24
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Persalinan a. Pengertian 1) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan kekuatan ibu sendiri atau dengan bantuan (Manuaba, 2010). 2) Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2010). b. Faktor yang Mempengaruhi Menurut Oxorn (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain: 1) Passage (Jalan Lahir) Jalan lahir meliputi panggul, pintu atas panggul, rongga panggul, pintu bawah panggul, dan dasar panggul. 2) Power (Kekuatan Ibu) Power terdiri atas his (kontraksi) dan tenaga meneran dari ibu sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Persalinan

a. Pengertian

1) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan kekuatan ibu

sendiri atau dengan bantuan (Manuaba, 2010).

2) Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2010).

b. Faktor yang Mempengaruhi

Menurut Oxorn (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi

persalinan antara lain:

1) Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir meliputi panggul, pintu atas panggul, rongga panggul,

pintu bawah panggul, dan dasar panggul.

2) Power (Kekuatan Ibu)

Power terdiri atas his (kontraksi) dan tenaga meneran dari ibu

sendiri.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

8

3) Passenger (Isi Kehamilan)

Terdiri dari janin, plasenta, tali pusat, dan air ketuban.

c. Fase Persalinan

Menurut Winkjosastro (2007) Persalinan dibagi menjadi 4 (empat)

kala, yaitu:

1) Kala I

Dimulai dari timbul his yang menyebabkan pembukaan dari 1 cm

sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses membukanya serviks

terbagi dalam 2 (dua) fase, yaitu:

a) Fase Laten

Fase ini berlangsung selama 8 jam dan pembukaan berlangsung

sangat lambat sampai 3 cm.

b) Fase Aktif, dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

i) Fase akselerasi. Terjadi pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm

dalam waktu 2 jam.

ii) Fase dilatasi maksimal. Pembukaan berlangsung sangat cepat

dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam.

iii) Fase deselerasi. Pembukaan kembali melambat dari 9 cm

menjadi lengkap (10 cm) dalam waktu 2 jam

2) Kala II

Dimulai sejak pembukaan serviks lengkap (10 cm) sampai

lahirnya bayi. Berlangsung selama 1-2 jam pada primigravida dan

0,5-1 jam pada multigravida (Chamberlain, 2012).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

9

3) Kala III

Menurut Kusnarman (2010) Kala III dimulai sejak bayi lahir

sampai dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Biasanya

plasenta lepas dari tempat implantasinya dalam 6 sampai 15 menit

setelah bayi lahir dan keluar secara spontan atau dengan tekanan

pada fundus uteri. Menurut Oxorn (2012) kala tiga persalinan terbagi

atas 2 fase yaitu (1) pelepasan plasenta dari dinding uterus sampai ke

segmen terbawah rahim dan atau vagina, dan (2) pengeluaran

plasenta dari jalan lahir. Tanda pelepasan plasenta dari dinding

uterus antara lain terjadi perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali

pusat memanjang, dan semburan darah singkat dan tiba-tiba.

Manajemen aktif kala III diperlukan untuk melahirkan plasenta

sesuai prosedur secara efektif sehingga mencegah terjadinya

perdarahan dan kehilangan darah yang berarti. Menurut Saifuddin

(2010) ada 4 langkah inti pada Manajemen aktif kala III, yaitu:

a) Penjepitan dan pengguntingan tali pusat sedini mungkin.

b) Pemberian suntikan oksitosin.

c) Penegangan tali pusat terkendali atau PTT.

d) Masase fundus uterus.

4) Kala IV

Dimulai saat plasenta lahir sampai dengan 2 jam pertama post

partum. Pemantauan selama 2 jam pertama pasca persalinan

bertujuan untuk menilai perkiraan pengeluaran darah, keadaan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

10

umum dan tanda-tanda vital ibu. Dilakukan setiap 15 menit pada 1

jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

Tujuan lain pemantauan juga untuk mengetahui apakah ibu

mengalami perdarahan (Prawirohardjo, 2010).

d. Komplikasi dalam Persalinan

Mekanisme persalinan tidak semuanya berjalan normal. Beberapa

komplikasi dapat terjadi baik sebelum, saat, maupun sesudah ibu

bersalin. Menurut Varney dan Wiknjosastro (2008) beberapa

komplikasi yang dapat terjadi selama proses persalinan antara lain:

Kala I lama, ketuban pecah dini, prolaps tali pusat, disfungsi uterus

(Hipotonik dan Hipertonik), kelelahan ibu, kala II lama, distosia bahu,

ruptur uterus, retensio plasenta, inversi uterus, atonia uteri dan syok.

Beberapa komplikasi terutama yang terjadi pada kala III persalinan

dapat beresiko menyebabkan perdarahan post partum.

Perdarahan post partum adalah kehilangan darah secara abnormal.

Rata-rata kehilangan darah selama kelahiran pervaginam yang ditolong

tenaga medis tanpa komplikasi lebih dari 500 ml, atau kehilangan darah

rata-rata selama kelahiran sectio caesarea sekitar 1000 ml (Varney,

2008).

Menurut Kayika (2014) perdarahan post partum dibagi menjadi 2

jenis yaitu:

1) Perdarahan post partum primer, yaitu jika perdarahan terjadi dalam

24 jam pertama pasca persalinan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

11

2) Perdarahan post partum sekunder, yaitu perdarahan yang terjadi

setelah 24 jam, namun masih dalam 6 minggu awal setelah

persalinan.

Salah satu penyebab perdarahan post partum primer yaitu retensio

plasenta (Oxorn, 2013).

2. Retensio Plasenta

a. Pengertian

1) Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta

hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir

(Prawirohardjo, 2008).

2) Retensio plasenta adalah tidak lahirnya plasenta setelah periode waktu

30 menit sampai 1 jam setelah kelahiran bayi (Fraser, 2009).

3) Retensio plasenta didefnisikan sebagai keadaan dimana belum

lahirnya plasenta pada waktu 30 menit sampai 60 menit setelah bayi

lahir serta merupakan penyebab yang sering dari perdarahan post

partum (Dorr, 2015).

b. Etiologi

1) Plasenta belum lepas dari dinding uterus dapat disebabkan oleh:

a) Sebab fungsional: Sebab terpentingnya adalah his yang kurang

kuat. Sebab lain diantaranya:

(1) Tempatnya: insersi plasenta di sudut tuba.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

12

(2) Bentuknya: seperti plasenta anularis (plasenta berbentuk

seperti cincin) dan plasenta membranacea (plasenta berbentuk

lebar dan tipis hampir memenuhi seluruh korion).

(3) Ukurannya:plasenta yang sangat kecil.

b) Sebab patologi-anatomis: perlekatan plasenta pada dinding rahim

yang terlalu kuat seperti plasenta akreta, plasenta inkreta, dan

plasenta perkreta (Saifuddin, 2009).

2) Plasenta sudah lepas tetapi belum dapat dilahirkan, disebabkan oleh

kontraksi uterus yang tidak adekuat (atonia uteri), atau karena

kesalahan penatalaksanaan kala III yang menimbulkan lingkaran

konstriksi pada bagian bawah rahim yang menghalangi plasenta

keluar (plasenta inkarserata) (Saifuddin, 2009).

Tertahannya sebagian atau seluruh plasenta dalam uterus membuat

pembuluh darah terbuka dan menyebabkan perdarahan post partum. Saat

sebagian plasenta telah terlepas dari dinding uterus akan menyebabkan

darah keluar dari bagian tersebut (Oxorn, 2013). Jika perdarahan terjadi

terus menerus karena plasenta belum juga dapat terlepas maka

komplikasi seperti syok hingga kematian dapat terjadi. Oleh karena itu

tindakan antisipasi harus segera dilakukan.

c. Patofisiologi

Plasenta yang normal berbentuk bulat, datar, memiliki diameter

sekitar 20cm, ketebalan 2,5 cm di bagian pusat, beratnya sekitar

seperenam berat bayi cukup bulan (Fraser, 2009). Terdapat tiga lapisan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

13

uterus yaitu Endometrium, Miometrium, dan Parametrium. Implantasi

normal plasenta yaitu pada dinding endometrium (lapisan otot terdalam

uterus) atau biasa disebut desidua (Varney, 2008). Pada masa kehamilan

beberapa faktor menyebabkan plasenta melekat terlalu kuat atau terlalu

dalam pada dinding rahim yang menyebabkan pada kala III persalinan

plasenta ini sulit terlepas dari dinding uterus. Abnormalitas implantasi

plasenta ini menurut Saifuddin (2009) dibagi menjadi 3 jenis yaitu,

plasenta akreta (plasenta melekat hingga memasuki sebagian lapisan

miometrium), plasenta inkreta (perlekatan plasenta hingga memasuki

miometrium), dan plasenta perkreta (perlekatan plasenta hingga

mencapai lapisan serosa dinding uterus). Ketiga jenis abnormalitas

implantasi ini menyebabkan plasenta tidak dapat lahir seluruhnya dan

membutuhkan penanganan lebih khusus yaitu histerektomi.

Fase awal kala III persalinan dimulai dengan retraksi serat-serat

otot uterus oblik yang memberikan tekanan pada pembuluh darah uterus

dan menjadikannya tegang sehingga darah tidak mengalir kembali ke

sistem pembuluh darah ibu. Pada kontraksi berikutnya, vena yang

terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat tipis

lapisan berspons pada permukaan plasenta dan membuatnya terlepas dari

tempat perlekatannya (Fraser, 2009). Kesalahan dari mekanisme ini yang

disebabkan oleh kontraksi otot miometrium yang kurang adekuat (his

hipotonik) atau tidak ada sama sekali (atonia uteri) menyebabkan

plasenta tidak dapat terlepas sebagian atau seluruhnya dari tempat

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

14

implantasinya sehingga terjadilah retensio plasenta yang selanjutnya

dapat menyebabkan perdarahan post partum (Varney, 2008; Oxorn,

2013).

Bagan patofisiologi terjadinya retensio plasenta dapat dilihat pada

lampiran 5.

d. Faktor Risiko

Menurut Prawirohardjo (2010) dan Dorr (2015), faktor yang

menyebabkan terjadinya retensio plasenta antara lain:

1) Multiparitas

Terjadinya penurunan sel-sel desidua pada kehamilan berulang dapat

memperbesar akibat terjadinya perdarahan post partum karena

retensio plasenta.

2) Kehamilan Ganda

Suplay nutrisi untuk bayi dalam kandungan meningkat dua kali lipat

sehingga memerlukan implantasi plasenta yang lebih luas.

3) Induksi dalam persalinan

4) Kuret berulang

5) Riwayat retensio plasenta

6) Usia ibu yang terlalu tua

7) Plasenta previa

Terjadi karena dibagian isthmus, pembuluh darah sedikit, sehingga

perlu lebih masuk kedalam perlekatannya.

8) Bekas sectio caesaria

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

15

9) Usia Kehamilan

Usia kehamilan mempengaruhi lamanya persalinan kala III. Usia

kehamilan yang kurang dari 37 minggu beresiko terjadi kala III

memanjang yang dapat mengarah ke retensio plasenta tiga kali lebih

besar dari kelahiran cukup bulan. Demikian pula dengan kehamilan

lebih dari 40 minggu.

e. Keluhan Subjektif

Pada kasus retensio plasenta kemungkinan ibu mengeluh lemas

karena kehilangan darah atau kelelahan, perut tidak terasa mulas lagi

karena kontraksi tidak adekuat (Oxorn, 2013).

f. Tanda klinis

1) Plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir

2) Konsistensi uterus kenyal/lembek

3) Kontraksi uterus kurang baik

4) Tali pusat terjulur sebagian, kemudian masuk lagi ke dalam

5) Terdapat perdarahan sedang-banyak

(Saifuddin, 2010).

g. Penatalaksanaan

Apabila plasenta belum dapat lahir 30 menit atau lebih, maka

penatalaksanaan awal pada ibu. Menurut Edozien (2013), Nugroho

(2010), dan Saifuddin (2009) penatalaksanaan kasus retensio plasenta

berupa:

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

16

1) Pasang infus uterotonika dalam 500 ml NS/RL dengan 40 tetes per

menit.

2) Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal.

3) Pantau frekuensi nadi, tekanan darah, dan jumlah kehilangan darah.

4) Lakukan manual plasenta secara hati-hati.

5) Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemi.

6) Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.

7) Beri antibiotika profilaksis (ampisilin 2 g per IV/Oral )

8) Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, atau

syok.

Manual plasenta adalah pemisahan plasenta dari dinding uterus

dengan menggunakan jari (Fraser, 2009). Jika terjadi perdarahan yang

banyak maka plasenta harus dikeluarkan sesegera mungkin (Oxorn,

2013). Menurut Dorr (2015) dan Kemenkes (2015) prosedur pelaksanaan

manual plasenta yaitu:

1) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan panjang steril

2) Menegangkan tali pusat sejajar lantai

3) Memasukkan tangan dalam posisi obstetri dengan menelusuri tali

pusat

4) Tangan sebelah dalam (kanan) masuk sampai kavum

uteri,sedangkan tangan luar (kiri) menahan fundus uteri

5) Setelah sampai di kavum uteri, dengan jari mencari tempat

perlekatan plasenta

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

17

6) Tangan obstetri dibuka seperti memberi salam dan jari tangan

dirapatkan

7) Menentukan tempat implantasi plasenta yang telah lepas sebagian

8) Menyisir plasenta ke arah kranial sampai terlepas semua

9) Memegang plasenta dan mengeluarkan dengan tangan.

10) Memindahkan tangan luar ke supra simpisis untuk menahan uterus

saat plasenta dikeluarkan

11) Melakukan eksplorasi uterus untuk memastikan tidak ada bagian

plasenta yang masih tertinggal

12) Periksa kelengkapan plasenta

Manual plasenta hanya dapat dilakukan pada plasenta adhesiva

(plasenta melekat kuat pada dinding rahim) dan plasenta akreta

parsialis (sebagian plasenta tertanam dalam). Sedangkan pada

plasenta akreta kompleta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta tidak

boleh dilakukan karena dapat menyebabkan perforasi pada kavum

uteri (Lailiyana, 2011). Untuk penanganan plasenta akreta kompleta

atau yang tertanam lebih dalam, sebaiknya segera berkolaborasi

dengan dokter konsulen karena merupakan bahaya obstetrik dan

memerlukan tindakan operatif yaitu histerektomi (Varney, 2007).

Bagan penatalaksanaan retensio plasenta dapat dilihat pada

lampiran 6.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

18

h. Prognosis

Prognosis retensio plasenta tergantung dari lamanya, jumlah darah

yang hilang, keadaan pasien sebelumnya, serta efektifitas terapi. Semakin

lama dan semakin banyak jumlah darah yang hilang dapat merujuk

pasien pada keadaan syok (Oxorn, 2013).

3. Syok Hipovolemik

a. Pengertian

Syok Hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana terjadi kehilangan

cairan tubuh atau darah (internal ataupun eksternal) yang menyebabkan

jantung tidak mampu memompakan cukup darah ke seluruh tubuh yang

mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak adekuat sehingga suplai

oksigen tidak mencukupi untuk proses metabolik normal (Tanto, 2014)

b. Tanda Syok

1) Perubahan status mental: gelisah, agitasi, letargi, obtundasi

2) Tekanan darah sistolik <110 mmHg

3) Takikardia >90 kali/menit

4) Frekuensi nafas <7 atau >29 kali/menit

5) Urin output <0,5 cc/KgBB/jam

(Tanto, 2014)

c. Klasifikasi

1) Syok hipovolemik ringan

Kehilangan <20% volume darah. Pasien dapat mengalami perubahan

tingkat kesadaran misalnya agitasi dan gelisah. Pada pemeriksaan fisik

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

19

didapatkan tanda-tanda seperti kulit dingin, lembab, hipotensi

ortostatik, takikardia ringan dan tanda lain akibat proses

vasokonstriksi.

2) Syok hipovolemik sedang

Kehilangan 20-40% volume darah. Pasien menjadi gelisah, agitasi dan

takikardia. Sering ditemui adanya hipotensi postural.

3) Syok hipovolemik berat

Kehilangan >40% volume darah. Tekanan darah menurun, takikardia

menjadi lebih jelas, oliguria, penurunan kesadaran berupa agitasi dan

confusion.

(Tanto, 2014)

d. Penatalaksanaan

Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan syok hipovolemik adalah sebagai

berikut:

1) Pastikan jalan nafas dalam kondisi baik

2) Lakukan resusitasi cairan segera. Cairan yang diberikan berupa

garam seimbang seperti RL.

3) Nilai ketat hemodinamik dan amati tanda-tanda perbaikan syok:

TTV, kesadaran, perfusi perifer, pulse oxymetry, urine output.

4) Atasi sumber perdarahan.

5) Kehilangan darah dengan kadar hemoglobin <10 gr/dL perlu

pergantian dengan transfusi. Pada kondisi yang sangat darurat,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

20

transfusi packed red cell (PRC) sesuai golongan darah dapat

diberikan.

4. Anemia

a. Pengertian

Anemia adalah konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dL pada

wanita tak hamil dan kurang dari 10 g/dL selama kehamilan atau masa

nifas (Cunningham, 2012).

b. Derajat anemia ibu hamil menurut Manuaba (2010) :

1) Anemia ringan 9-10 gr%

2) Anemia sedang 7-8 gr%

3) Anemia berat < 7 gr%

d. Efek anemia pada kehamilan

1) Keguguran

2) Partus prematurus

3) Inersia uteri dan partus lama ibu. Berpengaruh terhadap kejadian

retensio plasenta

4) Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan

5) Syok

(Pranoto, 2013)

e. Penatalaksanaan

Menurut Robson (2011) dan Cunningham (2013) penatalaksanaan

anemia pada kehamilan, persalinan atau nifas diantaranya:

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

21

1) Pada pemeriksaan ANC bidan mengkaji penyebab anemia dari

riwayat diet untuk mengetahui adakah kemungkinan pica, kebiasaan

mengidam berlebihan dan mengonsumsi makanan-makanan tertentu

dan riwayat medis yang adekuat dan uji yang tepat

2) Memberikan sulfat ferosa 200 mg 2-3 kali sehari. Sulfat ferosa

diberikan 1 tablet pada hari pertama kemudian dievaluasi apakah ada

keluhan (misalnya mual, muntah, feses berwarna hitam), apabila

tidak ada keluhan maka pemberian sulfat ferosa dapat dilanjutkan

hingga anemia terkoreksi.

3) Apabila pemberian zat besi peroral tidak berhasil (misalnya pasien

tidak kooperatif) maka bisa diberikan dosis parenteral (per IM atau

per IV) dihitung sesuai berat badan dan defisit zat besi

4) Transfusi darah diindikasikan bila terjadi hipovolemia akibat

kehilangan darah atau prosedur operasi darurat. Ibu

hamil/bersalin/nifas dengan anemia sedang yang secara

hemodinamis stabil, dapat beraktifitas tanpa menunjukan gejala

menyimpang dan tidak septik, transfusi darah tidak diindikasikan,

tetapi diberi terapi besi selama setidaknya 3 bulan.

B. Teori Manajemen Kebidanan

Menurut Varney (2007) Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

22

dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan

yang berfokus pada klien.

a. Langkah I : Pengumpulan data dasar secara lengkap

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian

dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

klien secara lengkap (Mangkuji, 2012).

1) Identitas Pasien

Pengkajian dilakukan untuk mengetahui identitas pasien. Data

fokus kasus retensio plasenta pada biodata adalah umur. Wanita yang

hamil dengan usia <20 tahun dan yang berusia >35 tahun sangat

beresiko mengalami retensio plasenta. Hal ini dikarenakan pada umur

<20 tahun organ reproduksi belum cukup matang dan belum dapat

berfungsi dengan baik. Ketidakmampuan miometrium dalam

berkontraksi dan beretraksi maksimal membuat pelepasan plasenta

dari tempat implantasinya terganggu sehingga terjadilah retensio

plasenta. Sedangkan pada umur >35 tahun wanita sering mengalami

kekakuan jaringan sehingga miometrium juga tidak dapat bekerja

dengan maksimal (Zau; Endang, 2012).

2) Anamnesa/Data Subjektif

a) Keluhan utama

Keluhan utama pada kasus retensio plasenta adalah ibu

mengeluh lemas karena kehilangan darah atau kelelahan, perut

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

23

tidak terasa mulas lagi karena kontraksi tidak adekuat (Oxorn,

2013; Pudiastuti, 2012).

b) Riwayat Kehamilan sekarang

Riwayat kehamilan sekarang perlu dikaji berkaitan dengan

usia kehamilan. Usia kehamilan mempengaruhi lamanya persalinan

kala III. Usia kehamilan yang kurang dari 37 minggu memiliki

resiko terjadi kala III memanjang yang dapat mengarah ke retensio

plasenta tiga kali lebih besar dari kelahiran cukup bulan (Dorr,

2015).

c) Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Riwayat abortus yang megakibatkan kuret berulang,

riwayat persalinan dengan sectio caesarea, serta keadaan

multiparitas mempengaruhi kejadian retensio plasenta sehingga

perlu dikaji (Prawirohardjo, 2010).

d) Riwayat Operasi

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien memiliki riwayat

sectio caesarea, pembedahan uterus, atau curretage yang

merupakan faktor risiko terjadinya retensio plasenta (Dorr, 2015).

3) Pemeriksaan Fisik/Data Objektif

Data ini dikumpulkan untuk menegakkan diagnosis.

Pengkajian data objektif meliputi pemeriksaan inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan pemeriksaan penunjang (Mangkuji, 2012).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

24

a) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum pada ibu meliputi keadaan umum,

kesadaran dan tanda-tanda vital yang harus selalu dipantau untuk

memastikan ibu dalam keadaan baik, juga untuk mendeteksi secara

dini apabila keadaan ibu memburuk (terjadi syok) sehingga dapat

dilakukan antisipasi tindakan segera (Oxorn, 2010).

b) Pemeriksaan Fisik Sistematis

(2) Inspeksi

Pemeriksaan inspeksi pada kasus retensio plasenta antara

lain terlihat adanya perdarahan aktif apabila plasenta sudah

lepas sebagian, atau tidak terjadi perdarahan apabila plasenta

belum terlepas sama sekali, atau tinggi fundus uteri meningkat

apabila terdapat perdarahan tersembunyi.Tali pusat terjulur

sebagian, kemudian masuk lagi ke dalam. Kemungkinan cincin

konstriksi juga dapat terlihat apabila terjadi plasenta

inkarserata (Varney, 2008; Saifuddin 2009).

(3) Palpasi

Uterus dapat teraba keras jika kontraksi baik, atau teraba

lembek jika kontraksi buruk dan merujuk pada keadaan atonia

uteri. Dalam kasus retensio plasenta fundus masih teraba tinggi

apabila plasenta belum terlepas dari tempat implantasinya

(Fraser, 2009; Oxorn, 2013).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

25

(4) Pemeriksaan Dalam

Memastikan plasenta telah lepas atau belum secara pasti

dilakukan dengan pemeriksaan dalam. Pada kasus retensio

plasenta penting dipastikan apakah plasenta sudah terlepas

tetapi masih tertinggal, terpisah tapi terperangkap (plasenta

inkarserata), melekat tapi dapat dipisahkan, atau melekat dan

tidak dapat dipisahkan (Oxorn, 2013).

c) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus retensio

plasenta adalah pemeriksaan laboratorium khususnya pemeriksaan

darah.Pemeriksaan golongan darah dilakukan untuk kemungkinan

transfusi darah. Kadar haemoglobin penting diketahui untuk

memberi petunjuk kemungkinan ibu menderita anemia (Dorr,

2015).

b. Langkah II.Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan

diagnosis, masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang

benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Interpretasi data pada kasus

retensio plasenta yaitu:

“Ny. X GXPXAX umur X tahun inpartu kala III dengan retensio plasenta”

DS: Ibu mengatakan ini kehamilan ke X kalinya dan sudah/belum pernah

keguguran sebelumnya. Ibu mengatakan berusia X tahun. Ibu

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

26

mengatakan HPHT tanggal dd-mm-yyyy. Ibu mengatakan bayinya

telah lahir pada pukul hh.mm WIB, dan perutnya masih mulas.

DO: a. Keadaan Umum: baik

b. TTV: TD R

N S

c. Plasenta belum keluar lebih dari 30 menit.

d. Palpasi pada daerah perut didapatkan uterus yang tidak teraba

bulat, kontraksi lemah, uterus lembek.

e. Inspeksi terdapat perdarahan aktif, tali pusat tidak memanjang.

f. Pemeriksaan dalam didapatkan hasil plasenta belum terlepas atau

telah terlepas sebagian.

Masalah : Ibu merasa cemas dengan keadaannya, ibu merasa lemas

Kebutuhan : Beri dukungan moral, penuhi kebutuhan cairan ibu, pantau

TTV

(Varney, 2008; Sulistyawati, 2010; Oxorn, 2013)

c. Langkah III. Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensialdan Antisipasi

Penanganannya

Diagnosis potensial yang dapat ditegakkan dari kasus retensio

plasenta antara lain terjadi perdarahan post partum yang apabila tidak

tertangani dapat merujuk pada keadaan syok. Antisipasi yang harus

dilakukan oleh tenaga paramedis adalah observasi ketat keadaan umum

dan TTV ibu, memberikan uterotonika, balance cairan oral dan

melakukan manual plasenta (Oxorn, 2012; Dorr, 2015; Nugroho, 2010).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

27

d. Langkah IV. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Dibutuhkan kolaborasi dengan dokter apabila terjadi

kegawatdaruratan atau apabila keadaan plasenta akreta, inkreta atau

perkreta. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan dan penanganan

tindakan segera (Saifuddin, 2010).

e. Langkah V. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh

1) Beritahu ibu tentang keadaannya.

2) Beri dukungan moral.

3) Beritahu ibu tindakan yang akan dilakukan.

4) Lakukan informed consent

5) Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 ml NS/RL dengan 40 tetes per

menit.

6) Berikan asupan cairan peroral.

7) Lakukan observasi tanda-tanda vital.

8) Lakukan manajemen aktif kala III.

9) Lakukan manual plasenta.

10) Observasi perdarahan dan kontraksi uterus.

11) Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.

12) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.

(Permenkes, 2008; Pudiastuti, 2012; Nugroho, 2010; Saifuddin, 2009;

Varney, 2009)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

28

f. Langkah VI. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman

Rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah

kelima dilaksanakan secara efisien, efektif dan aman. Dalam situasi

dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan

adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama

yang menyeluruh tersebut (Marmi, 2013).

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari tindakan atau

penatalaksanaan yang telah dilakukan. Evaluasi pada kasus retensio

plasenta yaitu seluruh asuhan telah diberikan secara efektif dan efisien,

plasenta dapat dilahirkan, tidak terjadi kehilangan darah yang berarti,

tidak ada sisa jaringan plasenta yang tertinggal, dan uterus berkontraksi

dengan baik (Edozien, 2013; Oxorn,2013).

C. Follow Up Data Perkembangan Kondisi Pasien

Model dokumentasi dalam bentuk catatan perkembangan digunakan

karena bentuk asuhan yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan

proses yang terus menerus (progress note) sehingga perkembangan pasiendapat

dilihat dari awal sampai akhir. Dokumentasi SOAP ini dicatat pada lembar

catatan perkembangan yang ada dalam rekam medik pasien (Marmi, 2013).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

29

1. Subjektif

Ibu mengatakan senang atas kelahiran anaknya, ibu mengatakan

darahnya sudah tidak keluar banyak, ibu mengeluh badannya masih lemas,

ibu mengatakan perutnya masih mules (Saifuddin, 2009; Pudiastuti, 2012).

2. Objektif

a. Keadaan umum: Cukup

b. Kesadaran: Compos mentis

c. TTV: TD = 120/80 mmHg, N=92 kali/menit, S=36,5 oC, R=20 kali/menit

d. PPV= dalam batas normal

e. Kontraksi uterus: baik, keras

f. Terpasang infus drip oksitosin dan methergin 20 tpm.

(Edozien, 2013; Pudiastuti, 2012)

3. Assesment

Ny. X PxAx umur X tahun inpartu kala IV postretensio plasenta

Masalah : Ibu merasa lemas

Kebutuhan : Lakukan asuhan kala IV, pantau TTV, beri asupan

cairan peroral.

Diagnosis potensial : Potensial terjadi perdarahan post partum

Dasar : Perdarahan kala III sebanyak XXX cc

Antisipasi : Lakukan asuhan kala IV dengan efektif dan efisien

Tindakan segera : Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk terapi

antibiotik, uterotonika, dan analgesik.

(Pudiastuti, 2012; Oxorn, 2010; Varney, 2007)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis · ruptur uterus, retensio plasenta, ... Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi akan pecah dan darah akan merembes di antara sekat

30

4. Planning

a. Observasi tanda-tanda vital dan pengeluaran pervaginam.

b. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

c. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini

d. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand

e. Anjurkan ibu untuk makan makanan bergizi tinggi kalori tinggi protein

f. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi terapi antibiotik,

uterotonika, dan analgesik.

Evaluasi:

Keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, pengeluaran

pervaginam dalam batas normal, telah memberikan terapi sesuai advis

dokter, asuhan telah dilaksanakan secara efektif dan efisien, prognosis baik

(Pudiastuti, 2012; Varney, 2007).