Upload
lamnhi
View
219
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
(Departemen Kesehatan RI. 1998 ).
Keluarga adalah sebagai unit kecil, terdiri dari dua orang atau lebih,
akan tetapi tidak selalu diikat dalam suatu ikatan perkawinan dan pertalian
darah, hidup dalam satu atap, berinteraksi satu sama lain, setiap anggota
keluarga menjalankan peran dan fungsinya masing-masing serta
menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan. ( Duval dalam Agus
Citra D. 2002 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Baylon dan Maglaya di kutip oleh Arita Murwani 2007).
Dari kedua pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang
atau lebih, dalam suatu ikatan perkawinan dan pertalian darah hidup dalam
6
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
suatu rumah tangga, dibawah asuhan seorang anggota keluarga mempunyai
peran masing-masing serta menciptakan dan juga mempertahankan suatu
kebudayaan.
2. Tipe Keluarga
Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai
tipe keluarga. Berikut ini akan disampaikan berbagai tipe keluarga:
a. Tipe Keluarga Tradisisonal
1) Keluarga Inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga Besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
keponakan, paman, bibi.
3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
dan istri tanpa anak.
4) “Single Parent”, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) “Commune family”, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
2) Orang tua (suami-istri) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup dalam satu rumah tangga.
3) “Homoseksual”, yaitu dua individu yang sejenis (laki-laki) hidup
satu rumah tangga.
3. Struktur keluarga
Mempelajari struktur keluarga akan memberikan penjelasan dengan
dominasi jalur hubungan darah, dominasi keberadaan tempat tinggal,
dominasi pengambilan keputusan. Di Indonesia terdapat beragam struktur
keluarga, penulis akan menjelaskan tentang struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalu garis ayah.
b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
garis ibu.
c. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dengan suami.
d. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dengan ayah.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
4. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku intra personal
sifat, kegiatan yang bersifat berhubungan dengan individu dalam keluarga
didasari harapan dengan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Peran Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman serta sebagai kepala keluarga, ayah juga berperan sebagai
anggota dari kelompok sosialnya dan sebagai anggota masyarakat
dilingkungannya.
b. Peran Ibu : Ibu berperan sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-
anaknya, mempunyai tugas untuk mengurus rumah tangga, pengasuh
dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dari keluarga.
c. Peran Anak : Anak-anak melakukan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannnya baik fisik, mental, social dan spiritual.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga antara lain :
a. Fungsi Biologis
Fungsi biologis keluarga bukan hanya ditujukan untuk meneruskan
kelangsungasn keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan
anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat
anggota keluarga juga bagian dari fungsi biologis keluarga.
b. Fungsi Psikologis
Keluarga menjalankan fungis psikologisnya antara lain untuk
memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di
antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga dan memberikan indentitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memnberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, dan meneruskan nilai-
nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga menjalankan fungsi ekonominya untuk mencari sumber-
sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penggunaan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang akan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
Fungsi ekonomi ini secara kultur di Negara-negara Asia dipegang teguh
oleh kepala keluarga yaitu suami, tetapi lambat laun nilai itu memudar,
banyak wanita sebagai single parent memenuhi fungsi ekonomi.
e. Fungsi Pendidikan
Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan anak
dalam rangka memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk
perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa dan
mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Fungsi-fungsi
fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua dengan menyediakan pangan,
papan, sandang dan perlindungan terhadap bahaya. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individu) merupakan bagian yang
paling relevan dari fungsi keluarga bagi perawatan keluarga.
f. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
Menurut Friedman(1998) tugas kesehatan keluarga adalah sebagai
berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan
Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan. kaji sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala faktor
penyebab dan faktor yang mempengaruhinya.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan keperawatan yang tepat, hal yang perlu dirasakan
oleh keluarga sejauh mana kemampuan keluarga mengenai sifat dan
luasnya masalah,apakah masalah masalah kesehatan dirasakan oleh
keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit, apakah keluarga
mempunyai sifat negatif terhadap masalah kesehatan,apakah
keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, apakah
keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan apakah
keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah sejauhmana
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
keluarga mengetahui keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran,
komplikasi, prognosa dan cara perawatanya) sejauh mana keluarga
mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan, sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang
ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab,
sumber keuangan, fasilitas fisik, psikososial) dan bagaimana sifat
keluarga terhadap yang sakit (khususnya sifat negatif).
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat (dari
segi fisik ,psikis, ekonomi) hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan,
sejauh mana keluarga melihat keuntungan/manfaat, sejauh mana
mengetahui upaya pencegahan penyakit, sejauh mana
sifat/pandangan keluarga terhadap hiegene dan sanitasi dan sejauh
mana kekompakan antar anggota keluarga.
5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat
Umtuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat, hal yang perlu dikaji
adalah sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan
yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan sejauh mana tingkat
kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
6. Tahapan Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu
tertentu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama
berbeda dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers (Friedman,
1998, hal. 111), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang
sama.
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga
agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Pada makalah ini akan
diuraikan perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller
(Friedman, 1998).
Tahap I. Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki
(suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan
yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Karena masih
banyak kita temui keluarga baru yang tinggal dengan orang tua, maka yang
dimaksud dengan meninggalkan keluarga di sini bukanlah secara fisik.
Namun secara psikologis, keluarga tersebut sudah memiliki pasangan baru.
Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan
kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersama-sama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
kebiasaan makan, tidur, bangun pagi. Dan sebagainya. Adapun tugas tahap
perkembangan keluarga pasangan baru yaitu :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana anak
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yaitu
keluarga suami, istri serta keluarga sendiri. Masing-masing pasangan
menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina
hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-
masing. Hal lain yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah kapan waktu
yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah anak yang diharapkan.
Tahap II. Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia
30 bulan. Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan
suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.
Tahap perkembangan Keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak
Pertama) :
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi,
hubungan seksual, dan kegiatan.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam
keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk
memenuhi kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan kelahiran bayi, pasangan
merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.
Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana
orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi berespon.
Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan
hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat
tercapai.
Tahap III. Keluarga dengan Anak Prasekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertam berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.
Tahap perkembangan keluarga dengan anak prasekolah, yaitu
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal , privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling
repot).
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak).
Kehidupan keluarga pada tahap ini sibuk dan anak sangat
tergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya
sedemikian rupa sehingga kebutuhan anak, suami, istri, dan pekerjaan
(purna waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek
keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar
kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng denga cara menguatkan
hubungan kerja sama antar suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk
menstimulasi perkembangan individual anak khususnya kemandirian anak
agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tahap IV. Keluarga dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga
mencapai jumlah naggota keluarga maksimal, sehinga keluarga sangat
sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas
dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktivitas
yang berbeda dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerja sama untuk
mencapai tugas perkembangan (lihat tabel 4).
Tahap perkembangan keluarga dengan anak sekolah, yaitu
a. Membantu soisalisasi anak, tetangga, sekolah, dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
Pada tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak,
memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas di
sekolah maupun luar sekolah.
Tahap V. Keluarga dengan Anak Remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersipkan diri menjadi lebih dewasa. Seperti pada tahap-
tahap sebelumnya, pada tahap ini keluarga memilki tugas perkembanganya
Tahap perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja, yaitu
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasadan meningkatkan
otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai
otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan peran dan
fungsinya). Seringkali muncul konflik antara orang tua dan remaja karena
anak menginginkan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sementara
orang tua mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas anak. Dalam hal ini
orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari
kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap
harmonis.
Tahap VI. Keluarga dengan Anak Dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terkhir meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat terkhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersam orang tua. Tujuan utama pada tahap
ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepas anak untuk hidup sendiri.
Tahap perkembangan. Keluarga dengan Anak Dewasa, yaitu
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua
d. Membantu anak untuk mandrir di masyarakat
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
e. Pemantauan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Keluarga mempersipkan anaknya yang tertua untuk membentuk
keluarga sendiri dan tetap membantu anak terkahir untuk lebih mandiri.
Pada saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang
dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan
merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa ‘kosong’ karena
nak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan ini
orang tua perlu melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai
pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tahap VII. Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut usia,
perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Untuk
mengatasi hal tersebut keluarga perlu melakukan tugas-tugas
perkembangan.
Tahap perkembangan keluarga usia remaja, yaitu
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus
untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas: pola hidup
yang sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup dan pekerjaan,
dan sebagainya. Pasangan juga mempertahankan hubungan dengan teman
sebaya dan keluarga anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga
antar generasi (anak dan cucu) sehingga pasangan dapat merasakan
kebahagian sebagai kakek-nenek. Hubungan antar pasangan perlu semakin
dieratkan dengan memperhatikan ketergantungan dan kemandirian masing-
masing pasangan.
Tahap VIII. Keluarga Usia Lanjut
Tahap terkhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai
keduanya meninggal. Proses lanjut usia dan pensiun merupakan realitas
yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan kehilangan yang
harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan,
kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan, serta perasaan
menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan. Dengan memenuhi tugas-
tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orang tua mampu
beradaptasi menghadapi stressor tersebut.
Tahap perkembangan keluarga usia lanjut, yaitu
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan ‘live review’.
Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan
tugas utama keluarga pada tahap ini. Lanjut usia umumnya; lebih dapat
beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya.
Wanita yang tinggal dengan pasangannya memperlihatkan adaptasi yang
lebih positif dalam memasuki masa tuanya dibandingkan wanita yang
tinggal dengan sebayanya. Orang tua juga perlu melakukan ‘life review’
dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu. Hal
ini berguna agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan
berarti.
7. Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga
Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa
peran yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah :
a. Pemberian asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
b. Pengenal atau pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga .
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga
d. Fasilitator ,menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan
perawat dengan mudah menampung permasalahan yang dihadapi
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
keluarga dan menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan
memantau mencarikan jalan palan pemecahanya.
e. Pendidik kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk
merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku
sehat .
f. Penyuluh dan konsultan, perawat dapat berperan dalam memberikan
petunjuk tentang asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga
disamping menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-masalah
kesehatan keluarga .
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
B. Asuhan keperawatan keluarga dengan Asma Bronchiale.
1. Asuhan keperawatan keluarga
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang
diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan (Baylon dan Maglaya, dikutip oleh , Arita
Murwani, 2007)
2. Pengertian Asma Bronchiale
Asma Bronchiale adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten,
reversible dimana trakea dan bronki bererspon dalam secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu. (Brunner & Suddarth, 2001)
Asma Bronchiale adalah satu keadaan klinik yang ditandai oleh
terjadinya penyempitan bronkus yang berulang namun reversible,dan
diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi
yang lebih normal. (Sylvia A.Price, 2005)
Asma Bronchiale didefinisikan sebagai penurunan fungsi paru dan
hiperresponsivitas jalan napas terhadap berbagai rangsang. (Lynda Juall
Carpenito, 1999)
Asma merupakan penyakit obstruksi saluran pernapasan yang
intermiten daripada obstruksi yang terus menerus onsetnya mendadak,
yang ditandai dengan meningktnyaa respon trakea dan bronki terhadap
stimuli berupa sesak yang disebabkan oleh penyempitansaluran
pernapasan. (Barbara C.Long, 1996)
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
3. Anatomi Dan Fisiologi
Gambar I.Anatomi Paru-Paru
Sumber : Syaifuddin, (2006)
Menurut pendapat Syaifudin (2006), anatomi saluran pernafasan
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Saluran pernafasan atas, terdiri dari :
1) Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama , mempunyai
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum
nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Bagian-bagian hidung terdiri atas:
(a) Bagian luar hidung terdiri dari kulit
(b) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan
(c) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat
yang dinamakan karang hidung (konka nasalis) yang berjumlah
3 buah konka yaitu nasalis inferior (bawah), konka nasalis
media (tengah), konka nasalis superior (atas)
Fungsi hidung terdiri atas:
(a) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
(b) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-
bulu hidung
(c) Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
(d) Membunuh kuman-kuman yang masuk bersama-sama udara
pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir
(mukosa) atau hidung.
2) Farinx (tekak)
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara
jalan pernafasan dan jalan makanan , terdapat di bawah dasar
tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas
tulang leher.
Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian:
(a) bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut
nasofaring,
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
(b) bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium
disebut orofaring,
(c) bagian bawah sekali disebut laringofaring.
3) Larinx (tenggorok)
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara
dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak didepan bagian
faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalm
trakea di bawahnya.
Laring terdiri dari 5 tulang rawan:
(a) Kartilago tiroid (1 buah), depan jakun sangat jelas pada pria
(b) Kartilago aritenoid (2 buah), yang berbentuk beker
(c) Kartilago krikoid (1 buah), yang berbentuk cincin
(d) Kartilago epiglotis (1 buah)
b. Saluran pernafasan bawah, terdiri dari :
1) Trakhea (batang tenggorok)
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjtan dari
laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C).
Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang
disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakhea 9-
11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh
otot polos.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
2) Bronkhus (cabang tenggorok)
Bronkhus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari
trachea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis
IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi
oleh jenis set yang sama. Bronkhus itu berjalan ke bawah dan ke
samping kearah tampuk paru-paru.
(a) Bronkhus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkhus
kiri terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang.
(b) Bronkhus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan,
terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.
3) Paru- paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan
luas permukaannya ± 90 m². pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Paru-paru dibagi menjadi dua yaitu
(a) paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), lobus pulmo
dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus
tersusun oleh lobules
(b) Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan
lobus inferior.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke
tengah rongga dada/cavum mediastum. Pada bagian tengah terdapat
tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak
jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi 2 pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu
selaput paru yang langsung membungkus paru-paru, pleura parietal
yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang
disebut cavum pleura. Pada keadaan normal, cavum pleura ini
vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis
dan uga terdapat sedikit cairan yang berguna untuk meminyaki
permukaannya, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding
dada sewaktu ada gerakan bernafas.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Menurut Syaifudin ( 2006 ) fisiologi pernapasan terbagi dalam 2
bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan
napas). Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara berganti,
teratur, berirama, dan terus-menerus. Pernafasan dada. Pada waktu
bernapas, rongga dada terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan
pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada
orang-orang muda dan perempuan. Pernapasan perut. Jika pada waktu
bernapas diafragma turun-naik maka ini dinamkaan pernapasan perut.
Kebanyakan pada orang tua, karena tulang rawannya tidak begitu lembek
yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya.
Fungsi pernapasan yaitu untuk bertahan hidup.
Manusia sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak
mendapat oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada
otak yang tidak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Jika
penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran, misalnya
orang bekerja dalam ruang yang sempit, tertutup, ruang kapal, dan lain-
lain. Bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilan
bergati kebiru-biruan.
4. Etiologi
Penyebab asma bronchiale belum diketahui secara pasti namun dari
berbagai penelitian telah menunjukan bahwa penyakit asma bronchiale
disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Soeparman dkk, 1991) :
a. Allergen(debu,udara kotor, bulu binatang)
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
b. Iritasi seperti asap, bau-bauan, polutan.
c. Infeksi saluran pernapasan terutama yang disebabkan oleh virus
d. Perubahan cuaca yang ekstrim
e. Kegiatan jasmani yang berlebihan
f. Emosi
5. Patofisiologi
Menurut Brunner & Suddarth (2001) Asma adalah obstruksi jalan
napas difus reversible. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari yang
berikut ini :
a. Kontraksi otot-otot yang menglilingi bronki,yang menyempitkan jalan
napas
b. Pembengkakan membran yang melapisi bronki
c. Pengisian bronki dengan mukus yang kental .
Selain itu otot-otot bronchiale dan kelenjar mukosa membesar,
sputum yang kental banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi
dengan udara terperangkap didalam jaringan paru ini menyebabkan
sputum yang berlebih. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak
diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatkan system
imunologis dan sistem saraf otonom.
Beberapa indifidu dengan asma mengalami respons imun yang buruk
terhadap lingkungan mereka. Anibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian
menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
produksi sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamine,. Pelepasan
mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar
jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran
mukosa, dan pembentukan mukosa yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronchial diatur oleh
impuls saraf vagal melalui system parasimpatik. Pada asma opatik atau
nonalergi, Ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang oleh factor
seperti infeksi, dingin, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolin
yang dilepaskan meningkat. Pelepaan asetilkolin ini secara langsung
menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediayor
kimiawi yang dibahas diatas. Individu dngan asma dapat mempunyai
toleransi rendah terhadap respons parasimpatis.
Respon allergen akan dipersepsikan sebagai benda asing oleh
system kekebalan tubuh dalm hal ini adalah IgE yang memegang peran
utama. Oleh karena itu IgE berkaitan dengan allergen membentuk suatu
komponen yang menyebabkan degranulasi sel mati kondisi tersebut dapat
merangsang pelepasan histamine. Pelepasan histamin dapat menimbulkan:
1. Rangsangan pembentukan produksi mucus
2. Peningkatan permeabilitas kapiler
Keduanya menyebabkn kongesti dan pembengkakan ruang
interstisiun paru sehingga terjadi obstruksi aliran udara karena
broncospasma, selain itu pelepasan histamine dapat pula menyebabkan
konstraksi otot polos bronkeolus demikian pula peningkatan rangsangan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
saraf saraf pusat parasimpatis dapat menyebabkan broncospasma
akibatnya akan menimbulkan pola nafas tida efektif.
6. Tanda Dan Gejala
Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea, dan mengik. Pada
beberapa keadaan, batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala.
Serangan asma sering kali terjadi pada malam hari. Penyebabnya tidak
dimengerti dengan jelas, tetapi mungkin berhubungan dengan variasi
sirkadian, yang mempengaruhi ambang resptor jalan napas.
Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa
sesak dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengik, laborious.
Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi, yang
mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot-otot
aksesori pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan dispnea.
Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat.
Sputum,yang terdiri atas sedikit mukus mengandung masa gelatinosa bulat,
kecil yang dibatukan dengan susah ayah. Tanda selanjutnya termasuk
sionosis sekunder terhadap hipoksia hebat, dan gejala-gejala retensi
karbondioksida, termasuk berkeringat, takikardia, dan pelebaran tekanan
nadi.
Serangan asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa
jam dan dapat hilang secara spontan. Reaksi yang berhubungan
kemungkinan reaksi alergik lainya yang dapat menyertai asma termasuk
ekzemi, ruam, dan edema temporer. Serangan asmatik dapat terjadi secara
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
periodic setelah pemajanan terhadap allergen spesifik, obat-obatan tertentu,
latihan fisik, dan kegiatan emosional. (Brunner & Suddarth 2001)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto dada
Pada umumnya pemeriksaan foto dada penderita asma adalah
normal.Pemeriksaan tersebut dilakukan bila ada kecurigaan terhadap
proses patologik di paru atau komplikasi asma (Soeparman dkk, 1991)
b. Sputum
Pemeriksaan sputum dan darah dapat menunjukan eosinofilin (kenaikan
kadar eosinofilin). Terjadi peningkatan kadar serum imunoglobin E
(IgE) pada asma alergik. Sputum dapat jernih atau berbusa (alergik)
atau kental dan putih (non alergik) dan berserabut (non alergik).
c. Spirometri
Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakan diagnosis asma
adalah melihat respons pengobatandengan bronkodilator. Pemeriksaan
spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
hirup (Inhaler atau nebulizer) golongan adrenegik beta. (Soeparman
dkk, 1991)
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Menurut Brunner & Suddarth (2001) Terdapat lima kategori
pengobatan yang digunakan dalam mengobati asma yaitu agonis beta,
metilantin, antikolinergik, dan inhibitor sel mast.
1) Agonis Beta adalah medikasi awal yang digunakan dalam
mengobati asma karena agen ini mendilatasi otot-otot polos
bronkial. Agen adrenergic juga meningkatkan gerakan siliaris,
menurunkan mediator kimiawi anafilaktik dan dapat menguatkan
efek bronkodilalatasi dari kortikosteroid. Agens adrenergic yang
paling umum digunakan adalah epinefrin, albuterol, metaproterenol,
isoproteroid, isoetharine, dan terbutalin. Obat-obat tersebut biasanya
diberikan secara parenteral atau melalui inhalasi.Jalur inhalasi
adalah jalur pilihan karena cara ini mempengaruhi bronkiolus secara
langsung dan mempunyai efek samping yang lebih sedikit.
2) Metilsantin. Metilsantin, seperti aminofilin dan teofilin, digunakan
karena mepunyai efek bronkodilatasi. Agen ini merilekskan otot-otot
polos bronkus, meningkatkan gerakan mukus dalam jalan nafas dan
meningkatkan kontraksi diafragma. Aminofilin (bentuk IV teofilin).
Metilsantin tidak digunakan dalam serangan karena akut karena
awitanya lebih lambat disbanding agonis beta.
3) Antikolinergik seperti atropine,tidak pernah dalam riwayatnya
digunakan untuk pengobatan rutin asma karena efek samping
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
sistemiknya, seperti kekerngan pada mulut, penglihatan kabur,
berkemih, anyang-anyangan, palpitasi dan flusig. Bagaimanapun
derivative ammonium kuaternarisperti atropine metinitrat, dan
ipratropium bromide (Atroven), telah menunjukan efek
bronkodilator yang sangat bauk dengan efek samping sistemik
miimal. Agens ini diberikan melalui inhalasi.
4) Kortikosteroid
Kortikosteroid penting dalam pengobatan asma. Medikasi ini
mungkin diberikan secara intra vena (hidrokortison). Secara oral
(prednisone, prednisolon) atau melalui inhalasi (beklometason,
deksametason) medikasi ini mengurangi inflamasi dan
bronkokontritor.
Kortikosteroid yang dihirup efektif dalam mengobati pasien dengan
asma tergantung steroid. Keuntungan utama dari metode pemberian
ini adalah mengurangi efek kortikosteroid pada system tubuh
lainya. Iritasi tengorokan, batuk, mulut kering, suara parau, dan
ineksi jamur pada mulut dantenggorokan dapat terjadi. Pasien
diinstrusikan untuk membilas mulut dan berkumur segera setelah
menghirup kortikosteroid.
5) Inhibitor Sel Mast
Natrium kromolinsuatu inhibitor sel mast adalah bagian integral dari
pengobatan asma. Medikasi ini diberikan melalai inhalasi. Medikasi
ini mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik, Natrium
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
kromolin sangat bermanfaat diberikan antar serangan atau sementara
asma dalam remisi. Obat ini dapat mengakibatkan pengurangan
penggunaan medikasi lain dan perbaikan menyeluruh dalam gejala.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Perawatan Asma dengan Inhalasi manual
1) Bahan-bahan yang digunakan
• Air panas dalam tremos
• Baskom plastikm tahan panas
• Minyak kayu putih/kain penutup kepala
• Handuk untuk mengalasi uap air
2) Menjelaskan cara membuat
• Menyiapkan air panas
• Menyediakan baskom
• Menyediakan minyak kayu putih
• Menyediakan kain penutup kepala
• Menyediakan handuk
3) Cara pemberian
• Air hangat yang telah dicampur dengan menthol masukan
dalam baskom
• Tutupi area baskom dan kepala dengan handuk/kain yang
biarkan mentupi seluruh wajah supaya air tidak cepat hilang
terbawa angin
• Minta pasien untuk tarik nafas dalam
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
• Lakukan sekitar 10-15 menit/sampai lega
• Minta tarik nafas lewat hidung tahan sebentar kemudian
hembuskan perlahan lewat mulut
9. Proses Keperawatan Keluarga
a. Proses Pengkajian
Proses pengkajian keperawatan merupakan pengumpulan
informasi secara terus-menerus, dengan kata ini, proses pengkajian
dilakukan secara sistematis (dengan menggunakan suatu alat
pengkajian keluarga) dimana data yang telah didapat diklasifikasi dan
dianalisa. Pengumpulan data merupakan syarat untuk
pengidentifikasian masalah. Merupakan langkah pertama dalam proses
keperawatan, data terus dikumpulkan selama pelayanan diberikan, yang
mana hal ini menunjukan sifat dinamis, interaktif dan fleksibel dari
proses ini.
Pengumpulan data tentang keluarga didapatkan dari berbagai
sumber: wawancara, observasi, informasi tertulis atau lisan, inspeksi,
palpasi, auskultasi perawat dapat menyusun intervensi-intervensi
definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk
mengurangi, menghilangkan, atau mencegah perubahan.
b. Diagnosa Keperawatan
Dalam mengidentifikasi masalah untuk mencapai diagnosa
keperawatan, partisipasi aktif keluarga merupakan hal yang penting,
karena keluarga dan perawat secara bersama-sama bertanggung jawab
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
dalam proses ini. Masalah-masalah yang diidentifikasi dalam
perawatan keluarga sering berfokus pada kemampuan keluarga
mengatasi masalah kesehatan dan lingkungan.
Tipologi dan komponen diagnosa keperawatan ada 3, yaitu
Masalah keperawatan aktual. Masalah ini memberikan gambaran
berupa gejala dan tanda yang jelas dan mendukung bahwa masalah
benar-benar terjadi. Masalah keperawatan resiko tinggi, masalah ini
sudah ditunjang dengan data-data yang akan mengarah pada timbulnya
masalah kesehatan bila tidak segera ditangani. Masalah keperawatan
potensial/sejahtera, status kesehatan berada pada kondisi sehat dan
ingin meningkatkan lebih optimal.
c. Perencanaan
Tahapan selanjutnya dalam proses keperawatan keluarga adalah
penyusunan rencana perawatan yang terlebih dahulu dilakukan proses
penapisan terhadap masalah keperawatan. Proses penapisan
menggunakan 4 kriteria : sifat masalah (aktual, resiko, potensial),
kemungkinan masalah untuk diubah (mudah, sebagian tidak dapat),
potensial masalah untuk dapat dicegah (tinggi, cukup, rendah) dan
menonjolnya masalah (segera diatasi, tidak segera diatasi, tidak
dirasakan ada masalah). Dengan rumus skoring :
BobotnggiAngkaTerti
Nilai×
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
Dalam penyusunan tujuan harus berorientasi pada klien serta
dapat memberikan pendekatan-pendekatan alternative untuk memenuhi
tujuan-tujuan.
Penyusunan tujuan bersama dengan keluarga menjadi penentu
pemecahan yang efektif. Dalam penyusunan tujuan sangat diperlukan
kerjasama dengan keluarga dalam membedakan masalah-masalah yang
perlu diselesaikan dalam intervensi keperawatan, dan membedakan
masalah-masalah yang perlu diserahkan kepada anggota tim perawatan
kesehatan yang lain.
Ada beberapa tingkatan tujuan. Tingkat pertama meliptui
tujuan-tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur, langsung, dan
spesifik. Ditengah kontinim adalah tujuan-tujuan yang sifatnya lebih
umum, jangka panjang merupakan tujuan akhir yang menyatakan
maksud-maksud luas yang diharapkan oleh keluarga dan perawatan
agar dapat tercapai.
Tujuan-tujuan jangka pendek penting untuk memotivasi bahwa
kemajuan sedang dalam proses, dan membimbing keluarga kea rah
tujuan yang lebih komprehensif.
Tipologi intervensi keperawatan menurut Freegman (1970) :
Suplemental, dimana perawat berperan sebagai pemberi pelayanan
perawatan langsung; Fasilitatif, memfasilitasi keluarga seperti
pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanan
kesehatan dirumah. Perkembangan, membantu keluarga memanfaatkan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
sumber-sumber perawatan kesehatan pribadi seperti sistem dukungan
sosial seperti sistem dukungan sosial internal maupun eksternal dalam
suatu intervensi. Selain Freegman, ada juga klasifikasi intervensi
menurut Wright dan Leahey yang diarahkan pada tiga tingkah fungsi
keluarga, yaitu : Kognitif, dimana perawat memberikan informasi
gagasan kepada keluarga, yang mana diharapkan pola piker keluarga
berubah menuju tahap derajat kesehatan optimal. Afektif, tindakan
keperawatan yang diberikan ditujukan untuk mengubah emosi
keluarga, sehingga dalam memecahkan masalah lebih efektif. Perilaku,
tindakann keperawatan yang diberikan diarahkan untuk mengubah pola
tingkah laku keluarga mengetahui arti pentingnya kesehatan.
Dalam menetapkn intervensi, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu : tindakan-tindakan yang disusun harus berorientasi
pada pemecahan masalah. Rencana tindakan yang dibuat harus dapat
dilakukan secara mandiri oleh keluarga. Rencana tindakan yang dibuat
berdasarkan masalah kesehatan. Rencana perawatan sederhana dan
mudah dilakukan. Rencana perawatan dapat dilakukan secara terus-
menerus oleh keluarga.
d. Implementasi Keperawatan
Tahap berikutnya adalah tahap implementasi, dimana pada
tahap ini merupakan tahap keempat dari proses keperawatan keluarga.
Dalam pelaksanaan keperawatan keluarga sering kali permasalahan
yang dijumpai adalah tingkat pendidikan yang rendah, penyesuaian
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
waktu antara perawat dan keluarga, motivasi yang rendah, sumber dana
yang kurang. Untuk itu perawat harus benar-benar melaksanakan
berbagai peran seperti : pemberian perawatan langsung, fasilitator,
konselor, advokat, dll. Keluarga diharapkan mampu berperan dengan
memotivasi keluarga untuk lebih membangkitkan dan meningkatkan
minat dalam melakukan tindakan yang telah direncanakan, serta perlu
ditunjang dengan sumber-sumber yang ada baik dalam diri perawat
sendiri, keluarga dan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan
masyarakat.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, untuk
menilai keberhasilan yang telah dicapai. Pada tahap ini dikenal 2
macam evaluasi yang meliputi evaluasi yang telah dilakukan setelah
tindakan dilaksanakan dengan cara melihat respon yang terjadi,
sedangkan evaluasi hasil merupakan evaluasi dari seluruh proses
kegiatan yang dilaksanakan menurut perencanaan.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
10. Pathway
Gambar II.2. pathway
Respon Allergen
Debu, bulu binatang, asap, cuaca, emosi, kegiatan jasmani yang berlebihan
IgE dan allergen komponen komponen
Degranulasi sel mast
Pelepasan Histamin
Asma bronchial
Kontraksi otot polos brokeolus
Kongestisium paru dan oedem paru
Bronkospasma
Distress pernafasan
Pola nafas tidak efektif
- Pembentukan mucus - Peningkatan permeabilitas
kapiler
Obstruksi aliran udara
Bersihan jalan napas tidak efektif
Mengenal masalah asma
bronchial
Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah asma
bronchial
Mengambil keputusan mengatasi
masalah asma
Tidak tahu
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan mengatasi
masalah asma
Merawat asma bronchial
Tidak tahu
Ketidakmampuan keluarga
Merawat asma bronchial
Pemanfaatan fasilitas
kesehatan
Tidak tahu
Ketidakmampuan keluarga memanfaatan
fasilitas kesehatan
Memodifikasi lingkungan
dengan asma
Tidak tahu
Memodifikasi lingkungan
dengan asma
Tidak tahu
Peningkatan Sputum
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
11. Fokus Intervensi Menurut Doengous(2000)
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi secret
Tujuan dan Kriteria Hasil :
- Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi nafas bersih dan
jelas
- Mengeluarkan sekret sehingga memperbaiki jalan pernafasan
Intervensi :
- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas mengi
- Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi
- Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan,
penggunaan obat
- Tempatkan klien pada posisi yang nyaman meninggikan tempat
tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan
gravitasi.
- Pertahankan polusi lingkungan minimum.
- Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml /hari sesuai
toleransi jantung, memberikan air hangat.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen
Tujuan dan Kriteria Hasil
- Oksigenasi jaringan adekuat dan bebas gejala distress pernafasan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
- Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
Intervensi :
- Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa
- Awasi tanda vital dan irama jantung
- Kolaborasi berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil
AGDA dan toleransi klien
- Palpasi fremitus Penurunan getaran vibrasi diduga adanya
penggumpalan cairan/udara
- Auskultasi bunyi nafas bunyi nafas redup karena penurunan aliran
darah /area konsulidasi
- Awasi tingkat kesadaran status mental gelisah dan ansietas adalah
manifestasi pada hipoksia
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplay oksigen
kejaringan
Tujuan dan Kriteria Hasil
- Peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan
tidak adanya dispnea kelemahan
- Suplay jaringan ke oksigen terpenuhi
Intervensi :
- Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
- Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
- Jelaskan pentingnya istirahat
- Bantu pasien memiliki possis yang nyaman
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010
d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru selama serangan asma akut
Tujuan dan Kriteria hasil
- pola nafas efektif
- Sesak nafas berkurang atau hilang, tidak ada retraksi otot
pernafasan
Intervensi :
- Kaji tanda-tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan
yaitudispnea, penggunaan otot bantu pernafasan
- Baringkan pasien dalam posisi fowler tinggi untuk memaksimalkan
ekspansi dada
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
12. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif pada keluarga Bpk.R khususnya Ibu
T berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarganya yang menderita dengan penyakit asma bronchiale
b. Pola napas tidak efektif pada keluarga Bpk.R khususnya Ibu T
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan masalah asma bronchiale
Asuhan Keperawatan Keluarga..., INNA NADZIROTUL M, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2010