24
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu 1. Stevani dan Sudirgo (2018) melakukan penelitian dan menemukan hasil bahwa rasio CAR dan BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap ROA pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017, serta variabel NPL dan LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. 2. Dewi, dkk (2016) melakukan penelitian dan menemukan bahwa rasio CAR dan BOPO berpengaruh positif terhadap ROA. Rasio LDR dan NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. 3. Eprima, dkk (2015) melakukan penelitian dan menemukan bahwa rasio NIM dan BOPO berpengaruh positif terhadap ROA sedangkan rasio NPL dan LDR berpengaruh negatif terhadap ROA. B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba, semakin besar tingkat keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan (Sutrisno 2003:30). Profitabilitas sebagai alat ukur untuk mengetahui laba begitu penting apakah sebuah perusahaan telah menjalankan kegaiatannya secara efisien. Efisiensi sebuah usaha baru dapat diketahui dengan membandingkan laba terhadap aktiva yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, totatl aktiva,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

1. Stevani dan Sudirgo (2018) melakukan penelitian dan menemukan hasil

bahwa rasio CAR dan BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap ROA

pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2017, serta

variabel NPL dan LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

2. Dewi, dkk (2016) melakukan penelitian dan menemukan bahwa rasio CAR

dan BOPO berpengaruh positif terhadap ROA. Rasio LDR dan NPL

berpengaruh negatif terhadap ROA.

3. Eprima, dkk (2015) melakukan penelitian dan menemukan bahwa rasio

NIM dan BOPO berpengaruh positif terhadap ROA sedangkan rasio NPL

dan LDR berpengaruh negatif terhadap ROA.

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba, semakin

besar tingkat keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan (Sutrisno

2003:30). Profitabilitas sebagai alat ukur untuk mengetahui laba begitu

penting apakah sebuah perusahaan telah menjalankan kegaiatannya secara

efisien. Efisiensi sebuah usaha baru dapat diketahui dengan

membandingkan laba terhadap aktiva yang menghasilkan laba tersebut.

Profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, totatl aktiva,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

11

maupun hutang jangka panjang. Profitabilitas atau kemampuan laba

merupakan kemampuan perusahaan didalamenghasilkan laba.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba yang diperoleh dari penjualan, total

aktiva, maupun modal sendiri (Sartono 2010:122). Rasio ini sangat

diperhatikan oleh calon investor karena berkaitan dengan harga saham serta

dividen yang diterima. Profitabilitas sebagai tolak ukur dari alternatif

pembiayaan, namun cara mencari profitabilitas pada perusahaan berbeda-

beda dan tergantung dari laba dan aktiva yang akan dibandingkan dengan

laba yang diperoleh dari operasi perusahaan atau laba netto sesudah pajak

dengan modal sendiri, dengan adanya perbedaan dalam menghitung laba

perusahaan tidak heran bila perusahaan berbeda-beda dalam menentukan

alternatif untuk memperoleh laba.

Bank Indonesia menilai kondisi profitabilitas bank di Indonesia

didasarkan pada dua indikator yaitu Return On Asset atau tingkat

pengembalian asset dan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO). Suatu bank dapat dikatakan sehat apabila rasio Return

On Asset (ROA) atau tingkat pengembalian asset sekurang-kurangnya 1,2%

dan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

tidak melebihi dari 93,5%. Rasio profitabilitas ini menggambarkan tentang

efisiensi suatu perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh

maka semakin baik suatu perusahaan tersebut karena kemakmuran yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

12

dimilikinya yang berasal dari laba tersebut. Menurut Kasmir (2013:199) ada

bermacam-macam cara untuk mencari profitabilitas, yaitu :

a. Gross Profit Margin (GPM)

Rasio Gross Profit Margin atau disebut dengan margin keuntungan

kotor berguna untuk mengetahui laba kotor dari setiap barang yang

dijual. GPM sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan, apabila

harga pokok penjualan meningkat maka GPM akan menurun begitupun

sebaliknya, dengan kata lain rasio ini mengendalikan harga pokok atau

biaya produksinya dan mengindikasikan perusahaan untuk berproduksi

secara efisien.

b. Net Profit Margin (NPM)

Rasio ini menggambarkan laba bersih yang diperoleh perusahaan

pada setiap barang yang terjual, dengan kata lain rasio ini mengukur laba

bersih setelah pajak terhadap penjualan.

c. Return On Investment (ROI)

Rasio ini menunjukkan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva

yang dilakukan, dengan rasio ini dapat diketahui apakah perusahaan

efisiensi memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasionalnya. ROI

dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai

salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh. Analisa

ROI ini merupakan teknik analisa yang sudah lazim digunakan oleh

pimpinan perusahaan untuk mengukur efektifitas dari seluruh operasi

perusahaan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

13

d. Return On Equity (ROE)

Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memeproleh laba bagi pemegang saham

atau untuk mengetahui besarnya pengembalian yang diberikan oleh

perusahaan pada setiap rupiah dari pemilik modal. Rasio ini dipengaruhi

oleh besar kecilnya utang yang dimiliki perusahaan, apabila proporsi

utang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar.

e. Return On Asset (ROA)

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

bank dalam memperoleh seluruh keuntungan (laba). Rasio ini juga

sekaligus mencerminkan efektifitas dari kinerja suatu bank. ROA sangat

penting karena rasio ini mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank

yang diukur dengan asset produktif di mana dana tersebut sebagian besar

berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Semakin besar tingkat ROA

suatu bank maka semakin besar tingkat keuntungan yang diperoleh bank

dan semakin baik pula dalam penggunaan assetnya.

Rasio profitabilitas dapat diukur dari dua pendekatan yaitu pendekatan

penjualan dan investasi. Ukuran yang banyak digunakan adalah Return On

Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE), rasio profitabilitas yang diukur

dengan ROA dan ROE mencerminkan daya tarik bisnis. ROA merupakan

pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan

keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktivanya. ROA digunakan untuk

melihat tingkat efisiensi suatu perusahaan. Semakin tinggi ROA maka semakin

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

14

baik efisiensi suatu perusahaan. Ukuran profitabilitas yang sering digunakan

juga yaitu Return On Equity (ROE) yang merupakan tolak ukur perusahaan

untuk memperoleh keuntungan dengan total modal sendiri yang digunakan.

Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi investasi yang nampak pada efektivitas

pengelolaan modal sendiri.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi profitabiltas menurut Sawir

(2004:101)

a. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur

keuangan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala atau nilai dimana

perusahaan dapat diklasifikasikan besar kecilnya berdasarkan total

aktiva, log size, nilai saham, dan lain sebagainya. Pada dasarnya ukuran

perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar

(large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil

(small firm). Ukuran perusahaan atau firm size merupakan suatu skala

untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat melalui

total aktiva , jumlah penjalan, dan rata-rata penjualan dengam total

aktiva .

b. Risiko Kredit

Risiko kredit merupakan bentuk ketidakmampuan suatu perusahaan,

institusi, lembaga maupun pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-

kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

15

sesudah jatuh tempodan itu semua sesuai dengan aturan kesepakatan

yang ada. Tipe risiko kredit dibagi ke dalam dua bagian, yaitu :

1) Risiko yang bersifat jangka pendek

Risiko yang bersifat jangka pendek adalah risiko yang disebabkan

perusahaan tidak mampu membayar kewajiban jangka pendeknya.

2) Risiko yang bersifat jangka panjang

Risiko yang bersifat jangka panjang adalah risiko yang disebabkan

perusahaan tidak mampu membayar kewajiban jangka panjangnya.

c. Tingkat Bunga

Suku bunga adalah tingkat bunga yang dinyatakan dalam persen,

jangka waktu tertentu. Bunga merupakan suatu ukuran harga ukuran

sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada

kreditur. Suku bunga juga berarti penghasilan yang diperoleh oleh

orang-orangyang memberikan kelebihan uangnya untuk digunakan

sementara waktu oleh orang-orang yanag membutuhkan dan

menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya.

3. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Salah satu faktor yang penting dalam perbankan menurut Darmawi

(2011:91) adalah kecukupan modal. Rasio yang digunakan untuk

menghitung kecukupan modal bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR).

Definisi dari CAR menurut Kasmir (2008:46) adalah perbandingan antara

modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko yang digunakan untuk

menghitung kecukupan modal suatu bank. Capital Adequacy Ratio

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

16

merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesehatan bank

dilihat dari kecukupan modal yang dimiliki untuk menunjang aktiva yang

meghasilkan risiko. Semakin tinggi nilai CAR yang dimiliki bank maka

semakin tinggi pendapatan yang dimiliki sehingga bank dapat lebih mampu

meminimalisir risiko serta dapat lebih mampu untuk melakukan ekspansi.

Capital Adequacy Ratio menggambarkan kondisi perbankan sebagai berikut

:

a. Indikasi permodalan apakah telah memadai untuk menutup risiko yang

ditimbulkan dari penanaman dana dalam aktiva produktif. Capital

Adequacy Ratio mengukur kemampuan permodalan bank dalam

mengantisipasi kerugian akibat timbulnya risiko yang dihadapi. Capital

Adequacy Ratio yang rendah mencerminkan bank buruk dalam menutup

kegagalan pembiayaan yang disebabkan oleh risiko.

b. Kemampuan membiayai operasional dan investasi bank. Capital

Adequacy Ratio yang tinggi mencerminkan bahwa bank tersebut

mempunyai modal yang cukup untuk melaksanakan kegiatan

operasionalnya serta mampu untuk melakukan pengembangan bisnis

dengan aman.

c. Kemampuan bank dalam meningkatkan rentabilitas. Capital Adequacy

Ratio yang tinggi mencerminkan bank memiliki modal yang besar

dalam meningkatkan cadangan kas yang digunakan untuk memperluas

pembiayaannya sehingga akan membuka kesempatan yang lebih besar

bagi bank untuk meningkatkan rentabilitasnya.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

17

d. Ketahanan dan efisiensi perbankan. Capital Adequacy Ratio yang

rendah menyebabkan bank untuk survive semakin susah karena modal

akan cepat habis digunakan untuk kelangsungan kegiatan

operasionalnya.

Bank Indonesia menetapkan ketentuan modal minimum bank

sebagaimana ketentuan dalam standar Bank for International Statement

(BIS) bahwa setiap bank umum diwajibkan untuk memiliki modal

minimum 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. Adapun

klasifikasi tingkatan Capital Adequacy Ratio menurut Bank Indonesia

adalah :

Tabel 2.1

Klasifikasi Tingkatan Capital Adequacy Ratio

Tingkat CAR Predikat

8% ke atas Sehat

6,4%-7,9% Kurang Sehat

Di bawah 6,4% Tidak Sehat

Sumber : www.bi.go.id

Penilaian permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan

modal untuk membiayai risiko yang dihadapi di saat ini dan mengantisipasi

risiko di masa mendatang. Keberhasilan sebuah bank bukan terletak pada

jumlah modalnya saja tetapi juga bagaimana bank tersebut menggunakan

modal itu untuk menarik sebanyak mungkin dana simpanan masyarakat

yang kemudian disalurkannya kembali kepada masyarakat yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

18

membutuhkannya sehingga membentuk pendapatan bagi bank tersebut.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 tentang

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum mengatakan bahwa

Bank wajib menyediakan modal minimum sesuai profil risiko. Penyediaan

modal minimum dihitung dengan menggunakan rasio Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Penyediaan modal minimum

ditetapkan paling rendah sebagai berikut:

a. 8% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk bank dengan

profil risiko peringkat 1.

b. 9% sampai dengan kurang dari 10% dari ATMR untuk Bank dengan

profil risiko peringkat 2.

c. 10% sampai dengan kurang dari 11% dari ATMR untuk bank dengan

profil risiko peringkat 3.

d. 11% sampai dengan 14% dari ATMR untuk bank dengan profil risiko

peringkat 4 atau peringkat 5.

Selain kewajiban penyediaan modal minimum sesuai profil risiko, bank

wajib membentuk tambahan modal sebagai penyangga (buffer) sesuai

dengan kriteria yang diatur dalam ketentuan ini.Tambahan modal

sebagaimana dimaksud dapat berupa Capital Conservation Buffer,

Countercyclical Buffer, Capital Surcharge untuk D-SIB. Besarnya

tambahan modal tersebut adalah :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

19

a. Capital Conservation Buffer ditetapkan sebesar 2,5% (dua komalima

persen) dari ATMR

b. Countercyclical Buffer ditetapkan dalam kisaran sebesar 0% (nol

persen) sampai dengan 2,5% (dua koma lima persen) dari ATMR

c. Capital Surcharge untuk D-SIB ditetapkan dalam kisaran sebesarr1%

(satu persen) sampai dengan 2,5% (dua koma lima persen) dari ATMR.

Besarnya Capital Adequacy Ratio diukur dari rasio antara modal

bank terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Menurut PBI

No.10/15/PBI/2008 Pasal 2 Bank wajib menyediakan modal minimum

sebesar 8% (delapan persen) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko

(ATMR). Sebuah bank mengalami risiko modal apabila tidak dapat

menyediakan modal minimum sebesar 8%. Berdasarkan ketentuan yang

telah di buat oleh Bank Indonesia menetapkan bahwa modal terdiri dari :

a. Modal inti adalah jenis modal yang terdapat dalam komponen modal dan

merupakan bagian terpenting dalam bank, apabila terdapat goodwill

maka perhitungan atas jumlah seluruh modal inti harus

dikurangi dengan goodwill tersebut. Modal inti terdiri atas:

1) Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh

pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum.

Koperasi modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib

anggotanya.

2) Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh

bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

20

3) Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan

laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat

persetujuan Rapat Umum pemegang Saham (RUPS) atau rapat

anggota sesuai anggaran dasar masing-masing.

4) Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang

disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan dari

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota.

5) Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak, yang

oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota

diputuskan untuk tidak dibagikan.

6) Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi

pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu

yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%, jika bank

mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut

menjadi faktor pengurang dari modal inti.

7) Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku

berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku

berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%.

Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian

tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

8) Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya

dikonsolidasikan (minority interest) adalah bagian kekayaan bersih anak

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

21

perusahaan yang laporan keuangannya yang dikonsolidasikan yaitu

modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai

penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut, yang dimaksud anak

perusahaan adalah bank lain, lembaga keuangan atau lembaga

pembiayaan (Lembaga Keuangan Bukan Bank / LKBB) yang mayoritas

sahamnya dimiliki oleh bank.

b. Modal pelengkap yaitu modal yang terdiri dari cadangan-cadangan yang

dibentuk tidak dari laba setelah pajak, serta pinjaman yang sifatnya

dapat dipersamakan dengan modal, modal pelengkap dapat berupa:

1) Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari

selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan

Direktorat Jenderal Pajak.

2) Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah

cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba-rugi tahun

berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin

timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau

seluruh aktiva produktif, dalam kategori cadangan ini termasuk

cadangan piutang ragu-ragu dan cadangan penurunan nilai surat-surat

berharga. Jumlah cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan

yang dapat diperhitungkan sebagai komponen modal pelengkap adalah

maksimum sebesar 12,5% dari jumlah Aktiva Tertimbang Menurut

Risiko (ATMR).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

22

3) Modal kuasi adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat

yang memiliki sifat seperti modal atau hutang.

Menurut Hasibuan (2006:58) ATMR aktiva neraca dihitung dengan

mengalikan nominal masing-masing aktiva dengan bobot resiko dari

masing-masing pos aktiva neraca tersebut, setelah mengetahui tentang

Capital Adequacy Ratio maka dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang dapat

mempengaruhi Capital Adequacy Ratio adalah sebagai berikut :

a. Tingkat kualitas manajemen dan tingkat kualitas operasionalnya.

b. Tingkat kualitas serta besarnya risiko.

c. Kualitas dan tingkat kolektibilitasnya.

d. Struktur posisi dan permodalan bank.

e. Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba.

f. Tingkat likuiditas yang dimiliki.

g. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan jangka panjangnya.

4. Loan to Deposit Ratio

Loan to Deposit Ratio merupakan rasio antara seluruh kredit yang

diterima oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini

menunjukkan seberapa likuiditas suatu bank. LDR menyatakan kemampuan

bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan

dengan mengandalkan kredit sebagai sumber likuiditasnya, dengan kata lain

seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi

kewajiban bank untuk memberikan uang kepada deposan yang ingin

menarik kembali uangnya. Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

23

bahwa semakin buruk kualitas bank tersebut dalam kemampuan

likuiditasnya, hal ini disebabkan karena bank membutuhkan dana yang

besar untuk membiayai kredit yang juga semakin besar (Dendawijaya

2009:115).

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 tentang

Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan

Valuta Asing Loan to Funding Ratio yang selanjutnya disingkat LFR yang

pada saat ini disebut dengan Loan to Deposit Ratio adalah rasio kredit yang

diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak

termasuk kredit kepada bank lain, terhadap:

a. Dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam

Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar bank.

b. Surat-surat berharga dalam Rupiah dan valuta asing yang memenuhi

persyaratan tertentu yang diterbitkan oleh Bank untuk memperoleh sumber

pendanaan.

Batas atas LDR Target untuk Bank ditetapkan sebesar 94% dalam hal bank:

a. Memenuhi Rasio Kredit UMKM lebih cepat dari target waktu tahapan

pencapaian Rasio Kredit UMKM sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

Bank Indonesia yang mengatur mengenai pemberian kredit atau

pembiayaan oleh bank umum dan bantuan teknis dalam rangka

pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah;

b. memenuhi Rasio NPL Total Kredit secara bruto (gross) kurang dari 5%.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

24

c. memenuhi Rasio NPL Kredit UMKM secara bruto (gross) kurang dari

5%.

Menurut Kasmir (2008:272) tujuan pentingnya dari Loan to Deposit

Ratio adalah untuk mengetahui serta menilai sampai seberapa jauh bank

memiliki kondisi yang sehat dalam melaksanakan kegiatan usahanya,

dengan kata lain LDR berfungsi untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu

bank. LDR begitu penting bagi dunia perbankan maka angka tersebut saat

ini telah dijadikan persyaratan antara lain :

a. Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan bank

b. Sebagai salah satu indikator kriteria penilaian Bank Jangkar (Loan to

Deposit Ratio minimum 50%).

c. Sebagai faktor penentu besar kecilnya GWM (Giro Wajib Minimum)

sebuah bank.

d. Sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak bagi bank

yang akan merger.

5. Net Interest Margin

Menurut Frianto (2012:72) Net Interest Margin adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola aktiva

produktifnya untuk mendapatkan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih

diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar

rasio ini maka semakin besar pendapatan bunga yang diperoleh suatu bank,

maka laba dari bank akan semakin meningkat dan bank dalam kondisi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

25

bermasalah semakin kecil. Sesuai surat edaran Bank Indonesia Nomor

15/7/DPNP/2013 standar menentukan besaran tingkat rasio NIM adalah 6%

ke atas.

6. Non Performing Loan

Non Performing Loan adalah salah satu pengukuran dari rasio risiko

usaha bank yang menunjukkan besarnya suatu kredit bermasalah pada bank.

kredit bermasalah disebabkan oleh ketidaklancaran pembayaran pinjaman

pokok dan bunga yang dapat menurunkan kinerja bank dan menyebabkan

bank menjadi tidak efisien (Darmawi 2011:56). Penilaian pada kredit

bermasalah dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Penilaian

kuantitatif dapat dilihat dari debitur membayar angsuran, yaitu angsuran

pokok maupun pinjaman bunganya, sedangkan penilaian kualitatif dapat

dilihat dari prospek usaha dan keuangan debitur. Menurut Ismail (2010:125)

Non Performing Loan atau kredit bermasalah dikrlompokkan menjadi tiga,

yaitu :

a. Kredit Kurang Lancar

Kredit kurang lancar adalah kredit yang mengalami penunggakan atau

pembayarannya mundur dari waktu yang telah disepakati antara debitur

dengan pihak bank, yang tergolong kredit kurang lancar adalah:

1) Pengembalian pokok dan pembayaran bunganya telah melampaui

90-180 hari.

2) Hubungan antara debitur dan bank memburuk.

3) Informasi keuangan debitur tidak dapat diyakini oleh bank.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

26

b. Kredit Diragukan

Kredit diragukan adalah kredit yang mengalami penundaan pembayaran

pinjaman pokok maupun pinjaman bunganya, yang tergolong kredit

diragukan adalah :

1) Penundaan pembayaran pinjaman pokok maupun pinjaman bunga

antara 180-270 hari.

2) Hubungan debitur dengan bank semakin memburuk.

3) Informasi keuangan sudah tidak dapat dipercaya.

c. Kredit Macet

Kredit Macet adalah kredit yang mengalami penunggakan lebih dari 270

hari dan bahkan bank telah mengalami kerugiam atas kejadian tersebut.

Adapun faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah menurut

Ismail (2010:127) yaitu :

a. Faktor Intern Bank, yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah

yaitu :

1) Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang

akan terjadi selama jangka waktu kredit berlangsung, misalnya

kredit tidak diberikan sesuai kemampuan membayar.

2) Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani kredit dengan

nasabah, sehingga bank memutuskan kredit yang seharusnya tidak

diberikan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

27

3) Keterbatasan pejabat bank pada jenis pekerjaan debitur sehingga

analisis tidak tepat.

4) Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait sehingga tidak adil

dalam memutuskan kredit.

5) Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan pengawasan kredit

debitur.

b. Faktor Ekstern Bank, yang menyebabkan kredit macet yaitu :

1) Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh debitur seperti sengaja tidak

membayar pinjaman pokok serta pinjaman bunga.

2) Unsur ketidaksengajaan yang dilakukan oleh debitur seperti

terjadinya bencana alam sehingga kehilangan harta dan pekerjaan.

Adapun dampak yang disebabkan oleh pembiayaan bermasalah atau kredit

macet adalah :

a. Laba menurun yang menyebabkan bank rugi.

b. Bad Debt Ratio menjadi lebih besar sehingga aktiva produktif menurun.

c. Biaya pencadangan penghapusan kredit meningkat.

Penyelesaian pembiayan bermasalah atau kredit macet dapat dilakukan

dengan cara bank harus melakukan analisis yang mendalam terkait dengan

kredit apakah akan diberikan kepada debitur atau tidak, hal ini dimaksudkan

agar tidak terjadi permasalahan pembiayaan atau kredit macet. Upaya yang

dapat dilakukan untuk menangani kredit bermasalah adalah :

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

28

a. Rescheduling, yaitu melakukan penjadwalan ulang dengan debitur yang

memiliki itikad baik namun tidak mampu membayar pinjaman pokok

maupun pinjaman bunga.

b. Reconditioing, dalam hal ini bank melakukan perubahan pada persyaratan

yang ada seperti penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu dan

penurunan suku bunga sehingga debitur lebih ringan dalam

membayarnya.

c. Restructuring, yaitu penataan ulang pada persyaratan yang telah ada

sebelumnya seperti penmabahan dana bank mengkonversi sebagian atau

seluruh tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru.

d. Kombinasi, merupakan pencampuran ketiga upaya di atas.

e. Eksekusi atau penyitaan jaminan, hal ini merupakan langkah terakhir

yang dilakukan jika debitur benar-benar lari dari tanggung jawab untuk

membayar pinjaman.

Besarnya NPL yang ditentukan oleh Bank Indonesia saat ini adalah sebesar

maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi kesehatan bank

yaitu berada pada kondisi yang tidak sehat. Semakin besar nilai NPL suatu bank

maka mencerminkan bank tersebut tidak profesional dalam mengelola

kreditnya sehingga pendapatan dari bunga yang dihasilkan kredit semakin

berkurang dan menyebabkan laba bank menurun. Menurut Surat Edaran Bank

Indonesia 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011adapun kriteria penilaian

berdasarkan peringkat NPL :

Tabel 2.2

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

29

Kriteria Peringkat Komponen NPL

NPL Nilai Risiko Predikat

<10% 1 Sangat Baik

10%<NPL<15% 2 Baik

15%<NPL<20% 3 Cukup

20%<NPL<25% 4 Tidak Baik

25%<NPL 5 Sangat Tidak Baik

Sumber : SE BI No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011

7. Biaya Operasional Pendapatan Operasional

Aspek manajemen dalam penilaian kesehatan bank salah satunya yaitu

tingkat efisiensi yang dicapai bank dalama menjalankan kegiatan

operasinya. Menurut Bank Indonesia pengukuran tingkat efisiensi suatu

bank diperoleh dari perbandingan biaya operasional dengan pendapatan

operasional, maka dari itu disebut BOPO. Rasio ini digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya

operasional terhadap operasional. Semakin kecil rasio ini maka semakin

efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank sehingga kondisi bank

bermasalah akan semakin kecil. Menurut Dendawijaya (2012:60) biaya

operasional terdiri dari :

a. Biaya bunga

Biaya bunga adalah semua biaya atas dana-dana yang berasal dari Bank

Indonesia, bank-bank lain, dan pihak ketiga bukan bank.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

30

b. Biaya Valuta Asing Lainnya

Semua biaya yang dilakukan bank untuk melakukan berbagai transaksi

devisa.

c. Biaya Tenaga Kerja

Seluruh biaya yang dikeluarkan bank untuk membiayai pegawainya,

seperti gaji, upah, uang lembur, dan perawatan kesehatan.

d. Penyusutan

Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan benda-benda tetap

serta inventaris.

e. Biaya Lainnya

Biaya langsung dari kegiatan usaha bank yang belum termasuk pada pos

biaya di atas, misalnya premi asuransi atau jaminan kredit.

Tabel 2.3

Klasifikasi Tingkat BOPO

Tingkat BOPO Predikat

Di bawah 93,52% Sehat

93,52%-94,72% Cukup Sehat

94,72%-95,92% Kurang Sehat

Di atas 95,92% Tidak Sehat

Sumber : www.bi.go.id

Selain sebagai indikator kinerja dan kesehatan bank, efisiensi yang diwakili

oleh rasio BOPO juga memberikan gambaran mengenai :

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

31

a. Kemampuan manajemen bank dalam mengelola sumber daya yang ada

untuk menghasilkan keuntungan optimal. Semakin rendah BOPO maka

semakin tinggi efisiensi operasional bank dalam menggunkan aktiva

untuk menambah kecukupan modal.

b. Kemampuan bank dalam hal pengendalian biaya. Semakin rendah BOPO

maka semakin efisiensi bank tersebut dalam melakukan kegiatan

operasionalnya, sebaliknya semakin tinggi BOPO maka menunjukkan

ketidakmampuan bank dalam mengatur dan mengendalikan biaya.

c. Kemampuan bank dalam menghasilkan profitabilitas. BOPO yang rendah

mencerminkan semakin efisiennya bank dalam mengendalikan biaya

operasionalnya maka mampu mendorong naiknya profitabilitas.

d. Kemampuan bank dalam meminimalkan risiko operasional. Risiko

operasional berasal dari kerugian pendapatan operasional yang dipengaruhi

oleh struktur biaya operasional bank dan kemungkinan terjadinya kegagalan

atas jasa-jasa serta produk-produk yang dihasilkan bank.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan di atas, maka kerangka pemikiran

dalam penelitian ini sebagai berikut :

𝐻1

CAR (𝑋1)

LDR(𝑋2)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

32

𝐻2

𝐻3

𝐻4

𝐻5

𝐻6

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran di atas menunjukkan pengaruh secara parsial dan

simultan variabel bebas seperti CAR, LDR, NIM, NPL, dan BOPO terhadap

variabel terikat yaitu ROA.

D. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan teori, penelitian terdahulu, dan

kerangka pemikiran, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mario, dkk (2014) menemukan hasil bahwa

variabel CAR, LDR, NIM, NPL, dan BOPO secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap ROA, secara parsial variabel CAR, NIM dan BOPO

berpengaruh positif signifikan sedangkan variabel LDR dan NPL berpengaruh

negatif terhadap ROA.

ROA (Y) NIM (𝑋3)

NPL (𝑋4)

BOPO (𝑋5)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/65009/3/BAB II.pdf · 2020. 8. 22. · pemiliknya (pemegang saham) bagi bank yang berbadan hukum. Koperasi modal disetor

33

Variabel CAR, NIM, dan BOPO berpengaruh positif signifikan terhadap ROA

dan variabel LDR dan NPL tidak berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Go

Public BEI. Secara simultan variabel CAR, LDR, NIM, NPL, dan BOPO

berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Bank Go Public yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2014) menemukan hasil bahwa CAR,

LDR, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA dengan variabel

BOPO sebagai variabel yang berpengaruh dominan terhadap ROA.

Variabel BOPO adalah variabel yang berpengaruh dominan terhadap profitabilitas

Bank Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia