Upload
hoangnhi
View
226
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Alat kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan suatu usaha untu mencegah kehamilan. Alat
kontrasepsi ini ada yang berjangka pendek dan berjangka panjang (Sri
Handayani, 2010).
Alat kontrasepsi yang berjangka pendek terdiri dari :
a. Metode amenorhea laktasi (MAL)
Adalah alat kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara eksklusif.
b. Kondom
Adalah suatu selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami yang di
pasang pada penis atau vagina pada saat melakukan hubungan seksual.
c. Metode kalender
Adalah metode kontrasepsi yang digunakan berdasarkan masa subur
dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan
kontrasepsi pada hari ke 8-19 siklus menstruasi.
8
9
d. Kontrasepsi pil
Adalah kontrasepsi yang diminum yang mengandung hormonal baik
hormon estrogen, progesteron dan prolaktin yang dapat mencegah
kehamilan.
e. Kontrasepsi suntik
Adalah alat kontrasepsi suntik yang berisi hormon (estrogen dan
progesteron) untuk mencegah kehamilan.
Alat kontrasepsi yang berjangka panjang terdiri dari :
a. Implan
Adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat
dari sejenis karet silastik yang berisi hormon dan dipasang di bawah kulit
lengan atas.
b. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Adalah suatu alat yang terbuat dari plastik yang lentur yang dipasang
dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang.
c. Metode kontrasepsi kontap (permanen)
Kontrasepsi mantap (kontap) merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris, secure cotraseption. Nama lain dari kontrasepsi mantap adalah
sterilisasi (sterilization)/kontrasepsi operatif (surgical contraseption).
Dari sini dikenal istilah medis operatif pria (MOP) medis operatif wanita
(MOW) untuk sterilisasi wanita (HR.Siswosudarmo, 2001).
MOP (medis operatif pria) adalah suatu metode kontrasepsi operatif
minor pada pria yang sangat aman, sederhana, dan sangan efektif,
10
memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi
umum (Sri Handayani, 2010).
MOW (medis operatif wanita) adalah setiap tindakan pada kedua
saluran telur yang mengakibatkan orang wanita atau pasangan yang
bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi (Sri handayani, 2010).
Tubektomi adalah metode kontrasepsi permanen dimana saluran tuba
diblokir sehingga sel telur tidak bisa masuk ke dalam rahim.
1) Persiapan pre-operatif untuk kontap wanita
Persiapan pre-operatif untuk kontap wanita menurut Hartanto (2004) :
a) Informed consent
b) Riwayat medis/kesehatan, yang meliputi :
(1) Penyakit-penyakit pelvis
(2) Adhesi/perlekatan
(3) Pernah mengalami operasi abdominal/operasi pelvis
(4) Riwayat diabetes melitus
(5) Penyakit paru (asthma, bronchitis, emphysema)
(6) Obesitas
(7) Pernah mengalami problem dengan anestesi
(8) Penyakit-penyakit perdarahan
(9) Alergi
(10) Medikamentosa pada saat ini
11
c) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ini harus meliputi kondisi-kondisi yang
mungkin dapat mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau
anestesi, serta pemeriksaan kandungan untuk menemukan kelainan-
kelainan seperti leiomyomata dan lain-lain.
d) Pemeriksaan laboratorium
(1) Pemeriksaan darah lengkap
(2) Pemeriksaan urin
(3) Pap smear
2) Jenis dan mekanisme kerja
a) Penyinaran
Penyinaran merupakan tindakan penutupan yang dilakukan pada
kedua tuba falopii wanita yang mengakibatkan yang bersangkutan
tidak hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi (Handayani, S,
2010).
b) Opertif
Metode operatif menurut Sri Handayani (2010) yakni:
(1) Abdominal
(a) Laparotomi
Laparatomi sudah tidak digunakan lagi karena
diperlukan insisi yang panjang. Kontrasepsi ini diperlukan
bila cara kontap yang lain gagal atau timbul komplikasi
sehingga memerlukan insisi yang lebih besar.
12
(b) Mini-laparotomi
Laparotomi khusus untuk tubektomi yang paling
mudah dilakukan 1-2 hari pasca persalinan. Sayatan dibuat
di garis tengah di atas simfisis sepanjang 3cm sampai
menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba digunakan
alat khusus (elefaktor uterus) ke dalam kavum uteri.
Dengan bantuan alat tersebut uterus dalam keadaan
retrofleksi dijadikan letak antefleksi dahulu kemudian
didorong ke arah lubang sayatan, lalu dilakukan penutupan
tuba dengan salah satu cara.
(c) Laparoskopi
Mula-mula dipasang cunam servik pada bibir depan
porsio uteri, dengan maksud supaya dapat menggerakkan
uterus jika hal tersebut diperlukan saat laparaskopi.
Sayatan dibuat di bawah pusat sepanjang lebih dari 1 cm.
Kemudian ditempat luka tersebut dilakukan pungsi
sepanjang rongga peritoneum dengan jarum khusus (jarum
veres) dan melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum
dengan memasukkan CO2 sebanyak 1 sampai 3 liter
dengan kecepatan kira-kira 1 liter/menit. Setelah jarum
veres dikeluarkan, troika dimasukkan laparaskop melalui
tabung. Dengan cunam yang dimasukkan dalam rongga
13
peritoneum bersama laparaskopi, tuba akan dijepit dan
dilakukan penutupan dengan kauterisasi.
(2) Vaginal
(a) Kolpotomi
Yang sering dipakai adalah kolpotomi posterior. Insisi
dilakukan di dinding vagina transversal 3-5 cm, cavum
douglas yang terletak antara dinding depan rektum dan
dinding belakang uterus dibuka melalui vagina untuk
sampai di tuba.
(b) Kuldoskopi
Rongga pelvis dapat dilihat melalui alat kuldoskop
yang dimasukkan ke dalam cavum douglas. Adanya
laparoskopi trans-abdominal, maka kuldoskopi kurang
mendapat perhatian/ minat dan sekarang sudah jarang
dikerjakan. Dalam posisi lutut dada kedua paha tegak
lurus dan kedua lutut terbuka suatu rektraktor perineal
dimasukkan ke dalam vagina. Bila vernik posteior terlihat
sepert bagian kubah yang kecil, maka cavum douglas
bebas dari perlekatan, lalu dilakukan oklusi tuba.
(3) Transcervikal
(a) Histeresoskopi
Histereskopi prinsipnya seperti laparaskopi, hanya
pada histereskopi tidak dipakai trokar, tetapi suatu vakum
14
cervical adaptor untuk mencegah keluarnya gas saat
dilatasi servik/ kavum uteri.
(b) Tanpa melihat langsung
Pada cara ini operator tidak melihat langsung ke
cavum uteri untuk melokalisir orificium tubae.
(c) Penyumbatan tuba secara mekanis
Tubal clip merupakan penyumbatan tuba mekanis
dipasang pada isthmus tuba falopii, 2-3 cm dari uterus,
melalui laparatomi, laparoskopi, kulpotomi dan
kuldoskopi. Tuba clips meyebabkan kerusakan lebih
sedikit pada tuba falopii dibandingkan cara oklusi tuba
falopii lainnya. Tubal ring dapat dipakai pada mini-
laparatomi, laparaskopi, dan cara trans-vagina dan
dipasang pada ampula 2-3 cm dari uterus.
(d) Penyumbatan tuba kimiawi
Zat-zat kimia dalam cair, pasta, padat dimasukkan ke
dalam melalui serviks ke dalam uteri-tubal junction, dapat
dengan visualisasi langsung ataupun tidak. Cara kerjanya
adalah zat kimia akan menjadi tissue padat sehingga
terbentuk sumbatan dalam tuba falopii (tissue adhesive),
zat kimia akan merusak tuba falopi dan menimbulkan
fibrosis (sclerosing agent).
15
3) Indikasi tubektomi
Komperensi khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela
Indonesia tahun 1976 di Medan menganjurkan agar tubektomi
dilakukan pada umur 25 – 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai
berikut: umur istri antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih,
umur istri antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur
istri 35 – 40 tahun dengan satu anak atau lebih sedangkan umur suami
sekurang kurangnya berumur 30 tahun, kecuali apabila jumlah
anaknya telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan
tersebut (Wiknjosastro,2005).
Menurut Saifuddin (2006) indikasi dilakukan tubektomi (MOW)
yaitu sebagai berikut:
a) Usia > 26 tahun
b) Paritas > 2
c) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya
d) Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang
serius.
e) Pascapersalinan.
f) Pascakeguguran.
g) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
4) Kontra indikasi peserta tubektomi
Kontra indikasi peserta tubektomi menurut Saifuddin (2006) :
16
a) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).
b) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus di
evaluasi).
c) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (sehingga masalah itu
disembuhkan atau dikontrol).
d) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
e) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa
depan.
f) Belum memberikan persetujuan tertulis.
5) Waktu dilakukan
Waktu dilakukan tindakan operasi tubektomi menurut Novi wati, dan
Sujiyatini (2009) yaitu:
a) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara
rasional klien tersebut tidak hamil.
b) Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
c) Pasca persalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6
minggu atau 12 minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien
pascapersalinan.
d) Pasca keguguran; Triwulan pertama dalam waktu 7 hari sepanjang
tidak ada bukti infeksi pelviks (minilap atau laparoskopi), Triwulan
kedua dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelviks
(minilap saja).
17
6) Efek samping
Terdapat 3 efek samping (Handayani, S, 2010) yaitu:
a) Perubahan-perubahan hormonal
Efek kontap wanita pada umpan balik hormonal antara kelenjar
hypofise dan kelenjar gonad ditemukan kadar FSH, LH, testosteron
dan estrogen tetap normal setelah melakukan kontap wanita.
b) Pola haid
Pola haid abnormal setelah menggunakan kontap merupakan tanda
dari “post tubal ligation syndrome”
c) Problem psikologis
Dinegara maju wanita (usia < 30 tahun) yang menjalani kontap
tidak merasa puas dibanding wanita usia lebih tua dan minta
dipulihkan.
Tabel. 2.1. Penanganan atas komplikasi yang mungkin terjadi
(Noviawati dan Sujiyatini, 2009)
Komplikasi Penanganan
Infeksi luka Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan
antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan drainase dan
obati seperti yang teridentifikasi.
Demam pascaoperasi
(>380C)
Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan.
Luka pada kandung kemih,
intestinal (jarang terjadi)
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila
kandung kemih atau usus luka dan diketahui saat
operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan
pasca operasi, dirujuk ke rumah sakit yang tepat bila
perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat
tersebut. Amati : hal ini biasanya akan berhenti
dengan berjalannya waktu tetapi dapat
membutuhkan drainase bila ekstensif.
18
Emboli gas yang
diakibatkan oleh
laparoskopi (sangat jarang
terjadi)
Ajukan ke tingkat asuhan yang lebih tepat dan
mulailah resusitasi intensif, termasuk: cairan
intravena, resusitasi kardiopulmonar, dan tindakan
penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi
pembedahan
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati
berdasarkan apa yang ditemukan.
Perdarahan superfisial
(tepi-tepi kulit atau
subkutan)
Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa
yang ditemukan.
7) Keuntungan
Keuntungan dari kontrasepsi MOW menurut Noviawati dan Sujiyatini
(2009) :
a) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan)
b) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
c) Tidak bergantung pada faktor senggama
d) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan
yang serius
e) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
f) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
g) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada
produksi hormon ovarium)
8) Kerugian
Kerugiannya, bila situasi Anda berubah dan ingin punya anak,
peluang Anda sangat kecil. Oleh karena itu, pertimbangkan baik-
baik bila Anda akan menjalani operasi ini. Jangan memutuskan ketika
Anda sedang kalut atau krisis. Bila Anda memiliki keraguan,
19
diskusikan dengan dokter dan pasangan Anda (Noviawati dan
Sujiyatini, 2009).
9) Keterbatasan
Keterbatasan dari kontrasepsi MOW ini adalah (Noviawati dan
Sujiyatini, 2009):
a) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak
dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi.
b) Klien dapat menyesal di kemudian hari.
c) Risiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi
umum.
d) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
e) Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesialis
ginekologi atau spesialis bedah untuk proses laparoskopi.
f) Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
Menurut Green, Lawrence W and Marsall W. Kreuter (2000) faktor–
faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu faktor predisposisi
(predisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), dan faktor
pendorong (reinforcing factor).
a. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mendahului perilaku,
dimana faktor tersebut memberikan alasan atau motivasi untuk terjadinya
suatu perilaku. Faktor-faktor predisposisi terdiri dari :
20
1) Pengetahuan
a) Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoamodjo,
2003). Pengetahuan juga merupakan hasil tahu dari, dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Sebagian besar pengetahuan yang diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmodjo, 2005).
b) Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai
berikut (Notoatmodjo, 2003) :
(1) Pendidikan
Pendidikan memegang peranan penting pada setiap
perubahan perilaku seseorang untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh oleh
seseorang, maka diharapkan tingkat pengetahuan yang harus
dimiliki oleh seseorang akan bertambah sehingga memudahkan
dalam menerima atau mengadopsi perilaku yang positif.
(2) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
21
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
masalah permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
(3) Orang tua
Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting
untuk menentukan arah pengetahuan anak. Hal ini dikarenakan
mereka akan meminta pendapat jika ada masalah dengan orang
terdekatnya.
(4) Media massa dan buku
Media massa dan buku adalah sumber informasi yang mudah
dijangkau oleh semua kalangan dan sangat bermanfaat untuk
meningkatkan pengetahuan.
(5) Petugas kesehatan
Petugas kesehatan merupakan sumber pemberi informasi
yang berperan penting untuk meningkatkan pengetahuan.
Karena petugas kesehatan dapat merubah informasi yang salah
dalam masyarakat.
c) Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2002) sebagai berikut:
(1) Baik : bila memperoleh nilai 66 – 100%
(2) Cukup : bila memperoleh nilai 56 – 65%
(3) Kurang: bila memperoleh nilai <55%
22
2) Sikap
a) Definisi sikap
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung/memihak
(unfavorable) pada objek tersebut. Sikap merupakan semacam
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara
tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan
merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara
tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya respon (Azwar, 2009).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
sangat menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap itu
masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka
atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2003).
b) Komponen sikap
Ada beberapa komponen sikap menurut Azwar (2009) yaitu:
(1) Komponen kognitif (komponen perseptual):
yaitu komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai
apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
23
(2) Komponen afektif (komponen emosional):
yaitu komponen yang menyangkut masalah emosional
subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum,
komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki
terhadap sesuatu.
(3) Komponen konatif (komponen perilaku)
Komponen prilaku (action component) dalam struktur sikap
menunjukan bagaimana perilaku kecenderungan berperilaku
yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap
yang dihadapinya.
c) Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan menurut Wawan dan M. Dewi
(2010) yakni :
(1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
(2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu
benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
24
(3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga.
(4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling
tinggi.
d) Sifat sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif
(Wawan dan M. Dewi, 2010) :
(1) Sikap positif
Sikap positif adalah kecenderungan tindakan untuk mendekati,
menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.
(2) Sikap negatif
Sikap negatif adalah kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, dan tidak menyukai obyek tertentu.
e) Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap adalah (Wawan dan M. Dewi, 2010) :
(1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan
dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-
motif biogenesis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
25
(2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-
keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap
pada orang itu.
(3) Sikap tidak berdiri sendiri, akan tetapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap
itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan
dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan
jelas.
(4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
(5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,
sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-
kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.
f) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek
sikap antara lain (Azwar, 2009) :
(1) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi merupakan suatu keadaan atau
kejadian yang telah/sedang kita alami akan ikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan,
26
seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan
dengan objek psikologis.
(2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Pada
umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya
penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
(3) Pengaruh kebudayaan
Dimana kita hidup dan dibesarkan dalam suatu tempat
kebudayaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari bahwa kebudayaan
telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai
masalah. Kebudayaan yang memberi corak pengalaman
individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat
asuhannya.
(4) Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll. mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Dalam pemberitaan di surat kabar maupun di radio atau
27
media masa lainnya, berita-berita faktual yang seharusnya
disampaikan secara objektif seringkali dimasuki unsur
subjektivitas penulis berita, baik secara sengaja maupun tidak.
Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap pembaca atau
pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima berita-berita
yang sudah dimasuki unsur subjektif itu, terbentuklah sikap
tertentu.
(5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu
sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan suatu sikap
dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak
boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral
dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan
maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian
konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap
individu terhadap sesuatu hal.
(6) Faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi dari seseorang. Kadang-
kadang, suatu bentuk sikap merupakan perny- ataan yang
28
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang
sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan
tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan
bertahan lama.
g) Cara pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang
mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap.
Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif
mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau
memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan
yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi
hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung
maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan
pernyataan yang tidak favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin
diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan tidak
favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian
pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif
yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali
objek sikap (Wawan dan M. Dewi, 2010).
29
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung sikap dapat ditanyakan bagaimana
pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis
kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner
(Notoatmodjo, 2003).
3) Pendapatan
Pendapatan adalah berupa uang maupun barang yang telah
diterima atau dihasilkan. Namun disadari, bahwa informasi
pendapatan ini tidak seperti yang diharapkan, dimana banyak
responden cenderung memberikan informasi pendapatan yang tidak
sebenarnya. Oleh sebab itu, data pendapatan sendiri diprotes dengan
data pengeluaran dengan asumsi bahwa pengeluaran masyarakat
merupakan gambaran dari pendapatan (BPS, 2003).
Jika dibandingkan antara besarnya pendapatan pada setiap
keluarga dengan besarnya pengeluaran, kita akan memperoleh
kenyataan bahwa sebagian besar bangsa kita belum memperoleh
kesempatan menabung dan sebagian lagi ada yang sudah dapat
memenuhi kebutuhan pokok.Yang pasti kedua golongan ini dipaksa
untuk memilih keluarga kecil saja, sebab dengan demikian setidak-
tidaknya kebutuhan mereka akan lebih kecil jika dibandingkan
keluarga besar (Notoatmodjo, 2003).
30
a) Kesempatan kerja
Mengingat kesempatan kerja yang sangat terbatas, maka
setidak-tidaknya kepala rumah tangga akan berfikir sekian kali
untuk menambah jumlah anak dapat diciptakan sebuah keluarga
yang bahagia dan sejahtera sesuai dengan tujuan gerakan KB
(Notoatmodjo, 2003).
4) Umur
Umur adalah lamanya responden hidup sejak lahir dalam satu
tahun yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir. Usia menikah
yang umum dianjurkan ialah sekurang-kurangnya 20 tahun untuk
wanita dan 25 tahun untuk laki-laki. Anjuran ini didasarkan bahwa
usia wanita dan pria tersebut telah memiliki kesiapan batin untuk
hidup berkeluarga, selain kesiapan untuk melaksanakan proses
reproduksi. Pemilihan alat kontrasepsi merupakan salah satu bentuk
perilaku ibu terhadap perilaku kesehatan, klien yang berusia muda
cenderung untuk memilih kontrasepsi reversible. Keluarga umur klien
akan menunjukan sampai dimana pencapaian KB, demikian juga
dengan keluarga umur klien dapat dipakai untuk memperkirakan yang
dapat dicapai program KB dan menurunkan tingkat kelahiran dimasa
mendatang (BKKBN, 2001).
31
5) Jumlah anak
Paritas adalah jumlah kelahiran yang pernah dialami oleh ibu
dengan mencapai viabilitas. Paritas atau jumlah kelahiran ini dapat
dibagi menjadi beberapa istilah yaitu (Prawirohardjo Sarwono, 2008):
a) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali.
b) Multipara yaitu wanita yang pernah melahirkan anak hidup
beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali.
c) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan anak hidup
lebih dari lima kali.
Jumlah anak mempunyai kaitan yang erat dengan program
KB. Pasangan yang masih ingin mempunyai anak cenderung
untuk tidak ber’KB atau ikut KB dengan metode reversible.
Sedangkan yang sudah tidak menginginkan anak lagi cenderung
memilih alat kontrasepsi yang lebih mantap sedikit (BKKBN,
2001).
b. Faktor pendukung (Enabling factor)
Faktor pendukung adalah suatu faktor yang memungkinkan untuk
terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk faktor ini adalah ketersediaan
fasilitas dari petugas kesehatan, serta keterjangkauan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
1) Ketersediaan fasilitas dari petugas kesehatan
Tersedia atau tidaknya sarana yang dapat dimanfaatkan adalah hal
penting dalam munculnya perilaku seseorang dibanding kesehatan.
32
Betapapun bertambahnya latar belakang, kepercayaan dan persiapan
mental yang dimiliki tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu
seseorang tidak akan dapat berbuat banyak dan perilaku kesehatan
tidak akan muncul.
2) Keterjangkauan pelayanan kesehatan
Jarak ketempat pelayanan secara geografis masih banyak
masyarakat yang tinggal jauh dari sarana kesehatan (DEPKES RI,
2001).
c. Faktor pendorong (Reinforcing Factor)
Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat atau kadang
memperlunak untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk faktor
ini adalah pendapat, dukungan suami, dan keluarga. Kritik baik dari
teman sekerja, tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan
sendiri juga berpengaruh meskipun tidak sebesar pengaruh dari suami
dan keluarga (Notoatmodjo, 2003).
1) Dukungan dari suami
Suami berperan penting dalam memberikan dukungan atas
kebutuhan reproduksi keluarganya. Seringkali pemakaian kontrasepsi
dan kepuasan metode tersebut sangat dipengaruhi oleh dukungan
suami, karena dukungan yang diberikan dapat memantapkan
pemakaian kontrasepsi bagi istrinya. Sehingga istri merasa tenang
menjadi peserta KB bila suami memberikan dukungan penuh. Istri
akan selalu merasa ada pelindung yang setiap saat dapat diajak bicara
33
tempat berbagi rasa termasuk keluhan yang dialaminya. Tanpa
dukungan, istri merasa sendiri dalam menghadapi masalah kesehatan
reproduksinya. Idealnya penggunaan kontrasepsi memang merupakan
suatu tanggungjawab bersama, suami dan istri sebagai pasangan
sehingga metode kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan
dan keinginan metode berdua (BKKBN, 2005).
2) Dukungan dari keluarga
Keluarga dianggap lebih berpengalaman dan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas tentang KB, terutama MOW. Selain itu
rasa penghormatan yang sangat tinggi pada keluarga. Sehingga
anjuran dan pendapat mengenai alat kontrasepsi terutama MOW dari
keluarga sangat berpengaruh dalam memilih alat kontrasepsi ini
(BKKBN, 2005).
34
B. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1. Kerangka teori
Sumber : Green, Lawrence W and Marsall W. Kreuter. Health promotion
planning and educational and environment approach. London: Mayfield
publishing company; 2000.
Faktor predisposisi (Predisposing
factor) :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Sosial ekonomi
4. Umur
5. Jumlah anak
Faktor pendukung (Enabling factor) :
1. Ketersediaan fasilitas dari petugas
kesehatan
2. Keterjangkauan fasilitas pelayanan
Faktor pendorong (reinforcing factors ):
1. Dukungan dari suami
2. Dukungan dari keluarga
Alat kontrasepsi MOW
35
C. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya merupakan kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui
penilaian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
1. Karakteristik Ibu: Umur, Jumlah anak
2. Sosial ekonomi
3. Pengetahuan
4. Sikap Ibu yang tidak Memilih Alat
Kontrasepsi Mow