20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah segala upaya yang direncanakan unutk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan di atas tersirat unsur- unsur pendidikan yakni input (sasaran pendidikan individu, kelompok, masyarakat dan pendidik pelaku pendidikan), proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain dan output adalah melakukan apa yang diharapkan (Corwin, 2000). Pendidikan menurut Langevelt (2001, dalam Maulana, 2009) adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang dilakukan pada anak untuk menuju dewasa. Ciri orang dewasa ditunjukkan oleh kemampuan secara fisik, mental, moral, sosial dan emosional. Sedangkan menurut Wood (2003, dalam Lina Marliana, 2008). Sedangkan dalam Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan

Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

segala upaya yang direncanakan unutk mempengaruhi orang lain baik

individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan di atas tersirat unsur-

unsur pendidikan yakni input (sasaran pendidikan individu, kelompok,

masyarakat dan pendidik pelaku pendidikan), proses adalah upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain dan output adalah

melakukan apa yang diharapkan (Corwin, 2000).

Pendidikan menurut Langevelt (2001, dalam Maulana, 2009)

adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang dilakukan

pada anak untuk menuju dewasa. Ciri orang dewasa ditunjukkan oleh

kemampuan secara fisik, mental, moral, sosial dan emosional. Sedangkan

menurut Wood (2003, dalam Lina Marliana, 2008). Sedangkan dalam

Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1

menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang 20/2003:1).

Filsafat pendidikan mengkaji tentang pendidikan dengan

membedakan dua istilah yang berbeda tetapi hampir sama bentuknya,

Paedagogie dan Paedagogiek. Paedagogie berarti “pendidikan”dan

Paedagogiek artinya “ilmu pendidikan”. Perkataan Paedagogos yang

pada mulanya berarti pelayan kemudian berubah menjadi pekerjaan

mulia. Karena pengertian paedagoog dari paedagogos) berarti seorang

yang tugasnya, membimbing anak di dalam pertumbuhannya ke arah

berdiri sendiri dan bertanggung jawab (Poerbakawatja, 2004). Teori-

teori pendidikan Nurani Soyomukti (2010), mengatakan bahwa aspek-

aspek yang biasanya paling dipertimbangkan dalam pendidikan antara

lain: penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku.

Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha

dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamnnya,

kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai

usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik

jasmaniah maupun rohaniah (Poerbakawatja, 2004).

B. Peran Perawat Terhadap Bencana

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada

instansi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan

keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi bencana.

Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

praktek keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana

juga sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi

bekal bagi perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam

situasi bencana. Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda

dibandingkan pertolongan medis dalam keadaan normal lainnya. Menurut

Mursalin (2011), ada beberapa tindakan penting yang bisa dilakukan oleh

perawat dalam situasi tanggap bencana:

1) Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik

Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan

korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka,

kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akan

menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para

relawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh korban saat itu

adalah pengobatan dari tenaga kesehatan. Perawat bisa turut andil

dalam aksi ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun

tenaga kesehatan profesional, ataupun juga melakukan pengobatan

bersama perawat lainnya secara cepat, menyeluruh dan merata di

tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai

dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan

profesi keperawatan.

2) Pemberian bantuan

Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,

dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

bentuk, seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain

sebagainya. Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh

perawat secara langsung di lokasi bencana dengan memdirikan posko

bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan dalam kegiatan ini

adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang

di butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi

para korban yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan

bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.

3) Pemulihan kesehatan mental

Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma

psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa

berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat.

Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang

sedang dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus

berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan

mental bagi para korban bencana. Hal yang dibutukan dalam

penanganan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental

yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa,

pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan

segala keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan

sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan

pada anak anak, cara yang efektif adalah dengan mengembalikan

keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

yang berada pada masa bermain. Perawat dapat mendirikan sebuah

taman bermain, dimana anak anak tersebut akan mendapatkan

permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehinnga kepercayaan

diri mereka akan kembali seperti sedia kala.

4) Pemberdayaan masyarakat

Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca

bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat

memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta

benda yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang

patah arah dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa

menolong membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan

pemberdayaan masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas

dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat

melakukan pelatihan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan

berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam

bidang itu. Sehingga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana

akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan

yang ia miliki.

Untuk mewujudkan tindakan di atas, menurut Mepsa (2012) perlu

adanya beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang perawat,

diantaranya; Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik,

Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian, Perawatan harus

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

memahami managemen siaga bencana. Adapun peran perawat dalam

managemen siaga bencana adalah sebagai berikut:

1). Peran perawat dalam fase pre-impect

a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga

kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana.

b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan,

organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-

lembaga pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan

simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana.

c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk

meningkatkan kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.

2). Peran perawat dalam fase impact

a. Bertindak cepat

b. Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun

dengan pasti dengan maksud memberikan harapan yang besar

pada korban yang selamat.

c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan

d. Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan

e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat

mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing,

biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.

3). Peran perawat dalam fase post impact

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik,

fisikologi korban

b. Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga

terjadi post traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan

sindrom dengan 3 kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti

dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang

traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa

yang memacuhnya. Ketiga, individu akan menunjukan gangguan

fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami

penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.

c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait

bekerja sama dengan unsure lintas sektor menangani maslah

keehatan masyarakat paska gawat darurat serta mempercepat fase

pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman.

C. Mitigasi Bencana

Menurut Soemantri (2010), tanah longsor disebabkan oleh tiga faktor

yaitu:

1). Faktor Dakhil, penyebab tanah longsor lahan meliputi kedalaman

pelapukan batuan, struktur geologi, tekstur tanah dan permeabilitas

tanah.

2). Faktor dari suatu medan penyebab tanah longsor adalah kemiringan

lereng, banyaknya dinding terjal, dan penggunaan lahan.

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

3). Factor pemicu terjadinya tanah longsor antara laian tebal curah hujan

dan gempa bumi.

Adapun gejala-gejala tanah longsor yang disebabkan oleh faktor-faktor

tersebut di atas dapat di lihat sebagai berikut:

1) Curah hujan tinggi

2) Hujan berlangsung lama.

3) Munculnya retakan-retakan pada tanah di lereng atas sepertipada

tiang listrik, pohon menjadi miring.

4) Lereng-lereng pegunungan yang telah lapuk.

5) Bahan lapuk tersebut termasuk tanah berwarna merah.

6) Ada perubahan bobot massa baik karena pergantian musim atau

karena lahan miring tersebut dijadikan persawahan.

7) Adanya perbedaan kelunakan permukaan lahan dan dasar lahan.

8) Adanya gravitasi bumi yang tergantung pada besarnya lereng adalah

kritis jika lereng lebih dari 100%.

9) Perubahan hambat geser, misalnya tanah kering hambat gesernya

lebih besar dibandingkan tanag basah.

Sedangkan tindakan-tindakan manusia yang menyebabkan tanah longsor

adalah sebagai berikut:

1) Menebang pohon dilereng pegunungan.

2) Membuat sawah dan kolam pada lereng bagian atas di dekat

pemukiman.

3) Mendirikan pemukiman di daerah terbing terjal.

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

4) Melakukan penggalian dibawah tebing terjal.

Soemantri (2010) juga menjelaskan bahwa mitigasi bencana meliputi

sebelum, saat terjadi, dan sesudah terjadi tanah longsor, yaitu melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Sebelum bencana antara lain peringatan dini (early warning system)

secara optimal dan terus menerus pada masyarakat, dengan;

a. Mendatangi daerah rawan longsor berdasarkan peta

kerentanannya

b. Memberikan tanda khusus pada daerah rawan longsor.

c. Memanfaatkan peta-peta kajian tanah longsor secepatnya.

d. Pemukiman sebaiknya menjauhi tebing.

e. Tidak melakukan pemotongan lereng

f. Melakukan reboisasi pada hutan yang pada saat ini dalam

keadaan gundul, menanam pohon penyangga, melakukan

penghijauan pada lahan-lahan terbuka.

g. Membuat terasering atau sengkedan pada lahan yang memiliki

kemiringan yang relatif curam.

h. Membatasi lahan pertanian.

i. Membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah.

j. Menggunakan teknik penanaman dengan system kontur tanah.

k. Waspada gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah),

terutama musim hujan

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

2) Saat bencana antara lain bagaimana masyarakat menyelamatkan diri

dan ke arah mana, ini harus diketahui masyarakat.

3) Sesudah bencana antara lain pemulihan (recovery) dengan

melibatkan masyarakat sebagai berikut:

a. Penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman.

b. Menyelamatkan harta benda yang mungkin masih bisa

diselamatkan.

c. Menyiapkan tempat-tempat penampungan sementara bagi

pengungsi dengan tenda-tenda darurat.

d. Menyediakan dapur-dapur umum, air bersih, dan sarana

kesehatan.

e. Mengkoordinasikan dengan aparat setempat.

Pendapat Lili Soemantri (2010) di atas memberikan gambaran betapa

pentingnya mitigasi bencana dalam penanggulangan bencana. Hal senada

juga tercantum dalam Undang-Undang Penanggulangan Bencana Nomor

24 Tahun 2007 yang memuat komponen-komponen sebagai berikut:

1) Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi

ancaman bencana.

2) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui

langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

3) Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan

sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya

bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

4) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,

baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana.

5) Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak

buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan

evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,

pelindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan

prasarana dan sarana.

6) Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan

publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah

pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau

berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan

masyarakat pada wilayah pascabencana.

7) Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan

sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat

pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan

berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya

hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam

segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006, mistigasi

bencana didefinisikan sebagai : “Upaya yang ditujukan untuk mengurangi

dampak dari bencana baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun

gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Mitigasi

bencana yang merupakan bagian dari manajemen penanganan bencana,

menjadi salah satu tugas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam

rangka pemberian rasa aman dan perlindungan dari ancaman bencana yang

mungkin dapat terjadi. Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana,

yaitu : 1) tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap

jenis bencana; 2) sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan

kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, karena bermukim di

daerah rawan bencana; 3) mengetahui apa yang perlu dilakukan dan

dihindari, serta mengetahui cara penyelamatan diri jika bencana timbul,

dan 4) pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk

mengurangi ancaman bencana.

Adapun kebijakan dan strategi mitigasi bencana menurut Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006, adalah sebagai berikut:

• Kebijakan

Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana

antara lain :

a. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi

yang sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun

segenap unsur masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang

dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang

tugas unit masing-masing.

b. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secaraterpadu

terkoordinir yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan

masyarakat.

c. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa

dapat diminimalkan.

d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak,

melalui pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

• Strategi

Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai

berikut:

a. Pemetaan

Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan

pemetaan daerah rawan bencana. Pada saat ini berbagai sektor

telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta rawan bencana

tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam

antisipasi kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat

ini penggunaan peta ini belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan

karena beberapa hal, diantaranya adalah :

(1) Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan

(2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

(3) Peta bencana belum terintegrasi

(4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda

beda sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.

b. Pemantauan

Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat

dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga

akan dengan mudah melakukan penyelamatan. Pemantauan di

daerah vital dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di

beberapa kawasan rawan bencana.

c. Penyebaran informasi

Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara:

memberikan poster dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten/Kota

dan Propinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata

cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Memberikan

informasi ke media cetak dan etektronik tentang kebencanaan

adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan

meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu

kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal

penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.

d. Sosialisasi dan Penyuluhan

Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan

kepada SatKor-Lak PB, SatLak PB, dan masyarakat bertujuan

meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui

masyarakat dan Pemerintah Daerah ialah mengenai hidup harmonis

dengan alam di daerah bencana, apa yang perlu ditakukan dan

dihindarkan di daerah rawan bencana, dan mengetahui cara

menyelamatkan diri jika terjadi bencana

e. Pelatihan/Pendidikan

Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan

penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan

pada alur informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis,

Satkorlak PB, Satlak PB dan masyarakat sampai ke tingkat

pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan

ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.

f. Peringatan Dini

Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat

kegiatan hasil pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan

dengan tujuan agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna

mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Peringatan dini

tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah

daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat dalam

menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil

pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat

berupa antara lain pengalihan jalur jalan (sementara atau

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

seterusnya), pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan

lainnya.

Menurut Sutikno (2003), Mitigasi bencana adalah suatu tindakan

sebelum bencana terjadi untuk mengurangi seminimal mungkin kerugian

harta benda atau korban jiwa, sehingga dapat diupayakan agar efek fisik,

sosial, dan ekonomi dari bencana alam dapat terkelola dengan baik,

sehingga masih memberikan kontribusi terhadap pembangunan jangka

panjang. Sedangkan menurut Mustow (1996, dalam Sutikno, 2003)

menyatakan bahwa mitigasi merupakan bagian dalam siklus penanganan

bencana. Aktifitas dalam penanganan bencana meliputi: mitigasi,

persiapan, pertolongan/ bantuan dan respon, rehabilitasi, dan rekontruksi.

Walaupun dalam kenyataannya pemberian bantuan pasca bencana selama

ini merupakan kegiatan yang lebih penting, namun sudah saatnya untuk

disosialisasikan kepada publik bahwa mitigasi lebih baik daripada

pengobatan. Pengalokasikan waktu dan sumberdaya untuk meminimalkan

efek bencana alam akan lebih baik daripada menghadapi kenyataan akibat

bencana.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Mitigasi Bencana

adalah upaya untuk mengurangi dampak dari bencana melalui langkah-

langkah pencegahan yang dilakukan dengan menganalisa lingkungan

sekitar masyarakat maupun pola prilaku masyarakat.

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

D. Pengetahuan Masyarakat

Pengetahuan menurut Moersintowarti (2002) adalah berbagai

gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan dengan

menggunakan indra atau akal budinya untuk mengenali benda atau

kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Pendapat lain diungkapkan Notoadmodjo (2007), bahwa pengetahuan

merupakan hasil dari “tahu” yang terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indera, yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang merupakan

domain/ unsur utama yang membentuk 6 tingkatan dalam pengetahuan,

yaitu: tahu (diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya), memahami (diartikan diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar), aplikasi (diartikan

sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi real/sebenarnya), analisis (diartikan suatu komponen

untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain), sintesis (suatu kemampuan untuk menciptakan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru), evaluasi (kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Hal tersebut diperkuat oleh

pendapat Djanah (2009), bahwa semakin tinggi pengetahuan terhadap

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

suatu objek maka akan semakin baik pula sikap seseorang terhadap objek

tersebut.

Menurut Budiman (2013), faktor- faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu :

a. Sosial ekonomi, lingkungan sosial akan mendukung tingginya

pengetahuan karena social ekonomi berhungan dengan pencapaian

tingkat pendidikan.

b. Kultur (budaya, agama), karena informasi yang baru akan disaring

kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang

dianut.

c. Pendidikan, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin baik pula pengetahuannya.

d. Pengalaman, pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai

upaya untuk memperoleh pengetahuan.

Dari pendapat diatas bahwa pengetahuan merupakan hasil dari

indera seorang baik itu melalui penglihatan, pendengaran, raba,rasa yang

dipengaruhi pendidikan, usia, pengalaman, informasi, dan penghasilan

yang menghasilkan seseorang utk melakukan tindakan atau sikap.

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori Berdasarkan Managemen Bencana Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006

F. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Pemulihan (recovery)

Manajemen Penangan Bencana

Mitigasi Bencana

Kewaspadaan (alertness)

Pengetahuan Masyarakat

Tanggapan (respons)

Pendidikan Mitigasi Bencana

Pre test

Pengetahuan Masyarakat

Intervensi

Pendidikan Mitigasi Bencana

Post Test

Pengetahuan Masyarakat

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/Bagus Parmanto BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian adalah terdapat pengaruh

pendidikan mitigasi bencana tanah longsor terhadap pengetahuan

masyarakat di desa Sampang.

Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015