Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Kata pondok merupakan dua kata yang saling berkaitan dan
mempunnyai tujuan yang sama sebagai tempat tinggal sementara untuk belajar
agama Islam. Kata pondok berasal dari bahasa Arab, yaitu “Funduq” yang
berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana. Sedangkan pesantren berasal dari
kata “santri” dengan awalan (pe-) dan akhiran (-an) yang berarti tempat
tingggal santri. Pada umumnya, pendidikan dan pengajaran di pondok
pesantren diberikan secara bandongan atau sistem weton, yaitu kiai
membacakan, menerjemahkan, menerangkan, dan mengulas kitab-kitab klasik,
sedangkan santri menulis hal-hal penting petuah kiai. Cara bandongan juga
disebut dengan halaqoh yang berarti lingkaran murid. Sebab para santri
berkelompok belajar di bawah bimbingan seorang guru. Selain cara bandongan,
kiai menggunakan cara sorogan, yaitu santri membaca ulang teks yang telah
dipelajari baik dihadapan kiai ataupun di hadapan sesama santri. Pengajian
sorogan biasanya hanya diberikan kepada santri-santri yang cukup maju
khususnya yang berminat untuk menjadi kiai (Mas’ud : 2002 )
Menurut istilah, pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional
Islam, tempat para santri belajar agama Islam dan menerapkan moralitas Islam
sebagai pedoman. Menurut Imam Bawani M. pesantren adalah lembaga
5
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
pendidikan dan pengajaran agama Islam, umumnya dengan cara nonklasikal.
Istilah pesantren bisa disebut pondok saja atau kata ini digabungkan menjadi
pondok pesantren, secara esensial, semua istilah ini menggabungkan makna
yang sama. Sesuai dengan namanya, pondok berarti tempat tinggal/menginap
(asrama), dan pesantren berarti tempat para santri mengkaji agama islam dan
sekaligus di asramakan (Masyhud: 2003).
Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh
serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana
santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau
madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari leader shipseorang
atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta
independen dalam segala hal. Penggunaan gabungan kedua istilah antara
pondok dengan pesantren menjadi pondok pesantren, sebenarnya lebih
mengakomodasikan karakter keduanya. Namun penyebutan pondok pesantren
kurang jami’ ma’ni (singkat padat). Selagi perhatiannya dapat diwakili istilah
yang lebih singkat, karena orang lebih cenderung mempergunakan yang
pendek. Maka pesantren dapat digunakan untuk menggantikan pondok atau
pondok pesantren.
Dalam kamus besar bahas Indonesia, pesantren diartikan sebagai
asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan
secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri
biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab
klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam
secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian
dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
Namun Pondok pesantren secara definitif tidak dapat diberikan batasan
yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-
ciri yang memberikan pengertian pondok pesantren.
2. Tipologi atau Model Pendidikan di Pondok Pesantren
Seiring dengan laju perkembangan masyarakat maka pendidikan
pesantren baik tempat, bentuk, hingga substansi telah jauh mengalami
perubahan. Pesantren tak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan
seseorang, akan tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan zaman.
Menurut Yakub ada beberapa pembagian model-model
pendidikan pondok pesantren yaitu :
1) Pesantren Salafi yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pelajaran
dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum. Model
pengajarannyapun sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren
salaf yaitu dengan metode sorogan.
2) Pesantren Khalafi (Modern) yaitu pesantren yang menerapkan sistem
pengajaran klasikal (madrasi) memberikan ilmu umum dan ilmu agama
serta juga memberikan pendidikan keterampilan.
3) Pesantren Kilat yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam
waktu relatif singkat dan biasa dilaksanakan pada waktu libur
sekolah. Pesantren ini menitik beratkan pada keterampilan ibadah dan
kepemimpinan. Sedangkan santri terdiri dari siswa sekolah yang dipandang
perlu mengikuti kegiatan keagamaan dipesantren kilat.
Sedangkan menurut (Mas’ud dkk:2002) ada beberapa tipologi atau
model pendidikan pondok pesantren yaitu :
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas asli sebagai
tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fiddin) bagi para santrinya.
Semua materi yang diajarkan dipesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan
yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang ditulis oleh
para ulama’ abad pertengahan. Pesantren model ini masih banyak kita jumpai
hingga sekarang seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur beberapa
pesantren di daerah Sarang Kabupaten Rembang Jawa tengah dan lain-lain.
Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajaran
namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tak
mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga
ijazah yang dikeluarkan tak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai
ijazah formal.
3. Peranan dan Fungsi Pondok Pesantren
Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai
dan penyiaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini
semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak hanya
mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan penjejelan materi-materi
keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial). Pesantren kini
tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based
curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh
persoalan kikian masyarakat (society-based curriculum). Dengan demikian,
pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan
murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus
merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya (Haedari: 2007)
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
Dasar pembangunan nasional adalah pembangunan masnusia seutuhnya
dan pembangunan selurh masyarakat Indonesia yang berlandaskan Pancasila,
dan Undang-Undang 45. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah bukan
saja telah mempercayakan pada lembaga pendidikan formal saja, melainkan
juga telah mempercayakan pada lembaga non formal, seperti pondok
pesaantren. Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tua turut
membina kerakter bangsa.
Menurut KH. M. Yusuf Hasyim: Pondok Pesantren tidak sekedar
mencetak individu pendakwah yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar,
melainkan pesantren sebagai lembaga itu sendirilah yang berperan sebagai
pendakwah, dan bahkan telah menjadi prototipe dakwah bil alhal bagi
masyarakat.
bahwa pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, da’wah dan
kemasyarakatan bahkan lembaga perjuangan. Kelebihan yang selama ini
dimiliki pesantren tentunya menjadi aspek pendukung yang kuat bagi
kehidupan kultur pesantren hingga saat ini.
Secara mendasar peranan Pondok Pesantren yang lebih fungsional dan
berpotensi (A.Halim:2005) antara lain sebagai berikut :
1. Pusat kajian islam
Pada dasarnya Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan
yang mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu pengetahuan
agama islam melalui buku-buku klasik atau modern berbahasa arab.
Dengan demikian secara tidak lansung Pondok Pesantren telah menjadikan
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
posisinya sbagai pusat pengkajian masalah keagamaan islam, dalam kata
lain Pondok Pesantren berperan sebagai pusat kajian Islam.
2. Pusat pengembangan dakwah
Dakwah Islamiyah dapat diartikan sebagai penyebaran atau
penyiaran ajaran dan pengetahuan agama islam yang dilakukan secara
islami, baik itu berupa ajakan atau seruan untuk meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan maupun berupa uswah hasanah (contoh yang baik).
Peranan Pondok Pesantren sebagai pusat pengembangan Dakwah
Islamiyah dapat dikategorikan kedalam tiga peranan pokok.
a) Peranan Institusi/Kelembagaan.
Dakwah Islamiyah merupakan hal pokok yang menjadi tugas
Pondok Pesantren untuk dilkukan, karena pada mula berdirinya suatu
Pondok Pesantren, dakwah merupakan landasan pijak yang dipakai oleh
para kyai dan ulama. Dalam upaya mencapai tujuan, Pondok Pesantren
menyelenggaran kegiatan pengajian atau tafaqquh fi al-din yang
dimaksudkan agar para santri mengerti dan paham secara integral
tentang ajaran dan pengetahuan agama islam.
b) Peranan instrumental
Upaya penyebaran dan pengamalan ajaran agama islam selain
dilembagakan dalam tujuan Pondok Pesantren tentunya memerlukan
adanya sarana-sarana yang menjadi media dalam upaya aplikasi tujuan
tersebut. Dalam wacana inilah peranan Pondok Pesantren sebagai
sarana Dakwah Islamiyah tampak sangat berperan dan kemudian
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
melahirkan peranan lain Pondok Pesantren dalam Dakwah Islamiyah
dan sumber daya manusia.
c) Peranan sumber daya manusia
sistem pendidikan Pondok Pesantren diupayakan
pengembangan ketrampilan para santri dalam rangka mencapai tujuan
Pondok Pesantren termasuk dalam hal ini tentunya Dakwah
Islamiyah. Pondok Pesantren dalam tataran ini berperan dalam
menyediakan dan mempersiapkan sumberdaya manusia yang terampil
dan capble dalam pemenuhan Dakwah Islamiyah.
Melaksanakan Dakwah Islamiyah, ada dua metode dakwah
yang terkenal; dakwah bi al-lisan(lisan atau seruan) dan dakwah fi al-
hal (aksi).
1) Dakwah bi al-lisan
Dakwah Islamiyah yang dilakukan Pondok Pesantren yang
bersifat seruan atau ajakan secara lisan dapat dipahami sebagai sebuah
dakwah yang menyerukan kepada anggota masyarakat untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT senantiasa
ada dan cukup relevan dengan apa yang terjadi dewasa ini.
2) Dakwah fi al-hal
Dakwah yang dilakukan dengan aksi atau pemberian contoh
adalah salah satu metode dakwah yang efektif dalam upaya mengajak
ummat dan masyarakat untuk berbuat kebaikan dan meningkatkan
keimanan dan ketakwaan.
3. Pusat pelayanan beragama dan moral
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
Pelayan kehidupan beragama di Indonesia tidak menjadi tanggung
jawab pemerintah saja. Namun keterlibatan masyarakat cukup signifikan
dalam upaya membantu pemerintah dalam pelayanan beragama ini. Pondok
Pesantren sebagai lembaga keagamaan yang mengakar pada masyarakat
tentunya memiliki peranan yang cukup besar dalam mengupayakan
pelayanan kehidupan beragama dan sebagai benteng ummat dalam bidang
akhlak.
4. Pusat pengembangan solidaritas dan ukhuwah islamiayah
Selain dari bentuk ajakan atau seruan atau pemberian contoh untuk
berbuat baik, dakwah islamiyah yang diselenggarakan oleh Pondok
Pesantren dapat bermacam-macam bentuknya meskipun dikategorikan
sebagai dakwah bi al-hal. Kegiatan ini bahkan lebih efektif dan berpotensi
jika diselenggarakan oleh Pondok Pesantren.
Demikian juga, pedoman penyebaran dan pengembangan islam
mempunyai tiga bagian;
a. Orang menyeru atau mengajak orang lain kejalan islam dengan
“hikmah”
b. Menyampaikan dengan tutur bahasa yang baik (mauidhotul hasanah).
c. Manakala harus terjdi adu argumentasi atau berdebat dengan cara yang
baik pula.
Demikian Pondok Pesantren telah memberikan keikhlasan
sendiri dalam penyelenggaraan kegiatan dengan mentransformasikan
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
dirinya sebagai pusat pengembangan solidaritas dan ukhuwah
islamiyah.
B. Membangun Karakter Santri
1. Pengertian Karakter
Pengertian secara umum, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik
(tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik,nyata berkehidupan baik, dan
berdampak baik terhadap lingkungan) yang berpatri dalam diri dan terwujud
dalam perilaku (Kamus Bahasa Indonesia edisi elektronik :2008). Karakter
secara koheren memancar dari hasil olahpikir, olahhati, olahraga, serta
olahraga dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri
khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan,
kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan
(Anas S: 2013)
Secara linguistik , ada beberapa pengertian tentang karakter (irwanto
:2013) yaitu :
a. Karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti to mark atau menandai
dengan fokus mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
lingkah laku.
b. Karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti , perilaku
personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (pusat bahasa depdiknas).
c. Karakter mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi dan
keterampilan.
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
d. Karakter adalah watak tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yag diyakini dan
digunakan sebagai landasan cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak
(yanthi haryati ,2010:3).
e. Karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang bisa membuat leputusa dan siap mempertanggung jawabkan
setiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, karater
merupakan karakter merupakan sifat alami seseorang tabiat, watak, sifat-sifat
kejiwaan, akhlaq, budi pekerti mantap, yang melekat dalam diri seseorang yang
membuatnya bersikap dan bertindak serta menjadi ciri khas yang dapat
membedakan perilaku, tindakan dan perbuatannya dengan yang lain sehingga
dapat bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara
2. Pengertian Membangun Karakter
Pengertian Charakter Building dalam segi bahasa, Charakter Building
atau membangun karakter terdiri dari 2 suku kata yaitu membangun (to build)
dan karakter (character) artinya membangun yang mempunyai sifat
memperbaiki, membina, mendirikan. Sedangkan karakter adalah tabiat, watak,
aklak atau budi pekerti yang membedakan seserang dari yang lain. Dalam
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
konteks pendidikan (Modul Diklat LAN RI) pengertian Membangun Karekter
(character building) adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk
membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan,
akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan
perangai dan tingkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai pancasila.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa upaya
membangun karakter akan menggambarkan hal-hal pokok sebagai berikut:
1. Merupakan suatu proses yang terus menerus dilakukan untuk membentuk,
tabiat, watak dan sifat sifat kejiwaan yang berlandaskan kepada semangat
pengabdian dan kebersamaan.
2. Menyempurnakan karakter yang ada untuk terwujudnya karakter yang
diharapkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan.
3. Membina karakter yang ada sehingga menampilkan karakter yang kondusif
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dilandasi
dengan nilai – nilai falsafah bangsa yaitu Pancasila.
(http://duniabembi.blogspot.co.id/2013/05/membangun-karakter-
character-building.html)
3. Tujuan Membangun Karakter
Suatu usaha yang tidak memiliki tujuan tidaklah mempunyai arti apa-
apa. Pada mumnya, suatu usaha akan berakhir jika tujuannya telah tercapai.
Menurut Mohammad Haitami Salim, (2013: 34) tujuan pendidikan karakter
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
adalah membangun kepribadian dan budi pekerti yang luhur sebagai modal
dasar dalam berkehidupan di tengah- tenga masyarakat, baik sebagai umat
beragama , maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut
Starbini, (2014: 45) pendidikan karakter bertujuan untuk membina agar
menjadi pribadi yang taat kepada Allah dan Rasul Nya, berbakti kepada orang
tuanya, bermanffaat untuk msyarakatnya, dan berguna bagi agama, nusa, dan
bangsanya. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa, pada dasarnya
pendidikan karakter adalah pendidikan akhlak terpuji, yaitu pendidikan yang
bertujuan : mengajarkan, membina, membimbing, membentuk dan melatih
agar memiliki sikap mental positif/ akhlak terpuji, serta merealisasi kanya
dalam kehidupan sehari- hari guna menyiapkan hidup optimal dan bermanfaat
baik bagi dirinya maupun orang lain.
4. Program Pembangunan Karakter.
Secara bahasa, program dapat diartikan dengan rancangan asas-asas
serta usaha yang dijalankan (Poerwadarminta, 2007: 911). Dengan demikian
program pembangunan karakter diartikan sebagai rancangan- rancangan
kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam menanamkan nilai- nilai serta
membangun karakter. Menurut Aan Hasaah (2012: 134) program pendidika
karakter dapat di lakkan melalui : pengajaran, pemotivasian, peneladanan,
pembiasaan dan penegakan aturan.
a. Pengajaran
Pengajaran adalah aktivitas pengorganisasu atau mengatur
lingkungan sebaik- baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak
untuk melakukan proses belajar secara efektif (Syarbini,2014:80).
Pengajaran sering disebut juga dengan istilah pembelajaran. Menurut
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
Majid, (2012: 109) yang dikutip oleh syarbini dalam bukunya berjuduk
model pendidikan karakter dalam keluarga mendefinisikan bahwa pelajaran
sebagagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang
melalui baerbagai upaya, strategi, metode, dan pendekatan kearah
pencapaian tujuan yang telah direncanakan (syarbini, 2014 : 80). Dengan
demikin pengajaran tidak sebatas memberikan pengetahuan kepada peserta
didik, tetapi juga menghasilkan perubahan perilaku peserta didik ke arah
yang lebih baik.
b. Pemotivasian
Pemotivasian adalah proses mendorong dan menggerakkan
seseorang agar mau melakukan perbuatan – perbuatan tertentu sesuai
dengan tujuan yang di harapkan (Syarbini, 2014 : 83). Dengan demikian
dalam konteks pembentukan karakter santri , pemotivasian dapat dimaknai
sebagai upaya- upaya untuk menggerakkan serta mendorong santri untuk
mengaplikasikan nilai- nilai karakter.
c. Peneladanan
Pemahaman seseorang pada dasarnya banyak mereka peroleh dari
meniru. Menurut Syarbini (2014) konsep diri dari persepsi pada diri
seseorang dipengaruhi oleh unsur dari luar diri mereka. Hal ini terjadi
karena kita sejatinya telah melihat, mendengar, mengenal dan mempelajari
hal-hal yang berada diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti suatu
hal yang dikerjakan dan di ajarkan orang lain.
Agar seorang santri meniru suatu yang positif, maka menjadi
kemesttian lingkungan sekitar menjadikan dirinya sebagai teladan yang
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
baik. Dengan demikian ketaatan kepada ajaran agama atau perilaku positif
lainnya merupakan hal yang sangat penting, karena berawal dari peniruan
dan selanjutnya menjadi kebiasaan, jika sudah menjadi kebiasaan yang
tertanam jauh didalam lubuk hatinya, kelak akan sulit untuk merubah dari
kebiasaanya itu.
d. Pembiasaan
Pepatah jawa witing tresno jalaran soko kulino . apapun pendidikan
yang kita peroleh dan dari manapun yang ilmu yang selama ini kita
dapatkan, semua tiada gunanya jika tidak terbiasa untuk mengaplikannya
(Syarbini, 2014:88)
Pembelajaran dan pembinaan karakter santri, pengurus serta
lingkungan pondok pesantren harus dapat berperan sebagai pembimibing
spritual yang mampu mengarahkan dan memberikan contoh teladan yang
baik serta menuntun, mengarahkan ke suatu hal yang positif. Menjadi
kebiasaan yang baik, jika sudah menjadi kebiasaan yang tertanam jauh
didalam lubuk hatinya, kelak akan sulit mengubah dari kebiasaan itu.
e. Penegakkan aturan
Bentuk usaha lain yang dapat diterapkan untuk membentuk karakter
santri adalah penegakkan aturan. Menurut Aan Hasanah (2012: 29) yang
dikutip oleh syarbini, esensi penegakkan aturan adalah memberikan batasan
yang tegas dan jelas, mana yang harus dan tidak dikerjakan (syarbini,
2014:90)
Latifah dalam bukunya yang berjudul perana keluarga dalam
pendidikan karakter yang dikutip oleh Zubaedi dalam bukunya yang
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
berjudul Desain Pendidikan Karakter : Confusius, seorang filosuf terkenal
cina, menanyakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi
mencintai kebajikan, namun bila potensi ini tidak diikuti dengan pendidikan
dan sosialisasi setelah manusia dilahirkan, maka manusia dapat berubah
seperti binatang, bahkan lebih buruk lagi. Oelh karena itu, sosialisasi
danpendidikan anak yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan, baik di
keluarga, sekolah, maupun lingkungan yang lebih luas, sangat penting
dalam pembangunan karakter (Zubaedi, 2011:109)
Pembangunan karakter santritidak terjadi hanya karena melalui
kegiatan pengajian, ceramah agama dan lain sebagainya yang dianggap
kurang menarik bagi mereka. Namun demikian, bukan berarti kegiatan
pengajian, ceramah agamadan lain sebagainya tidak harus dilakukan. Tetap
harus dilakukan secara rutin sebagai pertemuan untuk mengumpulkan
mereka memperoleh wawasan religi yang lebih luas dan mendalam dari
aktifitas yang mereka alami. Karena dengan pengajaran, pemotivasian,
peneledanan, pembiasaan, dan penegakan aturan para santri akan lebih bisa
merasakan didikan dari yang mereka yang ada di sekelilingnya.
5. Strategi Membangun Karakter
Menurut Stephanie K. Marrus, strategi didefenisikan sebagai suatu proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai dengan suatu penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai dan berjalan dengan sistematis.
(http://definisimu.blogspot.co.id/2012/11/definisi-strategi.html)
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
Konteks pendidikan (Modul Diklat LAN RI) pengertian Membangun
Karekter (character building) adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan
untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat
kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga
menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai
pancasila.
Demikian strategi membangun karakter dapat di sebutkan dengan proses
penetuan rencana yang dilakukan untuk membina, memperbaiki atau
membentuk watak, sifat kejiwaan dan akhlaq, Bila kita ingin agar apa-apa yang
kita canangkan dapat berhasil dengan baik, maka kita harus merancang strategi
yang tepat. Strategi hendaknya disiapkan dengan menyiapkan sarana yang
memadai, bahan yang dibutuhkan, instruktur yang handal dan cakap, pimpinan
serta pengurus yang akan menjadi pelaksana strategi tadi.
6. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pembangunan Karakter
Menurut Mahmud (2014:19) terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi karakter manusia. Dari sekian banyak faktor tersebut, dapat
digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan ektern.
a. Faktor Intern
1) Isnting atau Naluri
Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang merupakan suatu
pembawaan yang asli. Pengaruh naluri pada diri seseorang sangat
tergantung pada penyaluranya. Naluri dapat menjerumuskan manusia
pada kehinaan, tetapi dapat juga mengangkat kepada derajat yang
mulia, jika naluri disalurkan kepada hal yang baik dengan tuntuan
kebenaran.
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
2) Adat atau Kebiasaan (habit)
Salah satu faktor penting dalam tingkah lakumanusia adalah
kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi akhlak (karakter)
sangat erat dengan kebiasaan, yang dimaksud dengan kebiasaan adalah
perbuatan yang selalu di ulang- ulang sehingga mudah untuk di
kerjakan.
3) Kehendak / kemauan (iradah)
Salah satu kekuatan dibalik tingkah laku adalah kehendak atu
kemauan keras. Itulah yang menggerakkan danmerupakan kekuatan
yang mendorong manusia dengan sungguh- sungguh untuk berperilaku
(berakhlak), sebab dari kehendak itulah menjadikan suatu niat yang
baik dan buruk dan tanpa kemauan pula semua ide, kenyakinan
kepercayaan pengetahuan menjadi masif.
4) Suara Batin atau Suara hati
Suara batin berfungsi memperingatkan bahanyanya perbuatan
buruk dan berusaha untuk mencegahnya, disamping dorongan untuk
melakukan perbuatan baik. Suaru hati dapat terus dan dituntun atau
menaiki jenjang kekuatan rohani.
5) Keturunan
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
Merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi perbuatan
manusia. Sifat yang diturubkan itu pada garis besarnya ada dua macam,
yaitu :
a) Sifat jasmaniyah, yakni kekuatan dan kelemahan otot-otot dan urat
sarah orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya.
b) Sifat ruhaniyah, yakni lemah dan kuatnya suatu naluri dapat
diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi perilaku
anak cucunya.
b. Faktor Ektern
1) Pendidikan
Menurut Ahmad Tafsir (2004 :6 ) dalam Mahmud (2014:21)
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam
segala aspeknya. Pendidikan mempunyai pengarh dalam pembangunan
karakter, akhlak dan etika seseorang, sehingga baik buruknya akhlak
seseorang sangat tergantung pada pendidikan, karena karakter
seseorang dapat dibabangun dengan baik atau terararh melalui
pendidikan.. oleh karena itu, pendidikan agama perlu dimanifestasikan
melalui berbagai media baik pedndidikan formal disekolah, pendidikan
informal di lingkungan jeluarga, serta pendidikan non formal yang ada
pada masyarakat.
2) Lingkungan
Lingkungan adalah suatu yang melingkungi suatu tubuh yang
hidup, seprti tumbuh- tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan
mansuai hidupselalu berhubungan dengan manusia lainnya. Dengan
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
demikian pergaulan mempengaruhi pikiran, sifat, tingkah lau, Mahmud
(2014:22)
Adapun lingkungan dibagi menjadi dua bagian :
a) Lingkungan yang besifat kebendaan
Lingkungan alam dapat mematangkan serta mematahkan
pertumbuhan bakat yabg dibawa seseorang.
b) Lingkungan pergaulan yang bersifat kerohanian
Seseorang yang hidup dalam lingkungan, baik secara langsuang
atau tidak lagsung dapat membentuk kepribadiannya menjadi baik,
begitu pula sebaliknya, seseorang yang hidup dalam lingkungan
kurang mendukung dalam pembentukan akhlaknya maka
setidaknya dia akan terpengaruh degan lingkungan tersebut.
7. Santri
Santri, istilah ini digunakan untuk merujuk pada seseorang yang
menuntut ilmu di pesantren dan bertempat tinggal di sana. Istilah ini juga
digunakan clifford Geertz untuk mengacu pada salah satu kelompok agama
yang berada di jawa, yang ditandai dengan ketaatan dalam menjalankan ibadah
ritual serta berpegang teguh pada dokrin agama (Nata, 2011 : 454)
Santri dibagi menjadi dua yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri
mukim adalah mereka yang datang dari jauh dan tinggal di lingkungan
pesantren. Santri yang tinggal di pesantren biasanya menjadi kelompok khusus
yang bertanggung jawab dalam memperhatikan pesantren dan juga dalam
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
membimbing serta mengajari santri-santri junior. Sedang santri kalong adalah
mereka yang berasal dari kawasan sekitar pesantren dan tidak tinggal di
pesantren. Biasanya tinggal bersama orang tua/keluarga mereka dan mengikuti
secara penuh kegiatan-kegiatan pesantren (Mughni ,2001 : 299)
Menurut Dr. KH. MA. Sahal Mahfudz yang justru kata santri dijadikan
menjadi bahasa arab, yaitu dari kata “santoro”, yang mempunyai jama’ (plural)
sanaatir (beberapa santri). Di balik kata santri tersebut yang mempunyai 4 huruf
arab (sin, nun, ta’,ra’), KH. Abdullah Dimyathy (alm) mengimplementasikan
kata santri sesuai dengan fungsi manusia. Adapun 4 huruf tersebut yaitu :
1. Sin ( س)
Artinya “satrul al’aurah” (menutup aurat) sebagaimana selayaknya
kaum santri yang mempunyai ciri khas dengan sarung, peci, pakian
koko,dan sandal ala kadarnya sudah barang tentu bisa masuk dalam
golongan huruf sin ini, yaitu menutup aurat. Menutup aurat dhahiri
gambarnya sesuai dengan gambaran yang telah ada menurt syari’at Islam.
Mulai dari pusar sampai lutut bagi pria dan seluruh tubuh kecuali tangan
dan wajah bagi manusia. Hal yang terpenting di sini adalah bagaimana
manusia menutupi dan mempunyai rasa malu dalam hal sifat dan perilaku
secara dhahiri atau bathini. Sebagaimana disinggung dalam salah satu
hadits : “Alhaya’ minal iman”, malu sebagian dari iman. Tentunya hal ini
sudah jelas betapa besar pengaruhnya haya’ atau malu dalam kacamata
religius (agama) maupun soaial masyarakat.
2. Nun (ن )
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
Berarti “Naibul Ulama” (wakil dari ulama). Dalam koridor ajaran
Islam dikatakan dalam suatu hadits bahwa : “alulama warasul ambiya’
)ulama adalah pewaris nabi). Rosul adalah pemimpin dari umat, begitu juga
ulama. Peran dan fungsi ulama di masyarakat sama halnya dengan rasul,
sebagian pengayom atau pelayanan umat dalam segala dimensi. Tentuya
diharapkan seorang ulama mempunyai kepekaan-kepekaan sosial yang tahu
atas problematika dan perkembangan serta tuntutan zaman akibat arus
globalisasi dan modernisasi, sera dapat menyelesaikannya dengan arif dan
bijak atas apa yang terjadi dalam masyarakatnya.
Kaitannya dengan na’ibul ulama, seorang santri dituntut mampu
aktif, merespon sekaligus mengikuti perkembangan masyarakat yang
diaktualisasikan dalam bentuk sikap dan perilaku yang bijak. Minimal
dalam masyarakat kecil yang ada dalam pesantren. Sebagaimana yang kita
tahu, pesantren merupakan sub-kultur dari masyarakat yang majemuk. Dan
dengan didukung potensi yang dimiliki kaum santri itulah yang berfungsi
sebagai modal dasar untuk memberikan suatu perubahan yang positif sesuai
dengan yang diharapkan Islam.
3. Ta’ ( ت )
Artinya “tarku alma’shi” (meninggalkan maksiat). Denagn dasar
yang dimiliki kaum santri, khususnya dalam mempelajari syari’at, kaum
santri diharapkan mampu memegang prinsip sekaligus konsis terhadap
pendirian dan nilai-nilai ajaran Islam serta adab yang berlaku di
masyarakatnya selagi tidak keluar jalur syati’at. Kaitannya hal tersebut
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
yaitu seberapa jauh kaum santri mengaplikasikan apa yang telah mereka
dapatkan dan sejauh mana pula ia memegang hubungan hablum minallah
dan hablum minannas, hubungan horizontal dan vertikal dengan sang
khaliq dan sosial masyarakat. Karena tarku alma’shi tidak hanya
mencangkup pelanggaran-pelanggaran hukum yang telah ditetapkan nya,
tetapi juga hubungan sosial dengan sesama makhluk, baik manusia ataupun
yang lain.
4. Ra’ ( ر)
Artinya “raisulummah” (pemimpin umat). Manusia selain diberi
kehormatan oleh Allah sebagai makhluk yang paling sempurna dibanding
yang lain. Manusia juga diangkat sebagai khalifatullah di atas bumi ini.
Sebagaimana diterangkan dalam firman Nya “inni ja’ilun fil ardhi
khalifah” (QS. Al-Baqoroh :30),yang artinya: “sesuangguhnya aku
ciptakan di muka bumi ini seorang pemimpin”.
Kemulian manusia itu ditandai pemberianNya yang sangat
mempunyai makna untuk menguasai dan mengatur apa saja di alam ini,
khususnya ummat manusia. Selain itu pula peranan khalifah mempunyai
fungsi ganda. Pertama, ibadatullah (beribada kepada Allah) baik secara
individual maupun sosial, dimana sebagao makhluk sosial dalam komunitas
berbangsa, ummat Islam juga di tuntut memberikan manfaat kepada orang
lain dalam kerangka inadah sosial.
Penjelasan di atas, menunjukkan bahwa santri adalah seseorang atau
sekelompok orang yang berada di pondok pesantren, guna untuk mencari
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
ketaqwaan dengan cara belajar di pondok pesantren. Sehingga
kehidupannya selalu tertata dan sesuai ajaran al Qur’an dan as Sunnah.
Santri diidentikan dengan pakainannya yang menutup aurat,
biasanya santri laki-laki menggunakan baju koko, sarung, dan peci sedang
perempuan tentu pakaian panjang berjilbab yang menutup aurat, dari kepala
hingga ujung kaki kecuali telapak tangan dan wajah. Bahkan ada beberapa
pesantren yang mengharuskan santri perempuan memakai cadar. Hal itu
tergantung pada peraturan pesantren yang berasal dari pemahaman hukum.
Di dalam pesantren tentunya santri akan dididik oleh kyai atau
guru- guru di pesantren untuk menjadi jiwa- jiwa yang memiliki ciri khas
dari yang lain. Membentuk manusia yang menyadari tugasnya sebagai
khalifah yang meneladani rasul. Seorang santri diharapkan menjadi teladan
meskipun pada lingkungan keluarganya atau dalam masyarakat kecil.
Mampu merespon serta berperan aktif dalam segala hal yang bernilai
positif.
C. Penelitian Terdahulu.
1. Imam Budiono (UMY, 2013) dalam skripsinya yang berjudul “Keluarga
Sakinah Dalam Pembentukan Karakter Pada Anak (Studi Kasus di Sleman)”,
menyimpulkan bahwa: Konsep keluarga Islam yang sakinah adalah keluarga
yang berlandaskan agama dan saling memahami antara seorang suami dan
istri, saling mengerti kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tujuan utama
sebuah pernikahan adalah untuk memiliki akhlak, budi pekerti dan perangai
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
yang baik. Untuk itu pembentukan karakter tidak terjadi dengan sendirinya
pada anak, akan tetapi dilakukan dengan latihan, keteladanan dan bimbingan
dari orang tua, karena lingkungan pertama yang dikenal anak adalah keluarga.
Selain itu, di dalam pertumbuhannya anak harus diberikan pendidikan agama
yang menjadi benteng untuk menghindarkan anak dari pengaruh yang buruk.
Keluarga yang di dalamnya terjalin suasana yang sakinah mawadah
wa rahmah akan membantu dalam pembentukan karakter anak, karena
karakter anak terbentuk dari keteladanan yang di berikan oleh orang tuanya.
Dalam keluarga sakinah yang bertujuan membentuk generasi yang memiliki
karakter yang baik (akhlaqul karimah) ada beberapa faktor pendukung, antara
lain: agama, kasih sayang, saling memahami dan menjaga kerukunan diantara
anggota keluarga.
2. Arum Kurnia (UMS, 2004) dalam skripsinya yang berjudul “Pembinaan
Karakter Dalam Pendidikan Luar Sekolah Bagi Mahasiswa UMS di
Pesanren Mahasiswa SALSABILA Desa Gonilan Kecamatan Kartosuro”,
menyimpulkan bahwa sistem pembinaan karakter dalam pendidikan luar
sekolah merupakan pembaharuan perkembangan dari pembinaan yang
memperlihatkan kegiatan dengan pendekatan sistem dan upaya untuk
mengajarkan pengetahuan keagamaan kepada mahasantriwati PESMA
SALSABILA. Tujuan pembinaan akhlak di PESMA SALSABILA yaitu
untuk membentuk kepribadian muslim yang baik dengan sisi diniah yang
lebih dan mempersiapkan mental mahasantriwati dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat dengan memberikan bekal dan pedoman hidup dalam
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017
bentuk pengetahuan keagamaan dan umum agar nantinya mampu menjalani
kehidupan secara normal.
3. Ahmad Sobari dengan judul (Univ Muh Purwokerto, 2012) skripsi yang
berjudul “ Pendidikan Karakter Bagi Remaja dalam Perspektif Pendidikan
Islam” Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Purwokerto tahun 2012 dengan kesimpulan bahwa pandangan Islam tentang
pendidikan karakter bagi remaja khususnya harus dilakukan sesuai dengan
sumber utamanya yaitu : Al- Qur’an dan Al- Hadits dengan cara menanamkan
nilai- nilai insaniyah, sehingga tujuan dari pendidikan karakter bagi remaja
dalam perspektif (pendidikan Islam) yaitu merubah remaja agar menjadi lebih
baik pengetahuan, sikap, dan keterampilanbya akan dapat terwujud. Penelitian
tersebut merupakan penelitian kepustakaan atau studi pustaka.
Berdasarkan karya tulis skripsi di atas memang telah ada penelitian yang
hampir sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama –sama
meneliti tentang karakter, akan tetapi ada perbedaan yang mendasar, yaitu
penelitian yang terdahulu hanya meneliti tentang peran keluarga dalam
pembentukan karakter dan pembinaan karakter di luar sekolah yaitu di pesantren
mahasiswa, namun belum diteliti tentang peran pesantren dalam membangun
karakter santri, dan juga diatas ada yang menggunakan penelitian kepustakaan.
Untuk itu penulis akan mencoba mengangkat penelitian tentang “Peranan pesnatren
dalam membangun karakter santri” (Studi penelitian di Pondok Pesantren Darul
Qurro Kawunganten, Cilacap).
PERANAN PONDOK PESANTREN ..., Hamizah Zebriyaty, FAI/PAI, UMP 2017