Upload
nguyendan
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Guru
Kinerja diartikan beragam oleh para ahli. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, kinerja diartikan
sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang
diperlihatkan, atau kemampuan kerja. Wibowo
(2007:2) mengungkapkan bahwa kinerja adalah
tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai
dari pekerjaan tersebut, sedangkan Anwar Prabu
mangkunegara (2002: 67) merumuskan bahwa kinerja
merupakan prestasi kerja atau hasil kerja secara
kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Dari beberapa
pengertian tersebut dapat diartikan dengan
kemampuan kerja, aplikasi kerja dan hasil kerja yang
dicapai dan diperlihatkan oleh individu ataupun
kelompok dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Dengan demikian, guru sebagai salah satu
komponen penting dalam sebuah lembaga pendidikan,
diharuskan memiliki kompetensi yang sesuai dengan
profesinya sebagai guru, selain itu juga harus mampu
menyampaikan dengan baik semua kompetensi yang
dimiliki dalam bentuk pendidikan dan pembelajaran,
sehingga hasil dari keduanya dapat terlihat dan
13
dirasakan oleh peserta didik. Berbicara tentang kinerja
sangat erat kaitannya dengan apa yang dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannya. Mulyasa (2007: 135-
136) mengemukakan bahwa produktivitas itu dengan
tolak ukur berdasarkan tingkatannya: prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, dan
unjuk kerja. Dari beberapa pengertian kinerja, maka
dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dalam
meningkatkan produktivitas sekolah bukan semata-
mata ditunjukkan untuk mendapatkan hasil
sebanyak-banyaknya, melainkan kualitas unjuk kerja
juga penting diperhatikan.
2.1.1 Kompetensi Guru
Johnson (1974: 126) dalam Wina Sanjaya
(2006:17-18) berpendapat bahwa:”Competency as
rational performance which satisfactirily meets the
objektive for a desired condition”. Menurutnya,
kompetensi merupakan perilaku rasional guna
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan
kondisi yang diharapkan. Dengan demikian, suatu
kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk
kerja yang dapat dipertanggung jawabkan (rasional)
dalam upaya mencapai tujuan.
Untuk mencapai keberhasilan, guru harus
mempunyai kemampuan yang baik dalam
melaksanakan tugasnya. Kemampuan tersebut harus
didasarkan pada setiap kompetensi yang dimiliki.
14
Gordon (1998: 73) dalam Mulyasa (2007: 38-39)
menjelaskan aspek atau ranah yang terkandung dalam
konsep kompetensi sebagai berikut:
a) Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran da-
lam bidang kognitif, misalnya seorang guru
mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuh-
an belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya. b) Pemahaman (understanding);
yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan
melaksanakan pembelajaran harus memiliki
pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan
pembelajaran secara efektif dan efisien. c)
Kemampuan (skill); adalah suatu yang dimiliki oleh
individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya ke-
mampuan guru dalam memilih, dan membuat alat
peraga sederhana untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik. d) Nilai (value); adalah
suatu standar perilaku yang telah diyakini dan
secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam
pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis,
dan lain-lainnya). e) Sikap (attitude); yaitu perasaan
(senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.
Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan
terhadap kenaikan upah/gaji, dan sebagainya).
Dari beberapa kompetensi guru diatas, dapat
disimpulkan bahwa guru harus mempunyai
kompetensi berupa pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap dan minat untuk mendidik
anak dengan sebaik mungkin, hal ini agar peserta
didik dapat menyerap ilmu atau informasi dengan
baik.
15
Menurut Muhibbin Syah (1997: 23) dalam
Pupuh Fathurrohman (2007: 35) menyatakan bahwa
ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki
guru dalam upaya meningkatkan keberhasilan belajar
mengajar, yaitu:
(a) menguasai bahan, (b) mengelola program belajar mengajar, (c) mengelola kelas, (d) menggunakan
media atau sumber belajar, (e) menguasai landasan-
landasan kependidikan, (f) mengelola interaksi belajar mengajar, (g) menilai prestasi siswa (h)
mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan
dan penyuluhan, (i) mengenal dan menye-lenggarakan administrasi sekolah, (j) memahami
prinsip-prinsip dan menfsirkan hasil-hasil
pendidikan guna keperluan pengajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa kompetensi guru dapat
memberikan pandangan tersendiri bahwa tidak mudah
untuk menjadi seorang guru yang profesional dan
kompeten di bidang profesinya, seorang guru selain
kemampuan materi, juga harus memiliki kemampuan
metode penyampaian materi dengan baik, selain itu
juga seorang guru harus memiliki kemampuan
interpersonal yang baik kepada peserta didik, teman
kerja dan atasan/kepala sekolah. Dari kompetensi
yang dimiliki dan dilaksanakan sesuai dengan aturan,
maka guru akan memberikan kinerja yang baik
terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Dari beberapa pendapat diatas, penulis
mengkategorikan ke dalam dua kompetensi, pertama
kompetensi yang menekankan pada aspek lahiriah
manusia dalam proses mencapai suatu keberhasilan,
16
kedua adalah bentuk aktualisasi kompetensi yaitu
sebagai guru dalam mencapai sepuluh dasar
kompetensi tersebut. Jadi dengan keenam potensi
yang telah dimiliki manusia secara lahiriah tersebut
(pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap
dan minat), seorang guru selanjutnya dapat mencapai
kesepuluh kompetensi dengan mudah untuk mencapai
sebuah keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 18) mengkategorikan
ke dalam tiga kompetensi yaitu: kompetensi pribadi,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial
kemasyarakatan.
2.1.2 Peran dan Tugas Guru
Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan
tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua
mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga
ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya
dapat berkembang secara optimal. Natawidjaja (1994:
6-7) dalam Uzer (1995: 9-13) menjelaskan beberapa
peran guru dalam membantu perkembangan peserta
didik :
a. Peran guru dalam proses belajar mengajar
1) Guru sebagai demontrator, dalam perannya
sebagai demonstrator, guru senantiasa
menguasai bahan atau materi pelajaran yang
akan diajarkan serta senantiasa
17
mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam ilmu yang dimilikinya
karena hal ini sangat menentukan hasil belajar
yang dicapai oleh peserta didik.
2) Guru sebagai pengelola kelas, dalam perannya
sebagai pengelola kelas, guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan
belajar serta merupakan aspek dari lingkungan
sekolah yang perlu diorganisir. Lingkungan
diatur dan diawasi agar kegiatan belajar
mengajar terarah pada tujuan pendidikan,
pengawasan terhadap lingkungan turut
menentukan sejauh mana lingkungan tersebut
menjadi lingkungan belajar yang baik, tujuan
pengelolaan kelas adalah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-
macam kegiatan belajar mengajar adar mencapai
hasil yang maksimal.
3) Guru sebagai mediator dan fasilitator, sebagai
mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi yang efektif untuk
proses belajar mengajar, dengan demikian media
pendidikan merupakan dasar yang sangat
diperlukan yang bersifat melengkapi demi
berhasilnya proses pendidikan di sekolah,
sebagai mediator gurupun menjadi perantara
dalam hubungan antar manusia, untuk itu guru
18
harus terampil menggunakan pengetahuan
untuk berkomunikasi dengan orang lain,
tujuannya agar guru dapat menciptakan
kualitas lingkungan secara maksimal dan
interaktif.
4) Guru sebagai evaluator, dalam proses belajar
mengajar guru hendaknya menjadi evaluator
yang baik, untuk mengetahui ketercapaian
tujuan yang telah dirumuskan, dan ketepatan
atau kesesuaian materi yang diajarkan, seorang
guru sebagai penilai hendaknya terus menerus
mengikuti hasil yang telah dicapai siswa,
informasi dari evaluasi dapat menjadikan umpan
balik (feedback) terhadap proses belajar
mengajar, yang bisa dijadikan sebagai tolak
ukur untuk memperbaiki dan meningkatkan
kegiatan belajar mengajar berikutnya.
b. Peran guru dalam administrasi
Dalam hubungannya dengan administrasi seorang
guru berperan sebagai berikut:
1) Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilai
kegiatan-kegiatan pendidikan, hal ini berarti
guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan
pendidikan yang direncanakan serta nilainya.
2) Wakil masyarakat, yang berarti dalam
lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu
masyarakat, sehingga guru harus
19
mencerminkan suasana dan kemauan
masyarakat yang baik.
3) Orang yang ahli dalam mata pelajaran, guru
harus bertanggung jawab untuk mewariskan
kebudayaan kepada generasi muda yang berupa
pengetahuan.
4) Penegak disiplin, guru harus menjaga agar
tercapai suatu disiplin.
5) Pelaksana administrasi pendidikan, selain
menjadi pengajar, gurupun bertanggung jawab
akan kelancaran jalannya pendidikan untuk itu
guru harus mampu melaksanakan administrasi.
6) Pemimpin generasi muda, masa depan generasi
muda terletak di tangan guru, guru berperan
sebagai pemimpin dalam mempersiapkan diri
anggota masyarakat dewasa.
7) Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru
berperan untuk menyampaikan segala
perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada
masyarakat, khususnya masalah-masalah
pendidikan.
c. Peran guru sebagai pribadi
Dilihat dari dirinya sendiri (self oriented), seorang
guru harus berperan sebagai berikut:
1) Petugas sosial, yaitu seorang guru yang harus
membantu untuk kepentingan masyarakat,
dalam kegiatan di masyarakat guru senantiasa
20
menjadi petugas yang dipercaya untuk
berpartisipasi di dalamnya.
2) Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus
menerus menuntut ilmu pengetahuan, dengan
berbagai cara setiap saat guru harus belajar
untuk mengikuti perkembangan ilmu
pendidikan.
3) Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di
sekolah dalam pendidikan anaknya.
4) Pencari teladan, yaitu harus selalu mencarikan
teladan yang baik untuk peserta didik, karna
guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah
laku.
5) Pencari keamanan, yaitu mencari rasa aman
bagi peserta didik, karna guru menjadi tempat
berlindung bagi peserta didik.
d. Peran guru secara psikologis
Peran guru secara psikologis, guru dipandng
sebagai berikut:
1) Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas
psikologi dalam pendidikan yang melaksanakan
tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologis.
2) Seniman dalam hubungan antar manusia, yaitu
orang yang mampu membuat hubungan antar
manusia untuk tujuan tertentu dengan
menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam
kegiatan pendidikan.
21
3) Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat
dalam pendidikan.
4) Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai
pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan,
sering disebut sebagai inovator (pembaharu)
5) Petugas kesehatan mental (mental hygiene
worker), yang bertanggung jawab terhadap
pembinaan kesehatan mental khususnya
kesehatan mental siswa.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
dari beberapa peran guru tersebut, apabila dijalankan
dengan penuh tanggung jawab dan komitmen, maka
akan dapat memajukan dan meningkatkan kualitas
pendidikan.
Uzer (1995: 6-7) membagi tugas guru ke dalam
tiga tugas: tugas yang berkaitan dengan profesi,
kemanusiaan, dan kemasyarakatan : (a) profesi,
meliputi: mendidik berarti meneruskan dan
mengemabngkan nilai-nilai hidup, mengajar yaitu
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, melatih yaitu mengembangkan
ketrampilan dan penerapannya. (b) kemanusiaan,
meliputi: sebagai orang tua bagi siswanya, menarik
simpati dan perhatian siswa dari semua lapisan
masyarakat, memotivasi siswa dan
mentransformasikan diri kepada siswa. (c)
kemasyarakatan, meliputi: mendidik dan mengajar
masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia
22
yang bermoral Pancasila, mencerdaskan bangsa
Indonesia.
Bila kita cermati tugas-tugas diatas, tugas guru
begitu berartinya bagi seluruh kehidupan manusia,
yaitu dengan melihat tugas-tugasnya dari mulai
lingkungan terkecil (bagi dirinya sendiri), kemudian
antar manusia, bahkan sampai tugasnya bagi bangsa
dan negara.
Sedangkan tanggung jawab seorang guru bukan
hanya dilihat dari peran dan tugasnya saja akan tetapi
juga dalam kewajibannya sebagai tenaga pendidik,
dimana Undang-undang republik Indonesia No. 20
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan nasional
menjelaskan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban:
a) Menciptakan suasana pendidikan yang ber-
makna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan
dialogis. b) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c) Memberi teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Dengan memperhatikan tugas, peran, serta
kewajiban guru yang begitu kompleks, apabila hal
tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka
proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diharapkan.
23
2.1.3 Tanggung Jawab Keguruan
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen bab I disebutkan bahwa tugas
utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik, oleh sebab itu tanggung jawab
keberhasilan pendidikan berada di pundak guru,
perubahan peran guru yang tadinya sebagai
penyampai pengetahuan, pengalihan pengetahuan dan
ketrampilan, serta satu-satunya sumber belajar,
berubah peran menjadi pembimbing, pembina,
pengajar, dan pelatih. Dalam kegiatan pembelajaran
guru bertindak sebagai fasilitator yang bersikap akrab
dengan penuh tanggung jawab, serta memberlakukan
peserta didik sebagai mitra dalam menggali dan
mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar
yang telah direncanakan.
Tanggung jawab guru juga dalam bentuk
kepribadian peserta didik, seperti yang dikemukakan
oleh Darajat (2001: 43) bahwa setiap guru sepatutnya
mengetahui dan menyadari betul bahwa
kepribadiannya yang tercermin dalam berbagai
penampilan ikut menentukan tercapai tidaknya tujuan
pendidikan pada umumnya, dan tujuan lembaga
pendidikan tempat mengajar pada khususnya.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa beberapa tanggung jawab guru
24
dalam proses belajar mengajar yaitu membimbing,
melatih atau menggali potensi, serta memupuk
kepribadian peserta didik.
2.2 Manajerial Kepala Sekolah
2.2.1 Fungsi Kepala Sekolah
Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks
dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai
organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang
satu sama lain saling berkaitan dan saling
menentukan. Sedang bersifat unik karena sekolah
memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses
belajar mengajar, tempat terselenggaranya
pembudayaan kehidupan manusia. Karena sifatnya
yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai
organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi.
Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala
sekolah. Wahjosumidjo (2005: 349) mengemukakan
secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan
sebagai seseorang tenaga fungsional guru yang diberi
tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat
di mana terjadinya interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid yang menerima
pelajaran.
Kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang
memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa.
Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan
25
bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang
menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah.
Wahjosumidjo (2005: 82) mengemukakan bahwa
kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah
yang memahami keberadaan sekolah sebagai
organisasi kompleks yang unik, serta mampu
melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah.
Kepala sekolah adalah guru yang mempunyai
kedudukan sebagai pimpinan di dalam suatu
organisasi sekolah. Dalam suatu organisasi,
kepimpinan mempunyai kedudukan yang paling
menentukan dalam manajemen. Dalam suatu
organisasi dibutuhkan pemimpin yang mampu
mengarahkan bawahannya guna mancapai tujuan
organisasi tersebut secara efektif dan efisien.
Kepala sekolah mempunyai wewenang guna
mengelola semua sumber daya yang ada dan
bertanggung jawab dalam meningkatkan proses dan
hasil pendidikan di sekolah. Thoha (2006: 9)
menyatakan bahwa manajemen merupakan jenis
pemikiran yang khusus dari kepimpinan di dalam
usahanya mencapai tujuan organisasi. Dengan
demikian kepala sekolah sebagai seorang pemimpin
yang dibatasi oleh tata krama birokrasi dapat berperan
sebagai manajer, sehingga fungsi-fungsi seperti
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian merupakan fungsi pokok yang tidak
terpisahkan dalam setiap pembahasan mengenai
manajemen. Dengan kuasa dan wewenang tersebut,
26
seorang kepala sekolah berfungsi sebagai: (1)
edukator, (2) manajer, (3) administrator, (4) supervisor,
(5) leader, (6) inovator, dan (7) motivator di sekolah
yang dipimpinnya.
2.2.2 Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebagai pemimpin diharapkan
mempunyai peranan sebagai manajer dalam
menjalankan kewajiban-kewajibannya. Menurut
Mintzberg (2004) dalam Thoha (2006: 12),
mengemukakan ada 3 peranan utama yang harus
dimainkan oleh seorang manajer yaitu :
Pertama, peranan hubungan antar pribadi
(Interpersonal Role). Peranan ini berhubungan dengan
status dan otoritas manajer dan hal-hal yang
berhubungan dengan pengembangan hubungan antar
pribadi dengan perincian sebagai berikut: (1) Peranan
sebagai Figurehead, peranan yang sangat dasar dan
sederhana dilakukan untuk mewakili organisasi yang
dipimpinnya dalam setiap kesempatan dan persoalan
yang timbul secara formal, (2) Peranan sebagai
pimpinan (leader), yaitu melakukan hubungan
interpersonal dengan yang dipimpin dan melakukan
fungsi-fungsi pokoknya, dan (3) Peranan sebagai
pejabat perantara (liaison manager), yaitu melakukan
interaksi dengan teman sejawat, staf, dan orang-orang
di luar organisasinya untuk mendapatkan informasi.
27
Kedua, peranan yang berhubungan dengan
informasi (informational role). Manajer sebagai pusat
informasi bagi organisasinya, yaitu (1) sebagai
monitor, yaitu manajer sebagai penerima dan
pengumpul informasi guna mengembangkan
pengertian yang baik dari organisasi yang
dipimpinnyadan pemahaman yang komprehensif
tentang lingkungan, (2) sebagai dessiminator, yaitu
menangani proses transmisi dari informasi-informasi
ke dalam organisasi yang dipimpinnya, yaitu
penyampaian informasi dari luar ke dalam
organisasinya, dan juga dari bawahan atau staf ke
bawahan atau staf yang lainnya, dan (3) sebagai
jurubicara (speakerman), yaitu manajer mewakili dan
bertindak atas nama organisasi menyampaikan
informasi keluar lingkungan organisasinya.
Ketiga, peranan pembuat keputusan
(Decissional Role). Merupakan peranan yang tidak
boleh tidak dijalankan karena seorang manajer harus
terlibat langsung dalam proses pembuatan strategi
organisasi. Peranan ini dikelompokkan sebagai
berikut: (1) Sebagai entrepreneur, yaitu manajer
bertindak sebagai pemprakarsa dan perancang dalam
organisasi dengan memfokuskan pada pekerjaan
manajerial dengan mulai aktivitas melihat atau
memahami masalah-masalah dalam organisasi yang
mungkin dapat diselesaikan, (2) Sebagai penghalau
gangguan (disturbance handler), yaitu manajer
bertanggung jawab mengatasi ancaman bahaya atau
28
perbuatan yang tidak diketahui sebelumnya yang
menganggu atau memungkinkan timbulnya krisis di
dalam organisasi, (3) Sebagai pembagi sumber
(resource allocator), yaitu memutuskan pendistribusian
sumber dana ke bagian-bagian organisasi guna
mempermudah pelaksanaan kerja, dan (4) Sebagai
negosiator, yaitu aktif berpartisipasi atau terlibat
dalam negosiasi dengan pihak-pihak lain baik di luar
maupun didalam organisasi.
2.3 Keterampilan Manajerial
2.3.1 Keterampilan Konseptual
Megginson, (1992: 30) mengemukakan bahwa
keterampilan konseptual adalah kemampuan dalam
melihat gambaran secara komprehensif untuk
mengenali unsur-unsur penting dalam suatu situasi,
untuk memahami hubungan-hubungan antara unsur-
unsur sehingga dapat dipelajari, dianalisis, dan
diinterpretasikan berbagai informasi yang diterima
dari berbagai sumber sehingga dapat diambil
keputusan yang menyeluruh bagi organisasi. Menurut
pengertian ini, berarti merupakan kemampuan mental
dan pengetahuan dari seorang manajer mengenai
berbagai hal yang berkaitan dengan tugas, fungsi dan
kedudukan organisasi. Oleh karenanya dengan
kemampuan tersebut diharapkan manajer mampu
mengkoordinasi, memahami masalah, memecahkan
29
masalah, membuat keputusan, dan membuat
perencanaan bagi organisasi.
Dalam organisasi pendidikan, keterampilan
konseptual kepala sekolah berarti kemampuan yang
dimiliki kepala sekolah untuk melihat sekolah,
lingkungan, dan programnya sebagai keseluruhan.
Dengan kemampuan tersebut kepala sekolah akan
memperoleh berbagai informasi, sehingga dapat
digunakan untuk menganalisis, dan mengambil
keputusan terbaik bagi sekolah. Kemapuan yang
bersifat komprehensif inilah memungkinkan kepala
sekolah mampu menyeimbangkan, menyatukan
berbagai fungsi yang ada di sekolah, menemukan
kebutuhan sekolah, serta merencanakan dan melihat
perubahan sekolah di masa depan.
2.3.2 Keterampilan Hubungan Manusia
Elemen pertama di dalam lingkungan
organisasi termasuk didalamnya sekolah adalah
orang-orang (manusia). Sumber daya pendidikan lain
seperti gedung, laboratorium, perpustakaan, keuangan
dan sebagainya dapat berfungsi sebagai secara efektif
tergantung pada kemampuan orang-orang yang ada di
sekolah. Mereka saling berinteraksi satu dengan
lainnya selama bekerja. Agar dalam berinteraksi dapat
berjalan secara harmonis dan terhindar dari konflik
maka peranan manajer sangat diperlukan untuk
mengoptimalkan kinerja orang-orang yang terlibat
30
dalam kegiatan sekolah. Disinilah dibutuhkan
keterampilan hubungan manusia dari kepala sekolah
dalam menciptakan keharmonisan dan interaksi
tersebut. Lebih dari itu keterampilan hubungan
manusia sangat penting untuk mengefektifkan
komunikasi, koordinasi, dan pengarahan kepada
bawahan ke arah pencapaian tujuan sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa hubungan manusiawi dalam
sekolah adalah kemampuan kepala sekolah untuk
menciptakan komunikasi yang harmonis dengan
personil sekolah, memotivasi, mengembankan sikap
dan moral yang baik, memahami dan menyelesaikan
konflik, memahami kebutuhan personil dan
mengusahakan untuk memenuhinya, serta
mengembangkan sumber daya manusia guna
menciptakan kerjasama yang efektif sehingga kinerja
guru dapat ditingkatkan. Karenanya perilaku kepala
sekolah dalam mengimplementasikan keterampilan
hubungan manusiawi terhadap para guru harus
mencakup: (1) bersedia untuk bekerjasama; (2)
menjalin komunikasi yang hangat; (3) memberikan
bimbingan (bantuan) dalam menyelesaikan tugas; (4)
menyelesaikan masalah; (5) melibatkan guru dalam
mengambil keputusan; (6) memberikan penghargaan;
dan (7) membangun kepercayaan diri para guru.
31
2.3.3 Keterampilan Teknikal
Dalam rangka memberikan pembinaan kepada
guru, seorang kepala sekolah harus memiliki
kemampuan yang berkaitan dengan tugas dan
tanggung jawab. Jika tidak maka akan mengurangi
kredibilitas kepala sekolah dimata para guru. Itulah
sebabnya Soebagio (2005: 203) mengemukakan bahwa
kepala sekolah sudah seharusnya memiliki
keterampilan teknikal yaitu pengetahuan dan
kemahiran dalam kegiatan-kegiatan yang menyangkut
metode, proses, dan prosedur guna dapat
mengajarkannya kepada bawahan. Keterampilan
tersebut merupakan keterampilan khusus, sehingga
kepala sekolah dituntut mampu menggunakan alat-
alat, prosedur dan teknik yang berhubungan dengan
bidang khusus yaitu dengan pengelolaan proses
pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas
dapat digaris bawahi bahwa keterampilan teknikal
yang diperlukan oleh kepala sekolah antara lain: (1)
pengetahuan tentang pengelolaan kelas; (2)
penggunaan metode pembelajaran; (3) penggunaan
teknik evaluasi; (4) pembuatan desain pengajaran dan
program pembelajaran; (5) pengetahuan tentang
administrasi sarana prasarana dan keuangan; (6)
teknik sepervisi dan lain sebagainya.
Keterampilan manajerial kepala sekolah
merupakan kemampuan dan keahlian yang dimiliki
oleh kepala sekolah dalam mengelola tugas-tugas di
32
sekolah, yang terdiri atas three basic skills yaitu
technical skill, human skill, dan conceptual skill.
Keterampilan teknikal (technical skill) adalah
kemampuan kepala sekolah dalam membimbing guru
dalam melaksanakan proses belajar mengajar
administrasi sekolah maupun kelas. Keterampilan
hubungan manusia (human skill) adalah kemampuan
dan keahlian kepala sekolah dalam menjalin
kerjasama, komunikasi, membangun sikap dan moral,
menyelesaikan konflik dan memberikan kesejahteraan
guru. Sedangkan keterampilan konseptual adalah
kemampuan dan keahlian kepala sekolah dalam
merencanakan, mengkoordinasikan dan mengevaluasi
kegiatan sekolah.
2.4 Peningkatan Kinerja Guru
Upaya peningkatan kinerja guru oleh kepala
sekolah harus dilaksanakan dengan strategi yang
matang. Kuncoro (2006: 12) mengemukakan bahwa
strategi merupakan “sejumlah keputusan dan aksi
yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan (goal) dalam
menyesuaikan sumber daya organisasi dengan
peluang dan tantangan yang dihadapi dalam
lingkungan industrinya. Sedangkan dalam kamus
besar bahasa Indonesia “strategi adalah rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus”, hal ini sejalan dengan pendapat Sagala
(2007: 181) mengemukakan bahwa Strategy (Strategi)
adalah seperangkat tindakan yang koheren sebagai
33
suatu pola tanggap organisasi terhadap lingkungannya
dalam rencana jangka panjang berkenaan dengan
alokasi dan penggunaan sumber daya yang tersedia
untuk mencapai tujuan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa strategi merupakan sebuah
langkah dalam mencapai kesuksesan organisasi sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum pimpinan di sebuah organisasi
khususnya kepala sekolah di sebuah institusi
pendidikan harus memperhatikan kebutuhan sekolah
akan sumber daya manusia (guru), selain itu kepala
sekolah juga harus mampu mengembangkan sikap
profesional guru agar mempunyai inisiatif sendiri
dalam melaksanakan tugasnya tanpa instruksi
terlebih dahulu dari kepala sekolah, serta dapat
mengembangkan sumber daya manusia agar mampu
melakukan komunikasi dan kerja sama di institusi
pendidikan.
Strategi kepala sekolah dalam institusi
pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusia (guru). Dalam strategi
umum Castetter (2001: 32) dalam Mulyasa (2007: 128)
membagi ke dalam tiga bagian diantaranya:
pengembangan tenaga kependidikan harus dilakukan
berdasarkan rencana kebutuhan yang jelas, dalam
dunia pendidikan perlu senantiasa dikembangkan
sikap dan kemampuan profesional, serta kerjasama
dunia pendidikan dengan perusahaan perlu terus
34
menerus dikembangkan (terutama dalam
memanfaatkan perusahaan untuk laboratorium
praktek dan objek studi). Strategi khusus adalah
strategi yang langsung berkaitan dengan
pengembangan dan peningkatan pengelolaan tenaga
kependidikan yang lebih efektif. Strategi tersebut
berkaitan dengan kesejahteraan, pendidikan,
rekruitmen dan penempatan, pembinaan mutu, dan
pengembangan karier. Untuk itu kepala sekolah harus
mempunyai pilihan-pilihan yang tepat, efektif dan
efisien sehingga misi dan tujuan organisasi tercapai
dengan baik.
Berdasarkan konsep diatas, dapat disimpulkan
bahwa kepala sekolah dalam mengembangkan sumber
daya manusia yang ada di lingkungan sekolah
khususnya guru harus melaksanakan strategi-strategi
tersebut dalam perencanaan dan kebijakan yang
dibuat.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh kepala
sekolah untuk meningkatkan kinerja guru di sebuah
institusi pendidikan, diantaranya adalah dengan cara
melakukan pembinaan terhadap kinerja guru,
melakukan pengawasan (supervisi) terhadap kinerja
guru, mengadakan evaluasi terhadap proses dan hasil
kerja (kinerja) guru.
a) Pembinaan Kinerja Guru
Imron (1993: 9) menjelaskan bahwa pembinaan
guru secara terminologi diartikan sebagai serangkaian
35
usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang
berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh
kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta
pembinaan lainnya untuk meningkatkan proses hasil
belajar. Lebih lanjut Subroto (1984: 147) mengartikan
pembinaan atau pengembangan guru yaitu
pengembangan profesi guru sebagai usaha-usaha
melalui keaktifan sendiri untuk meningkatkan
penegetahuan dan kecakapan sehingga akan berguna
dalam menjalankan kewajiban sebagai guru.
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa kegiatan pembinaan terhadap guru dapat
dilakukan dengan cara melalui bantuan orang lain
baik dari kepala sekolah, ketua yayasan, komite,
pengawas dan instansi lain yang akan memberikan
pembinaan, selain itu kegiatan pembinaan guru juga
dapat dilakukan sendiri yaitu dengan keaktifan dan
kesadaran diri untuk mengembangkan potensi diri
sendiri. Imron (1995: 13) mengelompokkan pembinaan
guru menjadi tiga macam pembinaan. Pertama,
pembinaan kemampuan guru dalam hal memelihara
program pengajaran di kelas, kedua, kemampuan guru
dalam hal menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar anak didik, ketiga, memperbaiki
situasi belajar anak didik.
Dalam hal pembinaan kemampuan guru dalam
memelihara program pengajaran di kelas, kepala
sekolah harus mengetahui dan memahami tahap-
tahap proses pengajaran sehingga dapat membantu
36
kepala sekolah untuk melaksanakan pembinaan
perogram pengajaran kepada guru-guru, selajutnya
kepala sekolah juga harus memahami faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik,
seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik
dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan,
rasa aman, dan ketrampilan guru dalam
berkomunikasi.
Jika kepala sekolah memahami faktor-faktor
tersebut, maka kepala sekolah akan lebih mudah
dalam melakukan pembinaan kepada guru dalam hal
evaluasi/penilaian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar peserta didik, untuk itu kepala
sekolah juga hendaknya dengan para tenaga
kependidikan, agar mereka dapat mengemukakan
berbagai permasalahan yang dihadapi dalam
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga kependidikan.
b. Pengawasan/supervisi terhadap kinerja guru
Salah satu strategi dalam upaya mencapai
tujuan pendidikan nasional tersebut adalah dengan
meningkatkan mutu pendidikan. Untuk dapat
mewujudkan mutu pendidikan diperlukan pendidik
yang profesional.
Guru sebagai pendidik harus mempunyai
kompetensi dalam pengelolaan pembelajaran,
pengembangan potensi dan penguasaan akademik.
Kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian,
paedagogik, professional dan sosial. Sebagai seorang
37
yang professional, maka dalam pengelola pembelajaran
guru harus mampu berperan sebagai perencana
(desainer), pelaksana (implementor) dan penilai
(evaluator) kegiatan pembelajaran. Salah satu upaya
untuk meningkatkan profesionalisme guru perlu
pembinaan dari kepala sekolah melalui supervisi
akademik.
Harris sebagaimana dikutip oleh Sahertian
(2008: 18) menyatakan bahwa supervisi pengajaran
adalah segala sesuatu yang dilakukan personalia
sekolah untuk memelihara atau mengubah apa yang
dilakukan sekolah dengan cara yang langsung
mempengaruhi proses belajar mengajar dalam upaya
meningkatkan proses belajar siswa. Menurut Alfonso
dalam Sahertian (2008: 18) supervisi pengajaran
adalah tindakan pejabat yang dirancang oleh lembaga
yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru
dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar
siswa dan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
oleh lembaga itu.
Dapat disimpulkan bahwa supervisi pengajaran
adalah usaha memberi layanan kepada guru–guru
baik secara individual maupun kelompok dalam usaha
memperbaiki perencanaan dan proses pembelajaran
yang merupakan unsur dari kompetensi paedagogik
guru. Kata kunci dari supervisi pada akhirnya adalah
memberikan layanan dan bantuan.
Tara J. Fenwick (2006: 401) mengemukakan
bahwa supervisi pengajaran perlu diarahkan pada
38
upaya-upaya yang sifatnya memberikan kesempatan
kepada guru untuk berkembang secara profesional,
sehingga mereka lebih mampu untuk melaksanakan
tugas pokoknya yaitu memperbaiki dan meningkatkan
proses dan hasil pembelajaran.
Kualitas mengajar guru secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas
pembelajaran siswa. Untuk itu perlu diadakan
pembinaan tindak lanjut dari kepala sekolah antara
lain melalui supervisi pengajaran.
b) Pembinaan disiplin tenaga kependidikan
Dalam meningkatkan kinerja guru, kepala
sekolah harus mampu meningkatkan disiplin tenaga
kependidikan, terutama disiplin diri. Seperti yang
dikemukakan oleh Mulyasa (2003: 141) kepala sekolah
harus mampu melakukan: (a) membantu tenaga
kependidikan mengembangkan pola perilakunya, (b)
membantu tenaga kependidikan meningkatkan
strandar perilakunya, (c) menggunakan pelaksanaan
aturan sebagai alat.
Guru yang telah dibina oleh kepala sekolah
dengan baik, maka akan bisa menjadi guru yang
profesional di bidangnya, dengan mengedepankan
disiplin kerja sebagai acuan untuk mencapai target
pembelajaran yang diinginkan. Jika semua tercapai
maka kualitas pendidikan di sekolah akan menjadi
lebih baik.
39
c) Pengendalian dan pengawasan kinerja guru
Menurut Mulyasa (2003: 111) kepala sekolah
harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini
merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di
sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam hal pengawasan dan pengendalian kinerja
guru, kepala sekolah melakukan pengawasan dan
pengendalian dengan cara diskusi kelompok,
kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan
simulasi pembelajaran. Namun dalam pengawasannya,
Mulyasa (2003: 113) mengatakan bahwa seorang
kepala sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip:
(a) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan
hirarkhis, (b) dilaksanakan secara demokratis, (c)
berpusat pada tenaga kependidikan, (d) dilakukan
berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan, (e)
merupakan bantuan profesional.
Prinsip-prinsip tersebut harus diperhatikan oleh
kepala sekolah agar proses pengendalian dan
pengawasan terhadap kinerja guru dapat terlaksana
dengan baik dan guru tidak merasa terbebani dengan
pengawasan yang ada, namun sebaliknya guru merasa
dibantu dan diperhatikan serta dihargai.
d) Pemberian motivasi
Setiap tenaga kependidikan memiliki
karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya,
40
hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan
khusus dari pimpinannya agar dapat memanfaatkan
waktu untuk meningkatkan kinerjanya. Mulyasa
(2003: 143) menjelaskan bahwa perbedaan tenaga
kependidikan tidak hanya dalam bentuk fisiknya
tetapi juga psikis, misalnya motivasi. Oleh karena itu
untuk meningkatkan produktifitas kerja perlu
diperhatikan motivasi para tenaga kependidikan dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Motivasi yang diberikan dapat melalui reward,
apresiasi, beasiswa pendidikan, penugasan, promosi
terhadap kinerja para guru. Guru akan lebih giat lagi
dalam meningkatkan kinerjanya, apabila ada motivasi
atau dorongan dari kepala sekolah. Hal ini bisa berupa
dengan pembinaan atau dengan dorongan kata-kata.
e) Penghargaan
Penghargaan sangat penting untuk
meningkatkan produktivitas kerja dan untuk
mengurangi kegiatan yang kurang produktif, melalui
penghargaan tenaga kependidikan dirangsang untuk
meningkatkan kinerja yang positif dan produktif.
Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan
dengan prestasi tenaga kependidikan secara terbuka,
sehingga setiap tenaga kependidikan memiliki peluang
untuk meraihnya, seperti yang dikemukakan oleh
Mulyasa (2003: 151) penggunaan penghargaan perlu
dilakukan secara tepat, efektif, dan efisien, agar tidak
menimbulkan dampak negatif.
41
Kepala sekolah yang mengerti kebutuhan
seorang guru, maka akan memberikan penyemangat
agar guru dapat meningkatkan kinerjanya, hal ini bisa
dilakukan dengan kenaikan jabatan, finansial, piagam.
Dan harus disesuaikan dengan tugas yang diberikan
serta hasil kerja guru tersebut, sebagaimana yang
diatur oleh Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen bahwa guru yang berprestasi,
berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas khusus
berhak memperoleh penghargaan.
f) Persepsi
Menurut Badudu (1990: 675) persepsi adalah
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
pancaindara, sedangkan Sarlito (1982: 76)
mengartikan persepsi sebagai daya mengenal obyek,
mengelompokkan, membedakan, memusatkan
perhatian, mengetahui dan mengertikan melalui panca
indra. Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim
kerja yang kondusif serta sekaligus akan
meningkatkan produktivitas kerja. Kepala sekolah
perlu menciptakan persepsi yang baik bagi setiap
tenaga kependidikan terhadap kepemimpinan dan
lingkungan sekolah, agar mereka dapat meningkatkan
kinerjanya.
Persepsi sangat berpengaruh terhadap kinerja
para gurunya, melaui komitmen yang diberikan kepala
sekolah terhadap guru maka akan tertanam atau
memunculkan tenaga pengajar yang berdedikasi tinggi
dalam menjalankan tugasnya. Guru akan merasa
42
dihargai hasil karyanya oleh kepala sekola, merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan kinerja guru
Dari upaya peningkatan kinerja guru yang
dilakukan oleh kepala sekolah di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembinaan disiplin tenaga
kependidikan, pemberian motivasi, penghargaan,
persepsi harus dilaksanakan dengan dukungan dari
kedua belah pihak.
2.4.1 Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB)/ Continous professional development (CPD) terdiri
dari serangkaian aktivitas reflektif yang dirancang
untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan,
pemaham-an, dan keterampilan seseorang. PKB
mendukung pemenuhan kebutuhan seseorang dan
meningkatkan praktik profesional mereka. PKB juga
bermakna cara setiap anggota asosiasi profesi
memelihara, memperbaiki, dan memperluas
pengetahuan dan keterampilan mereka dan
mengembangkan kualitas diri yang diperlukan dalam
kehidupan profesional mereka.
PKB mencakup gagasan bahwa individu selalu
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan profesional mereka di luar apa yang
mereka dapatkan dalam pelatihan dasar yang mereka
terima ketika pertama kali melakukan pekerjaan
tersebut.
43
Tujuan Utama dari pengembangan profesional
guru melalui PKB adalah peningkatan pembelajaran
siswa. Dalam buku 1 PKB menyampaikan bahwa
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini
penting karena berkaitan dengan :
(1) optimalisasi pelayanan terhadap klien dalam hal ini siswa; (2) bukti dari profesionalisme; (3)
prasyarat pekerjaan; (4) meningkatkan keterampil-
an kerja guru secara individual; (5) memperluas pengalaman guru untuk keperluan perkembangan
karir atau promosi;(6) mengembangkan pengetahu-
an dan pemahaman profesional guru secara individual; (7) meningkatkan pendidikan pribadi
atau pendidikan umum individu guru; (8) membuat
guru merasa dihargai; (9) meningkatkan rasa puas terhadap pekerjaan; (10) meningkatkan pandangan
positif mengenai pekerjaan; (11) memungkinkan
guru mengantisipasi dan bersiap untuk
menghadapi perubahan; (12) mengklarifikasi keseluruhan kebijakan sekolah atau departemen.
Sesuai dengan buku tersebut terdapat beberapa
prinsip Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB)/Continous Professional Development (CPD).
Beberapa prinsip dalam pelaksanaan PKB adalah: (1)
Berpengaruh penting terhadap kehidupan keprofesian;
(2) PKB harus menjadi bagian dari sekuens atau siklus
aktivitas yang lebih panjang yang akan mengarah pada
peningkatan keterampilan atau pengetahuan guru
untuk mendorong murid mencapai tingkat kinerja
yang lebih tinggi; (3) PKB harus membuat keluaran-
keluaran yang spesifik yang diharapkan akan dicapai
melalui aktivitas-aktivitas pengembangan profesional
dalam hal meningkatkan keahlian guru, praktik ruang
44
kelas, kemajuan murid, dan standar prestasi; (4) Para
pelaksana PKB harus memilih, merencanakan,
memonitor, dan mengevaluasi peluang-peluang PKB
dalam cara yang sistematik atau mengetahui sejauh
mana kebutuhan-kebutuhan pengembangan telah
dipenuhi; (5) PKB harus mencakup prosedur
monitoring untuk memverifikasi bahwa pengetahuan
dan keterampilan-keterampilan yang telah didapatkan
berhasil diterapkan dalam latar ruang kelas.
Kerangka dalam hal Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) harus memungkinkan : (1) guru,
sekolah, institusi-institusi pendidikan guru, dan para
pemangku kepentingan untuk memastikanadanya
pertumbuhan profesional para guru individual di
sepanjang karir mereka; (2) Guru, sekolah, institusi-
institusi pendidikan guru, dan para pemangku
kepentingan untuk merencanakan pengembangan
profesional bagi tujuan-tujuan sekolah, organisasional,
dan individual; (3) institusi-institusi pendidikan guru
untuk merencanakan keperluan program-program
pengembangan profesional yang sesuai dengan
pertumbuhan profesional dan kebutuhan karir para
guru; (4) Pemerintah untuk membuat kebijakan-
kebijakan bagi kelanjutan pendidikan guru dan
alokasi sumber daya untuk hal tersebut.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
yang baik tentunya akan menunjukkan karakteristik
tertentu. Dalam penerapan PKB terdapat beberapa
karakteristik PKB yang baik misalnya : (1) Setiap
45
aktivitas dalam PKB merupakan bagian dari
perencanaan jangka panjang yang koheren yang
memberi para partisipan peluang untuk menerapkan
apa yang telah mereka pelajari dalam praktik mengajar
mereka dan untuk mengembangkan praktik mereka
tersebut; (2) PKB direncanakan dengan visi yang jelas
mengenai efektivitas atau peningkatan praktik yang
ingin dicapai. Visi ini dibagi bersama di antara mereka
yang menjalani proses pengembangan dan mereka
yang memimpin atau mendukung proses
pengembangan tersebut. Perencanaan harus
menujukkan secara jelas keahlian, pemahaman, atau
teknik apa yang ingin ditingkatkan melalui aktivitas-
aktivitas PKB; (3) PKB memungkinkan peserta untuk
mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan
pemahaman yang praktis dan relevan serta dapat
diterapkan dalam peran mereka saat ini dan amsa
depan; (4) PKB harus disiapkan oleh orang yang
berpengalaman, berkeakhlian, dan berketerampilan;
(5) PKB didasarkan pada bukti-bukti terbaik yang
tersedia tentang praktik pembelajaran; (6)PKB
mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman
peserta; (7) PKB ditunjang oleh pembinaan atau
mentoring oleh teman sejawat yang berpengalaman
baik dari dalam sekolah itu sendiri maupun dari luar;
(8) PKB dapat menggunakan hasil observasi kelas
sebagai dasar pengembangan fokus PKB dan dampak
PKB; (9) PKB merupakan pemodelan pembelajaran
efektif dan pemodelan strategi pembelajaran; (10) PKB
memunculkan secara terus menerus rasa ingin tahu
46
dan kemampuan problem solving dalam kehidupan
sehari-hari di sekolah; (11) Dampak PKB terhadap
proses pembelajaran terus menerus dievaluasi dan
hasil evaluasi ini mengarahkan pengembangan
aktivitas profesional secara terus menerus.
Rancangan dalam pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB) yang baik harus didorong oleh
perhatian pada tujuan dan kinerja siswa. PKB yang
baik dibangun berdasarkan keterlibatan guru dalam
mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan dalam
membentuk peluang dan proses-proses pembelajaran,
berbasis sekolah dengan menekankan pembelajaran
yang melekat pada pekerjaan, bersifat kolaboratif dan
pemecahan masalah.
Kegiatan PKB berlangsung secara terus menerus
dengan didasarkan pada informasi yang kaya dengan
sumber informasi yang beragam untuk mengevaluasi
hasil, didasarkan pada pemahaman teoretik dan
memanfaatkan penelitian yang ada untuk
mengembangkan, mendukung, dan meningkatkan
pembelajaran. PKB adalah bagian dari proses
perubahan komprehensif yang menghubungkan
pembelajaran individual dan kolektif dengan isu-isu
dan kebutuhan organisasional.
47
2.4.2 Penyelenggaraan PKB (Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan)
Untuk melaksanakan PKB mungkin kita dapat
kembali merefleksi yang kita lakukan dalam PKB,
pengembangan keprofesian berkelanjutan perlu
dimanajemen (proses penentuan langkah-langkah
sistematis dan terpadu untuk pencapaian tujuan
secara produktif, berkualitas, efektif, dan efisien). Di
dalam manajemen tentu akan ada perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Pada pelaksanaan PKB sekolah sesuai dengan
buku pedoman PKB dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan sesuai dengan yang direncanakan.
Pengembangan guru di sekolah dapat mengambil
berbagai macam bentuk, seperti: (1) hari pelatihan
seluruh sekolah; (2) Induksi, mentoring, dan penilaian
guru secara individual; (3) Observasi kolega; (4)
Perencanaan dan evaluasi kolaboratif; (5) Evaluasi diri
sendiri
Sementara itu di luar sekolah, guru dapat
membangun jejaring dengan mengunjungi sekolah-
sekolah lain, menghadiri konferensi-konferensi,
menjalani pelatihan bersama dengan sekolah-sekolah
lain, mengikuti jejaring guru, dan terlibat dalam
asosiasi-asosiasi spesialis mata pelajaran, menghadiri
kursus singkat oleh penyedia kursus komersial dan
non-profit, kuliah untuk gelar yang lebih tinggi yang
divalidasi oleh universitas, berpartisipasi dalam
proses-proses pemeriksaan (misalnya menjadi
48
pemeriksa), belajar secara daring (online), terlibat
dalam kegiatan-kegiatan pertukaran.
Pengendalian adalah proses untuk memastikan
bahwa kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
yang direncanakan. Dalam kaitannya dengan
pengendalian PKB, maka sekolah harus membuat
standar kinerja, mengukur kinerja guru, membanding-
kan kinerja guru dengan standar yang telah
ditetapkan, mengambil tindakan korektif saat
terdeteksi penyimpangan. Guru bersama koordinator
PKB/mentor melakukan evaluasi terhadap pencapaian
peningkatan kinerja.
2.5 Kerangka Konseptual Penelitian
Mengacu pada kondisi riil di SMA Bina
Nusantara Semarang, kepala sekolah sudah
melakukan strategi dalam upaya meningkatkan
kualitas kinerja para gurunya, namun strategi
tersebut belum terlaksana dengan baik, hal ini dapat
di lihat pada pelaksanaan yang masih belum
memberikan hasil yang baik, yaitu kurangnya
memberikan pengawasan dan pengendalian terhadap
proses mengajar guru, sehingga sulit untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan guru yang harus
dibenahi, selain itu kepala sekolah juga belum optimal
dalam mengadakan pembinaan terhadap guru dan
dalam pengadaan fasilitas untuk menunjang proses
mengajar guru.
49
Selain kepala sekolah, guru melalui kinerja yang
dilakukan juga memiliki pengaruh dalam peningkatan
kualitas pendidikan, namun kenyataan yang
ditemukan, sebagian guru masih belum memenuhi
kompetensi mereka sebagai seorang guru, baik itu
kompetensi pribadi, profesional, sosial
kemasyarakatan. Seperti belum menguasai materi ajar
yang akan disampaikan di kelas sehingga
mengakibatkan ketidaksiapan guru dalam mengajar,
masih adanya guru yang menggunakan metode
ceramah (kurang kreatifnya guru), kedisiplinan kinerja
yang belum maksimal, kurang optimalnya guru dalam
mengajar, dan lain sebagainya.
Melihat berbagai kenyataan tersebut, hal ini
masih jauh untuk mencapai harapan sekolah, karena
dengan strategi dan upaya yang dilakukan untuk guru
yang diharapkan mampu melaksanakan kinerja
mereka dengan baik, efektif dan efisien masih belum
terlaksana dengan baik. Kondisi tersebut dapat
diakibatkan oleh beberapa sebab, salah satunya
adalah penerapan strategi yang masih butuh
pembenahan lebih lanjut. Pembenahan tersebut dapat
dilakukan dengan kepala sekolan melakukan
pembinaan lebih lanjut terhadap kinerja guru,
pembinaan disiplin tenaga kependidikan, pengendalian
dan pengawasan kinerja guru, pemberian motivasi,
penghargaan, serta membangun komitmen guru untuk
bekerja lebih baik.
50
Kerangka berpikir di atas dapat digambarkan
pada bagan sebagai berikut:
Input Proses
Output
Feedback
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Proses Penelitian
Kondisi Nyata
A. Strategi
Kepala Sekolah
1. Kurangnya pengawasan
2. Kurangnya pembinaan
3. Kurangnya fasilitas dalam pelaksanaan tugas guru
B. Kinerja guru 1. Kurangnya
optimal guru dalam mengajar
2. Ketidakdisiplinan guru dalam mengajar
3. Ketidaksiapan guru mengajar
4. Lemah penguasaan metode
Harapan Kinerja
guru yang
efisien
Masalah Belum
efektif-nya strategi Kepala Sekolah dalam mening-katkan kinerja
guru
Strategi
Pembinaan kinerja guru Pembinaan disiplin tenaga pendidik Pengendali-an dan pengawasan
kinerja guru Pemberian motivasi Pemberian penghargaan Membangun komitmen guru