20
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur. 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan merupakan aktiva lancar yang memiliki jumlah cukup besar dalam perusahaan dan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Menurut Agus Sartono dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (2001:443) menjelaskan bahwa “ditinjau dari degi neraca persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal perusahaan”. Sedangkan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No.14 Tahun 2009 Halaman 14.2 dijelaskan bahwa persediaan adalah aset : (a). tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa. (b). dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau (c). dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan

Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap

penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva

yang sangat penting dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu

perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur.

2.1.1 Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan aktiva lancar yang memiliki jumlah cukup besar

dalam perusahaan dan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran

operasi perusahaan.

Menurut Agus Sartono dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan

Teori dan Aplikasi (2001:443) menjelaskan bahwa “ditinjau dari degi neraca

persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada tanggal

neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan atau diproses

dalam periode normal perusahaan”. Sedangkan menurut Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan pada PSAK No.14 Tahun 2009 Halaman 14.2 dijelaskan

bahwa persediaan adalah aset : (a). tersedia untuk dijual dalam kegiatan

usaha biasa. (b). dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau (c). dalam

bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau

pemberian jasa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

14

2.1.2 Jenis-jenis Persediaan

Persediaan merupakan elemen yang sangat penting bagi perusahaan. Jumlah

persediaan yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah akan mempengaruhi

produktivitas perusahaan. Jumlah persediaan yang terlalu tinggi misalnya, akan

mempengaruhi harga pokok produk begitu juga sebaliknya terhadap angka

persediaan yang terlalu rendah. Persediaan bahan baku adalah barang-barang yang

diperoleh dalam keadaan harus dikembangkan yang akan menjadi bagian utama

dari barang jadi atau barang-barang berwujud yang diperoleh untuk penggunaan

langsung dalam proses produksi sedang persediaan barang dalam proses meliputi

produk-produk yang telah mulai dimasukkan dalam proses produksi. Persediaan

bahan baku ini kemudian diolah kembali menjadi produk-produk olahan yang siap

untuk dijual kepada konsumen.

Jenis persediaan di setiap perusahaan akan selalu berbeda tergantung

bergerak di bidang apa perusahaan yang terkait. Menurut Handono Mardiyanto

dalam bukunya yang berjudul Intisari Manajemen Keuangan (2009:142)

persediaan terdiri atas tiga jenis, yakni bahan baku (raw material), barang

setengah jadi (work-in-process), dan barang jadi (finish goods) :

a. Bahan baku, semua item yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk

diolah lebih lanjut.

b. Barang setengah jadi/barang dalam proses, barang yang masih dalam proses

penyelesaian.

c. Barang jadi, hasil akhir dari proses produksi, tetapi belum dijual.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

15

Secara garis besar dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri

pabrik (manufaktur), persediaan diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam

proses produksi. Karena itu jenis-jenis persediaan menurut Freddy Rangkuti

(2007:8) terdiri dari :

1. Persediaan Bahan Baku (raw material stock)

2. Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased parts/components)

3. Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock)

4. Persediaan Barang Setengah Jadi (work in process stock)

5. Persediaan Barang Jadi (finished good stock)

Adapun uraian dari jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut :

1. Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan barang-

barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya

yang digunakan dalam proses produksi.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components),

yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen

yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit

menjadi suatu produk.

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock), yaitu

persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi

tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan barang setengah jadi (work in process stock), yaitu persediaan

barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

16

proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih

perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished good stock), yaitu persediaan barang-

barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk

dijual atau dikirim pada langganan.

Definisi lain dipaparkan oleh Agus (2001:443) mengatakan bahwa jenis

persediaan perusahaan menurut jenis perusahaannya meliputi:

a. Perusahaan Jasa

Persediaan bahan pembantu atau persediaan habis pakai

b. Perusahaan Manufaktur

Meliputi persediaan bahan baku, persediaan barang jadi, persediaan barang

dalam proses dan persediaan pembantu.

Dari ketiga pendapat mengenai jenis-jenis persediaan dalam perusahaan,

disimpulkan bahwa terdapat tiga elemen penting persediaan, yaitu persediaan

bahan baku, persediaan barang jadi, dan persediaan barang dalam proses. Ketiga

jenis persediaan itu digunakan baik dalam perusahaan manufaktur.

2.1.3 Tujuan Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan persediaan sangat penting dalam kegiatan operasi perusahaan.

Kelebihan atau kekurangan persediaan akan menghambat kontinuitas kegiatan

perusahaan. Menurut Agus Ristono dalam bukunya yang berjudul Manajemen

Persediaan (2009:4) tujuan pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

17

a. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan

cepat (memuaskan konsumen)

b. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak

mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses

produksi, hal ini dikarenakan alasan:

1. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka

sehingga sulit untuk diperoleh.

2. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.

c. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan

laba perusahaan.

d. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat

mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.

e. Menjaga supaya penyimpanan dan emplacement tidak besar-besaran,

karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.

Dari beberapa tujuan pengendalian yang telah disebutkan, tujuan

dilakukannya pengendalian persediaan adalah untuk menjamin tersedianya

bahan baku atau bahan penolong sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan

Agar perusahaan dapat menentukan kebijakannya dalam mengelola

persediaan, maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

persediaan. Agus Ristono dalam bukunya yang berjudul Manajemen Persediaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

18

(2009:6) memaparkan bahwa besar kecilnya persediaan bahan baku dan bahan

penolong dipengaruhi oleh faktor:

a. Volume atau jumlah yang dibutuhkan, yaitu yang dimaksudkan untuk

menjaga kelangsungan (kontinuitas) proses produksi. Semakin banyak

jumlah bahan baku yang dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat

persediaan bahan baku. Volume produksi yang direncanakan, hal ini

ditentukan oleh penjualan terdahulu dan ramalan penjualan. Semakin

tinggi volume produksi yang direncanakan berarti membutuhkan bahan

baku yang lebih banyak yang berakibat pada tingginya tingkat persediaan

bahan baku.

b. Kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat persediaan bahan

baku yang tinggi dan sebaliknya.

c. Sifat bahan baku/penolong, apakah cepat rusak (durable good) atau tahan

lama (undurable good). Barang yang tidak tahan lama tidak dapat

disimpan lama, oleh karena itu bila bahan baku yang diperlukan tergolong

bahan baku yang tidak tahan lama maka tidak perlu disimpan dalam

jumlah yang banyak. Sedangkan untuk bahan baku yang memiliki sifat

tahan lama, maka tidak ada salahnya perusahaan menyimpannya dalam

jumlah besar.

Jadi besar kecilnya persediaaan yang ada pada perusahaan sangat bergantung

dari beberapa faktor antara lain ramalan kebutuhan persediaan berdasarkan data

historis, proses produksi yang terus menerus atau tidak dan sifat dari persediaan

apakah cepat rusak atau tahan lama.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

19

2.2 Konsep Biaya

2.2.1 Pengertian Biaya

Di dalam pengendalian persediaan tentunya tidak terlepas dari biaya-biaya

yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengelola persediaannya. Biaya-biaya

inilah yang nantinya akan dijadikan patokan sebagai dasar penentuan harga pokok

produksi, harga jual barang, dan pengendalian persediaan dalam upaya mencapai

laba yang optimal. Konsep biaya telah berkembang dari masa ke masa sesuai

dengan kebutuhan.

Menurut Mursyidi (2008:13) biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber

ekonomi baik yang berwujud maupun tidak berwujud yang tidak dapat diukur

dalam satuan uang, yang telah terjadi atau akan terjadi untuk mencapai tujuan

tertentu. Sedangkan menurut Carter dan Usry (2006:29), biaya didefinisikan

senagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan, untuk memperoleh manfaaat.

Pengertian lain mengenai biaya yang dipaparkan oleh Hansen dan Mowen

(2001:38) “adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang

dan jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang

organisasi”.

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela dalam bukunya yang berjudul

Akuntansi Biaya (2006:4) “Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis

yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi

untuk mencapai tujuan tertentu.”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, biaya adalah pengorbanan

sumber ekonomi baik yang berwujud seperti kas ataupun tidak berwujud yang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

20

mempunyai nilai ekuivalen dengan kas yang telah terjadi atau mungkin akan

terjadi dan diharapkan akan membawa keuntungan ataupun manfaat masa ini dan

masa datang untuk organisasi.

2.2.2 Biaya Persediaan

Dalam Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No.14 Tahun 2009

Halaman 14.2 dijelaskan bahwa :

“ Biaya Persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan

biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat

ini.”

Persediaan yang ada tidak luput dari biaya-biaya yang melekat padanya.

Menurut Freddy Rangkuti (2007:16), biaya-biaya yang melekat dalam persediaan

yaitu:

1. Biaya Penyimpanan (holding/carrying costs)

Biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan,

apabila persediaan banyak maka biaya penyimpanan tinggi. Biaya-biaya yang

termasuk sebagai biaya penyimpanan antara lain biaya fasilitas-fasilitas

penyimpanan (seperti penerangan, pendingin ruangan dan lain-lain), biaya

modal (opportunity cost of capital), biaya asuransi persediaan, biaya

kerusakan dan lain-lain.

2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering/procurement costs)

Biaya pemesanan total per periode sama dengan jumlah pesanan yang

dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

21

pesan. Biaya-biaya ini memiliki biaya telepon, biaya pemrosesan pesanan,

biaya ekspedisi, upah, biaya inspeksi dan lain-lain.

3. Biaya penyiapan (manufacturing/set-up costs)

Biaya ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli tetapi diproduksi sendiri,

biaya-biaya ini terdiri dari biaya mesin-mesin menganggur, biaya

penjadwalan, biaya persiapan tenaga kerja langsung dan lain-lain.

4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs)

Biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan

bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan antara lain

kehilangan penjualan, kehilangan pelanggan, biaya pemesanan khusus,

terganggunya operasi, selisih harga dan lain-lain.

Adapun pendapat lain, yang dipaparkan oleh Agus Ristono (2009:22) dalam

bukunya Manajemen Persediaan, biaya persediaan dapat dibedakan menjadi :

1. Ongkos Pembelian (Purchase Cost)

Biaya yang berasal dari biaya produksi per unit apabila perusahaan

memproduksi sendiri atau harga beli per unit apabila perusahaan membeli

dari pihak luar.

2. Ongkos Pemesanan atau Biaya Persiapan (Order Cost/Set-up Cost)

Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pemesanan barang ke Supplier

meliputi biaya persiapan pesanan (misalnya biaya telepon, biaya surat

menyurat), biaya penerimaan barang (misalnya biaya pembongkaran barang,

biaya pemeriksaan barang), biaya-biaya proses pembayaran (misalnya biaya

pembuatan cek, biaya transfer)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

22

3. Ongkos Simpan (Carrying/Holding/Storage Cost)

Semua biaya yang timbul akibat penyimpanan barang di gudang, misalnya

fasilitas penyimpanan, sewa gudang, asuransi, pajak dan lain-lain. Besar

kecilnya biaya penyimpanan tergantung dari jumlah rata-rata barang yang

disimpan.

4. Biaya Kekurangan Persediaan (Stockout Cost)

Biaya yang timbul akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah

yang diminta atau yang diperlukan, misalnya kehilangan pendapatan,

terganggunya operasi dan lain-lain.

Menurut Mursyidi (2008:171) dalam bukunya Akuntansi Biaya menyebutkan

ada lima kategori biaya yang menjadi alasan pentingnya mengelola persediaan

barang yaitu:

1. Biaya Pembelian (Purchasing Costs)

Biaya yang berasal dari harga barang ditambah dengan biaya angkut

pembelian.

2. Biaya order pembelian (ordering costs)

Biaya yang terkait dengan proses pembelian ditambah biaya proses

penerimaan dan inspeksi spesifikasi barang yang diterima apakah sesuai

dengan order pembeliannya.

3. Biaya penyimpanan (Carrying Costs)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

23

Biaya yang brthubungan dengan persediaan yang diterima dan biaya yang

berhubungan dengan penyimpanan misalnya sewa gudang, biaya

pemeliharaan, biaya asuransi dan lain-lain.

4. Biaya pengeluaran barang (Stockout Costs)

Biaya yang berhubungan dengan pengiriman barang kepada konsumen dan

kerugian-kerugian akibat kerusakan barang dalam perjalanan dan akibat tidak

tercapainya margin yang diharapkan.

5. Biaya kualitas (Quality Costs)

Biaya yang dikeluarkan akibat untuk memenuhi standar konsumen yang

terdiri dari prevention costs, appraisal costs, internal failure cost dan external

failure cost.

Jadi, biaya persediaan terdiri dari biaya order pembelian, biaya pembelian,

biaya persiapan jika persediaan diproduksi sendiri, biaya konversi pembelian,

biaya penyimpanan, biaya kualitas, biaya pengeluaran persediaan dan biaya

kekurangan persediaan.

2.3 Metode Pengendalian Persediaan

Persediaan yang ada pada perusahaan tentulah tergantung dengan keadaan

perusahaan, sehingga metode pengendalian persediaan pun terbagi menjadi

beberapa macam. Fredy Rangkuti (2007:14) menyebutkan bahwa sistem

pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan dan pengendalian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

24

yang menentukan tingkat persediaan tertentu dengan tujuan meminimalkan biaya

dan menjaga ketersediaan persediaan pada perusahaan.

Dalam buku Manajemen Keuangan karangan Agus Sardono terdapat

beberapa macam sistem pengendalian persediaan, yaitu:

a. Economic Order Quantity (EOQ)

Terdiri dari Biaya Pesan (Ordering Cost) dan Biaya Simpan (Carrying Costs).

Dalam metode ini diasumsikan bahwa permintaan akan bahan dimasa yang akan

datang dapat diketahui dengan relatif pasti dan konstan dari waktu ke waktu.

Selain itu lead time dapat diketahui secara pasti.

b. Sistem Komputerisasi

Dalam sistem komputerisasi ini dimungkinkan pencatatan persediaan,

pengurangan dan pengolahan data persediaan yang dilakukan dengan cepat. Selain

itu komputer juga dapat menyediakan data kapan harus dilakukan pesanan

kembali. Sebagai contoh alat scanner yang digunakan untuk men-scan barcode

yang tertera disetiap produk yang dijual, proses tersebut memungkinkan untuk

melakukan pencatatan transaksi dengan cepat. Data yang disajikan mencakup

pengurangan persediaan, penentuan harga pokok penjualan sampai dengan

penyediaan margin atas produk yang dijual.

c. Sistem Just-In-Time

Metode yang dikembangkan di Jepang ini mensinkronkan kecepatan bagian

produksi dengan bagian pengiriman. Metode yang dikembangkan pertama kali

oleh perusahaan Toyota ini, menekankan persediaan yang harus dipertahankan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

25

dengan cara menyesuaikan kecepatan proses perakitan dengan pengiriman bahan

dari suppliernya. Hal ini menjadikan bahwa perusahaan tidak harus menyimpan

persediaan yang besar, tetapi dibutuhkan koordinasi yang baik antara bagian

perakitan dengan supplier baik menyangkut kuantitas, kualitas, dan ketepatan

spesifikasi lainnya.

d. Sistem Pengendalian A-B-C

Berbeda dengan metode EOQ, yang mengasumsikan bahwa pemakaian

persediaan relatif konstan, walaupun dalam kenyataannya tidak jarang tingkat

pemakaian dan frekuensi pemakaian berubah setiap waktu. Oleh karena itu,

metode ABC merupakan metode yang tepat untuk digunakan dalam penggunaan

persediaan yang berubah-ubah. Pada prinsipnya metode ini memperhatikan faktor:

harga atau nilai persediaan, frekuensi pemakaian, risiko kehabisan barang, dan

lead time.

e. Material Requirement Planning (MRP)

Metode Material Requirement Planning digunakan dalam kasus apabila

persediaan dan produksi atas suatu material ditentukan oleh produksi meterial

yang lain (dependent demand). Pada hakikatnya MRP merupakan sistem

informasi yang berbasis komputer untuk penjadwalan produksi dan pembelian

item produksi yang bersifat dependen.

Definisi mengenai jenis-jenis metode pengendalian bahan baku juga

dipaparkan oleh Carter dan Usry dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Biaya

yaitu:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

26

a. Metode siklus pesanan (Order Cycling Method) atau metode peninjauan

siklus

Dalam metode ini dilakukan pemeriksaan secara periodik status jumlah bahan

baku yang tersedia untuk setiap item atau kelas. Pada setiap periode, peninjauan

dalam sistem siklus pesanan dimana pesanan dilakukan agar jumlah persediaan

mencapai tingkat yang diinginkan, yang dinyatakan sebagai besarnya pasokan

untuk sekian hari atau minggu.

b. Metode minimum-maksimum

Metode ini didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari sebagian besar

item persediaan berada pada kisaran batas tertentu. Jumlah maksimum untuk

setiap item telah ditetapkan. Observasi secara fisik untuk pencapaian titik

pemesanan diilustrasikan dalam metode dua tempat. Dalam metode tersebut

setiap item persediaan disimpan dalam dua tempat, tumpukan, atau kumpulan.

Tempat pertama berisi persediaan yang akan mencukupi penggunaan item selama

periode waktu antara penerimaan suatu pesanan dengan penempatan pesanan

berikutnya. Sedangkan tempat kedua berisi jumlah normal yang digunakan dari

tanggal pemesanan hingga tanggal pengantaran ditambah persediaan pengaman.

c. Pengendalian selektif

Pengendalian ini sering juga disebut dengan rencana ABC (tidak ada

hubungannya dengan metode ABC). Persediaan dibagi menjadi tiga kategori

dimana persediaan yang nilainya kritis merupakan item A yang berada dalam

pengendalian yang paling ketat, persediaan yang nilainya menengah disebut item

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

27

B dan berada dalam pengendalian yang moderat. Terakhir persediaan dengan

nilai rendah disebut sebagai item C.

2.4 Economic Order Quantity (EOQ)

2.4.1 Pengertian EOQ

Untuk dapat menentukan tingkat pemesanan persediaan yang optimal

dapat digunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) atau Analisis Kuantitas

Pesanan Ekonomis. Menurut Agus (2001:446), “terdapat tiga jenis biaya yang

berkaitan dengan persediaan yang harus dipertimbangkan dalam menentukan

persediaan yang optimal. Ketiga jenis biaya itu adalah: Biaya Pesan (Ordering

Costs), Biaya Simpan (Carrying Costs), dan biaya Kehabisan Bahan (Stockout

Costs).

Dari ketiga biaya tersebut menurut buku Manajemen Keuangan

(2001:447) terdapat berbagai cara untuk menentukan persediaan yang optimal,

salah satunya adalah penggunaan metode EOQ. Metode EOQ termasuk metode

klasik yang sering digunakan oleh perusahaan. Dalam metode EOQ ini

diasumsikan bahwa permintaan bahan baku di masa mendatang relatif konstan

dan pasti dalam setiap periode berjalan.

Menurut William K. Carter (2009:314) yang diterjemahkan oleh Krista

menyatakan bahwa “Jumlah pesanan optimal adalah jumlah persediaan yang

dipesan pada suatu waktu yang meminimalkan biaya persediaan tahunan dari

biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

28

Adapun definisi lain menurut Mursyidi (2008 : 172) bahwa Economic

Order Quantity (EOQ) adalah “Jumlah persediaan sama dengan jumlah

pemakaian (usage) ditambah pemakaian sisa (idle). Persediaan sisi ini yang

nantinya menjadi cadangan bagi setiap kenaikan permintaan secara tiba-tiba”.

Dari definisi-definisi yang telah dipaparkan oleh para ahli, dapat

disimpulkan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode

klasik yang digunakan untuk menghitung jumlah pembelian yang optimal dengan

biaya yang paling minimal dengan asumsi bahwa permintaan bahan baku selalu

konstan dan pasti dari waktu ke waktu.

2.4.2 Syarat Penerapan Economic Order Quantity (EOQ)

Penerapan EOQ pada perusahaan akan lebih akurat apabila terlebih dahulu

perusahaan mengetahui apakah metode EOQ adalah metode yang cocok

diterapkan di perusahaan atau tidak. Menurut Mursyidi (2008:172), model EOQ

dapat diterapkan dengan beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Ada kuantitas yang tetap sama pada setiap pemesanan kembali

(reorder point).

2. Permintaan, biaya pemesanan, carrying costs dan purchases-lead time

(jangka waktu pemesanan sampai bahan diterima) dapat diketahui atau

diprediksi dengan baik dan tepat.

3. Biaya pembelian per unit tidak terpengaruh/terhubung oleh jumlah

yang dipesan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

29

2.4.3 Biaya Yang Terkait Dalam Perhitungan EOQ

Tidak semua biaya-biaya persediaan dilibatkan dalam perhitungan metode

Economic Order Quantity (EOQ). Menurut Agus (2001:447), dalam model klasik

seperti EOQ hanya memperhitungkan 2 (dua) biaya, yaitu:

1. Biaya Pemesanan (Ordering Costs)

Biaya pemesanan adalah semua biaya yang berkaitan dengan adanya

pemesanan, meliputi gaji petugas terkait dan biaya-biaya sejak dilakukan

pemesanan hingga pesanan tersebut sampai di gudang. (Agus,2001:446)

Adapun untuk perhitungan total biaya pemesanan per tahun dapat

menggunakan rumus menurut Agus Ristono (2009:35) sebagai berikut :

Dimana , A = biaya pesan/setiap kali pesan

D = jumlah permintaan

Q = kuantitas pemesanan

2. Biaya Penyimpanan (Carrying Costs)

Biaya Penyimpanan (Carrying Costs) adalah semua biaya yang

dikeluarkan untuk menyimpan persediaan selama periode tertentu (Agus,

2001:446). Biaya penyimpanan ini meliputi gaji yang terkait, biaya penyusutan

gudang, biaya pemeliharaan dan lain-lain.

Total biaya penyimpanan per tahun ini dapat dihitung dengan

menggunakan rumus menurut Agus Ristono (2009:35) sebagai berikut :

Total Biaya Pemesanan = A. [ ]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

30

Adapun perhitungan total biaya persediaan dapat menggunakan rumus menurut

Handono (2009:143) sebagai berikut:

Biaya Total Persediaan = Total Biaya Pemesanan + Total Biaya Penyimpanan

Biaya Total Persediaan = OC + CC

Dimana, OC = Ordering Cost (Biaya Pemesanan)

CC = Carrying Cost (Biaya Penyimpanan)

2.4.4 Penentuan Kuantitas Pesanan yang Ekonomis

Banyaknya faktor yang mempengaruhi persediaan akan menimbulkan

pemikiran untuk menentukan suatu pembelian persediaan yang optimal, dari

pemikiran tersebut, lahirlah suatu perhitungan.

Penentuan Kuantitas Pesanan yang Ekonomis dengan rumus menurut Agus

Ristono (2009:43) sebagai berikut:

Dimana,

EOQ = Kuantitas pesanan yang ekonomis

A = Ongkos pesan/setiap kali pesan

D = Jumlah permintaan

h = Ongkos simpan per unit/satuan waktu

Total Biaya Penyimpanan = h. [ ]

EOQ =

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

31

2.5 Frekuensi Pemesanan

Setelah diperoleh kuantitas pesanan yang ekonomis atau hasil dari EOQ,

maka dapat diketahui frekuensi pemesanan. Menurut Agus (2009:43), frekuensi

dapat dicari dengan menggunakan rumus f = 𝐷𝑄

. Dimana, D = Jumlah permintaan

setahun dan Q = kuantitas pemesanan setelah diterapkan metode EOQ.

2.6 Reorder Point

Setelah jumlah persediaan bahan baku yang akan dibeli secara optimal

telah ditentukan, selanjutnya perlu diketahui kapan perusahaan harus memesan

kembali persediaaan. Pengkajian secara cermat akan faktor-faktor yang

menentukan dalam pengelolaan persediaan bahan baku itu sendiri perlu dilakukan.

Titik pada saat perusahaan harus memesan kembali agar kedatangan bahan baku

yang dipesan tepat pada saat persediaan bahan diatas safety stock atau sama

dengan nol disebut dengan Re-order Point (Sutrisno,2007:88). Pemesanan

kembali harus dapat diperhitungkan untuk menjaga kelancaran proses operasi

perusahaan.

Terdapat tiga faktor yang sangat mempengaruhi pemesanan kembali,

yaitu:

a. Lead Time, yaitu waktu yang diperlukan saat bahan baku tersebut dipesan

hingga bahan baku tersebut diterima. Selama lead time harus

diperhitungkan berapa bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.polban.ac.iddigilib.polban.ac.id/files/disk1/93/jbptppolban-gdl-kikikarlin... · diolah lebih lanjut. b. Barang setengah jadi/barang dalam proses,

32

agar tidak terjadi kekurangan bahan baku pada saat melakukan proses

produksi.

b. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata per satuan waktu tertentu.

c. Persediaan pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan bahan baku

minimum yang harus dipenuhi oleh perusahaan untuk menjaga

kemungkinan terlambatnya kedatangan bahan baku yang telah dipesan.

Untuk perhitungan titik pesan ulang (Re-Order Point) menggunakan pendekatan

matematis menurut Agus (2009:44), dengan rumus sebagai berikut:

1. Tanpa Kebijakan Safety Stock

2. Dengan Kebijakan Safety Stock

Keterangan : EOQ = Kuantitas pemesanan yang ekonomis

Lama Perputaran Produksi = Hari efektif kerja perusahaan dalam satu tahun

Lead Time = Tenggang waktu antara pemesanan dan

penerimaan barang

Safety Stock = Persediaan pengaman (menurut kebijakan

perusahaan)

ROP = [ X Lead Time ] + Safety Stock

ROP = X Lead Time