaringan seperti pada
tulang, tetapi gigi bukanlah bagian dari kerangka.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4. Esofagus/kerongkongan
Setelah dikunyah di mulut, makanan ditelan agar masuk ke
lambung melalui suatu saluran yang disebut kerongkongan. kerongkonan
atau esofagus berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Di
dalam leher sesungguhnya terdapat dua saluran, yaitu kerongkongan
(letaknya di belakang) dan tenggorokan atau trakea (letaknya di depan).
Kerongkongan merupakan saluran pencernaan yang
menghubungkan antara mulut dengan lambung. pada saat melewati
kerongkongan, makanan didorong masuk ke lambung oleh adanya gerak
peristaltik otot-otot kerongkongan. Hal ini dikarenakan dinding
kerongkongan tersusun atas otot polos yang melingkar dan memanjang
serta berkontraksi secara bergantian. Akibatnya, makanan berangsur-
angsur terdorong masuk kelambung. Di kerongkongan makanan hanya
lewat saja dan tidak mengalami pencernaan.
5. Lambung
Gambar 2. 1 Anatomi Lambung
(Sumber : Budiyono 2011)
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Lambung merupakan alat pencernaan yang berbentuk kantung.
Dinding lambung tersusun dari otot-otot yang memanjang, melingkar, dan
menyerong. Hal ini memungkinkan makanan yang masuk ke dalam
lambung dibolak-balik dan diremas lagi sehingga menjadi lebih halus.
Makanan yang dikunyah di mulut belumlah cukup halus. Oleh karena itu,
perlu dihaluskan lagi di lambung. Agar lambung tidak bekerja terlalu
berat, sebaiknya mengunyah makanan sampai halus benar sebelum
menelannya. Secara mekanisme lambung juga mencerna makanan secara
kimiawi. Lambung menghasilkan suatu cairan yang mengandung air,
lender, asam lambung(HCL), serta enzim renin dan pepsinogen. Karena
sifatnya yang asam, cairan lambung dapat membunuh kuman yang masuk
bersama makanan. Sementara itu, enzim rennin akan mengumpulkan
protein susu yang ada di dalam air susu sehingga dapat dicerna lebih
lanjut. Pepsinogen akan diaktifkan oleh HCL menjadi pepsin yang
berfunsi memecah protein menjadi pepton.
6. Usus halus
Gambar 2. 2 Anatomi Usus Halus
(Sumber : Budiyono 2011)
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang
biasa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu
dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang
yang disebut sfingter oddi) merupakan bagian yang penting dari proses
pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu
pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya
dengan zat yang dihasilkan oleh usus. Beberapa senti pertama dari lapisan
duodenum adalah licin tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjoan-
tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili).
Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari
jejunum dan ileum. Bagian ini terutama bertangung jawab atas penyerapan
lemak dan zat gizi lainnya. penyerapan inidiperbesar oleh permukaannya
yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili dan mikrovili. Dinding
usus kaya akanpembuluh darah yang menyangkut zat-zat yang diserap ke
hati elalui vena porta. Dinding usus melepaskan lender (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutka pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usu juga melepaskan sejumlah enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Didalam duodenum, air dengan cepat dipompa kedalam isi usus
untuk melarutkan keasaman lambung. ketika melewati usus halus bagian
bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lender dan
enzim-enzim pankreatik.
7. Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan
dasar:Asini, menghasilkan enzim, enzim pencernaan, Pulau pankreas,
menghasilkan hormone.
Pankreas melepaskan enzim pencernaan kedalam duodenum dan
melepaskan hormone ke dalam darah.
Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir
melalui berbagai saluran ke dalam duktus pankreatikus. Duktus
pankreatikus akan bergabung dengan saluran empedu pada sfingter oddi,
dimana keduanya akan masuk kedalam duodenum.
Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein,
karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat,
yang berfungsi melindungi duodenum melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.
Tiga hormon yang dihasilkan oleh pancreas adalah :Insulin, yang
berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah, Glucagon, yang berfungsi
menaikkan kadar gula dalam darah, Somatostatin, yang berfungsi
menghalangi pelepasan kedua hormone lainnya (insulin dan glucagon).
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
8. Kandung dan Saluran empedu
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan
kanan, yang selanjutnya bergabung membentuk duktus hepatikus umum.
Saluran ini kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari
kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran empedu
umum. Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umu dan
masuk ke dalam duodenum.
Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung
empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. makanan di
dalam duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf
sehingga kandung empedu berkontraksi.
Empedu memiliki 2 fungsi penting:Membantu pencernaan dan penyerapan
lemak, Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
hemoglobin yang berasal dari penghacuran sel darah merah dan kelebihan
kolesterol.
Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:Garam
empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut
dalam lema untuk membantu proses penyerapan, Garam empedu
merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakan
isinya, Bilirubin (pigmen utam dari empedu) dibuang ke dalam empedu
sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan, Obat dan limbah
lainnya dibuang dalam empedu danselanjutnya dibuang dari tubuh,
Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam
empedu.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh
hati dan dialirkan kembali kedalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai
sirkulasi enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami
sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil
garam empedu masuk kedlam usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri
memecah garam empedu menjadi berbagai unsure pokok. beberapa dari
unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
9. Usus Besar
Gambar 2. 3 Anatomi Usus Besar
(Sumber : Budiyono 2011)
Usus besar terdiri dari:Kolon asendensm (kanan), Transversum, Kolon
desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rectum).
Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil yang
berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon asendens, pada perbatasan
kolon asendens dengan usus halus. Usus besar menghasilkan lendir dan
berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya
menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat
gizi. bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
sperti vitamin K. bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bias
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
10. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus
besar(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rectum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar. Orang dewasa dan anak
yang lebih tua bias menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih
muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda buang air besar.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari. Sebagai anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani)
menjaga agar anus tetap tertutup.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
D. Kebutuhan nutrisi pada anak dan balita
Menurut Hidayat (2005) kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang
sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi dan anak, mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai
penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan
protein, anemia, defisiensi yodium, defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A,
defisiensi thiamin, defisiensi kalium dan lain-lain yang dapat menghambat
proses tumbuh kembang anak. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi dan
anak diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh
kembang dan dapat meningkatkan kualitas hidup serta mencegah terjadinya
morbiditas dan moralitas.
Selain itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktifitas
sehari-hari karena nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan
berbagai organ dalam tubuh, dan juga sebagai sumber zat pembangun dan
pengaturan dalam tubuh. Sebagai sumber tenga nutrisi dapat diperoleh dari
karbohidrat sebanyak 50-55%, lemak sebanyak 30-35% dan protein sebanyak
15%. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang di antara zat
gizi lain, mengingat banyak sekali yang kita temukan berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan,
tidak mau atau tidak mampu untuk makan padahal yang tidak disukai
makanan tersebut mengandung zat gizi yang seimbang, sehingga harapan
dalam pemenuhan gizi harus selaras, serasi dan dijumpai masalah masukkan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
nutrisi yang kurang sedangkan kebutuhan dalam tubuh semakin meningkat
sehingga akan membutuhkan makanan tambahan seperti kalori, vitamin, dan
mineral. (Behrman, RE dkk, 1996 dalam Hidayat 2005)
Upaya perbaikan pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam rangka
membantu proses fisiologis dalam tubuh untuk proses tumbuh kembang anak
dan membantu aktivitas serta memelihara kesehatan salah satu dari upaya
pemulihan kondisi anak. Dengan harapan anak akan menjadi puas dan orang
tua dapat membantu proses edukatif, kemudian juga dapat membina kebiasaan
waktu makan, meningkatkan selera makan, memilih kemampuan dan
kebiasaan yang baik, memilih jenis makan, menentukan jumlah dan mendidik
dalam berperilaku makan. Dalam proses pemenuhan tersebut akan
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantara usia, status nutrisi itu sendiri dan
keadaan penyakit yang diderita anak sehingga faktor tersebut harus mendaoat
perhatian dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak. (Solihin
pudjiadi, 2001 dalam Hidayat, 2005).
Zat gizi merupakan unsure yang terpenting dalm nutrisi mengingat zat
gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan
nutrisi tidak akan berfungsi secara optimal kalau tidak mengandung beberapa
zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang
cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberiakn nilai yang optimal. Ada
beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang
jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur, secara umum zat gizi di bagi
menjadi dua golongan makro dan mikro: untuk zat gizi golongan makro terdiri
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dari kalori dan H2O (air), untuk kalori berasal dari karbohidrat, protein dan
lemak, H2O (air) sedangkan kelompok zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan
mineral. (Berhman, RE dkk, 1996 dalam Hidayat, 2005).
1. Karbohidrat
Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah tersedia di
setiap makan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab
kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat
menyebabkan terjadinya kelaparan dan berat badan menurun demikian
sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari
karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi
peningkatan berat badan (obesitas). Dalam mendapatkan jumlah
karbohidrat yang cukup maka dapat didapat dari susu, padi-padian, buah-
buahan, sukrosa, sirup, tepung, dan sayur-sayuran.
2. Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkatan
vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak. Komponen lemak terdiri dari
lemak alamiah sekitar 98% di antaranya trigliserida, dan gliserol
sedangkan 2%-nya adalah asam lemak bebas di antaranya monogliserida,
digliserida, kolesterol dan fosfolipid termasuk lesitin, sefalin, sfingomielin
dan serebrosid. Lemak merupakan sumber energi, sebagai pelindung organ
tubuh, membantu rasa kenyang, kekurangan lemak dalam tubuh dapat
menyebabkan terjadinya perubahan kulit, apabila jumlah lemak yang
banyak pada anak akan menyebabkan hiperlipidemia, hiperkolesterol, atau
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain, dan untuk
mendapatkan jumlah lemak yang cukup dapat diperoleh dai susu, mentega,
kuning telur, daging, ikan, keju, kacang-kacangan, dan minyak sayur.
Tabel 2.1 Kebutuhan Energi Per Hari
Umur Barat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Energi (Kkal)
0-6 bulan 5, 5 60 560 7-12 bulan 8, 5 71 800 1-3 tahun 12 89 1220 4-6 tahun 18 108 1720 7-9 tahun 23, 5 120 1860 Pria 10-12 tahun 30 135 1950 13-15 tahun 40 152 2200 16-19 tahun 53 160 2360 Perempuan 10-12 tahun 32 139 1750 13-15 tahun 42 153 1900 16-19 tahun 46 154 1850
(Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin Pudjiadi, 2001)
3. Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan
protoplasma sel, selain itu tersedia protein dalam jumlah yang cukup
penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan
untuk keseimbangan osmotik. Protein terdiri dari 24 asam amino, jumlah
protein dalam tubuh harus cukup apabila jumlahnya berlebih atau tinggi
dapat memperburuk insufisiensi ginjal demikian juga apabila jumlanya
kurang maka menyebabkan kelemahan dan lainnya.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Tabel 2.2 Kebutuhan Protein Per Hari
Umur Barat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Protein (gr)
0-6 bulan 5, 5 60 12 7-12 bulan 8, 5 71 15 1-3 tahun 12 89 23 4-6 tahun 18 108 32 7-9 tahun 23, 5 120 36
Pria 10-12 tahun 30 135 45 13-15 tahun 40 152 57 16-19 tahun 53 160 62
Perempuan 10-12 tahun 32 139 49 13-15 tahun 42 153 47 16-19 tahun 46 154 47
(Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin Pudjiadi, 2001)
4. Air
Merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting, mengingat
kebutuhan air pada bayi relative tinggi 75-80% dari berat badn
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60%. Air bagi tubuh
dapat berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran selular, sebagai medium
untuk ion, transport nutrient dan produk buangan dan pengaruran suhu
tubuh. Sumber air dapat diperoleh dari air dan semua makanan.
Tabel 2.3 Kebutuhan Cairan Bayi dan Anak
Umur Rata-rata Barat Badan
Jumlah Air dalam 24 jam
(ml)
Jumlah Air Per kilogram Berat
Badan/24 jam (ml) 3 hari 3, 0 250-300 80-100 10 hari 3, 2 400-500 125-150 3 bulan 5, 4 750-850 140-160 6 bulan 7, 3 950-1100 130-155 9 bulan 8, 6 1100-1250 125-145 1 tahun 9, 5 1150-1300 120-135 2 tahun 11, 8 1350-1500 115-125 4 tahun 16, 2 1600-1800 100-100 6 tahun 20, 0 1800-2000 90-100 10 tahun 28, 7 2000-2500 70-80 14 tahun 45, 0 2200-2700 50-60 18 tahun 54, 0 2200-2700 40-50
(Sumber : Berhman, RE dkk, 1996)
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
5. Vitamin
Merupakan senyawa organik yang digunakan untuk
mengkatalisator metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan serta mempertahankan organism, vitamin yang
dibutuhkan adalah vitamin A (retinol), B kompleks (thiamin), B2
(riboflavin), B12 (sianokobalamin), Vit C (asam ascorbat), vitamin D,
vitamin E, dan vitamin K, yang masing-masing mempunyai fungsi dan
kelemahan
Tabel 2.4 Kebutuhan Vitamin Per Hari
Umur Barat Badan
(kg)
Tinggi Badan (cm)
Vit A (Re)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg) B12 Vit C
(mg)
0-6 bulan 5, 5 60 350 0, 3 0, 3 2, 5 0, 1 25 7-12 bulan 8, 5 71 350 0, 4 0, 4 3, 8 0, 1 25 1-3 tahun 12 89 350 0, 5 0, 6 5, 4 0, 5 25 4-6 tahun 18 108 360 0, 7 0, 9 7, 6 0, 7 25 7-9 tahun 23, 5 120 407 0, 7 0, 9 8, 1 0, 9 25
Pria 10-12 tahun 30 135 450 0, 8 1, 0 8, 6 1, 0 30 13-15 tahun
40 152 600 0, 9 1, 1 9, 7 1, 0 40 16-19 tahun 53 160 600 1, 0 1, 2 10, 0 1, 0 40 Perempuan 10-12 tahun 32 139 500 0, 7 0, 9 7, 7 1, 0 30 13-15 tahun 42 153 500 0, 8 1, 0 8, 4 1, 0 30 16-19 tahun 46 154 500 0, 8 0, 9 8, 1 1, 0 30
(Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin Pudjiadi, 2001)
6. Mineral
Merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok
makro, yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga,
flourin, jodium, besi, magnesium, mangan, fosfor, kalium, natriun, sulfur,
dan seng. Kesemuanya harus tersedia dalam jumlah yang cukup.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan
struktur tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas syaraf, koagulasi darah,
kerja jantung, dan produksi susu. Kalium ini akan diekskresi 70% dalam
tinja 10% dalam urine, 15-25%tertahan dan tergantungdalam kecepatan
pertumbuhan, kadar kalsium ini harus tersedia yang cukup karena apabila
terjadi kekurangan akan menyebabkan mineralisasi tulang dan gigi jelek,
osteomalsia osteoporosis, rakhitis, dan gangguan pertumbuhan.
Tersedianya kalsium ini dapat diperoleh dari susu, keju, sayur-sayuran
berdaun hijau, kerang, dan lain-lain.
Tabel 2.5 Kebutuhan Mineral Per Hari
Umur Barat Badan
(kg)
Tinggi Badan (cm)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Seng (mg) Iodium
0-6 bulan 5, 5 60 600 200 3 3 50 7-12 bulan 8, 5 71 400 250 5 5 70 1-3 tahun 12 89 500 250 8 10 70 4-6 tahun 18 108 500 350 9 10 100 7-9 tahun 23, 5 120 500 400 10 10 120
Pria 10-12 tahun 30 135 700 500 14 15 150
13-15 tahun 40 152 700 500 17 15 150
16-19 tahun 53 160 600 500 23 15 150
Perempuan 10-12 tahun 32 139 700 450 14 15 150
13-15 tahun 42 153 700 450 19 15 150
16-19 tahun 46 154 600 450 25 15 150
(Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin Pudjiadi, 2001)
Kebutuhan nutrisi berdasarkan usia tumbuh kembang
Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, mengingat kebutuhan
untukpertumbuhan dan perkembangan sel atau organ pada anak berbeda,
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dan perbedaan ini yang menyebabkan jumlah dan komponen zat gizi
berlainan.
Umur 12-18 bulan
Pada usia anak ini masih tetap diberikan air susu ibu dengan
penambahan pada bubur susu, bubur tim kasar dan buah, bentuk makanan
yang disediakan dapat lebih padat dan bertambah jumlahnya menginggat
pertumbuhan gigi dan kemampuan fungsi pencernaan sudah bertambah.
Pada usia ini anak sering senang makan sendiri dengan sendok atau suka
mencoba makanan sendiri dan makan dengan tangan, pada anak seusia ini
adalah merupakan usaha yang baik dalam menuntun ketangkasan dan
merasakan bentuk makanan.
E. Patofisiologis
Menurut Ngastiyah (2005) dan Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM
(2007) mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare diantaranya
adalah:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga dan selanjutnya timbul diare
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya pada peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya juga akan timbul diare.
Patogenesi pada diare akut berawal dari masuknya jasad renik yang masih hidup
kes dalam usus halus, setaelah berhasil melewati rintangan asam lambung, jasad renik
tersebut berkembang biak (multiplikas) di dalam usus halus. Oleh jasad renik tersebut
kemudian mengeluarkan toksin yang mengakibatkan hipersekresi dan menimbulkan
diare.
Patogenesis pada diare kronis lebih kompleks dan faktor-faktor yang
menimbulkannya ialah infeksi bekteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dan
lain-lain.
F. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pasien diare menurut Suriyadi dan Yuliani (2006)
dan Betz (2002) adalah sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair
atau encer, terdapat tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit jelek/elastisitas
kulit menurun, ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering), kram
abdominal, demam (mungkin ada, mungkin tidak), mual dan muntah
(umumnya tidak lama), anoreksia, berat badan menurun, lemah, pucat,
perubahan tanda-tanda vital (nadi dan pernapasan cepat), pengeluaran urine
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
menurun atau tidak ada.
Manifestasi klinis penderita diare menurut Ngastiyah (2005) yang
terjadi pada pasien dengan adalah mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu
tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, kemudian
timbul diare (tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah), warna
tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang
berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala
muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan
menyebabkan dehidrasi yang tanda-tandanya, berat badan menurun, turgor
berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang
dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Bila berdasarkan
tobisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi isotonic, hipotonik dan hieprtonik.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
G. Pathway
Gambar 2. 4 Pathwys Diare
Sumber :Suriadi dan Yuliani R (2006) dan Ngastiyah (2005)
H. Penatalaksanaan Medis
Menur Mansjoer (2000), penalaksaan untuk gastroenteristis pada anak
adalah sebagai berikut :
Faktor Psikologis
Infeksi (Virus, Bakteri,
Parasit) Malabsorbsi
Makanan Makanan Beracun
Rangsang Saraf Parasimpatik
Reaksi
Tek Osmotik
Sekresi cairan dan elektrolit
Pergeseran cairan & elektrolit ke rongga
Gangguan Motilitas Usus
Isi Rongga Usus Hipomotilitas Hipermotilitas
Sekresi air & elektrolit Bakteri tumbuh
DIARE
Output >> Absorbsi ber <
Dehidrasi Defekasi sering
Iritasi
Resiko kerusakan
Kerusakan mukosa usus
Ketidakseimbangan nutrisi
Tubuh kehilangan cairan & elektrolit Nyeri akut
Pe vol cairan ekstra sel Resiko Infeksi
Pe cairan intersisiil
Kurang volume
Kurang
Hipertermia
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
1. Diare cair membutuhhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan
dan elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai
diarenya berhenti (terapi rumatan).
Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang
telah hilang melalui diare atau muntah (previous water losses =PWL) ;
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urine,
dan pernafasan (normal water losses=NWL) ; dan ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung (concomitant water losses=CWL). Jumlah ini tergantung pada
derajat dehidrasi, berat badan anak, dan golongan umur.
2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindarkan efek buruk pada status gizi.
3. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada
manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare
dengan panas, kecuali pada disentri, suspek kolera dengan dehidrasi berat,
dan diare persisten.
4. Obat-obatan antidiare meliputi anti motilitas (misal loperamid,
difenoksilat, kodein, opium), adsorben (misal norit, kaolin, attapulgit).
Antimuntah termasuk prometazim, klorpromazin. Tidak satupun obat-obat
ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa
malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh
diberikan pada anak < 5 tahun.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
I. Komplikasi
Komplikasi diare menurut Ngastiyah (2005), diantaranya adalah kehilangan cairan
dan elektrolit secara mendadak. Hal ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi yaitu:
1. Dehidrasi
Kehilangan cairan dan garam dari tubuh yang lebih dari normal
menyebabkan dehidrasi. Diare berdasarkan derajat dehidrasi dibagi
menjadi:
a. Diare dengan dehidrasi ringan
Tanda-tanda diare dengan dehidrasi ringan yaitu kehilangan cairan kurang
dari 5% berat badan, kesadaran baik, mata agak cekung, turgor kulit kurang dan
kekenyalan kulit normal, lemah dan haus, ubun-ubun besar agak cekung, dan
membran mukosa sedikit kering.
b. Diare dengan dehidrasi sedang
Tanda-tanda diare dengan dehidrasi sedang yaitu kehilangan
cairan 5-10% berat badan, keadaan umum gelisah, rasa haus
meningkat (++), denyut nadi cepat dan pernapasan agak cepat, mata
cekung, turgor dan tonus otot agak berkurang, ubun-ubun besar
cekung, kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar
1-2 detik, dan membran mukosa kering.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Tanda-tanda diare dengan dehidrasi berat yaitu kehilangan cairan lebih dari
10% berat badan, keadaan umum dan kesadaran koma atau apatis, denyut nadi cepat
sekali, pernapasan kusmaull (cepat dan dalam), ubun-ubun besar cekung sekali, mata
cekung sekali, turgor/tonus kurang sekali dan selaput lendir kurang/asidosis.
2. Renjatan hipovolemik
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Diare dapat menyebabkan dehidrasi. Pada dehidrasi berat (rata-rata
kehilangan cairan sebanyak 12, 5%) volume darah berkurang sehingga
dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi
cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah,
kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporokoma).
3. Hipokalsemia
Cairan dan elektrolit lebih banyak yang keluar dari darah ke dalam
usus. Elektrolit tersebut mengandung kalsium sehingga menyebabkan
hipokalsemia.
4. Asidosis
Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
Asidosis metabolik terjadi karena kehilangan natrium bikarbonat
(NaHCO3) melalui tinja diare, ketosis kelaparan, produk-produk
metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oliguria atau
anuria), berpindahnya ion natrium dan cairan ekstrasel ke cairan intrasel,
penimbunan asam laktat (anoksia jaringan).
5. Hipokalemia
Cairan dan elektrolit yang keluar melalui tinja lebih banyak dari
normal. Di dalam elektrolit tersebut ada kandungan kaliumnya sehingga
kadar kalium darah turun (hipokalemia).
6. Hipoglikemia
Terjadi karena terganggunya penyimpanan/persediaan glikogen
dalam hati dan gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia muncul
jika kadar glukosa darah menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
anak. Gejala hipoglikemia berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
7. Hiponatremia
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare. Diare menyebabkan tubuh akan banyak kehilangan elektrolit
dan dapat menyebabkan hiponatremia.
8. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktase.
9. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
10. Malnutrisi energi protein yang diakibatkan karena muntah dan diare yang
lama atau kronik dan juga anoreksia.
J. Pencegahan
Mengingat bahwa penularan penyakit ini melalui "4 F" (Finger, feces, food, dan fly),
maka tindakan yang utama adalah upaya pencegahan. Upaya pencegahan penyakit diare
menurut Ngastiyah (2005) yaitu:
1. Kebersihan perseorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis
bermain, memakai alas kaki jika bermain ditanah.
2. Membiasakan anak defekasi di jamban dan jamban harus selalu
bersih agar tidak ada lalat.
3. Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4. Makanan harus selalu tertutup.
5. Anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri, diajarkan untuk
tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.
6. Air minum harus selalu dimasak.
K. Data penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Wong (2003) diantaranya adalah :
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis, yaitu ditemukan bentuk feses cair, kurang lebih
jumlahnya 250 mg dalam sehari.
2) Mikroskopis, yaitu didapatkan hasil natrium (Na) menurun. Nilai
normal Na dalam tinja 56-105 mEq/l, chlorida (Cl) juga menurun.
Nilai normal Cl dalam tinja yaitu 55-95 mEq/l, kadar kalium juga
mengalami penurunan, normalnya 25-26 mEq/l, pada pemeriksaan
bikarbonat (HCO3) juga didapatkan hasil menurun, normalnya 14-
31 mEq/l.
b. Tingkat keasaman (pH) dan kadar gula dalam tinja dapat diperiksa
dengan kertas lakmus dan tabel clini test bila diduga terjadi intoleransi
gula.
1). pH kurang dari 6
2). Gula tinja + : 0, 5%
++ : 0, 75%
+++ : 1%
++++ : 2%
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah (lebih
tepat dengan dilakukan pemeriksaan analisa gas darah).
Tabel 2.6Hasil analisa gas darah
Nilai normal Karbondioksida (CO2)
Tingkat keasaman (pH)
Alkalosis metabolik Alkalosis respiratorik Asidosis metabolik
Asidosis respiratorik
Meningkat Menurun Menurun
Meningkat
Meningkat Meningkat Menurun Menurun
d. Pemeriksaankadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
1) Pemeriksaan urin, didapatkan hasil kadar urin meningkat yang
menandakan dehidrasi, sedangkan nilai normal kadar urin adalah
20-40 mg/dl.
2) Pemeriksaan kreatinin, didapatkan hasil kreatinin menurun. Nilai
normal kreatinin adalah 0, 5-1, 5 mg/dl.
e. Pemeriksaan darah
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, hemoglobin, hematokrit, dan
Blood Ureum Nitrogen (BUN) biasanya mengalami penurunan pada diare akut.
f. Duodenal intubation
Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui kuman penyebab diare secara kualitatif
dan kuantitatif terutama pada diare kronik. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan
adanya jasad renik atau parasit.
g. Rekto kolonoskopi
Kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akut tapi jika diare lebih
dari 10 hari tidak berhenti/cenderung menjadi kronik maka rekto
sigmoidoskopi sangat perlu. Bila diare berdarah mutlak perlu
dilakukan rektokolomoskopi.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
h. Foto sinar X (Rontgen)
Foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut. Pada kasus diare
akut, peranan rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya
pada diare kronik dimana pemeriksaan sinar X memegang peranan
yang sama dengan endoskopi.
L. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien gastroenteritis sebagai
berikut :
1) Umur
Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi
laktase, sindrom kolon iritatif.
2) Frekuensi Diare
biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke
hari makin sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau
akibat salah makan
3) Lamanya Diare
diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung
lama
4) Nyeri Abdomen
Nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
usus, sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada
infeksi maupun sindrom mauoun usus iritabel.
Data Subyektif
1. Keluhan utama : BAB cair, lemas, gwelisah, mual muntah,
anoreksia, badan panas.
2. Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
3. Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman,
atau lingkungan.
4. Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
5. Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka,
suka makan makanan pedas.
Data Obyektif
1. Mata cekung
2. Ubun – ubun besar dan cekung
3. Turgor kulit kurang dan kering
4. Lidah, bibir dan mukosa kering
5. Konsistensi feses cair
6. Peningkatann suhu tubuh
7. Penurunan BB
8. Pasien tampak lemah dan lemas
b. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : composmentis, pada dehidrasi berat dapat terjadi apatis,
somnolen, kadang sopokomateus.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Keadaan umum : sedamg atau lemah
Vital sign : pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hipovolemik
dengan :
1) Tekanan Darah menurun (misal 90/40 mmHg)
2) Nadi sepat sekali (tachikardi)
3) Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena
adanya infeksi dalam usus
4) Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya
kompensasi asam basa.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Pemerisaan Fisik
a) Kepala dan Muka
Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan
agak cekung
Rambut : terjadi rontok atau merah karena malnutrisi
Mata : mata pada umumnya agak cekung
Mulut : mukosa kering, bibir pecah – pecah, lidah kering,
bibir sianosis.
Pipi : pada tulang pipi biasanya menonjol
Wajah : tampak lebih pucat
b) Leher
Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
c) Jantung
Menimbulkan aritmia jantung
d) Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya kadang simetris, cembung terlihat
pembesaran pada perut kanan bawah.
Perkusi : tympani (kembung).
Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu
bagian usus dan dapat terjadi kejang perut.
Auskultasi : bising usus >30x / menit
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
e) Anus
Anus terjadi iritasi, kemerahan pada daerah sekitarnya
f) Kulit
Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 –
2 detik.
Diagnose keperawtan
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut NANDA (2005),
Wong (2003), dan Doengoes (2000) adalah:
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif.
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan absorbsi, masukan nutrisi yang
tidak adekuat.
c. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare
(defekasi).
e. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, proses inflamasi.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya invasif
mikroorganisme, hospitalisasi.
g. Kurang pengetahuan (penyakit diare) berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2. Fokus Intervensi
Fokus intervensi pada penderita diare menurut Jhonson (2000),
Closky (2000) yaitu:
a. Diagnosa Keperawatan I
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif.
1) Nursing Outcome Classification (NOC): Keseimbangan Cairan
Tujuan: Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh
kembali normal.
Kriteria Hasil:
a) Intake cairan adekuat.
b) Berat badan stabil (normal).
c) Turgor kulit baik.
d) Mukosa bibir lembab.
e) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC): Manajemen Cairan
a) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, membran
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
mukosa, ubun-ubun, mata).
b) Beri larutan rehidrasi oral (oralit)
c) Ukur berat badan secara teratur.
d) Ukur tanda-tanda vital.
e) Pantau masukan dan haluaran cairan.
f) Anjurkan pasien untuk banyak minum
g) Anjurkan keluarga (ibu) untuk memberikan ASI.
h) Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman
berkarbonat, dan gelatin karena cairan ini biasanya tinggi
karbohidrat, rendah elektrolit, dan mempunyai osmolalitas
tinggi.
i) Pantau kadar elektrolit darah, kreatinin, hematokrit, dan
hemoglobin.
j) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan parenteral
yang tepat.
b. Diagnosa Keperawatan II
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbsi, masukan nutrisi tidak adekuat.
1) NOC: Status Nutrisi
Tujuan: Status nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil:
a) Berat badan normal.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
b) Intake makanan adekuat.
c) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi (bibir pecah-pecah, rambut
rontok, dan rambut kemerahan).
d) Energi adekuat.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) NIC: Manajemen Nutrisi
a) Kaji status nutrisi dan kemampuan makan pasien.
b) Timbang berat badan secara teratur.
c) Anjurkan pasien untuk makan sedikit-sedikit tapi sering.
d) Anjurkan ibu untuk mempertahankan pemberian ASI secara
efektif.
e) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nurisi yang
dibutuhkan pasien.
f) Observasi dan catat respons terhadap pemberian makan untuk
mengkaji toleransi pemberian makan.
g) Berikan kebersihan oral.
h) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase
sakit akut.
i) Anjurkan istirahat sebelum makan.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
j) Catar masukan dan perubahan simtomatologi.
c. Diagnosa Keperawatan III
Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
1) NOC: Level Nyeri
Tujuan: Nyeri pada pasien berkurang.
Kriteria Hasil:
a) Pesien mengatakan nyeri berkurang.
b) Ekspresi wajah tersenyum.
c) Pasien Tampak tenang dan nyaman.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) NIC: Manajemen Nyeri
a) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
b) Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, dan kualitas/beratnya nyeri.
c) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan.
d) Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat
mengekspresikan nyeri.
e) Ajarkan teknik relaksasi non farmakologi yang tepat.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
f) Berikan rendam duduk dengan tepat.
g) Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
h) Observasi adanya isiorektal dan fistula perianal.
i) Observasi distensi abdomen, peningkatan suhu, dan penurunan
tekanan darah.
j) Kolaborasi: Beri analgetik yang sesuai indikasi.
d. Diagnosa Keperawatan IV
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare
(defekasi).
1) NOC: Integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria Hasil:
a) Integritas kulit yang baik.
b) Tidak ada luka (lesi pada kulit pada kemerahan, kulit tidak
kering).
c) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembahan
kulit.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
5 = Selalu menunjukkan
2) NIC: Manajemen Tekanan
a) Kaji adanya tanda-tanda kerusakan kulit.
b) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
c) Monitor kulit akan adanya kemerahan.
d) Ganti popok dengan sering untuk menjaga agar kulit tetap
bersih dan kering.
e) Oleskan lotion/minyak/baby oil pada daerah yang tertekan.
f) Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
g) Hindari penggunaan tisu basah yang mengandung alcohol pada
kulit yang terekskoriasi karena akan menyebabkan rasa
menyengat.
e. Diagnosa Keperawatan V
Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, proses inflamasi.
1) NOC: Termoregulasi
Tujuan: Suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil:
a) Suhu tubuh dalam rentang normal.
b) Nadi dan RR dalam rentan normal.
c) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) NIC: Manajemen Demam
a) Monitor suhu setiap 2 jam sekali.
b) Monitor monitor nadi dan respirasi rate secara rutin.
c) Monitor adanya perubahan warna kulit dan keluhan lain.
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan anak minum yang
cukup.
e) Beri kompres pada lipat paha dan aksila.
f) Kolaborasi: Beri anti piretik sesuai indikasi.
f. Diagnosa Keperawatan VI
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya invasif mikroorganisme.
1) NOC: Kontrol Resiko
Tujuan: Tidak terjadi infeksi nosokomial.
Kriteria Hasil:
a) Tidak ada demam.
b) Tidak ada edema.
c) Tidak ada kemerahan.
d) Pasien tenang.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) NIC: Pengendalian infeksi
a) Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
b) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan saat melakukan
tindakan.
c) Batasi jumlah pengunjung.
d) Anjurkan pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan.
e) Gunakan popok sekali pakai dan pakaikan dengan tepat.
f) Upayakan untuk mempertahankan bayi dan anak kecil dari
menempatkan tangan dan objek dalam area terkontaminasi.
g) Kolaborasi: Beri antibiotik sesuai dengan indikasi.
g. Diagnosa Keperawatan VII
Kurang pengetahuan (penyakit diare) berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.
1) Pengetahuan: Proses Penyakit
Tujuan: Pasien tahu mengenai penyakitnya dan perawatannya.
Kriteria Hasil:
a) Pasien dan keluarga mampu menyebutkan tentang penyakitnya
dan penyebabnya.
b) Pasien dan keluarga mampu menyebutkan cara merawat pasien
diare.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c) Pasien dan keluarga mampu merawat pasien/membuat oralit.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) NIC: Pendidikan Kesehatan: Proses Penyakit
a) Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan
tindakan terapetik.
b) Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan
pada anak.
c) Izinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan
anak sebanyak yang mereka inginkan.
d) Jelaskan mengenai penyakit diare sesuai indikasi.
e) Jelaskan cara perawatan diare.
f) Ajarkan cara pembuatan oralit.
g) Anjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan cara membuat
oralit
h) Beri reinforcement positif.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MUHAMMAD FADILAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014