Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian bola basket
Menurut Wissel (2002: 1), “Bolabasket adalah olahraga untuk semua
orang. Untuk menjadi seorang pemain bolabasket yang lengkap sangat vital
menguasai tembakan lay up, tembakan loncat, tembakan kaitan dan quick
release set shot. (Hoy dan Carter, 2002: 13). Permainan bola basket
dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari lima orang tiap tim
dengan luas lapangan permainan 28 m X 15 m dapat terbuat dari lantai, ubin,
serta papan baik di lapangan outdoor atau indoor. Setiap regu berusaha
mencetak angka ke basket lawan dan mencegah regu lain mencetak angka
(PERBASI, 2004: 1). Menurut Imam Sodikun (2004: 8) bolabasket
merupakan olahraga permainan yang menggunakan bola besar, dimainkan
dengan tangan, bola boleh dioper (dilempar ke teman), boleh dipantulkan ke
lantai (ditempat atau sambil berjalan) dan tujuannya adalah memasukkan bola
ke basket lawan Daya tarik olahraga bolabasket mampu memukau para
penontonnya.
Adanya gerakan-gerakan pemain bolabasket yang jarang dikuasai oleh
pebasket muda tetapi biasa ditampilkan oleh pemain-pemain di kompetisi
yang lebih tinggi, Membuat olahraga bolabasket mulai digemari di
masyarakat terutama para remaja. Olahraga bolabasket di Indonesia
merupakan olahraga prestasi yang sangat diminati oleh kalangan 7 pelajar,
banyak sekali kejuaraan bolabasket yang diselenggarakan di tingkat SMA
6
maupun perguruan tinggi.Untuk mendapatkan prestasi terbaik, diperlukan
adanya pembinanan prestasi yang terencana dan terprogram baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Perlu diadakan usaha-usaha pembinaan yang
intensif baik secara teknik dan mental agar mampu menciptakan olahragawan
bolabasket yang berkualitas.
2.2 Pengertian daya ledak otot
Daya ledak adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba-
tiba dan cepat dengan mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang
singkat (Nala, 2011). Daya ledak juga merupakan hasil kali antara kekuatan
dan kecepatan (Sukadiyanto, 2005). Daya ledak dipengaruhi oleh kekuatan
dan kecepatan yang berupa kekuatan kontraksi otot dan kecepatan rangsangan
syaraf. Usaha untuk meningkatkan daya ledak dapat dilakukan dengan cara:
meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau titik beratnya
pada kekuatan, meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau
titik beratnya pada kecepatan, serta meningkatkan keduanya sekaligus,
kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan. Daya ledak ini sering pula
disebut kekuatan eksplosif, ditandai adanya gerakan atau perubahan yang
tiba-tiba yang cepat dimana tubuh terdorong ke atas atau vertikal baik dengan
cara melompat (satu kaki menapak) ataupun meloncat (dua kaki menapak)
atau ke depan (horisontal, lari cepat, lompat jauh) dengan mengerahkan
kekuatan otot maksimal.
7
Daya ledak merupakan komponen yang penting untuk melakukan
aktivitas yang berat seperti : melempar, memukul, melompat, dan sebagainya.
Jadi semua usaha maksimal yang eksplosif bergantung secara langsung pada
daya ledak. Sesuai dengan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di
atas, dapat dikatakan bahwa ada dua komponen penting dalam daya ledak,
yaitu kekuatan otot dan kecepatan kontraksi otot dalam mengerahkan tenaga
maksimal untuk mengatasi tahanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan dalam waktu
singkat. Daya ledak sesuai spesifikasinya dibagi menjadi 4 yakni : 1) daya
ledak explosif (explosive power), 2) daya ledak cepat (speed power), 3) daya
ledak kuat (strength power), dan 4) daya ledak tahan lama (endurance power)
(Nala, 2011).
Ditinjau dari beban yang dihadapi, daya ledak dibedakan menjadi : 1)
daya ledak absolut, kekuatan digunakan untuk mengatasi suatu beban luar
yang maksimum, 2) daya ledak relatif, kekuatan yang digunakan untuk
mengatasi beban dalam berupa berat badan sendiri (Berger, 2002).
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi daya ledak otot
Pada umumnya daya ledak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal (Berger, 2002). Faktor internal adalah sesuatu yang telah
ada dalam tubuh manusia dan cenderung bersifat menetap, misalnya : genetik,
umur, jenis kelamin, tingkat kesegaran jasmani sedangkan faktor eksternal
berhubungan dengan kelelahan, motivasi, suhu dan kelembaban relatif udara.
Faktor-faktor tersebut diuraikan sebagai berikut :
8
1. Genetik.
Bayi lahir dengan membawa sifat-sifat yang menurun dari orang tuanya.
Faktor bawaan ini menentukan potensi perkembangan maksimum yang
mungkin bisa dicapai dan sifat penampilan fisik setelah mencapai
kedewasaan (Sugiyanto, 1993).Keunggulan genetik yang bersifat
pembawaan ikut berperan dalam penampilan fisik. Karakteristik
pembawaan atau genetik tertentu diperlukan untuk berhasil dalam
cabang-cabang olahraga tertentu seperti proporsi tubuh, karakter
psikologis, otot merah dan otot putih, suku, sering terjadi pertimbangan
untuk pemilihan atlet (Baley, 2005)
2. Umur.
Peningkatan kekuatan otot berkaitan dengan pertambahan umur, dimensi
anatomis, diameter otot, kematangan seksual (Astrand dan Rodhal,
2003). Kekuatan otot pada pubertas mencapai 70-80% dan mencapai
puncaknya pada usia 25-30 tahun, selanjutnya mengalami penurunan
secara bertahap dengan pertambahan usia. Setelah usia 30 tahun,
seseorang akan kehilangan 3-5% jaringan otot total setiap 10 tahun.
Kekuatan otot pada usia 65 tahun hanya tinggal 65-70% (Suharto et al,
2005).
3. Jenis kelamin.
Laki-laki dan wanita secara biologis memang sudah berbeda. Oleh sebab
itu terhadap mereka hendaknya diberikan perlakuan pelatihan yang
berbeda pula. Anak wanita akan diberikan pelatihan dengan cara
pemberian tipe pelatihan dan intensitas beban yang lebih ringan
9
dibandingkan dengan anak laki-laki. Beberapa perbedaan tersebut antara
lain mengenai : 1) denyut nadi, pada waktu istirahat frekuensi denyut
nadi atau jantung laki-laki akan sama dengan denyut nadi atau jantung
wanita. Tetapi setelah melakukan aktivitas 50% dari kemampuan
konsumsi oksigen maksimumnya, ternyata denyut nadi wanita lebih
tinggi dari laki-laki. Frekuensi denyut nadi wanita menjadi 140 denyut
permenit, sedangkan laki-laki hanya menjadi 130 denyut permenit.
Tetapi pada pemberian aktivitas maksimum tidak menunjukkan
perbedaan kenaikan frekuensi denyut nadi yang bermakna (Berger,
2002), 2) kekuatan otot, pada umur 10-12 tahun kekuatan otot laki-laki
lebih kuat sedikit dari wanita. Setelah umur mereka meningkat, kekuatan
otot laki-laki semakin jauh meningkat dibandingkan dengan wanita.
Keadaan ini disebabkan terutama oleh adanya perbedaan pertumbuhan
dan aktivitas fisik dari wanita yang kurang. Pengaruh hormon testoteron
pada laki-laki yang memacu pertumbuhan tulang dan otot. Pada umur 18
tahun ke atas, kekuatan otot atas bagian tubuh, yakni dada bahu dan
lengan pada laki-laki dua kali kekuatan otot wanita. Sedangkan otot
tubuh bagian bawah, pinggul dan tungkai hanya berbeda sepertiganya
(Bompa, 2005).
4. Tingkat kesegaran jasmani.
Kesegaran jasmani, adalah kemampuan tubuh seseorang untuk
melakukan pekerjaan sehari-hari secara efektif dan efisien dalam jangka
waktu relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan
10
(Suharto et al, 2005). Tingkat kesegaran jasmani dapat diketahui dengan
melakukan tes lari aerobik 2,4 km.
5. Kelelahan.
Lelah merupakan tanda yang paling baik untuk berhenti bergerak atau
berolahraga. Kelelahan merupakan tanda bahwa otot-otot sudah tidak
mampu untuk berkontraksi lagi. Kelelahan otot adalah ketidakmampuan
otot untuk mempertahankan tenaga yang diperlukan atau yang
diharapkan (Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin, 1996).
Ketidakmampuan otot ini untuk berkontraksi, dapat disebabkan oleh
beberapa hal, seperti : 1) sistem syaraf sudah tidak mampu lagi untuk
mengirimkan rangsangan (impuls) ke otot-otot yang bersangkutan, 2)
Pada pertemuan antara ujung syaraf dengan otot (neuromuscular
junction) terjadi hambatan sehingga rangsangan dari syaraf ke otot tidak
dapat diteruskan, 3) proses mekanisme kontraksi tidak dapat
menghasilkan tenaga untuk berkontraksi, 4) sistem syaraf pusat, yaitu
otak dan sumsum tulang belakang tidak mampu lagi untuk menimbulkan
rangsangan maupun menghantarkan rangsangan. Pada olahragawan,
kelelahan yang terjadi adalah akibat gangguan pada neuromuscular
junction, kelelahan mekanisme kontraksi otot, dan kelelahan pada
susunan syaraf pusat (Nala, 2002).
6. Motivasi.
Motivasi olahraga adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
individu yang menimbulkan kegiatan pelatihan, menjamin kelangsungan
pelatihan dan memberi arah pada kegiatan pelatihan untuk mencapai
11
tujuannya. Nilai pencapaian (achievement scores) dalam keolahragaan
dapat menjadi perangsang bagi anak untuk meningkatkan
kemampuannya ke arah yang lebih tinggi (Yusuf Hadisasmita dan Aip
Syarifuddin, 2005)..
7. Suhu dan kelembaban relatif udara.
Suhu lingkungan yang terlalu ekstrim (dingin atau panas) akan
mempengaruhi aktivitas kerja otot. Pelatihan yang dilakukan pada suhu
yang sangat panas dapat menyebabkan atlet mengalami dehidrasi,
sebaliknya pelatihan yang dilakukan pada suhu yang sangat dingin akan
menyebabkan atlet sulit mempertahankan suhu tubuh sehingga dapat
mengalami kram. Pada umumnya orang Indonesia beraklimatisasi pada
suhu tropis 29°C - 30°C dengan kelembaban relatif bervariasi antara 85%
- 95%.
2.4 Cara meningkatkan daya ledak otot
Daya ledak memiliki dua komponen penting yaitu kekuatan otot dan
kecepatan kontraksi otot dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk
mengatasi tahanan maka, cara untuk meningkatkan daya ledak tidak terlepas
dari pengembangan kedua unsur tersebut melalui
1. Meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan
Pelatihan daya ledak yang menitik beratkan pelatihan kekuatan,
intensitas pembebanan pelatihan, adalah submaksimal dengan
kecepatan kontraksi otot antara 7-10 detik dan pengulangan 8-10
kali. Dengan meningkatnya kekuatan otot maka secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap daya ledak otot, karena otot
12
yang memiliki kekuatan yang besar memungkinkan untuk memiliki
daya ledak yang besar pula.
2. Meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan
Cara memilih pelatihan kecepatan yang tepat perlu diidentifikasi
berbagai tuntutan kecepatan, yaitu mengulang-ulang jarak tertentu
dengan kecepatan maksimal, meningkatkan dari waktu ke waktu
dengan jarak yang sama, menempuh jarak tertentu dengan kecepatan
yang ditentukan, intensitas submaksimal dan maksimal, jumlah
volume antara 10-16 repetisi, dengan jumlah set 3-4, kecepatan
dilatih setiap hari atau 3 kali seminggu (Lutan, 2000).
3. Meningkatkan kekuatan dan kecepatan secara bersama-sama
Pelatihan kekuatan dan kecepatan yang diberikan secara bersama-
sama dengan pembebanan 70% - 80% akan memberikan pengaruh
yang lebih baik terhadap irama dinamis dari gerakan jika
dibandingkan dengan pelatihan kekuatan saja (Harsono, 2005).
4. Pelatihan pliometrik
Pliometrik adalah menambah ukuran, ukuran daya ledak otot (Nala,
2011).Selain itu pliometrikdapat diartikan sebagai suatu pelatihan
yang mempunyai ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat
yang merupakan respon dari pembebanan dinamis atau regangan
yang cepat dari otot-otot yang terlibat(Furqon dan Dowes, 2002).
Dari keempat cara pelatihan daya ledak yang dikemukakan di atas,
pelatihan pliometrik perlu ditelusuri karena cara pelatihan ini yang
biasa digunakan oleh pelatih pada berbagai tingkatan pembinaan.
13
Selain itu pelatihan pliometrik memakai prinsip peregangan-
pemendekan melalui sistem syaraf otot, sehingga tidak mengganggu
koordinasi dari gerakan-gerakan bagian tubuh lainnya karena
koordinasi dari gerakan ditentukan oleh peranan sistem saraf.
2.5 Sistem energi daya ledak
Energi merupakan prasyarat penting untuk suatu unjuk kerja fisik selama
berlatih dan bertanding. Energi diubah dari bahan makanan pada sel otot ke dalam
ikatan energi yang tinggi dikenal dengan AdenosinTri Phosphat (ATP) yang
disimpan dalam sel otot, ATP terdiri dari satu molekul adenosin dan tiga molekul
phosphat. Energi dibutuhkan untuk kontraksi otot, dibebaskan dengan merubah
ATP bertenaga tinggi ke ADP + P (AdenosinDi Phosphat + Phosphat) (Mathews
dan Foz dalam Bompa, 2010). Penyediaan ATP dapat diganti melalui ketiga
sistem energi tergantung dari jenis kegiatan yang dilakukan. Ketiga sistem
tersebut adalah (1) Sistem ATP-PC, (2) sistem asam laktat dan (3) sistem O2 atau
oksigen. Kedua sistem pertama, mengganti ATP dengan sistem tanpa oksigen dan
dikenal sebagai sistem anaerobik, sedangkan sistem ketiga menghasilkan ATP
melalui bantuan O2 atau lebih dikenal dengan sistem aerobik (Bompa, 2010).
Olahdaya anaerobik dan aerobik adalah mekanisme penyediaan daya
(energi, tenaga) untuk mewujudkan gerak (Santosa Giriwijoyo dan Dikdik Zafar
Sidik, 2010). Olahdaya anaerobik langsung mewujudkan gerak dan merupakan
kemampuan endogen ES Primer dalam hal ini otot. Olahdaya aerobik, juga
dilaksanakan oleh ES-I, tetapi intensitas dan durasi kelangsungannya tergantung
pada kemampuan fungsional ES-II dalam memasok O2, artinya tanpa peran serta
ES-II olahdaya aerobik tidak mungkin terlaksana dan aktivitas gerak ES-I akan
14
segera terhenti. Makin tinggi kemampuan fungsional ES-II makin tegar
kelangsungan penampilan ES-I. Olahdaya anaerobik dan aerobik harus dalam
keadaan seimbang. Ketidak-mampuan olahdaya aerobik mengimbangi olahdaya
anaerobik akan menyebabkan menumpuknya “zat kelelahan” yang akan
menghambat olahdaya anaerobik yang terlalu besar, sehingga olahdaya anaerobik
menurun, menuju kepada terjadinya keseimbangan baru dengan olahdaya aerobik.
Dengan demikian semua bentuk aktivitas tubuh atau olahraga, bahkan juga selama
istirahat memerlukan olahdaya anaerobik maupun olahdaya aerobik yang secara
keseluruhan harus selalu seimbang.
1. Sistem anaerobik
a. Sistem ATP-PC
Creatin phosphat (CP) atau phospocreatin yang tersimpan dalam
sel otot, selanjutnya dipecah menjadi creatin dan phosphat. Proses
ini menghasilkan energi yang dipakai untuk mensintesis ADP + P
menjadi ATP dan selanjutkan diubah sekali lagi menjadi ADP + P
yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi yang dibutuhkan
untuk kontraksi otot. Sistem ini berlangsung selama 8 – 10 detik.
b. Sistem Asam Laktat
Sistem ini dilakukan dengan memecah glikogen yang disimpan
dalam sel otot dan hati, dibanding dengan PC, sistem ini
melepaskan energi untuk mensintesis ATP ke ADP + P. Sistem ini
dapat berlangsung selama 40 detik. Dengan tidak adanya oksigen
selama pemecahan glikogen secara bersamaan terbentuk asam
laktat dapat menyebabkan terjadinya kelelahan.
15
2. System anaerobic
Sistem aerobik memerlukan kira-kira dua menit untuk memulai
memproduksi energi dalam mensintesis ATP dari ADP + P. Denyut
jantung dan nafas harus ditingkatan secara memadai untuk
membawa sejumlah oksigen yang dibutuhkan sel otot, sehingga
glikogen dapat dipecah melalui hadirnya oksigen. Walaupun
glikogen merupakan sumber energi yang di pakai meresintesis ATP
pada kedua sistem (sistem asam laktat dan aerobik), tetapi dengan
sistem aerobik akan memecah glikogen berdasarkan hadirnya
oksigen dan sekaligus menghasilkan sedikit bahkan tidak sama
sekali asam laktatnya, hal ini memungkinkan seseorang dapat
meneruskan pelatihan yang lebih lama. Sistem aerobik merupakan
sumber energi utama untuk aktivitas olahraga yang berjangka
waktu 2 menit atau bahkan sampai 2 – 3 jam. Kerja lama yang
lebih dari 2 – 3 jam, akan mengakibatkan pemecahan lemak dan
protein untuk menggantikan cadangan ATP selama cadangan
glikogen telah mendekati habis.
Dari penjelasan sistem pembentukan energi tersebut maka
pelatihan pliometrikalternate leg bound dan double leg
boundbanyak menggunakan sistem energi anaerobikasam laktat
karena dalam pelaksanaannya berlangsung selama 40 detik.
2.6 Pengukuran daya ledak otot
Ada dua macam konsep pengukuran power yaitu : athletic power
measurement dan work power measurement. Pada pengukuran athletic power
16
measurement, force, dan velocity tidak diukur, yang diukur hanya hasil yang
dinyatakan dengan satuan jarak (cm, inchi, kaki), misalnya : standing broad
jump test, vertical jump test. Sedangkan pada pengukuran work power
measurement dilakukan berdasarkan perhitungan dari kerja per satuan waktu,
misalnya : vertical power jump, vertical arm pull.
Untuk mengevaluasi perubahan daya ledak otot tungkai akibat dari pelatihan
yang diberikan, pada penelitian ini digunakan tes vertical jump yang
dilakukan sebanyak 3 kali, sebelum dan setelah pelatihan sampel melakukan
tes ini diambil satu nilai terbaik.
2.7 Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah suatu latihan yang terprogram secara sistematis yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan jumlah beban pelatihannya
bertambah secara bertahap (Kanca, 2004).
Pelatihan merupakan suatu gerakan fisik atau aktivitas mental yang
dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu
(durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan
individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis
dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat
mencapai penampilan yang optimal (Nala, 2011).
Kata pelatihan (training) mempunyai hubungan yang erat dengan kata
pelatih (coach). Pelatihan adalah suatu proses pemberian pola, aturan dan
pengertian untuk belajar dalam kondisi yang baik (Yusuf Hadisasmita dan
17
Syarifuddin, 2005). Pelatihan merupakan salah satu kunci tercapainya prestasi
individu.
Jadi pelatihan adalah adalah suatu proses aktivitas fisik serta mental
dengan waktu yang lama dan terprogram untuk meningkatkan kemampuan
fungsional tubuh agar dapat tercapai tujuan tertentu.
Tujuan pelatihan dalam bidang olahraga adalah untuk memperbaiki
kemampuan teknik dan penampilan atlet sesuai dengan kebutuhan dalam
bidang olahraga spesialisasinya (Nala, 2011).Agar pelatihan olahraga
mencapai hasil yang maksimal, harus memiliki prinsip latihan. Tanpa adanya
prinsip atau patokan yang harus diikuti oleh semua pihak terkait, terutama
pelatih dan atlet, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi
pelatihan akan sulit untuk mencapai hasil yang maksimal. Prinsip pelatihan
merupakan suatu petunjuk dan peraturan yang sistematis, dengan pemberian
beban yang ditingkatkan secara progresif, yang harus ditaati dan dilaksanakan
agar tercapai tujuan pelatihan (Nala, 2011). Ada tujuh prinsip dasar pelatihan,
antara lain (Kanca, 2004):
1. Prinsip beban berlebih pada dasarnya untuk mendapatkan efek pelatihan
yang baik, organ tubuh harus mendapatkan pembebanan melebihi beban
dari biasanya diterima dari aktivitas kehidupan sehari-hari.Beban yang
diberikan bersifat individual dan pada dasarnya diberi beban mendekati
beban sub maksimal sampai beban maksimalnya.Pada pelatihan ini yang
dimaksud beban berlebih adalah organ tubuh mendapatkan pembebanan
18
melebihi beban dari biasanya dari aktivitas sehari-hari. Dalam penelitian
ini beban yang diberikan adalah pelatihan pliometrik
2. Prinsip Tahanan Bertambah (The Principle of Progressive Resistance)
Agar prinsip beban berlebih memiliki efek yang positif, maka harus
mengikuti prinsip tahanan bertambah sebab keduanya mempunyai
hubungan yang erat.Peningkatan dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan beban, set, repetisi, maupun lamanya latihan. Dalam
pelatihan ini tahanan bertambah yang dimaksud adalah pada setiap
jenjang waktu mengalami peningkatan beban yang telah ditentukan
dalam pelatihan ini.
3. Prinsip Latihan Beraturan (The Principle of Arrangement of Exercise)
Latihan dimulai dari kelompok otot yang besar kemudian baru kepada
kelompok otot-otot yang lebih kecil sebab otot besar lebih mudah
pelaksanaannya.Tidak boleh melakukan latihan secara berurutan kepada
kelompok otot yang sama, berikan senggang waktu yang cukup untuk
periode pemulihan.Dalam pelatihan ini latihan beraturan yang dimaksud
adalah latihan dimulai dari otot-otot bagian tungkai. Karena di bagian
tungkai terdapat beberapa otot besar yang nantinya sangat berpengaruh
terhadap pelatihan. Pada setiap pelatihan akan diberikan pelatihan
pemanasan dan latihan inti dengan pengaturan waktu latihan 3 kali
seminggu.
4. Prinsip Kekhususan (The Principle of Spesificity)
Prinsip spesifisitas meliputi spesifisitas individual dan spesifisitas cabang
olahraga yang dilatihkan.Bentuk pelatihan dan beban pelatihan fisik yang
19
diberikan harus sesuai dengan jenis olahraga yang dilatihkan. Dalam
pelatihan yang dimaksud kekhususan adalah pelatihan yang diberikan
adalah pelatihan
Pliometrik frog jump, leaping dan box jump yang sangat berguna untuk
meningkatkan unsur-unsur kecabangan olahraga pada umumnya dan
pelatihan ini pada khususnya. Disamping itu pemanasan yang diberikan
mengarah
5. Prinsip Individu (The Principle of Individuality)
Pada dasarnya setiap individu memiliki fisik dan karakter yang berbeda
antara individu yang satu dengan yang lainnya, untuk itu faktor individu
harus juga diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Dalam pelatihan ini yang
dimaksud prinsip individu adalah setiap individu yang memiliki fisik dan
karakter berbeda nantinya dapat menyesuaikan pelatihan yang ada
dimana setiap individu tersebut akan mencapai hasil maksimal.
6. Prinsip Pulih Asal (The Principle of Reversibility)
Hasil dari peningkatan kualitas fisik sebagai akibat dari latihan yang
bersifat reversibel, artinya kualitas fisik yang telah diperoleh melalui
hasil latihan akan menurun kembali jika tidak melakukan latihan dalam
kurun waktu tertentu, untuk itu kesinambungan suatu latihan mempunyai
peranan yang sangat penting. Dalam pelatihan ini prinsip pulih asal yang
dimaksud adalah jangka waktu istirahat tidak boleh terlalu lama karena
otot yang terlebih awal dilatih dapat kembali ke asal sebelum
pembebanan yang akan mengakibatkan pelatihan tidak berjalan dengan
baik.
20
7. Prinsip Periodisasi
Pada olahraga prestasi program pelatihan harus dilakukan secara periodik
sesuai dengan kebutuhan pertandingan (perlombaan).Aspek periode
pelatihan yang harus diperhatikan adalah bobot persiapan fisik, teknik,
dan psikis.Dalam pelatihan ini prinsip periodisasi yang dimaksud adalah
pelatihan fisik dengan unsur daya ledak seperti gerakan atau perubahan
yang tiba-tiba yang cepat dimana tubuh terdorong ke atas atau vertikal
baik dengan cara melompat (satu kaki menapak) ataupun meloncat (dua
kaki menapak) atau ke depan (horisontal) dengan mengerahkan kekuatan
otot maksimal.
2.8 Sistematika pelatihan
Untuk menghindari terjadinya cedera pada saat melaksanakan suatu
pelatihan serta mampu menghasilkan manfaat yang maksimal, maka
pelatihan tersebut harus dilakukan sesuai dengan sistematika pelatihan
(Kanca, 1992).
1. Pelatihan pemanasan (warming-up)
Untuk mencegah timbulnya cedera, diperlukan pemanasan yang sangat
optimal.Pemanasan sangat perlu dilakukan oleh setiap atlet baik sebelum
berlatih (pra-latihan) maupun sebelum bertanding (pra-pertandingan)
(Nala, 2002). Secara umum pemanasan dapat dibagi 2 macam yaitu
a. Pemanasan statis
Pemanasan statis terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan
pelatihan inti, manfaat dari pelatihan ini bertujuan untuk:
21
1) Meningkatkan kelenturan (elastisitas) otot-otot, sendi, dan
menambah mutu gerakan.
2) Mengurangi ketegangan otot dan membantu tubuh merasa
rileks, serta mencegah terjadinya cedera.
3) Meningkatkan kesiapan tubuh dalam menerima pelatihan, serta
melancarkan sirkulasi darah.
Peregangan otot merupakan aktivitas yang pertama dilakukan
dalam periode pemanasan dan mutlak dilakukan oleh seorang
pelatih dan atlet. Gerakan dalam peregangan ini tidak boleh
dilakukan secara tiba-tiba, memantul-mantul, meledak-ledak, tetapi
perlahan-lahan untuk menghindari cedera. Akhir dari usaha
peregangan otot pada satu sendi posisinya dipertahankan selama 20
- 30 detik (Nala, 2002).Dalam pelatihan ini pemanasan statis yang
akan diberikan diawali dengan peregangan otot bagian leher yang
diteruskan dengan peregangan otot tangan. Selanjutnya peregangan
statis dilakukan pada otot tubuh yang dilanjutkan ke otot tungkai.
Peregangan otot ini memerlukan waktu 10 menit sebelum
pemanasan dinamis. Pemanasan statis ini nantinya akan mendukung
pelatihan
b. Pemanasan dinamis
Pemanasan dinamis merupakan lanjutan dari pemanasan statis
dengan lebih banyak gerakan dengan penghitungan lebih lama.
Dengan pemanasan dinamis terjadi peningkatan intensitas secara
progresif, menaikkan kapasitas kerja organ tubuh serta fungsi
22
saraf, diikuti pula oleh proses metabolik lebih cepat. Akibat
pemanasan ini aliran darah meningkat suhu tubuh naik, yang
berguna untuk merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan
pemasukan oksigen kepada sel otot dan organ tubuh lainnya.
Pelatihan pemanasan harus melibatkan kelompok otot utama,
khususnya yang langsung menyangkut kecabangan olahraga yang
bersangkutan. Lama waktu melakukan pemanasan untuk
menggerakkan seluruh otot tubuh berkisar antara 20 - 30 menit
dimana 5 menit terakhir dipergunakan untuk pemanasan khusus
sesuai dengan aktivitas yang dilakukan (Nala, 2011). Dalam
penelitian ini lamanya pemanasan dinamis yang akan diberikan
yaitu 10 menit setelah pemanasan statis. Pemanasan dinamis yang
akan dilakukan dalam pelatihan ini adalah pemanasan yang
mengarah pada pelatihan pliometrik boxjump, frog jump, dan
leaping seperti gerakan atau perubahan yang tiba-tiba yang cepat
dimana tubuh terdorong ke atas atau vertikal baik dengan cara
melompat (satu kaki menapak) ataupun meloncat (dua kaki
menapak) atau ke depan (horisontal) dengan mengerahkan
kekuatan otot maksimal.
2. Pelatihan inti
Fase terakhir dari latihan pemanasan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan cabang olahraga (Kanca, 2004). Pelatihan
plyometrik alternate leg bound dan double leg bound mengembangkan
power otot-otot tungkai dan pinggul, khususnya gluteals, hamstring,
23
quadriceps, dan gastrocnemius. Otot - otot lengan dan bahu secara tidak
langsung juga terlibat.Teknik latihan ini yakni sampelmelakukan
gerakan atau perubahan yang tiba-tiba yang cepat dimana tubuh
terdorong ke atas atau vertikal baik dengan cara melompat (satu kaki
menapak) ataupun meloncat (dua kaki menapak) atau ke depan
(horisontal) dengan mengerahkan kekuatan otot. Pelatihan ini dilakukan
kurang lebih 60 menit.
3. Pelatihan pendinginan
Pendinginan dilakukan setelah melakukan pelatihan atau aktifitas fisik
lainnya.Dengan melakukan pelatihan pendinginan, derajat keasaman
(pH) darah menurun lebih cepat, sehingga kelelahan akibat dari pada
pelatihan cepat hilang (Nala, 1998). Lamanya pendinginan tergantung
cepatnya asam laktat dirubah, maka lama waktu dibutuhkan untuk
pendinginan adalah 10-30 menit (Power dalam Nala, 2002).
Pendinginan yang akan diberikan dalam pelatihan ini adalah
pendinginan yang umumnya melibatkan otot-otot dalam pelatihan
pliometrik yaitu melemaskan seluruh otot-otot terutama pada bagian
tungkai, ini bertujuan mengurangi kemungkinan cedera setelah
melakukan pelatihan Lamanya pendinginan pada pelatihan pliometrik
adalah selama 20 menit.
2.9 Pelatihan Plyometrik
Plyometrik adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan
menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan
gerakan-gerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam
24
menghubungkan gerakan lompat yang berulang-ulang atau latihan reflek
regang untuk menghasilkan reaksi yang eksplosif (Syaranamual, 2008).
Kata pliometric berasal dari bahasa Yunani yang akar katanya plio dan
metric (Nala, 2011).Plio bermakna tambah atau lagi.Metrik berarti
ukuran.Dengan demikian pliometrik diartikan sebagai menambah ukuran,
ukuran daya ledak otot.Pelatihan pliometrik merupakan salah satu usaha yang
ditujukan untuk mengembangkan daya ledak eksplosif dan kecepatan
reaksi.Pengembangan ini tercipta sebagi akibat adanya perbaikan pada reaksi
sistem saraf pusat serta kekuatan untuk meredam goncangan keseimbangan
pendaratan sewaktu kaki berpijak dilantai dari melompat.
Pliometric berasal dari bahasa Yunani “Pleyheuin” yang berarti
“memperbesar” atau “meningkatkan”, atau dari akar kata bahasa Yunani plio
dan metrik yang masing–masing berarti lebih banyak dan ukuran. Plyometric
dapat dijelaskan sebagai bentuk kombinasi pelatihan isometrik dan isotonik
yang mempergunakan pembebanan dinamis, yang terjadi secara mendadak
sebelum otot berkontraksi kembali, atau pelatihan yang memungkinkan otot
untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu sesingkat mungkin.
Bentuk latihan plyometric menurut Redcliffe dan Farentinos, (2005: 15-17),
Bompa, 2005: 78-141) adalah sebagai berikut:
1. Bounding
Adalah menekankan pada loncatan untuk mencapai ketinggian maksimum
dan jarak horisontal. Bounding dapat dilakukan dengan dua kaki atau satu
kaki secara bergantian. Otot yang terlatih adalah:
25
a. Fleksi paha: Sartorius, iliacus, gracillis.
b. Ekstensi paha: Biceps femoris, semitendinosus dan semimembrannosus
(kelompok hamstring) serta gluteus maximus dan minimus (kelompok
glutealis)
c. Ekstensi Lutut: rectus femuris, tensor fascialatae, vastus lateralis,
medialis dan intermedius (kelompok quadriceps), Ekstensi paha dan
fleksi tungkai, melibatkan otot-otot biceps femuris, semitendinosus dan
semi membrenosus serta juga melibatkan otot-otot maksimus dan
minimus
d. Fleksi lutut dan kaki: gastrocnemius, peroneus dan soleus
e. Kelompok otot adduction dan abduction paha: gluteals medius dan
minimus, dan abductor longus, brevis, magnus, minimus,dan hallucis
2. Hopping
Gerakan hopping terutama lebih ditekankan pada kecepatan gerakan kaki
untuk mencapai lompat-loncat setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya.
Hopping dapat dilakukan dengan dua kaki ataupun satu kaki. Otot yang
terlatih adalah:
a. Fleksi paha: Sartorius, iliacus, glacillis.
b. Ekstensi Lutut: rectus femoris, tensor fascialatae, vastus lateralis, medius
dan intermedius (kelompok quadriceps), Ekstensi paha dan fleksi
tungkai, melibatkan otot-otot biceps femuris, semitendinosus dan semi
membrenosus serta juga melibatkan otot-otot maksimus dan minimus.
c. Fleksi lutut dan kaki: gastrocnemeus, peroneus dan soleus
26
d. Kelompok otot adduction dan abduction paha: gluteals medius dan
minimus, dan abductor longus, brevis, magnus, minimus, dan hallucis
3. Jumping
Adalah ketinggian maksimum sangat diperlukan dalam jumping, sedangkan
pelaksanaan merupakan faktor kedua dan jarak horisontal tidak diperlukan
dalam jumping. Otot yang terlath adalah:
a. Fleksi paha melibatkan otot-otot Sartorius, illiacus dan gracillis
b. Ekstensi lutut melibatkan otot-otot rectus femuris, vastus lateralis, medius
dan intermedius
c. Ekstensi tungkai melibatkan otot rectus femuris, semiteninosus dan
semimembranosus
d. Aduksi paha melibatkan otot gluteus medius dan minimus, dan adductor
longus, brevis magnus, minimus dan halucis
4. Leaping
Adalah suatu latihan kerja tunggal yang menekankan jarak horisontal
dengan ketinggian maksimum. Bisa dilakukan dengan dengan dua kaki atau
satu kaki.
a. Ekstensi paha melibatkan otot biceps femuris, semiteninosus,dan
semimembranosus, serta gluteus maksimum dan minimus.
b. Ekstensi lutut melibatkan otot-otot vastus lateralis, medialis dan
intermeius.
c. Fleksi paha dan pelvis, melibatkan tensor faciae latae,sartoriius, illiacus
dan gracilis
27
d. Adduksi dan abduksi paha, melibatkan otot-oot gluteus medius dan
minimus, dan adductor longus, brevis dan magnus
5. Skipping
Dilakukan dengan melangkah meloncat secara bergantian hopstep, yang
menekankan ketinggian dan jarak horizontal. Otot yang terlatih adalah
a. Ekstensi paha melibatkan otot-otot biceps femuris, semitendinosus, dan
semimembranosus serta gluteus minimus dan maximus.
b. Fleksi paha melibatkan otot-otot tensor facia latae, sartrius, illiacus dan
gracilis.
c. Ekstensi tungkai melibatkan otot-otot gastrocnemius.
6. Ricochet
Semata-mata menekankan pada tingkat kecepatan tungkai dan gerakan kaki,
meminimalkan jarak vertikal dan horizontal yang memberikan kecepatan
pelaksanaan yang lebih tinggi. Otot-otot yang terlatih adalah:
a. Ekstensi lutut dan persendian pinggul, melibatkan otot vastus lateralis,
medialis, dan intermedius
b. Fleksi paha melibatkan otot-otot Sartorius, pectineus, aductor brevis,
adductor longus, dan tensor facia latae.
Bentuk latihan plyometric yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
box drills, frog jumps, dan leaping. Latihan ini mempunyai kelebihan
penekanan pada daya ledak otot tungkai yang sangat diperlukan oleh pemain
bola basket untuk meningkatkan kemampuannya dalam melakukan c.
28
1) Latihan Box Drill/Box Jump
Menurut Chu, (2002: 44) box jump adalah sebuah latihan yang memakai
beberapa kotak dengan metode latihan di lakukan dengan berbagai gerakan
dimana ukuran dan tinggi kotak dapat di sesuaikan. Sedangkan menurut
Bompa, (2005:107) Box Jump adalah lompat dari kotak dengan tingginya
divariasikan, lakukan lompatan spontan setinggi mungkin. Hati – hati dengan
pendaratan, lakukan seaman mungkin. Box/Lompat kotak pada bentuk latihan
ini dilakukan dengan Single leg atupun doble leg ke arah depan. Latihan yang
dilakukan dengan berulang-ulang dan monoton dapat menyebabkan rasa
bosan. Untuk mencegah itu harus diterapkan latihan- latihan yang bervariasi.
Variasi box jump merupakan gabungan atau selingan dari berbagai macam
lompatan.
Adapun tujuan dari latihan ini menurut Bompa, (2005 : 107) adalah
untuk meningkatkan hasil lompat pada peningkatan power otot tungkai.
Sedangkan Chu, (2002 : 43) tujuan latihan Box Jump Latihan yang
meningkatkan eksplosif power, namun latihan ini menekankan pada tinggiya
lompatan. Dipertegas lagi oleh Harsono, (2005: 215) tujuan latihan melompat
bok atau kotak yang dapat meningkatkan eksplosif power dalam kata lain
kekuatan otot tungkai. Latihan box jump ini dapat bermanfaat bagi atlet
lompat Misalya, lompat jauh, lompat jingkat, bola voli, bulutangkis, basket
guna meningkatkan kekuatan otot yang berujung pada hasil lompatan yang
baik. Chu, (2002: 45).
29
Dilihat dari bentuk latihannya, latihan ini cocok untuk meningkatkan
loncatan vertikal pada pemain bola basket.
Gambar 2.1 Latihan Box Jump
(Anonim, 2014)
2) Latihan Frog Jumps
Latihan frog jump yaitu dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar bahu,
kemudian melakukan lompatan ke depan tanpa menggunakan penghalang
tetapi lompatan ini dilakukan dengan sejauh-jauhnya. Gerakan frog jump
dilakukan dengan kaki ditekuk dan mendarat pada dua kaki, badan harus tetap
pada garis lurus.
30
Gambar 2.2 Latihan Frog jump
(Anonim, 2014)
3) Leaping/Ring Leaping
Lompat setinggi – tingginya menggapai ring basket atau target lainya.
Lompat mundur secepat mungkin saat mendarat.
31
Gambar 2.3 Latihan ring leaping
(Anonim, 2014)
a. Prinsip Dasar Dalam Latihan Plyometric
1. Pemanasan dan Pendinginan
Latihan pliometrik ini fokus untuk menentukan satu gerak kerja yang
aktif, fleksibel dan fit maka gerakan ini dimulai dengan pemanasan
yang sempurna dan konsklusif. Kemudain di akhiri dengan
pendinginan.
2. Intensitas Tinggi
Intensitas adalah faktor yang penting di dalam latihan pliometrik.
Kebugaran dengan kekuatan daya yang maksimal sangat perlu untuk
mendapatkan efek yang optimal dari latihan yang dilakukan. Penilaian
ulangan regangan otot adalah lebih penting dari latihan itu.
32
3. Beban Lebih Progresif
Setiap latihan pliometrik harus meliputi latihan ketahanan, temporal
dan kelebihan bebanan. Pertambahan beban memaksa otot untuk
bekerja dengan intensitas yang lebih. Kelebihan beban ini
diregulasikan dengan mengontrol ketinggian, jumlah beban dan jarak.
Kelebihan beban yang tidak sempurna akan berpengaruh yang negatif
pada atlet.
4. Memaksimalkan Gaya atau Meminimalkan Waktu
Pergerakan dan daya keduanya penting dalam latihan pliometrik.
Dalam banyak kondisi, kelajuan gerakan badan dititik beratkan.
5. Mengulang-ulang
Biasanya ulangan dibuat antara 8 - 10 kali, sedikit latihan ulangan
untuk menghasilkan pelatihan yang lebih. Kadar ulangan yang
dilakukan adalah bervariasi sesuai kondisi. Kebanyakan peneliti di
Jerman Timur (Gambetta 1981) mencabangkan bahwa penilaian
ulangan untuk kebanyakan pelatihan adalah di antara 6 - 10 set,
sedangkan (Veroshanski 1996) pula merekomendasikan penilaian
ulangan latihan hanyalah mencukupi untuk 3 - 6 set terutama untuk
rutin latihan yang intensif untuk lompatan.
6. Istirahat yang Cukup
Periode istirahat antara 1 - 2 menit antara latihan adalah cukup untuk
system neuromuscular yang tegang untuk kembali normal. Waktu
istirahat yang cukup di antara Latihan Pliometrik sangat penting untuk
menjamin pemulihan otot,
33
7. Konstruksi Dasar yang Benar
Kekuatan merupakan dasar latihan pliometrik maka suatu program
latihan harus direncanakan dan diatur agar produksi energi terintegrasi
secara maksimal.
8. Program Latihan Individualitas
Setiap pelatih harus mengetahui jenis dan periode program latihan
yang mampu dan berguna untuk dilakukan oleh setiap individu atlet
supaya menghasilkan yang terbaik
2.10 Anatomi biomekanik pada loncatan vertikal
2.10.1 Anatomi biomekanik daerah pangkal paha
Sendi pangkal paha, seperti bahu merupakan sendi peluru. Hal ini
memungkinkan gerakan-gerakan kebanyak arah, akan tetapi juga terdapat terdapat
memiliki beberapa perbedaan anatara sendi bahu dan sendi pangkal tergantung
pada otot paha.
Caput femoris lebih baik masuk kedalam acetabullum daripada kaput
humeri dalam cavum glenoidale. Pangkal paha lebih kongruen daripada bahu.
Pangkal paha boleh dikatakan membentuk suatu kesatuan bersama dengan
panggul dan tulang belakang bagian lumbal. Gelang bahu kurang lebih dapat
dianggap sebagai gelang yang cukup lepas, yang seperti semacam gandar yang
diletakan diatass toraks. Semua ini merupakan sebab bahwa mobillitas sendi bahu
itu jauh lebih besar daripada mobilitas sendi pangkal paha, tetapi juga bahwa
stabilitas pasif dari bahu jauh lebih kurang dibandingkan dengan sendi pangkal
paha. Stabilitas bahu sebagian besar ditentukan oleh muskulatur. Walaupun otot-
34
otot sendi pangkal paha lebih kuat lagi daripada otot-otot disekitar sendi bahu.
Stabillitas pangkal paha dibandingkandengan bahu kurang tergantung pada otot-
ototnya. Dalam praktek perbedaan dalam stabilitas juga jelas sekali luksasi-luksasi
bahu sering terjadi; luksasi pangkal paha jarang dan hanya terjadi sebagai akibat
suatu trauma yang sangat berat. Kontur-kontur pantat dan kaki atas sebagian besar
ditentukan oleh rumpun-rumpun otot sebagai berikut:
1. Disebelah dorsal otot-otot pantat
2. Kaki atas bagian depan m. Quadriceps femoris
3. Disebelah lateral tractus iliotibialis serta m tensor faciae latae
4. Kaki atas bagiann belakang
5. Disebelah medial, rumpun otot aduktor
Kaki atas bagian depan seperti dibagi menjadi dua oleh m. Sartorius yang
jalannya diagonal (dari spina iliaca anterior superior kesebelah dalam lutut).
Apabila menganggap m. Tensor faciae latae sebagai perbatasan lateral dari kaki
atas dan m. Adductor longus sebagai perbatasan medial,kita mendapatkan dua
ruangan yang boleh dikatakan persegi tiga: trigonum femorale laterale dan
trigonum femorale mediale. Isi segitiga lateralnya terdiri dari rectus femoralis.
Segitiga medial terisi oleh perut-perut otot m. Illiopsoas dan m. Pectineus. Kira-
kira pada batas antara kedua otot inidapat kita rasakan pulsasi-pulsasi femoralis
bulsae. Disekitar pangkal paha terdapat sejumlah besar busae tapi hanya beberapa
diantaranya yang dilihatdari segi klinis mempunyai arti yaitu yang kadang-kadang
memperlihatkan adanya bursitis:
35
1. Bursa subcutanea trochanterica, yang terletak diatas trochanter major
2. Bura trochanterica (bursa glutealis), yang terletak yang terletak disebelah
dorsal dari trochanter major dan di bawah tendo dari m. Gluteus maximus
3. Bursa iliopectinea (psoas-bursa), yang terletak diantara m. Iliopsoas dan
sendi pangkal paha
4. Bursa ischiadica dipermukaan benjolan-benjolan tulang duduk
2.10.2 Anatomi lutut
Lutut merupakan sendi yang aneh bentuknya. Apabila kita melihatnya
permukaan sendinya dari femur dan tibia, boleh dikatakan hampir tidak terdapat
kesesuaian bentuk. Kedua condyli dari femur bersama membentuk sejenis Diablo.
Sebaliknya dataran tibia kurang lebih rata permukaannya. Ketiadaan kesesuaian
bentuk ini dikompensasikan oleh bentuk menisci. Pada bagian dorsal terdapat
simpai sendi yang kuat, yang diperkuat oleh berbagai-berbagai ligamen rongga
sendi lutut yang sangat luas dan melanjutkan diri dalam recessus su prapatellaris.
Disamping itu lutut mempunyai banyak bursae. Didalam lutut terdapat
ligamentum cruciatum anterius dan ligamentum cruciatum posterius. Karena
kedua ligamentum cruciantum ini dilapisi oleh membran synovial, ligamen-
ligamen ini terletak diluar sendi. Dengan kata lain letaknya intra artikuler tetapi
ekstra kapsuler. Di sebelah medial dan lateral terdapat ligament-ligamen kolateral.
Ligamentum collateral midiale mempunyai hubungan anatomis yang erat dengan
simpai sendi, sedangkan ligamentum collaterale laterale tidak terhubung pada
simpai sendi . ligamentum collateralle medaiale dan ligamentum collaterale
laterale dalam kebanyakan posisi lutut juga berssilangan boleh dikatakan ada
36
ligamentum cruciatum dalam dan luar. Keempat ligamen ini sepertinya
mengemudikan lutut dalam trayek gerakan antara fleksi dan ekstensi.
Dalam gerakan-gerakan ini yang terdiri dari m. Quadriceps dengan
tendonnya, patella dan ligamentum patellae juga memainkan peranan penting.
Patella itu dapat dianggap sebagai sebuah tulang bijan, yang terletak didalam
tendon quadriceps yang besar walaupun pelapis synovial pada bagian belakang
patella itu merupakan kelanjutan dari bagian lainnya simpai sendi, namun sering
kita sebutkannya sendi patelofemoral
Gerakan fleksi/ekstensi lutut jalannya tidak berporos suatu poros yang
tetap kalau diadakan ekstensi maka femur bergerak kearah belakang dilihat dari
segi tibia dan kalau diadakan fleksi kearah depan (gerakan luncur-gelinding).
Kedua menisci berhubungan baik dengan tiabia maupun denfan demur (ligamen
ligamen meniskotibial dan menisco femorial). Dalam keadaan ekstensi kaki
bawah tidak dapat berotasi. Rotasi yang terbesar dapat dilaksanakn pada tekukan
lutut 90 derajat. Hal itu menerangkan kenyataan bahwa pada saat rotasi diatas kaki
penopang yang lututnya dalam keadaan agak ditekuk, kekuatan yang terlalu besar
dapat mempengaruhi meniscus, yang dapat mengakibatkan terjadinya luka-luka
pada meniscus.
Disamping sendi tibiofemoral dan patelofemoral masih ada sendi ketiga
disekitar lutut, yaitu sendi tibiofibula proksimal. Fibula, dan oleh karena itu sendi
tibiofibuler proksimal dilihat dari fungsional lebih cenderung termasuk persendian
pergelangan kaki. Luka-luka didalam atau disekitar sendi ini hampir selalu
merupakan akibat suatu trauma pergelangan kaki. Mobilitas dan stabilitas lutut
37
selanjutnya sebagian besar ditentukan oleh otot-otot yang kuat. Dari otot-otot ini
m.quadriceps femoris sebagai eksensor. Fleksi lutut terjadi melalui otot-otot
hamstring ( lateral m. Biceps femoris dan medial m. Semitendinoseus serta m.
Semi membranosus). Juga m. Gracilis dan m. Sartorius member fleksi lutut.
Semua otot ini juga mempunyai fungsi penting dalam gerakan-gerakan didalam
pangkal paha . tendon-tendon dari m. Semitendonesus, m Sartorius, m gracilis
saling bertemu didalam pes anserinus superficialis) yang berinsersi pada bagian
anterommedial dari tibial. Diantara pes anserinus dan tibia terdapat bursa. M
semimem branosus berakhir sebagai pes anserinus profundus yang melekat pada
berbagai empat, antara lain disimpai sendi bagian belakang dana pada meniscus
medialis. M biceps femoralis, selain dari berinsersi pada caput fibulae, juga
berinsersi pada meniscus lateralis. Otot fleksor lutut yang berinsersi dibagian
lateral (m biseps femoris) juga memberi endorotasi didalam lutut, fleksor-fleksor
lainnya yang berinseri dibagian medial juga memberikan eksorotasi. M popliteus
merupakan satu-satunya fleksor/endorotator yang insersinya dibagian lateral yaitu
pada bagian depan dari condylus lateralis, tepat dibawah ligamentum collaterale
laterale. Disamping itu m popliteus mempunyai hubungan-hubungandengan
meniscus lateralis
2.10.3 Anatomi pergelangan kaki
Cara palling mudah untuk menguraikan tentang bentuk dan fungsi pergelangan
kaki dan kaki, ialah seperti dalam hal pergelangan tangan dan tangan, untuk
membuat pembagian kedalam kesatuan-kesatuan fungsional dari proksimal kearah
distal sebagai berikut:
38
a. Sendi loncat atas
Sendi loncat atas ini dibentuk oleh angkle fork dan trochea tali, permukaan
sendi talus yang berbentuk silinder yang disebut juga gulungan talus. Ankle fork
terdiri dari ujung-ujung distal dari tibia dan fibula yang dijaga sehingga tetap
bersatu oleh dua ligament yang kuat yaitu ligamentum tibiofibularis anterius dan
posterius. Gulungan talus tepat muat didalam angkle fork. Pada kedua belah sisi
gulungan talus terdapat tonjolan tulang dari tibia dan fibula yang disebut malleoli.
Secara fungsional sendi loncat atas dapat dianggap sebagai sebuah sendi engsel.
Gerakan-gerakan yang memungkinkan terdiri dari fleksi dorsal dan fleksi
plantaris yang mengelilingi suatu poros yang secara global jalannya lewat pusat
gulungan talus dan kedua malleoli. Tiga ligament yang kuat dan yang bersama-
sama kira-kira membentuk huruf T berjalan dari malleolus laterralis:
1. Ligamentum talofibulare anterius, (kedepan serta ke medial)
2. Ligamentum talofibulare posterior (kebelakang serta ke medial)
3. Ligamentum calcaneofibulare (kira-kira ke vertikal)
Ligament yang terakhir ini berjalan dari fibula ke calcaneus dan dengan demikian
terbentang, baik diatas sendi sendi loncat maupun sendi loncat bawah. Demikian
juga terdapat ligament-ligamen pada sisi medial yang jalannya dari malleolus
medialis (tibia) kepangkal kaki. Disini ligament-ligamen tidak membentuk huruf
T karena ligamentum tibiotalare anterior dan posterius jalannya tidak horizontal
tetapi agak miring kebawah. Konfigurasi disini lebih menyerupai anak panah yang
terarah ke atas. Bersama dengan ligamentum tibio calcaneare dan ligamentum
39
tibionavikuler mereka membentuk kesatuan yang berbentuk kipas. Dalam keadaan
biasa fleksiplantar yang dapat dilakukan oleh kaki itu sedemikian besar, sehingga
punggung kaki segaris dengan kaki bawah bagian depan. Bila kaki dalam posisi
sudut 90 derajat dengan kaki bawah kita menyebutnya posisi netral, maka
besarnya fleksinya planter kira-kira 90 derajat. Kira-kira separuh dari fleksi
plantar ini terjadi didalam sendi loncat atas. Dari posisi netral yang digambarkan
ini mungkin dilakukan fleksai dorsal yang rata-rata sebesar 20 derajat. Gerakan
fleksi plantar ditahan oleh ligament-ligamen yang berjalan dari dari malleoli
bagian depan kepunggung kaki: ligamentum talofibulare anterius ligamentum
tibiotalare anterius, dan ligamentum tibbionaviculare.
b. Sendi loncat bawah
Ini adalah sendi yang terletak diantara talus dan calcaneus. Terhadap talus
calcaneus dapat membuat gerakan varus dan gerakan valgus kecil. Semakin besar
posisi kaki dalam fleksi plantar semakin besar kemiringan varusnya yang terjadi
didalam sendi loncat bawah. Gerakan kearah valgus tetap minimal.
c. Sendi loncat atas
Lebih kearah distal terdapat sendi-sendi antara talus dan naviculare, antara
calcaneus dan cuboinumdan antara naviculare dan cuboideum. Lebih kearah distal
lagi, naviculare serta cuboideum masing-masing bersambung dengan ossa
cuneiformia serta os metatarsale V. Tulang-tulang ini saling terhubung oleh
ligament-ligamen yang jumlahnya banyak sekali. Tutlang-tulang yang letaknya
dibagian medial membentuk suatu lengkungan, yang tidak hanya terhubung oleh
ligament-ligamen pendek yang tersebut siatas ini, tetapi juga oleh ligament-
40
ligamen panjang antara lain facia plantaris, yang seperti senar busur panah yang
terentang diantara calcaeus bagian depan dan berbagai-bagai tulang distal , sampai
dengan kepala-kepala metatarsalia. Gerakan-gerakan ini diurai maka akan
diperoleh
1. Fleksi planter dan dorsal
2. Pronasi dan supinasi
3. Abduksi dan aduksi
2.10.4 Energi untuk kotraksi otot
Kontraksi memerlukan energi. Energi yang digunakan suplai dalam bentuk energy
kimia. Energy ini diambil dari molekul ATP (adenosin trifosfat) dan keratin fosfat
yang berenergi tinggi. Energy ini menggerakkan filament penghubung antara
aktin dan miosi. Keratin fosfat menyumbangkan fosforit dan ADP (adenosine
difosfat) selama otot berkontraksi ATP yang dihidrolisis akan terurai menjadi
ADP dan mengeluarkan energy. Jika kehabisan ATP dan tinggal di ADP, ADP ini
juga akan terurai menjadi AMP (adenosine monofosfat). Jika persediaan energy
habis, maka otot tidak akan berkontraksi lagi . untuk menggerakan berikutnya
perlu segera dibentuk energi yang berasal dari pemecahan molekul glukosa. Fase
ini disebut fase aerob
Glukosa (C6H12O6) + 02 6 H2O + 6CO2 + 38 ATP
Didalam otot tersimpan gula otot yaitu glikogen. Glikogen merupakan
bentuk glukosa cadangan didalam otot. Sepeerti halnya glukosa, glikogen siap
dibongkar menjadi energy atau ATP. Glikogen akan dilarutkan menjadi
41
laktosinogen, kemudian diuraikan menjadi glukosadan asam susu. Glukosa akan
diubah melalui peristiwa respirasi aerob maupun anaerob. Secara anaerob erjadi
apabila persediaan oksigen di otot telah menipis misalnya terjadi karena kontraksi
terus menerus saat berolahraga
Glukosa (C6H12O2) Asam laktat + 2 ATP
Timbunan asam laktat didalam otot yang berlebihan dapat menyebabkan rasa
letih. Rasa letih akan hilang jika sam laktat telah dioksidasi oleh oksigen menjadi
H2O dan CO2, serta menghasilkan energy. Energy ini dapat digunakan untuk
mengubbah asam laktat menjadi glukosa. Asam laktat yang menumpuk disel-sel
otot akan diangkut oleh darah ke hati untuk diubah kembali menjadi gllukosa atau
selanjutnya menjadi glikogen untuk disimpan diotot (koes irianto,2012)
2.11 Alat ukur
a. Vertical jump test
Metode paling sederhana untuk mengukur melompat vertikal seorang
atlet adalah untuk mendapatkan atlet untuk mencapai dinding datar,
dengan permukaan datar di bawah / nya kakinya ( seperti lantai gym atau
beton ) dan menandai titik tertinggi ia / dia bisa mencapai datar kaki ( ini
disebut sebagai " berdiri jangkauan " ) . Kemudian menginstruksikan
atlet untuk mengambil beberapa melompat, menandai off titik tertinggi ia
/ dia dapat mencapai . Selanjutnya, mengukur jarak antara keduanya. Ini
adalah lompatan vertikal berdiri atlet dan ini dapat dimonitor untuk
melacak setiap peningkatan melompat vertikal .
42
Tabel 2.1 nilai vertikal jump test berdasarkan jenis kelamin
Sekala Pria
(cm)
Wanita
(cm)
Sempurna >70 >60
Sangat bagus 61-70 51-60
Diatas rata-rata 51-60 41-50
Rata-rata 41-50 31-40
Dibawah rata-rata 31-40 21-30
Buruk 21-30 11-20
Sangat buruk <21 <11