22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku (Practice) Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri dari persepsi (percepstion), respon terpimpin (guided respos), mekanisme (mechanisme), adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo, 2003). Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari perubahan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleks dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap. Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor- faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku kesehatan menurut Lawrence Green terbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yaitu : a. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Seksual

1. Perilaku (Practice)

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati

secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku

terdiri dari persepsi (percepstion), respon terpimpin (guided respos), mekanisme

(mechanisme), adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo, 2003).

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi

karena perilaku merupakan hasil dari perubahan dari berbagai faktor, baik

internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia

dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari

aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku

manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleks

dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,

motivasi, persepsi, sikap.

Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-

faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku kesehatan

menurut Lawrence Green terbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yaitu :

a. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara

lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

b. Faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor-faktor yang

memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor

pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya

perilaku kesehatan.

c. Faktor-faktor penguat (reinforing factors) adalah faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal dari adanya

pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor di luar tersebut

(lingkungan) baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan

diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk

bertindak, yang akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku.

2. Perilaku Seksual Bebas (Sexsual Free Practice)

Perilaku seksual bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh

hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa aturan dan

dalam bentuk tingkah laku ini bermacam-macam atau menyimpang yang dimulai

dari perasaan tertarik pada lawan jenis sampai yang berlanjut pada tingkah laku

berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek seksual berupa orang lain atau

diri sendiri. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa

pada dirinya, terutama jika tidak ada akibat fisik yang dapat ditimbulkannya,

tetapi pada kenyataannya, sebagian perilaku seksual yang lain dimana dapat

dilakukan melalui berbagai cara untuk memulai dari berfantasi, berpegangan

tangan, ciuman kening, ciuman bibir, meraba, berpelukan, menempelkan alat

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

kelamin (petting), sampai intercouse (memasukkan alat kelamin laki-laki ke alat

kelamin perempuan) (Mu’tadin, 2002).

Hubungan seks mempunyai arti hubungan kelamin sebagai salah satu

bentuk kegiatan penyaluran dorongan seksual. Sedangkan hubungan seksual

bebas adalah melakukan hubungan seksual sebelum adanya ikatan perkawinan,

baik hubungan seks yang penetratif (penis dimasukkan ke dalam vagina, anus,

atau mulut) maupun yang non penetratif (penis tidak dimasukkan ke dalam

vagina) (Munajat, 2000). Sedangkan hubungan seksual bebas memberikan

dampak yang negatif pada anak jalanan baik secara fisik maupun sosial. Secara

fisik yaitu dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan, terkena

Penyakit Menular Seksual dan aborsi. Secara psikis dan sosial menimbulkan

perasaan tertekan, depresi dan berakibat mereka hidup tidak mempunyai arah.

Apabila hal ini terjadi pada anak jalanan akan semakin beresiko yang berakibat

mereka akan terjun ke lembah hitam misalnya menjadi PSK. Pelecehan seksual

juga akan membayangi mereka terutama perempuan sebagai korban dan laki-laki

sebagai pelakunya. Tanpa adanya rasa malu karena mereka didukung oleh

lingkungan yang keras yaitu di jalanan (Munajat, 2000).

Kehidupan sebagai anak jalanan memberikan berbagai pengalaman.

Dimana pengalaman tersebut antara lain melihat atau mengalami sendiri

perlakuan hubungan seksual yang menyimpang, entah atas dasar suka sama suka

atau karena pemaksaan. Sebagian besar anak jalanan yang pernah berhubungan

seksual melakukan secara heteroseksual, tetapi sebagian kecil dari mereka juga

melakukan secara homoseksual. Bahkan ada yang melakukan keduanya baik

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

secara heteroseksual maupun homoseksual. Remaja jalanan sering terpapar

pelecehan dan mendengar obrolan tentang pengalaman seks anak jalanan yang

lain, tanpa memikirkan dampaknya bagi kesehatan sistem reproduksi mereka.

Hal ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak jalanan dalam hal

melakukan hubungan seksual bebas (Wahyu, 1999).

Dengan matangnya fungsi-fungsi organ seksual pada anak jalanan umur

12-20 tahun, maka timbul dorongan dan keinginan untuk pemuasan seksual.

Dimana mereka mencari kepuasan dengan berkhayal, melampiaskan seks dengan

temannya, atau memutar film porno yang berujung pada hubungan seks bebas

pada anak jalanan (Purwanto, 1999).

B. Kesehatan Sistem Reproduksi

1. Definisi Kesehatan Sistem Reproduksi

Kesehatan sistem reproduksi adalah suatu keadaan dimana fisik, mental

dan sosial berlangsung baik serta tidak hanya absennya penyakit namun

berhubungan dengan sistem reproduksi beserta fungsi dan prosesnya. Maka

untuk memelihara kesehatan sistem reproduksi perlu adanya pencegahan perilaku

seksual bebas terutama pada anak jalanan (Warsito, 2002).

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat yang menyeluruh,

meliputi aspek fisik, mental dan sosial, bukan hanya sekedar tidak adanya

penyakit atau gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,

fungsinya, proses reproduksi itu sendiri. Kesehatan reproduksi menyiratkan

bahwa setiap orang dapat menikmati kehidupan seks yang aman dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

menyenangkan dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi, serta

memiliki kebebasan untuk menetapkan kapan dan seberapa sering mereka ingin

bereproduksi (Hidayana, 2004).

Sistem reproduksi pada manusia mengatur perkembangbiakan secara

seksual artinya untuk menciptakan individu baru harus ada sperma laki-laki dan

ovum perempuan. Oleh sebab itu pendidikan seks perlu diberikan dalam bentuk

penyuluhan tentang kesehatan sistem reproduksi.

2. Organ Reproduksi

Organ reproduksi wanita bagian luar (genitalia eksterna) meliputi mons

pubis/mons veneris, bibir besar (labia mayor), bibir kecil (labia minor), klitoris,

vulva, uretra (saluran kencing), hymen (selaput dara), sedangkan organ

reproduksi wanita bagian dalam (genitalia interna) meliputi vagina, tuba fallopi,

uterus (rahim), cervik (leher rahim) (Wahyudi, 2000).

Gambar 1. Alat Reproduksi Wanita Bagian Luar (Bagus, 1999)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

Gambar 2. Alat Reproduksi Wanita Bagian Dalam (Bagus, 1999)

Pada pria organ reproduksinya meliputi penis, uretra (saluran kencing),

kelenjar prostate, vesikula seminalis, vas deferens (saluran sperma), epididimis,

testis (pelir) (Wahyudi, 2000).

Gambar 3. Alat Reproduksi Pria (Bagus, 1999)

3. Perkembangan Seksual Remaja Anak Jalanan

Remaja anak jalanan dikenal sebagai periode yang duduk pada tahap

perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya.

Perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

pertumbuhan seorang remaja. Sedangkan perubahan psikologis muncul antara

lain akibat dari perubahan-perubahan fisik itu. Diantara perubahan fisik tersebut

yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan

tubuh, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi yang ditandai menarche

(menstruasi pertama kali) pada wanita dan mimpi basah pada pria (Rochmah,

2005).

Menstruasi adalah peristiwa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang

banyak mengandung pembuluh darah (endometrium). Menstruasi umumnya

mulai terjadi pada usia 8-13 thn. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama,

biasanya berlangsung kurang lebih 28 hari. Siklus menstruasi dapat dipengaruhi

oleh kondisi tertentu, seperti stress, pengobatan dan latihan olahraga. Gejala

yang menyertai sebelum dan saat menstruasi antara lain adalah perasaan malas

bergerak, badan menjadi lemas, mudah merasa lelah, nafsu makan meningkat,

emosi menjadi lebih labil, mengalami kram perut (dismenorhoe) dan nyeri kepala

(Wahyudi, 2000).

Pada remaja pria salah satu tanda yang menunjukkan bahwa organ

reproduksinya sudah mulai berfungsi adalah mimpi basah. Mimpi basah adalah

pengeluaran cairan sperma yang tidak diperlukan secara alamiah. Mimpi basah

pertama terjadi pada remaja sekitar usia 9-14 tahun. Mimpi basah umumnya

terjadi secar periodik berkisar antara 2-3 minggu (Wahyudi, 2000).

4. Kehamilan, Persalinan dan Abortus

Kehamilan adalah pertemuan sel telur dengan sel sperma. Pertemuan

terjadi setelah telur lepas sekitar 12 jam dan spermatozoa melalui proses

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

kapasitasi disebut fertilisasi, pembuahan ”konsepsi” atau impregnancy. Setelah

masuknya kepala spermatozoa ke dalam telur (ovum) dengan meninggalkan

ekornya terjadilah pertemuan inti masing-masing dengan kromosom mencari

pasangannya. Mula-mula terjadi pembelahan menjadi dua dan seterusnya,

sehingga seluruh ruangan ovum penuh dengan pembelahan sel, dan disebut

morula. Pembelahan berlangsung terus sehingga bagian dalam terbentuk ruangan

yang mengandung cairan disebut blastokist. Bagian luar dinding telur (ovum)

timbul rumbai-rumbai yang disebut villi, yang siap menerima dalam bentuk

reaksi desi dua. Tanda-tanda kehamilan yang biasa dialami oleh ibu yaitu tidak

datang haid, pusing, mual, buah dada agak membesar dan lebih keras, muka

biasanya terdapat bercak kecoklatan dan perut membesar (Bagus, 1999).

Setelah masa kehamilan maka terjadi masa persalinan. Masa persalinan

adalah masa bayi sebagai hasil fungsi reproduksi dilahirkan. Persalinan normal

adalah lahirnya bayi diikuti oleh keluarnya ari-ari (plasenta) melalui jalan biasa,

yang terjadi dengan sendirinya dan hanya dengan kekuatan si ibu. Tanda-tanda

yang mendahului persalinan adalah his, mules di daerah perut bagian bawah dan

daerah pinggang, keluar lendir dan air ketuban. Tahap-tahap persalinan meliputi

pembukaan, pengeluaran janin dan pengeluaran plasenta (Bagus, 1999).

Salah satu efek negatif dari kehamilan adalah abortus. Abortus adalah

berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20

minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri.

Abortus dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu abortus spontan dan

provokstus. Jenis abortus provokatus ada dua yaitu abortus provokatus

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

therapevticus dan abortus provokatus criminalis. Abortus provokatus

therapevticus adalah pengguguran kehamilan yang biasanya menggunakan alat-

alat dengan alasan kehamilan membahayakan ibu sedangkan abortus provokatus

criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan

dilarang oleh hukum (Munajat, 2000).

5. Penyakit Menular Seksual

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang menular dari

seseorang ke orang lain melalui hubungan seksual dan dapat disebarkan oleh

bakteri, virus atau jamur yang dapat dilihat melalui alat pembesar (mikroskop)

karena sangat kecil, tidak dapat dilihat oleh mata. PMS terutama ditularkan

dengan cara hubungan seksual antara alat reproduksi penis, vagina, anal dan oral.

Jenis PMS yaitu gonore, sifilis, herpes genitalis, trikomoniasis vaginalis,

chancroid, klamida, candiloma akulminata (Munajat, 2000).

C. Sikap

1. Pengertian Sikap

Banyak teori yang mendefinisikan sikap, antara lain adalah sikap

seseorang adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap rangsang

lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut.

Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan berfikir yang

disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

diorganisasikan melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau

tidak langsung pada praktik/tindakan (Notoatmodjo, 2003).

Sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap dikatakan

sebagai respon yang hanya timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus.

Sikap seseorang terhadap sesuatu obyek adalah perasaan mendukung atau

memihak (Favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(Unfovarable) pada objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi

dengan rangsang yang diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyek tertentu,

berarti bahwa penyesuaian diri terhadap obyek tertentu dipengaruhi oleh

lingkungan sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari orang terhadap obyek

(Mar’at, 1984). Sikap merupakan persiapan untuk bereaksi terhadap obyek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.

New Comb (Notoatmodjo, 2003) salah seorang ahli psikologi sosial

mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak

dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan prodisposisi tindak suatu perilaku,

sikap itu masih meupakan reaksi tertutup, bukan bukan merupakan reaksi terbuka

atau tingkah laku yang terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap obyek-obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap

obyek.

2. Tingkatan Sikap

Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, menurut Notoatmodjo (2003).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (obyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan. Misalnya sikap anak jalanan terhadap hubungan

seksual bebas yang mereka ketahui dan dampaknya apabila dilakukan.

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena itu suatu usaha

untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan itu

benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi bersikap.

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Faktor-faktor Mempengaruhi Pembentukan Sikap Menurut Azwar (1998) antara lain:

a. Pengalaman Pribadi

Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan dalam

stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan

sikap. Untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus

memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki pengamatan

yang berkaitan dengan obyek psikologis. Menurut Breckler dan Wiggins

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

(Azwar, 1998) bahwa sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan

menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh

langsung tersebut dapat berupa predisposisi perilaku yang akan direalisasikan

hanya apabila kondisi dan situasi memungkinkan.

b. Orang Lain

Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan atau

sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap berpengaruh antara

lain adalah: orang tua, teman dekat, teman sebaya.

c. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi pembentukan sikap

seseorang.

d. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam membawa pesan-

pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarah pada opini yang kemudian

dapat mengakibatkan adanya landasan kognisi sehingga mampu membentuk

sikap.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Keagamaan

Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar

dan pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

dan buruk antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari

pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

f. Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan

pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap

demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu. Begitu

frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap lebih persisten

dan bertahan lama (Mar’at, 1984).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk

terwujudnya agar sikap menjadi suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain

harus didukung dengan fasilitas, sikap yang positif. Disamping fasilitas menurut

teori Lawrence Green (Purwanto, 1997) untuk mempengaruhi perilaku

diperlukan faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya

atau tidak fasilitas atau sarana kesehatan, juga diperlukan faktor dukungan dari

pihak lain.

D. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari ’tahu’, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yaitu penglihatan, penciuman, rasa dan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui

tentang suatu obyek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu

merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping

berbagai pengetahuan lainnya (Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan, tingkatan : mengingat kembali

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari/rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan mendefinisikan, dan

sebagainya, misalnya anak jalanan dapat menyebutkan tanda-tanda dari

penyakit menular seksual.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang belum paham terhadap obyek atau

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari, misalnya dapat

menjelaskan mengapa bisa terjadi penularan penyakit menular seksual.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi di sini dapat

diartikan sebagai aplikasi penggunaan kaidah, metode, prinsip, dan

sebagainya sesuai konteks dan situasi tertentu.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.

Kemampuan abstrak ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,

dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untul menyusun formasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkasnya dan menyelesaikan terhadap suatu teori

atau rumusan-rumusan yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian–penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria–

kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) a. Tingkat Pendidikan

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang

sangat pokok. Sudah barang tentu tingkat pendidikan dapat menghasilkan

suatu perubahan dalam pengetahuan orang tua.

b. Informasi

Dengan kurangnya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara

pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan akan menurunkan

tingkat pengetahuan orang tua tentang hal tersebut.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,

karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan

budaya yang ada dan agama yang dianut.

d. Pengalaman

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

Pengalaman disini berkaitan dengan umur, dengan tingkat pendidikan

seseorang, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan lebih luas

sedang umur semakin bertambah.

E. Anak Jalanan

1. Pengertian

Anak jalanan merupakan sebagian dari anak-anak yang hidup dan tumbuh

di jalanan tanpa ada pemantauan dan tumbuh secara mandiri (Irwanto, 2003).

Kehidupan di jalanan bagi sebagian anak jalanan mempunyai dampak yang

positif misalnya anak menjadi tahan kerja keras karena sudah terbiasa kena panas

dan hujan, anak jalanan bisa belajar bekerja sendiri, bertanggung jawab dan

membantu ekonomi orang tuanya (Sarwoto, 2002).

Salah sati program pembangunan sosial dan budaya adalah program

kesehatan dengan kegiatan pokok memberdayakan anak terlantar termasuk anak

jalanan. Program upaya kesehatan tersebut bertujuan meningkatkan status

kesehatan sistem reproduksi bagi wanita usia subur pada anak dan remaja jalanan

(Wahyu, 1999).

2. Karakteristik Anak Jalanan

a. Usia Anak Jalanan

Usia anak jalanan berperan dalam pembentukan perilaku seseorang,

karena usia berpengaruh dalam penerapan pola asuh terhadap anak jalanan.

Anak jalanan di Kota Semarang dari 56 anak jalanan perempuan yang berusia

10-17 tahun, sebanyak 71,39% berusia 14-16 tahun (Yayasan Setara, 2002).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

b. Jenis Kelamin Anak Jalanan

Jenis kelamin anak jalanan mempengaruhi dalam berperilaku dan di

dalam keluarga akan berbeda dalam menerapkan pola asuh. Anak jalanan

laki-laki lebih banyak daripada anak jalanan perempuan. Hal ini terbukti di

Semarang dimana jumlah anak jalanan perempuan sekitar 20-30% dari

populasi anak jalanan di Kota Semarang (Yayasan Setara, 2002).

c. Pendidikan Anak Jalanan

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia, merupakan bekal yang

sangat pokok. Sudah barang tentu tingkat pendidikan dapat menghasilkan

suatu perubahan dalam sikap tingkah laku yang dapat dipandang bercorak

negatif.

Sebagian besar pendidikan anak jalanan masih rendah (SD sampai

SMP), bahkan ada yang putus. Anak jalanan setiap hari sibuk mencari nafkah

atau berada di jalanan sehingga tidak ada kesempatan untuk mendapatkan

pengetahuan tentang kesehatan sistem reproduksi yang benar. Di Semarang

sebanyak 50% anak jalanan yang pernah diteliti berstatus putus sekolah

dengan tidak atau memperoleh ijasah SD, SLTP atau SMU (Wahyu, 2000).

d. Pekerjaan Anak Jalanan

Pekerjaan anak jalanan beraneka ragam, dimana kegiatan anak jalanan

laki-laki dan perempuan tidak berbeda yaitu mengamen, menyemir sepatu,

menjual koran atau asongan, membersihkan mobil atau motor, memulung,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

mencopet, memeras, mencuri, menemani orang berjudi dan menawarkan jasa

seksual.

Anak jalanan tidak mengandalkan satu jenis pekerjaan atau kegiatan

tertentu saja untuk mendapatkan uang atau makanan dalam rangka

mempertahankan kelangsungan hidupnya atau melindungi diri dari berbagai

ancaman.seiring dengan aktivitas anak jalanan ini, maka mereka mempunyai

mobilitas yang tinggi. Sedangkan lama kerja anak jalanan bervariasi, dimana

anak jalanan bekerja 6-8 jam per hari, 9-12 jam sampai 13 jam (Bagong,

2000).

e. Penghasilan Anak Jalanan

Penghasilan anak jalanan bervariasi dari Rp 300,- sampai dengan Rp

15.000,- perhari (Bagong, 2000). Dimana penghasilan anak jalanan ini

dimanfaatkan lebih banyak untuk kepentingan diri sendiri yaitu untuk

menambah uang saku, membeli pakaian, makanan dan untuk bersenang-

senang. Pemanfaatan lain adalah untuk orang tuanya (Depsos, 2000).

f. Hubungan dengan Orang Tua

Pada anak jalanan yang tidak berhubungan dengan orang tuanya

sebanyak 16%, anak jalanan yang berhubungan tidak teratur dengan orang

tuanya sebanyak 41%, anak jalanan yang berhubungan teratur dengan orang

tuanya sebanyak 43% (DepKes, 2000).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

F. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi perilaku : Predisposisi

a. Pengetahuan b. Sikap c. Jenis Kelamin d. Usia

Faktor Pengetahuan – Tingkat Pendidikan – Informasi – Budaya

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

Gambar 4. Menurut Lawrence Green, dalam Notoatmodjo, 2003

Perilaku Seksual Bebas pada Anak Jalanan Usia 12-20 Tahun

G. Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Tingkat pengetahuan tentang kesehatan sistem reproduksi

Sikap tentang kesehatan sistem reproduksi

Perilaku Seksual Bebas pada Anak Jalanan Usia 12-20 Tahun

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Perilaku ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-endrayanti... · Pelecehan seksual juga akan membayangi ... Perkembangan

Gambar 5. Kerangka Konsep

H. Hipotesis

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan sistem reproduksi

dengan perilaku seksual bebas pada anak jalanan berusia 12-20 tahun di Rumah

Singgah Jangli Semarang.

2. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku seksual bebas pada anak jalanan

berusia 12-20 tahun di Rumah Singgah Jangli Semarang.