Upload
phungphuc
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Stroke
2.1.1 Pengertian Stroke
Menurut World Health Organization (WHO), stroke atau cerebrovascular disease
adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
atau global karena adanya sumbatan atau pembuluh darah di otak dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih (Aji Seto Arifianto, Moechammad Sarosa,
2014). Stroke biasanya ditandai dengan defisit neurologis pada sistem saraf pusat yang
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, termasuk serebral infark, perdarahan
intraserebral, dan perdarahan subarachnoid (Sacco et al., 2013).
2.1.2 Klasifikasi Stroke
1. Stroke yang menyerang sistem saraf pusat adalah kematian sel otak, sumsum
tulang belakang, atau retina yang diakibatkan oleh iskemik.
2. Stroke iskemik adalah penumbatan pembuluh darah yang menyebabkan
disfungsi neurologis.
3. Stroke tanpa gejala awal adalah stroke tanpa riwayat disfungsi neurologis akut
yang disebabkan oleh lesi.
4. Stroke pendarahan pada intraserebral adalah perdarahan pada parenkim otak
yang tidak disebabkan oleh trauma.
10
5. Stroke perdarahan serebral tanpa gejala awal adalah perdarahan yang terjadi
tanpa riwayat disfungsi neurologis akut dan tanpa adanya trauma yang
disebabkan oleh lesi.
6. Stroke perdarahan subarachnoid adalah perdarahan didalam ruang
subarachnoid (ruang antara membran arachnoid dan pia mater otak atau
sumsum tulang belakang), yang bukan disebabkan oleh trauma.
7. Stroke yang disebabkan oleh pembekuan pembuluh darah vena di otak adalah
stroke yang disebabkan oleh edema reversibel tanpa infark atau perdarahan.
8. Stroke yang tidak spesifik adalah disfungsi neurologis episode akut yang
diduga disebabkan oleh iskemik atau perdarahan akan tetapi, stroke jenis ini
tidak bisa diklasifikasikan sebagai salah satu pembahasan stroke sebelumnya
(AHA, 2013).
2.1.3 Manifestasi Klinis Stroke
Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang
terganggu. Otak manusia terdiri atas otak besar (cerebrum), otak kecil
(cerebellum), dan batang otak. Otak terdiri atas lobus-lobus yang memiliki
fungsi masing-masing. Lobus frontal berfungsi mengontrol gerakan,
pengambilan keputusan, dan indra penciuman, lobus temporal berfungsi
mengontrol pendengaran, memori, emosi, lobas parietal berfungsi mengontrol
rasa pada kulit dan pemahaman bahasa, lobus occipital berfungsi mengontrol
indra penglihatan, cerebellum berfungsi mengontrol keseimbangan dan
koordinasi, dan yang terakhir adalah batang otak yang berfungsi mengontrol
reflek menelan, pernafasan, dan fungsi vital.
Gangguan pada pembuluh darah otak yang memberikan pasokan darah
ke lobus frontal dan parietal akan memberikan efek kelemahan pada anggota
11
gerak dan gangguan rasa (misalnya kebas di separuh anggota gerak). Stroke
yang menyerang cerebellum memberikan gejala pusing yang berputar (vertigo).
Bila seseorang tiba-tiba merasa kehilangan kekuatan pada salah satu
lengan dan tungkai pada satu sisi ini adalah sebagai gejala stroke. Gangguan
peredaran darah otak di sebelah kanan akan menyebabkan kelemahan anggota
gerak sebelah kiri, begitu pula sebaliknya. Kelemahan yang ringan pada
umumnya
Hemiplegia dan hemiparesis merupakan gejala umum pada stroke.
Hemiplegia didefinisikan sebagai kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh yang
disebabkan oleh kerusakan otak, sedangkan hemiparesis adalah kelemahan atau
paralisis parsial pada salah satu sisi tubuh yang disebabkan oleh kerusakan otak
di seberang lokasi cerebrovascular accident (CVA) atau cedera otak lainnya.
Kerusakan tertentu terkait dengan lesi di bagian hemisfer diantaranya
kerusakan otak bagian kiri dapat menyebabkan hemiparesis kanan, aphasia atau
defisit komunikasi dan apraxia atau defisiensi motorik. Kerusakan otak bagian
kanan dapat menyebabkan hemiparesis kiri, defisit visual atau pengabaian
spasial, wawasan dan penilaian yang buruk, dan atau perilaku impulsif (Van De
Merwe, 2014).
Bell’s palsy atau yang biasa dikenal dengan wajah perot merupakan
salah satu gejala umum yang sering terjadi pada pasien stroke. Bell's palsy
adalah kelemahan sebagian saraf lateral yang penyebabnya belum diketahui
secara pasti. Kondisi ini menyebabkan otot pada wajah mengalami
ketidakmampuan untuk bergerak secara volunter pada sisi wajah yang terkena.
Kelumpuhan yang terjadi pada Bell's palsy dapat menyebabkan terganggunya
12
fungsi oral sementara, ketidakmampuan untuk menutup kelopak mata, dan
menyebabkan cedera mata potensial (Baugh et al., 2013).
2.1.4 Patofisiologis Stroke
Para ahli mengklasifikasikan menjadi beberapa macam.
Pengklasifikasian ada yang berdasarkan gambaran klinis, anatomi, patologi,
pembuluh darah, dan stadiumnya. Dasar klasifikasi yang berbeda-beda ini
diperlukan karena setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan, preventif,
dan prognosis yang berbeda, walaupun memiliki patogenesis yang sama (Victor
M. & Ropper A.H., 2001 dalam Yueniwati, 2016).
Berikut adalah penjelasan patofisiologi stroke berdasarkan patologi
anatominya:
a) Patofisiologi Stroke Iskemik
Stroke isemik memegang peranan sekitar 80% dari semua stroke dan merupakan
penyebab penting morbiditas dan mortalitas. Menurut Kornienko & Pronin (2009
dalam Yueniwati, 2016) pengurangan aliran darah otak merupakan bagian penting dari
stroke iskemik. Secara umum, hilangnya fungsi bagian otak yang rusak terjadi karena
aliran darah pada otak menurun. Penurunan aliran darah ke level 70-80% dari tingkat
normal(di bawah 50ml/100g/menit) akan disertai dengan penghambatan proses
sintesis albumin. Tingkat ini adalah tingkat kritis pertama iskemik otak. Akan terjadi
penuruna aliran darah sampai 50% dari tingkat normal (sekitar 35 ml/100 g/menit)
akan menyebabkan peningkatan konsentrasi laktat, asidosis laktat, dan edema
sitotoksik. Selanjutnya, akan terjadi iskemik otak progresif dan penurunan aliran darah
yang lebih lanju (20 ml/110 g/menit) disertai dengan penurunan sintesis ATP,
insufiensi energi, dan destabilisasi membran sel. Saat aliran telah menurun di bawah
13
tingkat kritis (10 ml/100 g/menit) mengarah ke sel depolarisasi membran, hal ini
merupakan penyebab utama kerusakan sel yang ireversibel.
Daerah Perifer yang mengalami iskemik, namun masih hidup deisebut
penumbra. Daerah ini mempertahankan terjadinya metabolisme energi dan hanya
memiliki perubahan fungsional. Terjadinya iskemik akan menyebabkan habisnya
cadangan perfusi lokan dan neuron menjadi sangat sensitif terhadap penurunan aliran
darah. Penumbra dapat diselamatkan oleh restorasi aliran darah dan penggunaan agen
pelindung saraf.
Durasi iskemik akut yaitu pada 2 hari pertama. Setelat itu, subakut fase infark
akan dimulai. Periode ini berlangsung antara 7-10 hari setelah onset stroke. Edema
otak pada bagian yang iskemik akan muncul 3-5 hari setelah onset stroke. Pada tahap
akan berlangsung edema vasogenik dan sitotoksik edema otak. Fase kronis dapat
terjadi sampai beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Pada periode ini, jaringan
nekrotik yang rusak akan diserap kembali sehingga terjadi pembentukan
encephalomalacia. Dalam kasus infark banyak ditemukan Gyri (punggung korteks
serebrum) yang mengalami dilatasi pada bagian yang berdekatan dengan ventrikel.
b) Patofisiologi Stroke Hemorargik
Stroke hemorargik dibagi menjadi dua yaitu perdarahan intraserebral dan
subarakhnoid. Kedua jenis tersebut cukup berbeda dalam hal patofisiologinya.
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan perdarahan
subarakhnoid.
Pada ICH, perdarahan terjadi di dalam parenkim otak. Hal ini terjadi karena
bocornya darah dari pembuluh darah yang rusak akibat hipertensi kronis. Selain
hipoperfusi, parenkim otak juga terkena, parenkim otak juga mengalami kerusakan
akibat tekanan yang disebabkan oleh kenaikkan tekanan intrakranial (TIK). ICH
14
memiliki tiga fase, yaitu perdarahan awal, ekpansi hematoma, dan edema
perihematoma. Perfarahan awal disebabkan oleh faktor-faktor yang sudah dijelaskan
di atas. Prognosis sangat dipengaruhi oleh kedua fase berikutnya. Serangan hematoma
yang terjadi dalam beberapa jam setelah fase awal perdarahan, akan meningkatkan TIK
yang selanjutnya akan mengakibatkan rusaknya Blood Brain Barrier (BBB). Kerusakan
BBB menyebabkan fase berikutnya yaitu pembentukan edema perihematoma. Fase
terakhir dapat terjadi dalam beberapa hari setelah fase pertama terjadi dan merupakan
penyebab utama perburukan neurologis, akibat penekanan bagian otak normal.
Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba
menyebabkan pecahnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh
darah kecil membuat efek penekanan pada arteriola dan pembuluh kapiler yang
akhirnya membuat pembuluh tersebut pecah. Hal ini mengakibatkan volume
perdarahan semakin besar. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta iskemik
akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron yang ada pada
daerah yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan. Gejala neurologik timbul
akibat kebocoran darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis.
Perdarahan subarakhnoid terjadi akibat pembuluh darah di sekitar permukaan
otak pecah sehingga terjadi kebocoran darah ke ruang subarakhnoid. Perdarahan
subarakhnoid biasanya diebabkan oleh perdarahan dari arteriovenous malformation
(AVM). Perdarahan subarakhnoid mengakibatkan banyak hal, selain peningkatan TIK,
perdarahan subarakhnoid mengakibatkan vasokontriksi akut, agregasi platelet, dan
kerusakan mikrovaskular. Hal ini mengakibatkan penurunan perfusi otak dan iskemik.
15
2.1.5 Faktor Resiko Stroke
Faktor yang mempengaruhi peningkatan resiko stroke dibagi menjadi faktor
resiko yang tidak diubah dan faktor resiko yang dapat diubah. Faktor resiko yang tidak
dapat diubah diantaranya peningkatan usia dan jenis kelamin laki-laki. Faktor resiko
yang dapat diubah antara lain hipertensi, diabetes melitus, dan dislipidemia (Dinata,
Safrita, & Sastri, 2012).
Menurut American Stroke Association (2015) faktor resiko stroke dibagi
menjadi faktor resiko yang dapat diubah atau diobati dan faktor resiko yang tidak dapat
dikontrol.
Berikut penjelasan dari berbagai faktor resiko yang dapat diubah adalah :
1. Hipertensi
Salah satau faktor resiko stroke yang paling penting adalah tekanan darah tinggi
karena merupakan penyebab utama stroke. Tekanan darah dibagi menjadi 4
klafikasi. Pertama adalah tekanan darah normal dimulai dari angka < 120 mmHg
untuk sistolik dan < 80 mmHg untuk diastolik, selanjutnya prehipertensi yaitu 120
- 139 mmHg untuk sistolik dan 80 - 89 mmHg untuk diastolik, selanjutnya
memasuki hipertensi tahap I yang dilihat dari angka 140 – 159 mmHg untuk
sistolik dan 90 – 99 mmHg untuk diastolik, untuk yang paling akhir bisa dibilang
hipertensi tahap II yang dilihat dari angka > 160 mmHg untuk sistolik dan > 100
mmHg untuk diastolik (Joint National Committee, 2003, dalam Setyanda, et al, 2015).
2. Diabetes
Diabetes melitus merupakan salah satu faktor resiko iskemik yang utama. Diabetes
akan meningkatkan resiko stroke dua kali lipat. Peningkatan kadar gula darah
berhubungan lurus dengan resiko stroke. Kadar gula darah normal adalah dibawah
16
110 untuk gula darah puasa dan dibawah 140 untuk gula darah 2 jam setelah
makan.
3. Merokok
Merokok sendiri dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat kimia yang
terkandung didalam tembakau yang dapat merusak dingding arteri, sehingga arteri
lebih rentan terjadi penumpukan plak atau yang biasa disebut arterosklerosis
(Setyanda, Sulastri, & Lestari, 2015).
4. Kolesterol
Kolesterol yang tinggi meningkatkan resiko tersumbatnya pembuluh darah arteri.
Apabila pembuluh darah arteri yang menuju ke otak menjadi tersumbat, maka
stroke akan terjadi.
5. Obesitas
Seseorang dengan berat badan yang berlebih memiliki resiko tinggi terkena stroke.
Berdasarkan penelitian Oki, dkk (2006 dalam Pinzon, 2010) seseorang yang
memiliki IMT lebih dari 30 memiliki resiko stroke 2,46 kali dibanding yang
memiliki IMT kurang dari 30.
6. Penyakit karotis atau arteri lainnya
Arteri karotis di leher memasok sebagian besar darah ke otak. Arteri karotis yang
rusak akibat penumpukan plak lemak di dalam dinding arteri bisa menghalangi
jalannya darah menuju otak dan menyebabkan terjadinya penumpukkan bekuan
darah.
7. Gangguan darah tertentu
Jumlah sel darah merah yang tinggi menyebabkan tingginya resiko
pembekuan darah dan berakibat meningkatkan risiko stroke. Anemia sel sabit
17
meningkatkan risiko stroke karena sel menempel pada dinding pembuluh darah
dan dapat menghalangi arteri.
Faktor resiko stroke yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, ras,
riwayat keluarga, dan riwayat stroke sebelumnya. Semakin tua usia seseorang akan
semakin mudah terkena stroke. Stroke dapat terjadi pada semua usia, namun lebih
dari 70% kasus stroke terjadi pada usia di atas 65 tahun. Laki-laki lebih mudah
terkena stroke. Hal ini dikarenakan lebih tingginya angka kejadian faktor resiko
stroke (misalnya hipertensi) pada laki-laki (Pinzon, 2010).
Resiko stroke meningkat pada seseorang dengan riwayat keluarga stroke.
Seseorang dengan riwayat keluarga stroke lebih cenderung menderita diabetes dan
hipertensi. Hal ini mendukung hipotesis bahwa peningkatan kejadian stroke pada
keluarga penyandang penyakit stroke adalah akibat diturunkannya resiko stroke.
Kejadian stroke pada ras kulit berwarna lebih tinggi dari kaukasoid (Hertzberg,
dkk, 2006 dalam Pinzon 2010).
2.1.6 Penatalaksanaan Stroke
Pada pasien stroke yang baru mengalami stroke, di hari pertama harus
menjalani pemeriksaan EKG dan harus menjalani pemantauan telemetri selama 24 jam
pertama di rumah sakit. Dari berbagai keadaan yang harus dipertimbangkan adalah
tekanan darah, keseimbangan cairan, glukosa, antikoagulasi, dan inhibisi trombosit.
Berikut penjelasan tatalaksana yang harus dilakukan pada pasien di rumah sakit:
1. Tekanan Darah
Jika pasien diberikan tPA (Alteplase), pasien harus dimonitor setidaknya 24 jam.
Awalnya tanda vital pasien harus diperiksa setiap 15 menit setelah pemberian tPA,
selama 30 menit pertama. Selanjutnya, tanda vital diperiksa setiap 30 menit untuk
jam berikutnya dan kemudian setiap jam selama 16 jam selanjutnya. Rekomendasi
18
yang ada saat ini, untuk 24 jam pertama setelah pemberian tPA, ialah menjaga TD
sistolik di bawah 185 mmHg dan diastolik di bawah 100 mmHg. Jika terjadi
kenaikan tekanan darah, obat yang paling baik pada keadaan ini ialah labetalol,
hidralazin, atau nikardipin. Batas bawah tekanan darah diastol yang harus
digunakan adalah 60 mmHg. 24 jam setelah pemberian tPA dan untuk pasien
yang tidak mendapat tPA, tekanan darah sudah diperbolehkan untuk lebih tinggi.
Alasan untuk pendekatan ini adalah seringnya kehilangan autoregulasi serebral.
Autoregulasi serebral dalam keadaan normal menghasilkan aliran darah serebral
yang konstan untuk tekanan arteri rata-rata antara 60 dan 160 mmHg. Namun
autoregulasi sering hilang pada keadaan stroke akut dan hasilnya penurunan
tekanan darah akan sering menurunkan aliran darah serebral.
2. Cairan IV
Cairan intravena hipotonik dan cairan yang mengadung glukosa tidak
direkomendasikan pada keadaan infark serebral akut. Infark mengakibatkan
edema sitotoksik akibat disrupsi membran sel yang menyebabkan pembengkakan
bdan sel. Penggunaan cairan meningkatkan kerusakan sel dengan influks air ke
dalam sel. Pada umumnya digunakan cairan NaCl 0,9%.
3. Glukosa
Menurunkan kadar gula darah mendekati kadar senormal mungkin seharusnya
menjadi tujuan klinis pada keadaan stroke. Selain pengaruh negatif hipoglikemi
pada keadaan stroke, harus diperhatikan juga bahwa pasien dengan kadar glukosa
darah lebih dari 140 mg/dL yang memiliki status stroke yang kurang baik Kadar
glukosa darah harus dimonitor dan jika kadar glukosa darah lebih dari 140-180
mg/dL, diindikasikan terapi insulin.
19
4. Antikoagulasi
Rekomendasi klinis saat ini adalah untuk menghindari penggunaaan antikoagulasi
pada fase akut (selama minggu pertama) stroke. Data yang ada saat ini tidak
mengindikasikan bahwa pemberian heparin pada penatalaksanaan stroke akut
menyebabkan penurunan resiko kekambuhan stroke. Namun stroke akut
menyebabkan peningkatan resiko yang berlawanan berupa stroke perdarahan
simtomatik dengan penggunaan antikoagulasi, terutama pada psien stroke sedang
hingga berat. Rekomendasi ini juga berlaku untuk stroke yang diperkirakan berasal
dari kardioemboli, seperti pada keadaan fibrilasi atrium. Tidak ada distribusi arteri
yang telah teridentifikasi memperoleh manfaat yang signifikan dengan pemberian
antikoagulasi pda keadaan stroke akut, karena seiring dengan peningkatan resiko
perdarahan. Pengecualian pemberian antikoagulasi adalah pada keadaan trombosis
vena serebral. Anti koagulan bentuk apapun seharusnya tidak diberikan dalam
kurun waktu 24 jam setelah peberian tPA.
5. Inhibisi Platelet
Aspirin merupakan satu-satunya agen antiplatelet yang penelitiannya
menunjukkan manfaat pada penatalaksaan stroke akut. Ketika hasil penelitian oleh
Chinese Acute Stroke Trial dan International Stroke Trial digabungkan,
didapatkan manfaat yang cukup baik. Hal ini membuat rekomendasi pemberian
aspirin pada dosis 325 mg per hari dalam 48 jam pertama setelah stroke.
Penggunan aspirin tidak direkomendasikan selama 24 jam pertama setelah
pemberian tPA (Yueniwati, 2016).
20
6. Diet Stroke
Tujuan dilakukan diet pada penyakit stroke adalah untuk memberikan makanan
secukupnya untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan memperhatikan
keadaan komplikasi penyakit, memperbaiki keadaan stroke seperti disfagia dan
pneumonia. Serta mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Berikut
merupakan diet bagi penderita stroke:
1. Jangan melewatkan waktu sarapan
2. Kurangi penggunaan garam (<6 gr/hari)
3. Makanan yang memiliki kadar lemak yang rendah
4. Diet untuk mempertahankan berat badan yang ideal
5. Asupan kalori untuk wanita tidak lebih dari 100 dan tidak lebih dari 150
untuk laki-laki (AHA, 2018).
Berdasarkan DASH(Dietary Approach of Stop Hypertension) Batas
maksimal konsumsi sodium adalah 2.400mg (direkomendasi oleh Federal
Goverment’s National High Blood Pressure Education Program (NHBBPEP) dan jumlah
yang digunakan untuk label makanan Nutrition Facts Daily Value) dan 1.500mg
untuk batas minimum. Berikut adalah jenis makanan dan jumlah konsumsi
perhari:
1. Grain
Jumlah porsi yang dapat dikonsumsi perharinya adalah 1 potong roti, 1 ons
sereal kering, dan setengah mangkuk nasi yang sudah dimasak, pasta, atau
sereal. Adapun jenis makanan lainnya yang dapat dikonsumsi, yaitu roti
gandung utuh dan roti gulung, pasta gandung utuh, english muffin, roti pita,
21
bagel, sereal, bubur jagung, oatmel, nasi merah, pretzel tawar, dan popcorn.
Batas konsumsi grain perhari adalah 1-10 potong.
2. Sayur-sayuran
Jumlah sayuran yang dapat dikonsumsi adalah 1 mangkuk sayuran berdaun
mentah, ½ mangkuk potongan sayuran mentah atau dimasak, dan ½ cangkir
sayuran. Pilihan sayuran yang dapat dikonsumsi ialah brokoli, wortel, sawi,
kacang hijau, kacang merah, kale, lima beans, kentang, bayam, labu, ubi jalar,
dan tomat. Batas konsumsi sayuran perhari adalah 1-6 potong.
3. Buah-buahan
Jumlah porsi buah yang dapat dikonsumsi adalah 1 buah berukuran sedang, ¼
mangkuk buah kering, ½ mangkuk buah segar, beku, atau kalengan, dan ½
cangkir jus buah. Buah-buahan yang dapat dikonsumsi ialah apel, aprikot,
pisang, kurma, anggur, jeruk, jeruk bali, mangga, melon, persik, nanas, kismis,
stroberi, dan jeruk nipis. Batas konsumsi buah-buahan perhari adalah 1-6
potong.
4. Produk susu (rendah lemak)
Jumlah yang dapat dikonsumsi adalah 1 cangkir susu atau yogurt dan 1 ½ ons
keju. Produk susu yang direkomendasikan adalah susu bebas lemak (skim) atau
rendah lemak (1%) atau susu buttermilk, keju bebas lemak atau rendah lemak,
dan yogurt biasa atau beku bebas lemak atau rendah lemak. Batas konsumsi
perharinya adalah 1-3 cangkir atau potong.
5. Daging tanpa lemak, unggas, dan ikan
Jumlah yang dapat dikonsumsi dalam sekali makan ialah 1 ons daging yang
telah dimasak, unggas, dan ikan, 1 butir telur. Pilihan lain yang dapat
dikonsumsi adalah daging tanpa lemak, cara menghilangkan lemak dalam
22
daging yaitu dengan dipanggang atau direbus dan ketika daging yang akan
dikonsumsi adalah daging unggas, buanglah kulit dari unggas tersebut. Jumlah
konsumsi perharinya ialah 1-6 ukuran dalam jumlah sekali makan.
6. Kacang-kacangan dan biji-bijian
Jumlah yang dapat dikonsumsi dalam sekali makan ialah ⅓ cangkir atau 1 ½
ons kacang, 2 sendok makan selai kacang, 2 sendok makan atau ½ ons biji-
bijian ½ mangkuk legum yang dimasak (kacang kering dan kacang polong), dan
¼ mangkuk buah kering. Rekomendasi kacang-kacangan dan biji-bijian yang
dapat dikonsumsi adalah almon, hazelnut, kacang campur, kacang tanah,
kacang walnut, biji bunga matahari, selai kacang, kacang merah, lentils, dan
splits peas. Kacang-kacangan dan biji-bijian hanya dapat dikonsumsi 1 kali
seminggu.
7. Lemak dan minyak
Jumlah yang dapat dikonsumsi dalam sekali konsumsi ialah 1 sendok teh
margarin lembut, 1 sendok teh minyak sayur, 1 sendok makan mayones, dan 2
sendok salad dressing. Pilihan yang dapat dikonsumsi adalah margarin lembut,
minyak sayur (seperti minyak kanola, jagung, zaitun, dan safflower), mayones
rendah lemak, dan saus salad ringan. Batas konsumsi perharinya adalah 1-3
sendok makan.
8. Permen dan tambahan gula
Jumlah yang dapat dikonsumsi dalam sekali konsumsi adalah 1 sendok makan
gula, 1 sendok makan selai, ½ cangkir sorbet, gelatin, dan 1 cangkir limun.
Rekomendasi permen dan tambahan gula yang dapat dikonsumsi adalah gelatin
rasa buah, minuman buah, permen keras, jelly, sirup maple, sorbet dan es, dan
gula. Batas konsumsi perharinya hanya 2 kali perminggu.
23
Dari penjelasan diatas adapun hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Bijian-bijian utuh sangat direkomendasi untuk sebagian besar makanan
gandum sebagai sumber serat dan nutrisi yang baik.
2. Ukuran porsi sereal bervariasi antara ½ gelas dan 1¼ cangkir, tergantung
jenis sereal.
3. Telur mengandung kolesterol tinggi, batasi asupan kuning telur tidak lebih
dari empt per minggu, 2 putih telur memiliki kandungan protein yang sama
dengan 1 ons daging.
4. Kebutuhan lemak dan minyak bagi tubuh dapat digantikan dengan
mengonsumsi 1 sendok makan salad regular sama dengan satu porsi dan 1
sendok makan salad rendah lemak setara dengan setengah porsi.
2.2 Motivasi
2.2.1 Pengertian Motivasi
Keinginan dan kebutuhan yang terdapat pada diri individu akan memotivasi
mereka untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya itu. Individu yang merasa haus
mengarahkan perilakunya untuk minum, demikian pula individu yang lapar akan
mengarahkan perilakunya untuk makan. Selain itu, mahasiswa yang haus ilmu
keperawatan akan mengarahkan perilakunya ke arah hal tersebut melakukan perilaku
yang lebih giat dibandingkan dengan individu yang tidak termotivasi. Secara umum
motivasi berarti sesuatu yang mendorong untuk berbuat atau beraksi (Sunaryo, 2010).
Menurut Stevenson (2011, dalam Sunaryo, 2010) motivasi adalah semua hal
verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai
respons. Sementara itu menurut Sarwono (2000, dalam Sunaryo, 2010)
mengungkapkan bahwa motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang
24
mendorong dan timbul dalam diri individu, serta tingkah laku yang ditimbulkan oleh
situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.
2.2.2 Jenis Motivasi
Menurut Gagne & Deci (2005, dalam Putra & Frianto, 2013) terdapat dua
macam motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
melibatkan orang yang melakukan suatu kegiatan karena mereka merasa menarik dan
memperoleh kepuasan langsung dari kegiatan itu sendiri. Motivasi ekstrinsik
membutuhkan perantara antara aktivitas dan beberapa konsekuensi yang dipisahkan
seperti penghargaan nyata, sehingga kepuasan berasal dari konsekuensi ekstrinsik yang
menuntun kegiatan.
Menurut Djamarah (2002, dalam Candra, Harini & Sumirta, 2017) motivasi
intrinsik adalah motivasi yang timbul tidak memerlukan stimulus dari luar, karena
dalam diri individu telah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu intrinsik
jika tujuannya berhubungan erat dengan situasi aktifitas dan bertemu dengan
kebutuhan dan tujuan individu untuk mengendalikan segala sesuatu yang ada dalam
aktivitas. Individu yang memiliki motif intrinsik secara sadar akan melakukan suatu
kegiatan yang tidak memerlukan motif dari luar dirinya. Motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul karena adanya stimulus dari luar(lingkungan), adanya kasih
sayang, dukungan, dan perlindungan dari orang-orang sekitar akan membangkitkan
motivasi individu dalam beraktivitas.
25
2.2.3 Faktor-faktor Motivasi
Menurut Irwanto dkk (1991, dalam Candra, Harini & Sumirta, 2017) ada 3
faktor yang memengaruhi motivasi, yaitu :
1. Faktor lingkungan
Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar pasien, baik fisik, psikologis,
maupun sosial. Kegaduhan, adanya bahaya dari lingkungan, desakan, atau
tekanan dari orang yang berpengaruh merupakan faktor yang dapat
memengaruhi motivasi.
2. Faktor yang berasal dari dalam individu
Harapan, cita-cita, emosi, naluri, dan keinginan merupakan faktor dari dalam
diri individu yang dapat memengaruhi motivasi.
3. Nilai dari suatu objek
Nilai dari suatu objek bisa dari dalam diri sendiri dan dari luar. Faktor yang
berasal dari dalam diri sendiri meliputi kepuasan kerja dan tanggung jawab
sedangkan dari luar meliputi status, harta, kehormatan, dan pangkat.
2.2.4 Cara Memotivasi Seseorang
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memotivasi seseorang, yaitu :
1. Motivating by force atau memotivasi dengan kekerasan, yaitu cara memotivasi
dengan ancaman dan kekerasan agar individu yang dimotivasi melakukan
apa yang harus dilakukan.
2. Motivating by enticement atau memotivasi dengan bujukan yaitu cara
memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar individu melakukan
sesuatu sesuai harapan individu atau organisasi yang memberikan motivasi.
3. Motivating by identification atau ego-involement atau memotivasi dengan
identifikasi, yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga
26
individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam
dirinya sendiri dalam mencapai sesuatu. (Sunaryo, 2010).
2.3 Fungsi Keluarga
2.3.1 Pengertian Keluarga
Menurut Soetjiningsih (2009, dalam Anita, Induniasih & Hutasoit, 2013)
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan salin ketergantungan. Pada dasarnya keluarga diharapkan mampu berfungsi
untuk mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih sayang
antara anggota keluarga dan antar kerabat yang merupakan dasar keluarga yang
harmonis.
Selain itu ada beberapa pengertian keluarga yang perlu diketahui karen
pengertian keluarga berbeda satu dengan lainnya, yaitu:
1. WHO (1969)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian
darah, adopsi atau perkawinan.
2. Duval (1972)
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap
anggota keluarga.
27
3. Bailon dan Maglaya (1989)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah,
perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan yang lainnya
dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
4. UU No. 10 tahun 1992
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan
anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.
5. Sayekti (1994)
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau
seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Harnilawati, 2013)
2.3.2 Macam- macam Fungsi Keluarga
Friedman (1992) menjelaskan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga.
Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai
segala tujuan.
Berikut adalah secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998):
1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang berhubungan dengan fungsi-fungsi
internal keluarga berupa kasih sayang, perlindungan, dan dukungan psikososial
bagi para anggotanya. Keberhasilan fungsi afektif dapat dilihat melalui keluarga
yang gembira dan bahagia. Anggota keluarga mampu mengembangkan gambaran
diri yang positif, perasaan yang dimiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan
sumber kasih sayang. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Adanya masalah yang timbul dalam keluarga dikarenakan
28
fungsi afektif yang tidak terpenuhi. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga
untuk fungsi afektif antara lain.
a. Memelihara saling asuh (mutual nurturance)
Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan saling menerima, dan
saling mendukung antar anggota. Setiap anggota yang mendapat
kasih sayang dan dukungan dari anggota lain, maka kemampuan
untuk memberi akan meningkat, sehingga tercipta hubungan yang
hangat dan mendukung. Syarat untuk mencapai keadaan saling
asuh adalah komitmen dari individu masing-masing dan hubungan
yang terjaga dengan baik didalam keluarga. Menurut Brown (1988),
saling asuh adalah fenomena spiral, karena setiap anggota keluarga
menerima kasih sayang dan perhatian dari anggota keluarga lainnya,
sehingga rasa untuk memberi kepada anggota keluarga lainnya juga
meningkat. Dengan demikian, akan timbul sikap saling mendukung
dan adanya kehangatan emosional.
b. Keseimbangan Saling Menghargai
Adanya sikap saling menghargai dengan mempertahankan suasana
yang positif dimana setiap anggota keluarga diakui serta dihargai
keberadaan dan haknya masing-masing, sehingga fungsi afektif
akan tercapai. Tujuan utama dari pendekatan ini ialah keluarga
harus menjaga suasana dimana harga diri dan hak masing-masing
anggota keluarga di junjung tinggi. Keseimbangan saling
menghargai dapat tercapai apabila setiap anggota keluarga
menghargai hak, kebutuhan, dan tanggungjawab anggota keluarga
lain.
29
c. Pertalian dan Identifikasi
Kekuatan yang besar dibalik persepsi dan kepuasan dari kebutuhan
individu dalam keluarga adalah pertalian (bonding) atau kasih sayang
(attachment) yang digunakan secara bergantian. Kasih sayang antara
ibu dan bayi yang baru lahir sangatlah penting karena interaksi dari
keduanya akan mempengaruhi sifat dan kualitas hubungan kasih
sayang selanjutnya, hubungan ini mempengaruhi perkembangan
psikososial dan kognitif.
Menurut Turner (1970) identifikasi adalah suatu sikap dimana
seseorang mengalami apa yang terjadi dengan orang lain, seolah-
olah hal itu terjadi pada dirinya. Proses identifikasi adalah inti dari
ikatan kasih sayang. Oleh karena itu perlu diciptakan proses
identifikasi yang positif dimana anak meniru perilaku orang tua
melalui hubungan interaksi mereka.
d. Keterpisahan dan kepaduan
Salah satu masalah psikologis yang sangat menonjol dalam
kehidupan keluarga adalah cara keluarga memenuhi kebutuhan
psikologis, memengaruhi identitas diri dan harga diri individu.
Selama masa awal sosialisasi, keluarga membentuk tingkah laku
seorang anak, sehingga hal tersebut dapat membentuk rasa
memiliki identitas. Untuk merasakan memenuhi keterpaduan
(connectedness) yang memuaskan. Setiap keluarga menghadapi isu-isu
keterpisahan dan kebersamaan dengan cara yang unik, beberapa
keluarga telah memberikan penekanan pada satu sisi dari pada sisi
lain.
30
2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang berperan untuk proses perkembangan
individu agar menghasilkan interaksi sosial dan membantu individu melaksanakan
perannya dalam lingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan sebagai tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan.
5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi yang berguna untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produtivitas tinggi. Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau
pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga
(Harnilawati, 2013).