Upload
lexuyen
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Belajar
Rusman (2012: 85) mengemukakan bahwa belajar adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan
pribadi dan perilaku individu. Sebagian terbesar perkembangan individu
berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Mulyono Abdurrahman
(2012: 19) belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang
berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar. Abu
Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 128) menyatakan bahwa belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Menurut Sadirman (2011: 20) belajar merupakan perubahan tingkah
laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca,
mengamati, mendengarkan, dan meniru. Muhibbin Syah (2008: 92) belajar
adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan secara keseluruhan dari dalam dirinya dan berupaya untuk
mencapai hasil belajar yang baik.
2. Kesulitan Belajar
Menurut Mulyono Abdurrahman (2012: 1) kesulitan belajar merupakan
istilah bahasa inggris “learning disability”. Learning artinya belajar dan
disability artinya ketidakmampuan sehingga “learning disability” ialah
6
ketidakmampuan belajar. Kesulitan-kesulitan dalam belajar sering terjadi
pada tingkatan usia, kesulitan belajar berkaitan dengan ketidakmampuan
memahami konsep dan hingga cara penyelesainnya. Martini Jamaris (2014:
3) kesulitan belajar atau learning disability yang biasa juga disebut dengan
istilah learning disorder atau learning difficulty adalah suatu kelainan yang
membuat individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan
belajar secara efektif.
Mulyadi (2010: 6) kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dalam proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin
disadari dan juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, serta dapat
bersifat sosiologis, psikologis atau fisiologis dalam keseluruhan proses
belajarnya. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 235) kesulitan belajar
adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar,
disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
Mulyadi (2010: 174) kesulitan belajar matematika atau sering disebut
diskalkula merupakan ketidakmampuan dalam melakukan keterampilan
matematika yang diharapkan untuk kapasitas intelektual dan tingkat
pendidikan seseorang.
Kesulitan dalam belajar mempunyai beberapa klasifikasi, menurut
Martini Jamaris (2014: 32) klasifikasi kesulitan belajar adalah kesulitan
dalam mendengar, kesulitan dalam melakukan ekspresi secara lisan,
kesulitan membaca, kesulitan menulis dan mengarang, kesulitan
matematika, yaitu dalam kalkulasi dan hitungan soal. Martini Jamaris (2014:
188) kesulitan yang dialami siswa yang berkesulitan belajar matematika
adalah kelemahan dalam menghitung (siswa melakukan kesalahan dalam
membaca simbol dan salah dalam mengoperasikan angka), kesulitan dalam
mentransfer pengetahuan (tidak mampu menghubungkan konsep-konsep
matematika dengan kenyataan yang ada), pemahaman matematika yang
kurang (membuat hubungan-hubungan yang bermakna matematika,
7
biasanya pada soal cerita), kesulitan dalam persepsi visual (kesulitan dalam
memvisualisasikan konsep-konsep matematika).
Menurut Mulyadi (2010: 178-179) kekeliruan umum yang sering
dilakukan oleh anak berkesulitan belajar matematika adalah kekeliruan
pemahaman tentang simbol, nilai tempat, penggunaan proses yang keliru,
perhitungan dan tulisan yang tidak dapat dibaca. Menurut Mulyono
Abdurrahman (2012: 7) secara garis besar kesulitan belajar dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, (1) kesulitan belajar yang
berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities)
yang mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa
dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyelesaian perilaku sosial,
dan (2) kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities) yang
menunjukkan adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik
yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut
mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan
matematika.
Pada penelitian ini, kesulitan belajar dilihat dari dua aspek yaitu
mentransfer pengetahuan dan operasi hitung. Indikator kesulitan belajar
pada aspek kesulitan mentransfer pengetahuan terdiri dari dua indikator
yaitu kesulitan dalam menuliskan konsep dan kesulitan dalam menerapkan
konsep. Sedangkan pada aspek kesulitan operasi hitung terdiri dari tiga
indikator yaitu kesulitan dalam manipulasi perhitungan, kesulitan dalam
menuliskan simbol, dan kesulitan dalam operasi hitung.
Kesulitan mentransfer pengetahuan adalah kesulitan yang dialami
mahasiswa dalam menghubungkan konsep-konsep dengan data yang
tersedia pada soal untuk menentukan konsep yang akan digunakan.
Mahasiswa yang mengalami kesulitan ini akan mengalami kesulitan dalam
menuliskan konsep sebagai langkah awal untuk menyelesaikan soal serta
tidak dapat menerapkan konsep yang ada untuk menyelesaikan soal hingga
menemukan jawaban yang tepat. Kesulitan operasi hitung adalah kesulitan
yang dialami mahasiswa dalam memanipulasi perhitungan pada soal. Pada
8
kesulitan ini mahasiswa mengalami kesulitan dalam memanipulasi
perhitungan yang sebenarnya nilainya tetap sama. Selain itu, mahasiswa
juga mengalami kesulitan dalam menuliskan simbol-simbol matematika dan
melakukan operasi hitung.
3. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 237), faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi empat, antara lain:
a. Faktor Anak Didik
Anak didik adalah subjek yang belajar dan yang merasakan langsung
penderitaan akibat kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang diderita
anak didik tidak hanya yang bersifat menetap, tetapi juga bisa
dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu. Faktor-faktor yang menjadi
penyebab kesulitan belajar anak didik, sebagai berikut:
1) Inteligensi (IQ) yang kurang baik.
2) Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang
dipelajari atau yang diberikan oleh guru.
3) Faktor emosional yang kurang stabil.
4) Aktivitas belajar yang kurang.
5) Kebiasaan belajar yang kurang baik.
6) Penyesuaian sosial yang sulit.
7) Ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan
waktu belajarnya.
8) Keadaan fisik yang kurang menunjang.
9) Kesehatan yang kurang baik.
10) Tidak ada motivasi dalam belajar.
b. Faktor Sekolah
Faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dapat menimbulkan
kesulitan belajar, sebagai berikut:
1) Pribadi guru yang kurang baik.
2) Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang
digunakan ataupun dalam penguasaan mata pelajaran.
9
3) Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis.
4) Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
5) Cara guru mengajar yang kurang baik.
6) Alat/media yang kurang memadai.
7) Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang
penggunaannya oleh anak didik.
8) Suasana sekolah yang kurang menyenangkan.
9) Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
c. Faktor Keluarga
Beberapa faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan
belajar anak didik sebagai berikut:
1) Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah.
2) Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orangtua.
3) Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus di
rumah.
4) Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau tinggi yang membuat
anak berlebih-lebihan.
5) Kesehatan keluarga yang kurang baik.
6) Perhatian orangtua yang tidak memadai.
7) Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang.
8) Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan.
d. Faktor Masyarakat Sekitar
Beberapa faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar, sebagai
berikut:
1) Lingkungan masyarakat yang buruk dan obat-obat terlarang.
2) Media cetak dan media elektronik.
3) Adanya kelompok gangster yang menjadi teman anak didik di
masyarakat.
4) Adanya perilaku seksual yang menyebabkan anak didik
berkesulitan belajar di sekolah.
10
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 78) kesulitan
belajar disebabkan karena:
1) Sebab-sebab individual, artinya tidak ada dua orang yang
mengalami kesulitan belajar sama persis penyebabnya walaupun
jenis kesulitannya sama.
2) Sebab-sebab yang kompleks, artinya seorang mengalami kesulitan
belajar karena sebabnya bermacam-macam.
Hendra Surya (2004: 18) penyebab-penyebab timbulnya kesulitan
konsentrasi belajar adalah lemahnya minat pada pelajaran, gelisah,
suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan, kondisi
kesehatan jasmani, serta tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara
belajar yang baik.
Mulyono Abdurrahman (2012: 8) penyebab utama kesulitan belajar
(learning disabilities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya
disfungsi neurologis.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor penyebab kesulitan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam diri individu, misalnya faktor anak didik.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
individu, misalnya faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar.
4. Sistem Bilangan Riil
Sistem bilangan riil merupakan salah satu materi Pengantar Analisis
Riil. Sistem bilangan riil membahas mengenai sifat aljabar, sifat urutan dan
harga mutlak serta sifat kelengkapan dari . Menurut Rita Pramujiyanti
Khotimah dan Christina Kartika Sari (2018: 3-11) di dalam himpunan
semua bilangan riil terdapat dua operasi biner, yaitu penjumlahan yang
dilambangkan dengan (+) dan perkalian yang dilambangkan dengan (.).
Operasi biner mempunyai sifat yaitu: terhadap penjumlahan bersifat grup
komutatif, terhadap perkalian bersifat grup komutatif, serta terhadap
penjumlahan dan perkalian bersifat distributif. Sifat urutan di dimulai dari
11
penyelesaian himpunan bilangan riil positif, yaitu subset dari yang
memenuhi sifat-sifat tertutup terhadap penjumlahan dapat ditulis setiap
a,b berlaku a + b , tertutup terhadap perkalian dapat ditulis setiap
a,b berlaku ab , dan bersifat Trichotomi karena sifat yang dapat
membagi ke dalam tiga tipe elemen berbeda dan dapat ditulis setiap a
tepat satu berlaku a dengan P himpunan bilangan
riil positif. Definisi dari sifat urutan, yaitu:
a. Jika a dapat dikatakan a adalah bilangan positif (positif murni) dan
ditulis . Jika a {0}, dapat dikatakan bahwa a bilangan tak
negatif dan ditulis a Jika –a dapat dikatakan a adalah
bilangan negatif (negatif murni) dan ditulis a < 0. Jika –a {0},
dapat dikatakan a bukan bilangan positif dan ditulis a
b. Misalkan a, b adalah elemen-elemen di , maka
(1) a – b , maka dapat ditulis a > b atau b < a
(2) a – b {0}, maka dapat ditulis a atau b
Notasi a < b < c berarti a < b dan b < c. Demikian juga a
berarti a dan b . Jika a dan b < d maka a
Sifat urutan banyak digunakan untuk membuktian sifat-sifat ketidaksamaan
di dalam . Selanjutnya dipelajari juga harga mutlak, yaitu:
a maka harga mutlak dari a :| | {
Menurut Robert G Bartle dan Donald R. Sherbert (2011: 11-21) materi
sistem bilangan riil mempelajari sifat kelengkapan dari . Sifat kelengkapan
, misalkan:
S ⊆ , w,u
(1) Sebuah bilangan u dikatakan sebagai batas atas (upper bound)
dari S jika s , .
(2) Sebuah bilangan w dikatakan sebagai batas bawah (lower
bound) dari S jika w .
Sebuah bilangan v dikatakan bukan batas atas dari S jika dan hanya jika
terdapat suatu s’ sedemikian sehingga v < s’. Apabila subset S dari
12
tidak mempunyai batas atas maka s = Akan tetapi jika S mempunyai
batas atas, maka akan mempunyai tak hingga banyak batas atas karena jika
u sebuah batas atas dari S, maka sembarang v sedemikian sehingga u < v
juga merupakan sebuah batas atas dari S.
S ⊆ , S
(1) Himpunan S dikatakan terbatas ke atas jika S mempunyai batas
atas.
(2) Himpunan S dikatakan terbatas ke bawah jika S mempunyai batas
bawah.
(3) Himpunan S dikatakan terbatas jika S terbatas ke atas dan terbatas
ke bawah.
Selanjutnya diberikan penjelasan mengenai batas atas terkecil dan batas
bawah terbesar dari suatu himpunan sebagai berikut:
S ⊆ , S ℓ,u
u dikatakan batas atas terkecil (Supremum) = sup S dari S jika
(1) s untuk setiap atau u batas atas S
(2) Jika v sebarang batas atas, maka u
(3) Jika v < u, v bukan batas atas S
(4) Jika v < u, maka terdapat
ℓ dikatakan batas bawah terbesar (Infimum) = inf S dari S jika
(1) ℓ untuk setiap atau ℓ batas bawah S
(2) Jika w sebarang batas bawah, maka w
(3) Jika w < ℓ, w bukan batas bawah S
(4) Jika w < ℓ, maka terdapat
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian yang relevan dapat dijadikan pedoman dasar guna untuk
mengembangkan teori dan memperdalam konsep pada penelitian berikutnya.
Selain itu, penelitian yang relevan dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam
melakukan sebuah penelitian dan sebagai kerelevansiannya. Beberapa penelitian
yang relevan ini adalah:
13
Lalu Sucipto dan Mauliddin (2016) dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa kesulitan mahasiswa dalam belajar Analisis Real mencakup hal-hal
berikut yakni: (1) mahasiswa sulit merespon apa maksud dan tujuan soal, (2)
sulit menentukan awal atau permulaan dari suatu pembuktian, (3) sulit
menemukan ide dan gagasan, (4) sulit menerapkan definisi, sifat, maupun
teorema dalam mengkonstruksi pembuktian, (5) mahasiswa masih sulit berpikir
logis menentukan langkah-langkah pembuktian yang benar. Jenis kesalahan
yang dominan terjadi pada model mahasiswa, baik pada kelas VI C maupun
kelas VI D adalah berupa jenis kesalahan data tidak tepat, prosedur yang tidak
tepat, konflik level respon, dan masalah hirarkhi keterampilan. Faktor yang
membuat mahasiswa sulit untuk belajar Analisis Real, yaitu faktor materi yang
dirasa sulit dipahami, faktor pribadi yang mencakup pola belajar yang tidak baik,
malas dan tidak memiliki daya juang, serta belum memperlihatkan bakat
maupun minat dalam matematika. Faktor lingkungan mencakup ruang kuliah
yang belum representative, masih terpengaruh oleh gaya belajar teman yang
belajar karena ujian bukan karena kebutuhan, serta kampus yang memberikan
beban kuliah yang non matematis yang terlalu banyak sehingga menyita dan
memberikan ruang sempit untuk matematis. Faktor dosen juga berpengaruh dari
gaya belajar, metode pembelajaran, serta ikatan emosional mahasiswa terhadap
dosen yang bersangkutan.
Ayu Oktavia dan Rita Pramujiyanti Khotimah (2016) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa jenis-jenis kesulitan yang dialami mahasiswa dalam
menyelesaikan persamaan differensial dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: (1)
kesulitan pemahaman konsep meliputi: kesulitan merumuskan ciri atau bentuk
umum, menentukan teknik penyelesaian, (2) kesulitan penerapan konsep
meliputi: kesulitan dalam langkah-langkah perhitungan dan kesulitan dalam
materi prasyarat. Sedangkan faktor-faktor penyebab kesulitan dibagi menjadi 2
yaitu (1) faktor intrinsik meliputi: sikap tergesa-gesa mahasiswa dalam
mengerjakan soal, bingungnya mahasiswa dalam memahami dan menjawab soal
sehingga terkesan asal menjawab, kesulitan dalam mengingat rumus, tidak
adanya motivasi dalam belajar, kurangnya pemahaman terhadap materi yang
14
disampaikan sewaktu kuliah dan kurang latihan soal-soal persamaan differensial,
(2) faktor ekstrinsik meliputi: mahasiswa terlalu aktif dalam kegiatan sosial di
lingkungan rumahnya.
Molli Wahyuni (2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Analisis
Real merupakan salah satu mata kuliah yang membutuhkan kemampuan berfikir
kritis mahasiswa, untuk mampu membuat pembukitan dalam permasalahan yang
diajukan. Permasalahan yang paling menonjol dihadapi dalam perkuliahan
analisis real adalah terjadinya miskonsepsi mahasiswa terhadap materi sehingga
menyulitkan dalam pembuktian.
Penelitian yang dilakukan Utin Desy Susiaty, Muhamad Firdaus, dan
Hodiyanto (2017) menunjukkan bahwa tidak ada kesulitan belajar bagi
mahasiswa yang memiliki kemampuan tinggi (M1) dalam mempelajari mata
kuliah matematika ekonomi. Selanjutnya untuk mahasiswa dengan kategori
sedang (M2), kurang dalam memahami perpangkatan jika bilangan pokoknya
berupa bilangan pecahan. Mahasiswa dengan kategori rendah (M3) diperoleh
bahwa M3 tidak memahami konsep untung dan rugi khususnya terkait
pendapatan dan biaya, tidak memahami konsep perpangkatan sehingga salah
dalam menentukan hasil akhir, dan tidak memahami maksud dari soal apalagi
ada .
Penelitian yang dilakukan Ika Wahyuni dan Nurul Ikhsan Karimah (2017)
menunjukkan bahwa mahasiswa belum mencapai ketuntasan secara klasikal.
Ketercapaian setiap indikator kemampuan pemahaman dan penalaran matematis,
rata-rata mencapai 40%. Kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan
mengerjakan soal-soal kemampuan pemahaman dan penalaran matematis pada
materi sistem bilangan kompleks adalah kurang teliti dalam pengoperasian
bentuk aljabar, tidak memahami konsep dalam sifat-sifat aljabar bilangan
kompleks, sifat eksponen bilangan kompleks, fungsi kompleks dan transformasi
fungsi kompleks, menggambarkan fungsi kompleks/peta transformasi fungsi
kompleks pada bidang kompleks, dan lupa atau salah konsep. Dalam upaya
mengoptimalkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematis mahasiswa
dalam perkuliahan, dosen dapat mengembangkan suatu bahan ajar untuk
15
mengatasi kekeliruan-kekeliruan yang dialami mahasiswa dengan harapan
mahasiswa dapat tuntas baik secara individual ataupun klasikal.
Andika Setyo Budi Lestari (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa mahasiswa mengalami kesulitan belajar dalam hal: 1) penguasaan konsep
indikatornya mahasiswa tidak dapat menentukan teknik integral yang tepat dan
tidak dapat menggunakan teorema, 2) keterampilan indikatornya mahasiswa
tidak dapat menggunakan operasi hitung dasar aljabar, 3) pemecahan masalah
indikatornya mahasiswa tidak dapat melanjutkan pekerjaannya dalam
menyelesaikan soal.
Yenni Suzana (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa total
persentase varians dari kelima faktor yang menyebabkan mahasiswa kesulitan
membuktikan teorema pada mata kuliah struktur aljabar, khususnya mahasiswa
Prodi PMA STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa adalah sebesar 73%, dimana
faktor dominan adalah 1) ketidaktahuan metode pembuktian, 2) ketidakpahaman
konsep, 3) ketidaktahuan tentang logika, 4) penyelesaian pembuktian.
Mohammad Seifi, dkk (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
kesulitan siswa banyak muncul dari kesalahan dalam representative dan
pemahaman masalah, membuat rencana dan mendefinisikan kalimat yang benar
dengan materi yang terkait. Penyebab kesulitan siswa adalah kesulitan dalam
masalah dan menggunakan strategi yang tidak tepat.
Penelitian yang dilakukan Alper Ciltas dan Enver Tatar (2011)
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam
memecahkan ketidaksetaraan yang berisi istilah dengan nilai absolut, dan dalam
menerapkan empat operasi matematika dasar. Selain itu, siswa juga lupa
menunjukkan penyelesaian atau tidak menunjukkan penyelesian, dan mengalami
kesulitan dalam menafsirkan interval yang menemukan kebenaran dalam
pertanyaan-pertanyaan ketidaksetaraan. Temuan ini mendukung hasil penelitian
yang dilakukan Basturk (2009) dan Yenilmez dan Avcu (2009) menjelaskan
bahwa siswa mengalami kesulitan terutama dalam persamaan dalam bentuk
| | | |.
16
Flordeliza P Ferrer (2016) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa siswa
mengalami tingkat kesulitan dalam menghitung integral, menerapkan rumus
integral atau teknik integrasi yang sama. Siswa juga mengalami kesulitan
mengoperasikan dan menyederhanakan fungsi non-aljabar. Banyak kesalahan
dalam integrasi yang berhubungan dengan ketidakmampuan mereka untuk
mengubah ekspresi trigonometri yang diberikan ke bentuk setara kemudian
dapat diintegrasi. Hasil wawancara dengan siswa menjelaskan bahwa kelemahan
mereka dalam mengingat identitas trigonometri dan melakukan operasi dasar
yang melibatkan fungsi non-aljabar.
Rohani Ahmad Tarmizi (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
kesulitan dalam belajar kalkulus meliputi kesulitan dalam prosedur pemecahan
masalah, kesulitan penyelesaian masalah, serta prinsip-prinsip yang digunakan
dalam menyelesaikan soal.
Hulya Burhanzade dan Nilgun Aygor (2016) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa kesulitan yang dialami mahasiswa dalam materi aljabar
linear meliputi kesulitan dalam pemahaman konsep, kesulitan dalam penerapan
konsep, dan kesulitan persepsi visual.
Ganal N Nicette, dkk (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
masalah dan kesulitan yang dihadapi oleh guru dan siswa berhubungan dengan
penyesuaian untuk peserta didik, pengelolaan kelas, keterampilan komunikasi,
keterampilan instruksional, dan alat-alat penunjang pembelajaran.
Tatan Zaenal Mutakin (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
mahasiswa kesulitan dalam mengikuti mata kuliah kalkulus karena kurang
mampu dalam operasi hitung, penerapan konsep, dan gaya belajar dosen yang
mengajar kalkulus 1.
Azin Taufik (2016) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa letak
kesulitan mahasiswa dalam pembuktian menggunakan induksi matematika yaitu
pada langkah memanipulasi aljabar untuk menunjukkan kebenaran mahasiswa,
mengungkapkan dan menulis data-data yang diketahui dari soal, asumsi yang
telah dibuat, dan pernyataan yang akan dibuktikan.
17
Pada penelitian ini akan dideskripsikan jenis-jenis kesulitan dan faktor
penyebab kesulitan belajar yang dialami mahasiswa dalam menyelesaikan soal
sistem bilangan riil di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun Akademik
2017/2018.
18
Berikut ini adalah fishbone diagram yang berfungsi untuk mengetahui keterkaitan antara peneliti terdahulu dengan penelitian
yang akan dilakukan.
Gambar 2.1 Fishbone Diagram Penelitian
Mutakin
(2015)
Nicette
dkk (2015)
Burhanzade dan
Aygor (2016)
Wahyuni dan
Karimah (2017)
Utin, Firdaus, dan
Hodiyanto (2017)
Rohani Ahmad
Tarmizi (2010)
Alper Ciltas dan
Tatar (2011)
Seifi dkk
(2012)
Suzana
(2013)
Ayu Oktavia dan Rita
P Khotimah (2016)
Sucipto dan
Mauliddin (2016)
Andika Setyo Budi
Lestari (2015)
Molli Wahyuni
(2017)
Peneliti
(2018)
Pemaha
man
dan
pene
rapan
Konsep
Ope rasi
Hitung
Penerapa
n Konsep
Ope rasi
Hitung
Operasi
Hitung
Penerapan
Konsep
Sistem Bilangan Riil
Prosedur
pemecaha
n masalah
Ope rasi
Hitung
Pema
haman
Konsep
Pema
haman
Konsep
Pemah
aman
Konsep
Penera
pan
Konse
p
Ope rasi
Hitung
Penerapan
Konsep
Pemahaman
Konsep Prosedur
pemecaha
n masalah
Azin Taufik
(2016)
Ferrer
(2016)
Penerapan
Konsep
Ope rasi
Hitung
Prosedur peme
cahan masalah
Penerapan Konsep
Pemaha
man
Konsep
Ope
rasi
Hitu
ng
Pemahaman
Konsep Ope rasi
Hitung
Pem
aha
man
Kon
sep
Pemahaman dan
pene rapan Konsep
Analisis
Kesulitan
Mahasiswa
Menyelesai
kan Soal
Sistem
Bilangan
Riil