Upload
phamtuyen
View
274
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Sistem Pengatur Gerak
Organ yang berperan dalam sistem pengaturan proses kordinasi pada gerak
adalah otak. Didalam serebrum (otak) terbagi menjadi dua bagian yaitu Hemisfer
Serebral (cerebral hemisphere). Secara umum hemisfer kanan mengontrol sisi kiri
tubuh dan hemisfer kiri mengatur sisi kanan tubuh (Carole dan Tavris, 2007).
Gambar 2.1 Hemisfer Serebral
Sumber: Biology Concepts and Connection, 2006
Belahan otak kiri berkenaan dengan kemampuan berfikir ilmiah, kritis,
logis dan linear, sedangkan belahan otak kanan berkenaan dengan fungsi-fungsi
yang non linear, non verbal, holistik, humanistik, dan bahkan mistik. Lahirnya
kreativitas dalam bentuk gagasan maupun karya nyata merupakan perpaduan
antara kedua belahan otak tersebut (Sherwood, 2012).
Serebelum berfungsi untuk mengawali dan mengatur gerakan, khususnya
gerakan yang terampil. Serebelum berfungsi sebagai pembanding antara
perencanaan motorik dan hasil dari motorik. Serebelum mengirim sinyal untuk
9
koreksi ke brain steam dan kortek motorik. Serebelum terdapat tiga divisi
fungsional yakni, vestiboserebelum, spinoserebelum, dan serebroserebelum.
Vestiboserebelum berfungsi untuk mengontrol dan mengkoordinasi otot-
otot aksial dan gerakan kepala dan mata, spinoserebulum berfungsi untuk
memberikan informasi motorik dan eksabilitas motor neuron, serebrosebelum
berfungsi untuk mengawali gerakan dan koordinasi otot (Lahunta dan Glass,
2009).
Sistem limbik berfungsi sebagai pusat pengatur adaptasi. Sistem limbik
meliputi thalamus, bagian yang terdapat diotak depan. Di bagian ini terjadi
persimpangan saraf-saraf sensorik yang masuk ke otak. Hipotalamus memiliki
efek yang sangat kuat pada hampir seluruh sistem visceral tubuh karena hampir
semua bagian dari otak berhubungan dengan hipothalamus, karena hubungan
tersebut maka hipothalamus dapat merespon rangsang psikologis dan emosional.
Hipothalamus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem limfatik, dan
merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju ke korteks otak
besar. Akson dari berbagai sistem indera berakhir pada hipothalamus (kecuali
sistem olfaction) sebelum informasi tersebut diteruskan ke korteks otak besar
(Handelman, 2006).
Hipothalamus berfungsi sebagai monitoring dan mengontrol berbagai
aktivitas dari tubuh yang sangat banyak amygdale, hippocampus,
neurontransmitter yakni zat kimia didalam otak yang berfungsi membawa pesan
antar sel saraf. Zat kimia ini diproduksi dalam sel-sel saraf yang ada diotak, ketika
pesan dari otak harus ditransmisikan ke bagian-bagian lain. Hampir seluruh
10
kegiatan otak memanfaatkan neurotransmitter untuk menyampaikan pesan
(Handelman, 2006).
Basal ganglia menghasilkan gerakan yang terampil dan terkoordinasi
dihasilkan dari kerja korteks motorik. Sebuah perencanaan motorik dibuat oleh
area promoter yang nantinya akan dieksekusi oleh area motorik primer. Gerakan
yang dihasilkan oleh motorik primer masih kasar, sehingga perlu dikontrol oleh
area promoter yang berhubungan dengan basal ganglia. Dengan peran dari basal
ganglia maka gerakan yang dihasilkan akan lebih terkontrol (Steiner dan Tseng,
2010).
Basal ganglia merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut beberapa
area disubcortical gray matter yang meliputi nukleus kaudatus, putamen, glubus ,
tallidus, nucleus subtalamikus, substansia nigra. Nukleus kaudatus dan putamen
menyusun striatum. Striatum merupakan reseptor utama basal ganglia yang
menerima input dari korteks serebri, sistem limbik, thalamus dan substansia nigra.
Input yang berasal dari korteks serebri merupakan eksitasi dan merupakan
proyeksi dari sensorik dan korteks motorik menuju ke putamen, dari prefrontal
korteks menuju ke nucleus kaudatus dan dari korteks limbic, amygdale menuju ke
ventral striatum. Basal ganglia memiliki sejumlah lintasan yakni: (1) dari striatum
ke glubus pallidus ke thalamus ke korteks dan ke striatum, (2) dari striatum ke
substansia nigra dan ke striatum, (3) dari glubus pallidus ke subthalamus dan
berakhir ke glubus pallidus (Groenewegen et al., 2009).
Input kortikal dari basal ganglia kebanyakan menggunakan
neurotransmitter glutamate. Striatum merupakan area diotak yang paling kaya
11
mengandung dua neurotransmitter yang penting dalam sistem saraf pusat yakni:
achetylcholine dan dopamine. Asetilkolin merupakan neurotansmiter pada synaps
dikebanyakan saraf sedangkan dopamine diproduksi di substansia nigra yang
disalurkan ke striatum melalui akson nigrostriatal, untuk bekerja pada striatum.
Apabila terjadi kerusakan pada susbtansia nigra, maka akan menyebabkan
penurunan level dopamine pada striatum. Aktivitas basal ganglia dimodulasi oleh
neuron dopamin di substansia nigra. Dopamin memiliki efek eksitasi pada neuron
striatal pada jalur langsung dan efek inhibisi pada jalur tidak langsung. Jalur
langsung terdiri dari putamen nucleus kaudatus dan striatum menghasilkan
inhibisi pada lobus pallidus dan sebagai konsekuensinya diinhibisi dari thalamus,
superor culikulus dan target lainnya.Jalur tidak langsung yang terdiri dari nukleus
subthalamik menghasilkan eksitasi dari output saraf dari lobus pallidus yang akan
meningkatkan inhibisi pada organ target (Bollam et al., 2005).
Basal ganglia berperan dalam motor kontrol dan tindakan otomatis dari
ketrampilan motorik yang bertindak dengan memfasilitasi penggunaan
perencanaan motorik. Basal ganglia tidak berfungsi untuk memulai gerakan,
namun berfungsi memodulasi pola gerakan yang telah dimulai pada level kortikal
(Groenewegen et al., 2009).
Kapsula interna adalah bagian otak yang terletak di antara nucleus
lentikularis dan nucleus kaudatus. Struktur ini adalah sekelompok saluran serat
termyelinasi, termasuk akson dari jaras piramidalis (pyramidal neuron) dan jaras
motorik ekstrapiramidalis atas (extrapyramidal upper motor neuron) yang
menghubungkan korteks ke badan sel dari jaras motorik yang lebih rendah.
12
Banyaknya akson yang berkumpul dalam kapsula interna, bagian ini disebut
sebagai leher botol serat (bottleneck of fibers). Ujung kapsula interna berakhir
dalam otak, tepat di atas otak tengah, namun akson-akson yang melewatinya terus
ke bawah melalui batang otak dan sumsum tulang belakang. Mereka turun melalui
batang otak dalam dua bundel besar yang disebut pedunkulus serebri atau krus
serebri (Wibowo, 2005).
Medula Oblongata adalah bagian dari otak belakang yang merupakan jalur
yang dilewati saat motorik dan sensorik neuron dari otak tengah dan otak depan
melakukan perjalanan melalui medula. Medula oblongata membantu dalam
mentransfer pesan antara berbagai bagian dari otak dan sumsum tulang belakang.
Medula oblongata terlibat dalam berbagai fungsi tubuh diantaranya koordinasi
gerakan tubuh. Pada medula spinalis terdapat substansia grisea berisi badan sel
saraf, yang merupakan sel saraf motorik dan serabut saraf sensoris (Wibowo,
2005).
Gambar 2.2 Bagian-bagian Otak Manusia
Sumber : Biology Concepts and Connections, 2006
13
2.1.2 Sistem Efektor Tangan
Efektor adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan, yaitu otot dan
kelenjar, baik kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin terutama dalam
pembahasan disini yang dimaksud adalah reaksi dari efektor tangan (Noback et
al., 2005).
Kerja otot dapat bergerak karena dipengaruhi oleh otot sadar berupa
tendon otot. Tendon otot merupakan jaringan ikat yang menghubungkan otot ke
tulang. Otot menggerakan tubuh dengan kontraksi terhadap kerangka. Ketika otot
mengkerut mereka bisa lebih pendek, dengan kontraksi otot menarik pada tulang
dan memungkinkan tubuh untuk bergerak. Otot hanya bisa berkontraksi tidak bisa
secara aktif memperpanjang, meskipun dapat bergerak kembali ke posisi netral
non-kontraksi. Untuk bergerak pasangan otot harus bekerja dalam arah
berlawanan. Setiap otot yang berpasangan bekerja terhadap yang lain untuk
memindahkan tulang pada sendi tubuh. Otot yang mengkerut menyebabkan sendi
menekuk disebut dengan fleksor. Otot yang berkontraksi yang menyebabkan sendi
untuk meluruskan disebut dengan ekstensor. Ketika salah satu otot berkontraksi
atau disebut juga agonis, otot lain dari pasangan ini selalu memanjang atau disebut
juga antagonis (Fitria, 2014).
2.1.3 Mekanisme Neurofisiologi Motorik
Perkembangan motorik sejajar dengan perkembangan sistem saraf dan
otot, sehingga kemampuan motorik sangat ditentukan oleh kematangan dalam
mengintegrasikan fungsi sistem tubuh terutama sistem saraf dan sistem pengatur
gerak (Yudanto, 2015). Gerakan tubuh yang terkoordinasi diatur oleh rangsangan
14
yang diterima dari reseptor (indera) kemudian rangsangan diterima oleh neuron
sensoris melalui sistem ekstrapiramidal yang menuju nukleus vestibularis yang
ada di batang otak atau medula oblongata kemudian menuju area serebelum
berfungsi mengawali dan mengatur gerakan khususnya gerakan yang terampil.
Gerakan yang terampil dan terkoordinasi dihasilkan oleh korteks motorik setelah
dari area serebelum, neuron sensoris sebelum ke korteks motorik menuju ke area
perencanaan motorik yaitu basal ganglia (Clikenan dan Ellison, 2009).
Basal ganglia berperan menghasilkan gerakan yang lebih terkontrol setelah
diproses akan kembali lagi menuju medulla oblongata yang menghasilkan neuron
motorik melalui sistem piramidal diawali pada korteks motorik, impuls gerakan
yang diinginkan diteruskan menuju bagian posterior kapsula interna. Kapsula
interna meneruskan impuls kepada medula oblongata, impuls dari medulla
oblongata diteruskan menuju medulla spinalis substansi grisea bagian integral dari
neuron motorik, respon kembali diteruskan menuju ujung-ujung akson yaitu
efektor yang akhirnya menjadi satu gerakan yang diinginkan (Sherwood, 2012).
2.2 Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik merupakan mielinisasi pada traktus
kortikospinalis, traktus pyramidal dan traktus kortikobulbar. Traktus pyramidal
berawal dari kortek motorik dan premotorik selanjutnya terhubung ke basal
ganglia, melewati medula oblongata, dan turun ke bagian lateral medula spinalis.
Myelin sangat penting untuk kecepatan hantaran rangsangan melalui sel saraf(
Soetjinininsih dkk, 2013).
15
Perkembangan motorik berasal dari unsur kematangan dan pengendalian
gerakan tubuh yang berkaitan dengan perkembangan pusat motorik di otak.
Menurut Hurlock (2005) mengatakan bahwa perkembangan motorik adalah
melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang berkoordinasi.
Perkembangan motorik dapat diartikan sebagai kegiatan terkoordinir antara
susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Proses perkembangan sejalan dengan
bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan
inidvidu meningkat dari gerakan yang sederhana, tidak terorganisir, dan tidak
terampil kearah penguasaan ketrampilan motorik yang kompleks (Wijil
Yuningtias, 2012).
Perkembangan motorik dibagi menjadi dua yaitu perkembangan motorik
kasar dan perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik kasar melibatkan
otot-otot besar, meliputi perkembangan gerakan kepala, badan , anggota badan,
keseimbangan dan pergerakan. Perkembangan motorik halus adalah koordinasi
halus yang melibatkan otot-otot kecil yang dipengaruhi oleh matangnya fungsi
motorik, fungsi visual yang baik, dan kemampuan intelek nonverbal(
Soetjiningsih dkk, 2013).
2.2.1 Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan pada anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) anak
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2013). Menurut Whalley &
Wong (2000) perkembangan pada anak merupakan bertambah sempurnanya
16
fungsi alat tubuh anak yang dapat dicapai melalui proses kematangan
pertumbuhan dan proses belajar anak.
Nursalam dkk (2005) mengatakan bahwa perkembangan motorik halus
adalah kemampuan untuk mengamati bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil
yang memerlukan koordinasi antara jari-jari , tangan, dan mata secara cermat serta
tidak memerlukan banyak tenaga. Motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara saraf, otot,
otak dan spinal cord (Endah, 2008).
2.2.2 Prinsip Perkembangan
Beberapa penelitian dilakukan pada sekelompok bayi dan anak-anak
diteliti dalam peroide tertentu untuk melihat kapan tepatnya tingkah laku motorik
muncul dan menghilang dan apakah tingkah laku tersebut sama untuk anak lain
yang umurnya sama. Dari penelitian tersebut didapatkan lima prinsip penting
perkembangan motorik antara lain (Soetjiningsih, 2013):
1) Perkembangan motorik tergantung pada maturasi saraf dan otot.
Perkembangan aktivitas motorik yang berbeda, sejalan dengan
perkembangan area sistem saraf yang berbeda. Hal ini dikarenakan
pusat saraf perifer yang terletak di medula spinalis lebih dulu
berkembang pada saat lahir dibandingkan saraf pusat yang ada diotak.
pada saat lahir, refleks lebih dulu muncul daripada gerakan volunteer.
Refleks berguna untuk mempertahankan hidup seperti refleks
mengisap, menelan, berkedip, refleks tendon patella, dan knee jerk.
Serebelum berfungsi mengontrol keseimbangan, berkembang cepat
17
pada satu tahun pertama. Serebri khusunya pada lobus frontal
berfungsi mengontol gerakan ketrampilan.
2) Belajar ketrampilan motorik tidak bisa terjadi sampai anak siap secara
matang. Tidak ada gunanya mengajarkan gerakan ketrampilan anak
sebelum sistem saraf dan otot berkembang dengan baik tidak untuk
anak.
3) Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diprediksi.
Perkembangan motorik mengikuti arah hukum perkembangan. Arah
perkembangan anak berlangsung secara sefalokaudal dan
proksimaldistal, perubahan dari gerakan menyeluruh menuju ke
aktivitas yang spesifik.
4) Pola perkembangan motorik dapat ditentukan.
Anak akan belajar duduk sebelum berjalan dan tidak mungkin arahnya
dibalik.
5) Kecepatan perkembangan motorik berbeda pada setiap individu.
Perkembangan motorik mengikuti suatu pola yang sama tetapi umur
untuk mencapai tahap-tahap perkembangan tersebut berbeda untuk
setiap individu. Misalnya, umur pencapaian anak untuk bisa duduk
sendiri, berbeda-beda pada setiap anak.
2.2.3 Kemampuan Motorik Halus Anak
Menurut Adriana (2011) mengatakan karakteristik ketrampilan motorik
halus anak dapat dijelaskan sebagai berikut:
18
a. Usia 4 tahun
Kemampuan anak pada usia empat tahun koordinasi motorik halus
anak secara substansial sudah mengalami peningkatan dan geraknya
sudah mulai lebih cepat bahkan cenderung ingin sempurna. Ditandai
dengan menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar
mengikuti garis, dapat memasang sepatu tetapi belum mampu
mengikat tali sepatu, dapat menggambar dan menyalin bentuk kotak,
garis silang, atau segitiga.
b. Usia 5 tahun
Kemampuan anak pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak
sudah lebih sempurna. Ditandai dengan mengikat tali sepatu,
menggunakan gunting dan pensil dengan baik, menggambar meniru
gambar permata dan segitiga, menambahkan 7-9 bagian dari gambar
garis, mencetak beberapa huruf, angkat atau kata, seperti nama
panggilan.
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
(Adriana, 2011) sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak sebagai
berikut:
19
1) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi anak perempuan akan berkembang lebih cepat
dibandingkan dengan anak laki-laki. Akan tetapi setelah melewati
masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki lebih cepat daripada
anak perempuan.
2) Genetik
Faktor genetik adalah bawaan anak yang diwariskan dari orang
tuanya yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Adanya
beberapa kelainan genetik dapat mempengaruhi tumbuh kembang
anak. Contohnya seperti kerdil.
3) Kelainan Kromosom
Kelainan kromosm umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindrom Down’s dan sindrom Tunner’s.
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal yang mempengaruhi perkembangan anak
dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor prenatal, persalinan dan
pascapersalinan.
1) Faktor prenatal
a. Zat Kimia/Toksin
Beberapa obat seperti Aminopterin atau Thalidomid dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.
20
b. Radiasi
Paparan radiasi dan sinar rontgen dapat menyebabkan kelainan
pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongenintal mata, serta
kelainan jantung.
c. Infeksi
Infeksi pada kehamilan trimester I dan II karena TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Citomegalo virus, Herpes Simpleks)
menyebabkan kelainan pada janin seperti buta , katarak , bisu tuli,
mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung congenital.
d. Kelainan Imunologi
Eritroblastosis fetalis timbul karena perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel
darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam
peredaran darah janin yang akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubin dan kernikterus yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
e. Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi
plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan yang terjadi pada bayi seperti trauma kepala
dan asfiksia yang menyebabkan kerusakan otak.
21
3) Faktor pascapersalinan
a. Nutrisi
Nutrisi adalah komponen penting dalam proses tumbuh
kembang, masa ini anak sangat membutuhkan zat dalam makanan
yang baik agar prose tumbuh kembang tidak terhambat.
b. Penyakit kronis atau kelainan kongenital
Tuberculosis, anemia dan kelainan jantung bawaan dapat
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c. Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan merupakan tempat anak untuk hidup dan
melangsungkan proses tumbuh kembang yang berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak. sanitasi lingkungan yang kurang
baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif dan zat
kimia lainnya yang berdampak negative terhadap proses tumbuh
kembang anak.
d. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang
tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang merasa selalu
ditekan atau tertekan akan mengalami hambatan dalam proses
tunbuh kembang anak.
e. Status sosial dan ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh berkaitan dengan
kesenjangan ekonomi yang berdampak pada pemenuhan gizi yang
22
kurang, kesehatan lingkungan yang buruk, serta pendidikan yang
rendah dapat menyebabkan ketidaktahuan mengenai pentingnya
kesehatan atau pemenuhan gizi yang dapat menghambat proses
tumbuh kembang anak.
f. Stimulasi
Proses tumbuh kembang yang terjadi memerlukan stimulasi
atau rangsangan, yang khususnya dilakukan dalam keluarga,
seperti penyedian mainan yang mendukung perkembangan anak,
sosialiasi anak serta keterlibatan ibu beserta anggota keluarga
terhadap kegiatan anak.
2.2.5 Gangguan Perkembangan
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Salah satu penyebabnya kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskuler. Anak
yang mengalami serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan
motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan
sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan
keterbatasan dan keterlambatan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas,
athetosis, ataksia, atau hipotonia. Penyakit neuromuskuler seperti muskuler
distrofi merupakan gangguan perkembangan motorik yang selalu didasari adanya
penyakit tersebut. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi keterlambatan,
anak yang tidak mempunyai kesempatan belajar seperti sering digendong dapat
mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik (Adriana, 2011).
23
2.3 Konsep Bermain
2.3.1 Pengertian Bermain
Bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak.
Bermain tidak hanya sekadar mengisi waktu tetapi juga merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makanan, perawatan, perhatian, kasih sayang dan sebagainya.
Kemampuan intelektual (daya pikir) anak dikembangkan melalui kegiatan
bermain. Menurut tokoh-tokoh pendidikan anak-anak, seperti : Plato, Aristoteles,
Frobel, Hurlock dan Spencer (Putri, 2014) bermain adalah suatu upaya anak untuk
mencari kepuasan, mencari kesenangan dengan melepaskan segala keinginannya
yang tidak dapat tersalurkan, seperti keinginan untuk menjadi presiden,
raja,permaisuri dan lain-lain. Bermain sebagai kegiatan mempunyai nilai praktis.
Artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan ketersmpilan dan
kemampuan tertentu pada anak.
Permainan adalah stimulasi yang baik bagi anak. Memberikan variasi
permainan dan akan sangat baik jika orang tua ikut terlibat dalam permainan,
yaitu melalui kegiatan bermain, sehingga daya pikir anak terangsang untuk
mendaya gunakan aspek emosional, sosial, serta fisiknya. Bermain juga dapat
meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman dan pengetahuannya, serta
berkembang keseimbangan mental anak.
2.3.2 Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain yaitu merangsang perkembangan senosrik-motorik
anak, perkembangan dalam sosialisasi, perkembangan kreativitas, perkembangan
24
moral, perkembangan kesadaran diri, dan bermain digunakan sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1998).
Menurut Eliasa (2008) fungsi bermain diantaranya sebagai berikut:
1. Bermain dan kemampuan intelektual
a. Merangsang perkembangan kognitif
Dengan permainan sensorimotor, anak akan mengenal permukaan
lembut,kasar, halus, atau kaku, sehingga meningkatkan kemampuan
abstrak (imajinasi, fantasi) dan mengenal konstruksi, besar-kecil, atas-
bawah, penuh-kosong. Melalui permainan dapat menghargai aturan,
keteraturan dan logika.
b. Membangun struktur kognitif
Melalui permainan, anak akan memperoleh informasi lebih banyak
sehingga pengetahuan dan pemahamannya lebih kaya dan lebih dalam.
Bila informasi baru ini ternyata beda dengan yang selama ini
diketahuinya, anak mendapat pengetahuan yang baru. Dengan
permainan striktur kognitif anak lebih dalam, lebih kaya dan lebih
sempurna.
c. Membangun kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi,
mengelompokan, mengurutkan, mengamati, menentukan hubungan
sebab akibat, menarik kesimpulan. Permainan akan mengasah
kepekaan anak akan keteraturan, urutan dan waktu juga meningkatkan
kemampuan logika
25
d. Belajar memecahkan masalah
Permainan memungkinkan anak berthan lama menghadapi
kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapi dipecahkan. Proses
pemecahan masalah ini mencakup imajinasi aktif anak-anak yang akan
mencegah kebosanan (merupakan pencetus kerewelan pada anak ).
e. Mengembangkan rentang konsentrasi
Apabila tidak ada konnsentrasi atau rentang perhatian yang lama,
seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain. Ada yang
dekat antara imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi
membantu meningkatkan konsentrasi. Anak tidak imajinatif memiliki
rentang perhatian atau konsentrasi yang pendek dan memiliki
kemungkinan besar untuk berprilaku lain dan mengacau.
2. Bermain dan perkembangan bahasa
Bermain merupakan laboraturium bahasa untuk anak. Didalam
bermain, anak-anak bercakap-cakap dengan teman yang lain,
berargumentasi, menjelaskan dan meyakinkan kosa kata yang dikuasai
anak-anak dapat meningkat karena mereka menemukan kata-kata baru.
3. Bermain dan perkembangan sosial
a. Meningkatkan sikap sosial
Ketika bermai, anak-anak harus memperhatikan cara pandang
lawan bermainnya, dengan demikian akan mengurangi
egosentrisnya. Dalam permainan anak-anak dapat mengetahui
bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan hak dan peduli
26
akan hak orang lain. Anak juga dapat belajar bagaimana sebuah tim
dan semangat tim.
b. Belajar berkomunikasi
Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus mengerti
dan dimengerti oleh teman-temannya. Melalui permainan anak-
anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya juga
mendengarkan pendapat orang lain.
c. Belajar berorganisai
Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda,
oleh karena itu dalam permainan anak-anak dapat belajar
berorganisasi sehubungan dengan penentuan “siapa” yang akan
menjadi “apa”. Dengan permainan anak-anak dapat belajar
bagaimana membuat peran yang harmonis dan melakukan
kompromi.
4. Bermain dan perkembangan emosi
Bermain merupakan pelampian emosi dan juga relaksasi.fungsi
bermain untuk perkembangan emosi:
a. Kestabilan emosi
Ada tawa, senyum, dan ekspresi kegembiraan lain dalam bermain.
Kegembiraan yang dirasakan bersama mengarah pada kestabilan
emosi anak.
27
b. Rasa kompetensi dan percaya diri
Bermain menyediakan kesempatan pada anak-anak mengatasi
situasi. Kemampuan ini akan membentuk rasa kompeten dan
berhasil. Perasaan mampu ini pula dapat mengembangkan percaya
diri anak-anak. Selain itu anak- anak dapat membandingkan
kemampuan pribadinya dengan temannya sehingga dia dapat
memandang dirinya lebih wajar (mengembang konsep diri yang
realistis).
d. Menyalurkan keinginan
Didalam bermain anak-anak dapt menentukan pilihan ingin
menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi ikan, bisa menjadi
komandan.
5. Bermain dan perkembangan fisik
a. Mengembangkan kepekaan penginderaan
Dengan bermain, anak-anak dapat mengenal berbagai tekstur:
Halus, kasar, lembut, mengenal bau, mengenal rasa dan mengenal
warna.
b. Mengembangkan keterampilan motorik
Dengan bermain seorang anak dapat mengembangkan kemampuan
motorik seperti berjalan, berlari, melompat, bergoyang,
mengangkat, menjinjing, melempar, menangkap, memanjat,
berayun dan menyeimbangkan diri. Selain itu, anak dapat belajar
merangkai, menyusun, menumpuk, mewarnai dan menggambar.
28
6. Bermain dan kreatifitas
Dalam bermain anak-anak dapat berimajinasi sehingga dapat
meningkatkan daya kreatifitas anak-anak. Adanya kesempatan untuk
berfikir antara batas-batas dunia nyata menjadikan anak-anak dapat
mengenal proses berfikir yang lebih kreatif yang akan sangat berguna
dalam kehidupan sehari-hari.
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain Anak
Menurut Supartini (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak
dalam bermain yaitu:
1. Tahap perkembangan anak. Aktivitas bermain yang baik dilakukan
anak yaitu harus sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan
anak, karena permainan merupakan salah satu alat stimulasi untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak. Untuk dapat melakukan suatu permainan
diperlukan energi, namun bukan berarti anak tidak perlu bermain pada
saat anak sedang sakit.
3. Jenis Kelamin anak. Semua jenis alat permainan dapat digunakan oleh
anak laki-laki maupun anak perempuan untuk mengambangkan daya
pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan sosial anak. Permainan
dapat dijadikan salah satu alat untuk membantu anak mengenal
identitas diri (laki-laki atau perempuan).
29
4. Lingkungan yang mendukung. Berperan dalam pola bermain anak
dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak dalam bermain.
5. Alat dan jenis permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak agar apa yang didapat anak dari kegiatan bermain tersebut dapat
diaplikasikan ke dalam dirinya.
2.4 Bermain Origami
2.4.1 Pengertian
Origami adalah teknik dalam berkarya seni atau kerajinan tangan yang
pada umumnya dibuat dari kertas yang menghasilkan aneka bentuk mainan,
hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya (Sumanto, 2006). Kata
origami berasal dari bahasa Jepang, dari kata oru yang berarti melipat dan kami
yang berarti kertas. Kedua kata tersebut digabungkan menjadi origami yang
berarti melipat kertas.
Bahan yang digunakan dalam origami adalah kertas. Kertas yang
digunakan untuk origami antara lain tipis, kuat, tidak mudah robek, dan tidak sulit
dilipat. Origami terdiri dari atas dua jenis model yaitu model tradisional dan
model orisinal. Model tradisional adalah model yang popular atau umum dan
biasanya tidak dikenal siapa yang mendesain pertama kali serta jumlahnya sangat
banyak. Untuk model orisinal merupakan karya-karya kontemporer buatan para
pelipat kertas dan dicantumkan nama pembuatnya sebagai hak cipta (Putri, 2014).
Adapun tujuan dari kegiatan melipat kertas (origami) yang dikemukakan
oleh Sri Setiani (2007) adalah sebagai berikut: a) Melatih konsentrasi dan ingatan
30
anak ; b) Melatih pengamatan; c) Mengembangkan ekspresi melalui media lukis;
d) Mengembangkan fantasi, imajinasi, dan kreasi; e) Melatih otot-otot tangan/jari,
koordinasi otot, mata, dan keterampilan tangan; f) Memupuk perasaan estetika; g)
Memupuk ketelitian, kesabaran, dan kerapian.
Gambar 2.3 Kertas Origami
Sumber : Mulyati, 2014
2.4.2 Jenis Origami
Origami mempunyai tiga tingkatan dilihat dari bentuk lipatannya, yaitu
dimulai dari tingkatan dasar, menengah, dan lanjutan (Putri, 2014).
1. Tingkatan Dasar (Basic)
Tingkatan dasar ditujukan untuk para pemula. Tingkatan dasar, bentuk
lipatan masih sangat sederhana dan bentuk-bentuk origami hany sebatas
bentuk awal untuk membentuk sesuatu. Ada beberapa contoh lipatan
dasar, yaitu: lipatan dasar bentuk burung, lipatan dasar bentuk kodok,
lipatan dasar bentuk ikan.
2. Tingkatan menengah (intermediate)
Tingkat menengah anak-anak akan dilatih tentang keutamaan dalam
melipat. Dimana pada tingkat menengah ketelitian sudah mulai untuk
dipergunakan karena bentuk lipatan yang sederhana namun mulai lebih
31
komplek dan lebih mendetail. Bentuk kupu-kupu merupakan bentuk yang
sangat sering dibuat dalam tingkat menengah ini.
3. Tingkat Lanjutan (advanced)
Pada tingkat lanjutan, jenis lipatan menjadi sangat sulit karena bentuk-
bentuk yang dibuat tidak lagi mengacu pada bentuk-bentuk yang biasa
seperti kupu-kupu yang berada pada tingkat menengah, akan tetapi dalam
bentuk robot, naga ataupun bentuk yang lain sangat beragam dan
mempunyai tingkat kesulitan yang sangat tinggi.
Gambar 2.4 Contoh Origami
Sumber : Mulyani, 2014
Berdasarkan pembelajaran bagi anak usia dini tingkat kesulitan melipat
dikelompokkan berdasarkan usia. Untuk usia 2-3 tahun anak diharapkan dapat
melipat kertas sembarangan. Usia 3-4 tahun anak diharapkan dapat melipat kertas
dengan berbagai bentuk atau tidak beraturan. Pada tahap ini anak diberi kebebasan
untuk melipat dengan sesuka hati mereka. Usia 4-5 tahun anak diharapkan dapat
melipat kertas lebih dari satu lipatan. Pada usia ini anak sudah mampu mengikuti
petunjuk sederhana. Untuk usia 5-6 tahun anak diharapkan dapat melipat kertas
sampai menjadi suatu bentuk (Origami). Penilaian untuk anak usia dini
32
menekankan pada proses daripada hasil. Hasil evaluasi yang diberikan oleh
pendidik anak usia dini seabaiknya tidak hanya dinilai dari karya anak namun
lebih kepada bagaimana anak tersebut berusaha untuk menghasilkan karya.
2.4.3 Manfaat
Manfaat origami untuk motorik halus adalah dapat mengasah kemampuan
motorik halus melalui keterampilan jari-jemari anak saat melipat kertas ketika
kedua tangan bergerak, gerakan jari-jari otot tangan mengirimkan sinyal ke sistem
saraf pusat memicu neuron melalui tangan (implus motorik halus) mengaktifkan
bagian otak (Shalev, 2005).
Menurut Hirai (2001) bermain origami dapat mengaktifkan otak depan,
dimana bermain origami adalah sebuah kegiatan yang menggerakan tangan sambil
berfikir untuk menghasilkan sesuatu. Selain menyenangkan, origami memiliki
banyak manfaat lain, diantaranya dapat meningkatkan kreativitas dan motorik
halus anak. Membuat origami membutuhkan ketelitian dan imajinasi sehingga
saraf otak akan bekerja dengan baik yang akan berdampak positif bagi
perkembangan otak anak usia prasekolah (Kobayashi, 2008). Menurut Rahmawati
(2012) bermain origami dengan waktu terapi 4 kali pertemuan selama 30 menit
menggunakan 6 macam bentuk origami mengaktifkan otak kanan dan otak kiri
anak.
2.4.4 Mekanisme Permainan Origami Terhadap Perkembangan Motorik
Halus
Gerakan jari-jari otot tangan dan pergelangan tangan yang dilakukan pada
saat melipat akan mengaktifkan sel-sel dalam otak. Ketika kedua tangan bergerak,
33
gerakan pada otot tangan akan mengirimkan sinyal ke sistem saraf pusat yang
memicu neuron melalui tangan mengaktifkan bagian otak (Kobayashi,2008).
Gerakan tubuh yang terkoordinasi diatur oleh rangsangan yang diterima dari
reseptor (indera) kemudian rangsangan diterima oleh neuron sensoris melalui
sistem ekstrapiramidal yang menuju nukleus vestibularis yang ada di batang otak
atau medula oblongata kemudian menuju area serebelum berfungsi mengawali
dan mengatur gerakan khususnya gerakan yang terampil. Gerakan yang terampil
dan terkoordinasi dihasilkan oleh korteks motorik setelah dari area serebelum,
neuron sensoris sebelum ke korteks motorik menuju ke area perencanaan motorik
yaitu basal ganglia (Clikenan dan Ellison, 2009).
2.5 Mewarnai
2.5.1 Pengertian
Pengertian mewarnai secara umum adalah membubuhkan warna atau cat
pada suatu gambar. Mewarnai gambar adalah kegiatan yang menyenangkan serta
mudah dilakukan. Mewarnai memiliki banyak manfaat selain melatih kelenturan
motorik halus juga mengembangkan daya imajinasi anak.
2.5.2 Media yang digunakan
Anak prasekolah senang berpartisipasi dalam aktivitas gerak ringan seperti
menggambar, mewarnai, melukis, memotong, dan menempel (Morrison, 2012).
Anak prasekolah termasuk anak dengan kelompok yaitu usia 4-6 tahun yang
menyukai kegiatan mewarnai menggunakan bahan yang beraneka ragam.
Kegiatan mewarnai gambar merupakan kegiatan mewarnai yang dilakukan
34
menggunakan berbagai macam media seperti krayon, spidol, pensil warna dan
pewarna makanan. Tujuan pemberian berbagai macam media yang digunakan
dalam mewarnai adalah mengenalkan macam alat yang dapat digunakan untuk
mewarnai serta mengenalkan berbagai macam warna.
Gambar 2.5 Contoh Pola Gambar Mewarnai
Sumber : Musta’in, 2014
2.5.3 Manfaat
Manfaat kegiatan mewarnai adalah dapat melatih motorik halus pada anak
yang melibatkan otot-otot kecil dan kematangan saraf, memberikan sensasi pada
jari sehingga dapat merasakan kontrol gerakan jari dan membentuk konsep
gerakan membuat huruf.
Dibutuhkan kekuatan dari jari-jari tangan ketika anak melakukan kegiatan
mewarnai. Tanpa adanya penekanan maka garis-garis tangan tak akan terbentuk.
Secara tak langsung hal ini akan membuat otot-otot jari dan tangan anak anak
semakin kuat. Pada saat melakukan kegiatan mewarnai sangat diperlukan
konsentasi dan ketelatenan, maka koordinasi antara tangan dan mata sangat
dibutuhkan agar mendapatkan hasil yang baik.
35
2.5.4 Mekanisme Mewarnai Terhadap Perkembangan Motorik Halus
Pemberian stimulus berupa mewarnai akan masuk melalui penginderaan
tangan dan mata untuk membedakan warna, diteruskan oleh serabut saraf sensoris
menuju saraf pusat yaitu medulla spinalis dan otak, kemudian terjadi persepsi dan
diteruskan melalui efektor ke arah saraf somatic menuju korteks cerebri yang
mengendalikan kegiatan motorik (Khasanah, 2015). Gerakan pada mewarnai
melibatkan otot yakni m.fleksor digitorum profundus, m. fleksor superficial, m,
fleksor pollicis longus, m. fleksor pollicis brevis, m. opponens pollicis dan abduksi
pollicis brevis pada ibu jari (Fitri,2011).
2.6 Pemeriksaan Motorik Halus
Pemeriksaan Motorik Halus dilakukan untuk mengukur kemampuan
motorik halus. Tes yang dapat digunakan untuk mengukur perkembangan motorik
halus anak banyak berbagai jenis contohnya menggunakan Bayley Scales of Infant
Development (BSID), Bruiniks-Oseretsky Test of Motor Proficiency (BOTMP),
Basic Motor Ability Test-Resived (BMAT-R), Denver Development Screening
Test (DDST II). Pemeriksaan motorik halus yang digunakan yaitu Tes
Kemampuan Motorik Halus yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
motorik halus sebelum dan sesudah diberikan intervensi (Depdiknas, 2004).
36
Tabel 2.6 Lembar Penilaian Tes Kemampuan Motorik Halus
Nama :
Umur :
No Kemampuan
Motorik Halus Indikator
Keterangan
Sebelum Sesudah
1 Melipat a. Siswa dapat melipat jari tangan satu
persatu
b. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke
ujung telunjuk
c. Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke
ujung jari tengah
d.Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke
ujung jari manis
e.Siswa dapat menyentuh ujung ibu jari ke
ujung kelingking
f. Siswa dapat menekuk 3 ruas jari tangan
hingga ujungnya menyentuh pangkal jari
2 Menggenggam a. Siswa dapat menggenggamkan jari-jari
tangan
b. Siswa dapat membuka satu persatu jari
tangan yang sedang menggenggam
3 Mengurus diri a. Siswa dapat melakukan aktivitas makan
b. Siswa dapat melakukan aktivitas
memasang kancing baju
c. Siswa dapat melakukan aktivitas mencuci
dan melap tangan
d.Siswa dapat mengikat tali sepatu
4
Kelincahan
a. Siswa dapat membuat berbagai bentuk
dengan menggunakan plastisin
b. Siswa dapat meniru membuat garis tegak
c. Siswa dapat meniru membuat garis datar
d. Siswa dapat meniru membuat garis
miring
e. Siswa dapat membuat garis lengkung
f. Siswa dapat meniru membuat lingkaran
37
g. Siswa dapat meniru melipat kertas
sederhana 7 lipatan
h. Siswa dapat menyusun menara kubus
minimal 12 kubus
Pelaksanaan penelitian menggunakan skala nilai dengan kriteria sebagai
berikut ( Samosir, 2015) :
a). Sangat Baik : skor 85-100
b). Baik : skor 70- 84
c). Sedang : skor 55- 69
d). Kurang : skor 30- 54
e). Sangat Kurang : skor < 30
Tiap item soal memiliki nilai 1 sampai dengan 5, adapun penjelasannya
sebagai berikut ( Samosir, 2015) :
a) Nilai 1 : Belum dapat melakukan dan hasil tidak sesuai kriteria
b) Nilai 2 : Belum dapat melakukan walaupun sudah dibantu
c) Nilai 3 : Dapat melakukan tetapi hasil tidak sesuai kriteria
d) Nilai 4 : Dapat melakukan tetapi hasilnya kurang sesuai kriteria
e) Nilai 5 : Hasil sesuai kriteria