19
6 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap (Respon Time) 1. Definisi Waktu Tanggap (Respon Time) Waktu Tanggap (respon time) adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari maupun waktu bencana. (Moewardi, 2003 dalam Haryatun &Sudarwanto, 2008) Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis.Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. (Depkes,2006) Waktu tanggap di Instalasi Gawat Darurat (IGD) semua rumah sakit yang telah terakreditasi harus memiliki kecepatan dan ketepatan yang baik. Waktu tanggap adalah waktu yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan ke gawat daruratan penyakitnya sejak memasuki pintu IGD Misalnya si pasien masuk ke pintu IGD pukul 12.00 dan menderita sesak napas, lalu oleh perawat jaga langsung diberikan oksigen pukul 12.03 dan melapor ke dokter jaga pukul 12.04, baru kemudian dokter IGD memeriksa si pasien pukul 12.10 dan memberikan terapi pukul 12.15, obat dimasukkan pukul 12.20. (Rissamdani, 2015). Kecepatan yaitu suatu kemampuan untuk pelayanan yang cepat (responsive). Pelayanan adalah suatu bagian atau urutan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Tentang Waktu Tanggap (Respon Time)

1. Definisi Waktu Tanggap (Respon Time)

Waktu Tanggap (respon time) adalah kecepatan memberikan pertolongan

yang memadai kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin

sehari-hari maupun waktu bencana. (Moewardi, 2003 dalam Haryatun

&Sudarwanto, 2008)

Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas

menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan

sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang datang

dengan gawat darurat medis.Pelayanan pasien gawat darurat adalah

pelayanan yang memerlukan pelayanan segera yaitu cepat, tepat dan

cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. (Depkes,2006)

Waktu tanggap di Instalasi Gawat Darurat (IGD) semua rumah sakit yang

telah terakreditasi harus memiliki kecepatan dan ketepatan yang baik.

Waktu tanggap adalah waktu yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan

pertolongan yang sesuai dengan ke gawat daruratan penyakitnya sejak

memasuki pintu IGD Misalnya si pasien masuk ke pintu IGD pukul

12.00 dan menderita sesak napas, lalu oleh perawat jaga langsung

diberikan oksigen pukul 12.03 dan melapor ke dokter jaga pukul 12.04,

baru kemudian dokter IGD memeriksa si pasien pukul 12.10 dan

memberikan terapi pukul 12.15, obat dimasukkan pukul 12.20.

(Rissamdani, 2015).

Kecepatan yaitu suatu kemampuan untuk pelayanan yang cepat

(responsive). Pelayanan adalah suatu bagian atau urutan yang terjadi

dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin

secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

7

Bahasa Indonesia pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang

lain, sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa

yang diperlukan seseorang. Pelayanan cepat menentukan kepuasan

pasien.Berapa lama pasien harus menunggu di loket pendaftaran hingga

dia mendapatkan kartu, demikian hal ketika menunggu untuk diperiksa

dokter atau perawat. Kecepatan pelayanan yaitu target waktu pelayanan

dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit

penyelenggara pelayanan. (Kepmen, 2003)

Kecepatan Pelayanan dalam hal ini adalah pelaksanaan tindakan atau

pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam standar waktu yang telah

ditetapkan dari pertama kedatangan pasien di IGD.Waktu tanggap pada

system realtime, didefinisikan sebagai waktu dari saat kejadian (internal

dan eksternal) sampai instruksi pertama rutin layanan yang dimaksud

dieksekusi, disebut dengan event response time.Sasaran dari penjadwalan

ini adalah meminimalkan waktu tanggap angka keterlambatan pelayanan

pertama gawat darurat/emergency response time rate.(Nursahim, 2015)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

856/Menkes/SK/IX/2009, tentang standar pelayanan Instalasi Gawat

Darurat (IGD) Rumah Sakit, standar waktu pelayanan pasien diruang

Gawat Darurat paling lambat 5 menit setelah sampai di ruang Instalasi

Gawat darurat (Kementerian Kesehatan RI, 2009).

Waktu tanggap pelayanan merupakan gabungan dari waktu tanggap saat

pasien tiba di depan pintu rumah sakit sampai mendapat tanggapan atau

respon dari petugas instalasi gawat darurat dengan waktu pelayanan yaitu

waktu yang di perlukan pasien sampai selesai. Waktu tanggap dikatakan

tepat waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan tidak

melebihi waktu rata-rata standar yang ada. (Haryatun dan Sudarwanto

2008).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

8

Pelayanan Gawat Darurat adalah salah satu Faktor penting dalam proses

tindakan penyelamatan jiwa pasien (life saving), sehingga pelayanan ini

menjadi salah satu kunci utama dalam proses pelayanan medik di rumah

sakit. Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di

Rumah sakit adalah angka keterlambatan pertama gawat darurat

(emergency respon time rate). Angka keterlambatan ini sebisa mungkin

dihindari, keberhasilan penanganan gawat darurat bisa dinilai dari

beberapa faktor yang mendukung yaitu:

a. Pelayanan pertama gawat darurat dikatakan terlambat apabila

pelayanan terhadap pasien gawat atau darurat dilayani oleh petugas

UGD Rumah sakit > 5 menit.

b. Petugas UGD adalah petugas yang bekerja di UGD Rumah sakit

yang telah di latih Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)

c. Tindakan life saving adalah tindakan yang ditujukan untuk

menyelamatkan jiwa yang sedang terancam karena penyakit atau

luka yang dideritanya.

Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan

tugas yang menantang, dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati.

Sistem Pelayanan Tanggap Darurat ditujukan untuk mencegah kematian

dini (early) karena trauma yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga

beberapa jam sejak cedera (kematian segera karena trauma, immediate,

terjadi saat trauma. Perawatan kritis, intensif, ditujukan untuk

menghambat resiko kecacatan dan bahkan kematian. Hal ini bisa saja

terjadi karena trauma yang terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa

minggu setelah trauma tidak mendapatkan penanganan yang optimal.

Berdasarkan kasus di atas, penilaian awal merupakan salah satu item

kegawatdaruratan yang sangat mutlak harus dilakukan untuk mengurangi

resiko kecacatan, bahkan kematian (Patricia, 2010).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

9

Tujuan penilaian awal adalah untuk menstabilkan pasien,

mengidentifikasicedera/kelainan pengancam jiwa dan untuk memulai

tindakan sesuai, serta untuk mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan

definitif atau transfer kefasilitas sesuai. (Depkes,2002)

2. Faktor-Faktor Yang MempengaruhiWaktu Tanggap (Respon Time)

Faktor-faktor yang mempengaruhi respon time perawat meliputi

(Jordiawan, 2015) :

1. Sumber Daya Manusia

a. Umur

Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai

dengan batas terakhir masa hidupnya. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang

yang lebih dewasa akan lebih percaya dari orang yang belum cukup

kedewasaanya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan

kematangan jiwa (Hurlock,2002).Dengan demikian semakin tua

umur pegawai maka makin konstruktif dalam mengatasi masalah

dalam pekerjaan dan terampil dalam memberikan pelayanan pada

klien.

b. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita

tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun

manusia berbuat dan mengisi kehidupannya mencapai keselamatan

atau kebahagiaan.Manajemen pendidikan tenaga kesehatan secara

umum tidak berbeda dengan pendidikan manajemen pendidikan

lainnya, hanya saja materi yang diajarkan disesuaikan dengan

tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan

(Depkes RI, 2000).Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan

informasi atau hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

10

meningkatkan kualitas hidup. Faktor pendidikan seseorang sangat

menentukan kesiapan dalam memberikan pelayanan, orang yang

berpendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi masalah dan

berperan lebih baik dan efektif serta konstruktif daripada yang

berpendidikan rendah (Nursalam, 2001).

c. Masa Kerja

Pengalaman adalah guru yang baik, oleh sebab itu pengalaman

identik dengan lama kerja (masa kerja). Pengalaman itu merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dalam upaya

meningkatkan pelayanan kepada pasien. Hal ini dilakukan dengan

cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

Sehingga dapat dikatakan, semakin lama seseorang bekerja

semakin baik pula dalam memberikan pelayanan (Notoadmojo,

2003).

2. Motivasi

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang

anggota organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam

bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung

jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian

tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang ditentukan

(Siagian,2004).Sedangkan Gerungan (2000) menambahkan bahwa

motivasi adalah penggerak, alasan-alasan atau dorongan dalam diri

manusia yang menyebabkan dirinya melakukan suatu

tindakan/bertingkah laku.Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan suatu penggerak atau dorongan-dorongan yang terdapat

dalam diri manusia yang dapat menimbulkan, mengarahkan, dan

mengorganisasikan tingkah lakunya.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

11

3. Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktifitas sehari-

hari.Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya.Beban-beban

tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga

disebut beban kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan

tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.Beban kerja dapat berupa

beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat, dan

mendorong.Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana

tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan

individu lainnya (Manuaba, 2000). Everly dan Girvano (dalam

Munandar,2001) menambahkan kategori lain dari beban kerja, yaitu

kombinasi dari beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif. Beban

berlebih secara fiskal ataupun mental, yaitu harus melakukan terlalu

banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan.Unsur

yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif adalah kondisi kerja,

yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin

secara tepat dan cermat.

4. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai maksud dan tujuan. Prasarana adalah segala sesuatu yang

merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha,

pembangunan, dan proyek). Antara sarana dan prasarana tidak terlalu

jauh berbeda, karena keduanya saling berkaitan dan tidak dapat

dipisahkan.Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada

pasien yang dating ke IGD memerlukan standar sesuai kompetensi

dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan

gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang

tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana

dan sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai

standar yang telah ditetapkan (Kepmenkes, 2009).Canadian of

Association Emergency Physician (2012) menuliskan bahwa kejadian

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

12

kurangnya stretcher untuk penanganan kasus yang akut berdampak

serius terhadap kedatangan pasien baru yang mungkin saja dalam

kondisi kritis. American College of Emergency Physician (2008)

menuliskan bahwa pada IGD yang mengalami permasalahan

berlimpahnya jumlah pasien yang ingin mendapatkan pelayanan,

menempatkan seorang dokter diwilayah triase dapat mempercepat

proses pemulangan pasien atau discharge untuk pasien minor dan

membantu memulai penanganan pada pasien yang kondisinya lebih

sakit. Green, et.al (2006) mengemukakan bahwa pada perubahan yang

sangat kecil dan perubahan yang sangat kecil dan sederhana dalam

penempatan staf sangat berdampak pada keterlambatan pada

penganganan di IGD.

B. Konsep Tentang Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,

yang berkaitan dengan perasaan tidak pasrti dan tidak berdaya. Keadaan

emosi ini tidak objek yang spesifik kecemasan secara subjektif dan

dikomunikasikan secara interpersonal. (Stuart, 2007)

Menurut suliswati dkk (2005) kecemasan merupakan respon individu

terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh

makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan

mengenai kekhawatiran atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang,

dan emosi yang dialami seseorang. Kecemasan adalah suatu keadaan

tertentu (state anxiety), yaitu menghadapi sesuatu yang tidak pasti dan

tidak menentu terhadap kemampuanya dalam menghadapi objek tersebut.

Hal tersebut berupa emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh

individu dan bukan merupakan kecemasan yang melekat pada

kepribadian. Kecemasan sebagai sesuatu pengalaman subjektif mengenai

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

13

ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau

ancaman. (Listiriani,2013)

Kecemasan (anxiety) adalah penjelmaan berbagai proses emosi yang

bercampur-baur, yang terjadi manakala seseorang sedang mengalami

berbagai tekanan-tekanan atau ketegangan (stress) seperti perasaan

(frutrasi) dan pertentangan batin (konflik batin). Perasaan yang timbul

karena ada dua sebab, pertama dari apa yang disadari seperti rasa takut,

terkejut, tidak berdaya, merasa terancam, dan sebagainya. Kedua yang

terjadi diluar kesadaran dan tidak mampu menghindari perasaan yang

tidak menyenangkan. (Listiriani, 2013)

Kecemasan/ansietas dapat terjadi bila pasien atau keluarga pasien

mengalami suatu proses pada perubahan status kesehatan seperti,

perubahan peran fungsi, status sosioekonomi dan lingkungan, pola

interaksi, kebutuhan yang tidak terpenuhi, perubahan kehidupan yang

baru serta kehilangan teman/orang terdekat. Tingkah laku bervariasi

seperti, ketegangan wajah, tremor tangan, fokus pada diri dan kurangnya

minat dalam aktivitas. Hal ini dapat dibuktikan dengan ketakutan pada

pasien atau keluarga pasien, susah beristirahat, banayak bertanya, tidak

tenang (mondar-mandir), aktivitas yang tidak bertujuan dan insomnia.

(Listiriani, 2013)

2. Macam-Macam Kecemasan

Kecemasan merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia

terkait.Freud (dalam Anwar, 2009) membagi kecemasan menjadi 3 (tiga),

yaitu :

a. Kecemasan Obyektif

Merupakan kecemasan yang timbul akibat seseorang menyadari

bahwa ada sumber bahaya pada lingkungan tempatnya berada.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

14

b. Kecemasan Psikotis

Kecemasan yang muncul karena pertahanan ego yang terancaman

akan dikalahkan oleh insting Id untuk memenuhi keinginan-

keinginan yang pemuasannya bertentangan dengan masyarakat

namun ego berusaha untuk menekannya.

c. Kecemasan Moral

Merupakan kecemasan yang muncul karena rasa ego mengerjakan

sesuatu atau berpikir yang bertentangan dengan norma-norma dan

moral yang dianut masyarakat sehingga seseorang merasa berdosa

dan malu.

3. Tingkat Kecemasan Dan Rentang Respon Cemas

Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu

yaitu ringan, berat, dan panik. (Suliswati dkk, 2008)

a. Kecemasan Ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari individu

masih wasapada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan

indera. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu

memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan

dan kreatifitas.

b. Kecemasan Sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya,

terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan

sesuatu arahan orang lain.

c. Kecemasan Berat

Lapangan persepsi Individu sangat sempit pusat perhatiannya pada

detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal

lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan

dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

15

d) Panik

Individu Kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena

hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun

denga perintah. Terjadi peningkatan aktifitas motorik, berkurangnya

kemampuan berhubungan dengan lain, penyimpangan persepsi dan

hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif.

Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian.

Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan rentan respon individu

berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptive seperti :

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Bagan 2.1 Rentang Respon Cemas

Stuart (2005) memberikan suatu penilitian respon fisiologis dan respons

perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan meliputi:

a. Sistem Kardiovaskuler

Respon yang terjadi adalah palpitasi, jantung berdebar, tekanan

darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah

menurun, Denyut nadi menurun.

b. Sistem Pernapasan

Respon yang terjadi adalah napas cepat, sesak napas, tekanan pada

dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi

tercekik, terengah-enggah.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

16

c. Sistem Neuromuskuler

Respon yang terjadi adalah refleks meningkat, reaksi kejutan, mata

berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang,

kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal.

d. Sistem Gastrointestinal

Respon yang terjadi adalah kehilangan napsu makan, menolak

makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual,

nyeri ulu hati, diare.

e. Sistem Saluran perkemihan

Respon yang terjadi adalah tidak dapat menahan kencing, sering

berkemih.

f. Sistem Integument (Kulit)

Respon yang terjadi adalah wajah kemerahan, berkeringat setempat

(telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah

pucat, berkeringat seluruh tubuh.

g. Sistem Perilaku

Respon yang terjadi adalah gelisah, ketegangan fisik, reaksi terkejut,

bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera,

menarik diri dari hubungan interpersonal, menghindar, melarikan

diri dari masalah, sangat waspada.

h. Sistem Kognitif

Respon yang terjadi yaitu perhatian terganggu, konsentrasi buruk,

pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir,

lapangan persepsi menurun, preokupasi, bingung, sangat waspada,

kehilangan, objektivitas, takut kehilangan kendali.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

17

i. Sistem Afektif

Respon yang terjadi yaitu mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,

tegang, gugup, ketakutan, waspada, kekhawatiran, kecemasan, rasa

bersalah.

Menurut Hawari (2004) instrumen lain yang dapat digunakan untuk

mengukur skala kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale

(HARS) yaitu mengukur aspek kognitif dan afektif meliputi:

a. Perasaan cemas ditandai dengan: cemas, firasat buruk, takut akan

pikiran sendiri, mudah tersinggung.

b. Ketegangan ditandai oleh: merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat

nyenyak, mudah terkejut, mudah menangis, gelisah, gemetaran,

mudah terkejut.

c. Ketakutan ditandai oleh: ketakutan gelap, ketakutan ditinggal

sendiri, ketakutan pada orang yang baru dikenal, ketakutan pada

binatang besar, ketakutan pada keramaian, ketakutan pada

kerumunan orang banyak.

d. Gangguan tidur ditandai oleh: Sukar mulai tidur, bangun malam hari,

tidak tidur nyenyak, suka mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.

e. Gangguan kecerdasan ditandai oleh: daya ingat buruk, daya ingat

menurun, sulit berkonsentrasi.

f. Perasaan depresi ditandai oleh: kehilangan minat, sedih, bangun dini

hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah-ubah pada

malam hari.

g. Gejala somatik ditandai oleh: nyeri pada otot, kaku, kedutaan otot,

gigi gemeretak, suara tidak stabil.

h. Gejala sensorik ditandai oleh: telinga berdengung, penglihatan

kabur, muka merah dan pucat, merasa lelah, perasaan ditusuk-tusuk.

i. Gejala kardiovaskuler ditandai oleh: Denyut nadi cepat, berdebar-

debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau

pingsan, detak jantung hilang sekejap.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

18

j. Gejala pernapan ditandai oleh: Rasa tertekan di dada, pernapasan

tercekik, merasa nafas pendek/sesak, sering menarik nafas panjang.

k. Gejala gastrointestinal di tandai oleh: sulit menelan, mual, perut

melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum dan sesudah

makan, rasa panas di perut, perut terasa kembung atau penuh,

muntah, berat badan menurun, konstipasi (sukar buang air besar).

l. Gejala urogenital ditandai oleh: sering kencing, tidak dapat menahan

kencing, masa haid berkepanjangan, masa haid sangat pendek.

m. Gejala otonom ditandai oleh: mulut kering, muka merah kering,

mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala tersa berat, bulu-

bulu berdiri.

n. Perilaku sewaktu wawancara ditandai oleh: gelisah, tidak tenang, jari

gemetaran, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot

meningkat, napas pendek dan cepat, muka merah.

4. Faktor Predisposisi

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan

(Stuart, 2007).

a. Dalam pandangan psikoanalitis, adalah konflik emosional yang

terjadi antara dua element kepribadian id dan superego. Ego

berfungsi menengahi tuntutan dari dua element yang bertentangan.

b. Dalam pandangan interpersonal, kecemasan dapat timbul dari

perasaan takut terhadap penolakan interpersonal. Kecemasan dapat

juga berhubungan dengan perkembangan.

c. Menurut pandangan perilaku, sesuatu yang menganggu kemampuan

individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Kajian keluarga menyatakan bahwa gangguan kecemasan juga

tumpah tindih antara gangguan kecemasan dengan depresi.

e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

untuk benzodiazepine, obat-obat yang meningkatkan neuroregulator

inhibisi asam gama (GABA) yang berperan dalam mekanisme

biologis yang berhubungan dengan kecemasan.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

19

5. Faktor Presipitasi

Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

mencetuskan timbulnya kecemasan. Stessor presipitasi kecemasan dapat di

kelompokan menjadi dua bagian (Suliswati dkk, 2005) :

a. Ancaman terhadap integritas fisik:

1) Sumber internal, meliputi kegagalan imun mekanisme fisiologis

system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.

2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak

adekuatnya tempat tinggal.

b. Ancaman terhadap harga diri:

1) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal

dirumah dan ditempat kerja, penyesuaian terhadap peran yang

baru. Ancaman terhadap integritas fisik dapat juga mengancam

harga diri.

2) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan tekanan sosial budaya.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

a. Pengalaman negatif pada masa lalu

Pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenagkan pada masa

lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa

mendatang, apabila individu tersebut menghadapi situasi atau

kejadian yang sama dan juga tidak menyenangkan.

b. Pikiran yang tidak rasional

Para psikolog memperdebatkan bahwa kecemasan bukan karena

suatu kejadian, melainkan kepercayaan atau keyakinan tentang

kejadian itulah yang menjadi penyebab kecemasan (Ghufron, 2010).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

20

Dalam Stuart dan Sundeen (2000), faktor-faktor yang kecemasan adalah

sebagai berikut:

a. Usia

Usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia

semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan

dalam menghadapi berbagai persoalan.

b. Status kesehatan jiwa dan fisik

Kelelahan fisik dan penyakit dapat menurunkan mekanisme

pertahanan alami seseorang.

c. Nilai-nilai budaya dan spiritual

Budaya dan spiritual mempengaruhi cara pemikiran seseorang.

Regligiutas yang tinggi menjadikan seseorang berpandangan positif

atas masalah yang dihadapi.

d. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan

orang tersebutmudah mengalami kecemasan, semakin tingkat

pendidikannya tinggi akan berpengaruh terhadap kemampuan

berpikir.

f. Respon koping

Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami kecemasan,

ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif sebagai

penyebab perilaku patologi.

g. Dukungan sosial

Dukungan sosial dari lingkungan sebagai sumber koping, dimana

kehadiran orang lain dapat membantu seseorang mengurangi

kecemasan dan lingkungan mempengaruhi area berpikir seseorang.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

21

h. Tahap perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas

stressor yang berbeda sehingga menjadi stres pada tiap

perkembangan berbeda. Pada tingkat perkembangan individu

membentuk kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stres.

i. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam menghadapi stressor yang sama.

j. Pengetahuan

Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan

dapat digunakan untuk mengatasi masalah.

7. Reaksi Kecemasan

Kecemasan dapat menimbulkan reaksi kontruktif maupun destruktif bagi

individu.

a. Konstruktif

Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terhadap

perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hudup.

b. Destruktif

Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.

C. Tinjauan Tentang Kecemasan Keluarga Menunggu Pasien

Sebuah keluarga merupakan unit dasar dari masayarakat dimana anggotanya

mempunyai suatu komitmen untuk memelihara satu sama lain baik secara

emosi maupun fisik. Sebuah keluarga dapat dipandang sebagai sistem

terbuka.Suatu perubahan atau gangguan pada salah satu bagian dari sistem

dapat mengakibatkan perubahan atau gangguan dari seluruh sistem.Stres atau

cemas yang dihadapi dan dialami oleh salah satu anggota keluarga

mempengaruhi seluruh keluarga. Cemas disebabkan oleh karena krisis situasi,

tidak terpenuhinya kebutuhan, perasaan tidak berdaya dan kurang kontrol

pada situasi kehidupan (Astuti & Sulastri, 2012).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

22

Kondisi sakit tidak dapat dipisahkan dari peristiwa kehidupan.Klien dan

keluarganya harus menghadapi berbagai perubahan yang terjadi akibat

kondisi sakit dan pengobatan yang dilaksanakan. Keluarga umumnya akan

mengalami perubahan perilaku dan emosional, setiap orang mempunyai

reaksi yang berbeda-beda terhadap kondisi yang dialami. Penyakit yang berat,

terutama yang dapat mengancam kehidupan, dapat menimbulkan perubahan

perilaku yang lebih luas, kecemasan, syok, penolakan, marah.Hal tersebut

merupakan respon umum yang disebabkan oleh stres (Potter, 2005).

Pasien yang dirawat diruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) mengalami

keadaan gawat yang mengancam kehidupan. Untuk itu perawat diruang IGD

cenderung cepat dan tepat serta kegiatannya dilakukan secara terus menerus

dalarn 24 jam.Keadaan tersebut dapat menimbulkan krisis dalam keluarga,

terutama jika sumber krisis merupakan stimulus yang belum pernah dihadapi

oleh keluarga sebelumnya.Keluarga yang menunggu pasien secara terus

menerus akan menimbulkan kecemasan bagi keluarga pasien yang dirawat di

IGD mengingat keluarga adalah suatu sistem terbuka dimana setiap ada

perubahan atau gangguan pada salah satu sistem dapat mengakibatkan

perubahan atau gangguan bagi seluruh sistem tersebut. Keluarga yang

menunggu di IGD pun mengalami kecemasan apalagi keluarga yang sakit

tidak mendapat penanganan segera akan semakin memperberat kecemasan.

Oleh karena itu kecemasan yang dialami oleh salah satu keluarga

mempengaruhi seluruh keluarga lain. (Kusuma, 2007)

Bagi keluarga pasien yang berada dalam keadaan kritis (critical care patients)

dalam kenyataannya memiliki stress emosional yang tinggi. Mendapatkan

informasi tentang kondisi medis pasien dan hubungan dengan petugas

pemberi pelayanan merupakan prioritas utama yang diharapkan dan

diperlukan oleh keluarga pasien. Para peneliti mendapatkan data peningkatan

kejadian stress yang dialami oleh keluarga pasien adalah segera setelah

pasien berada di ruang IGD. Disamping itu perawatan pasien diruang IGD

menimbulkan stress bagi keluarga pasien juga karena lingkungan rumah

sakit, dokter dan perawat merupakan bagian yang asing. Untuk itu pelayanan

keperawatan perlu memberikan perhatian untuk memenuhi kebutuhan

keluarga dalam frekuensi, jenis, dan dukungan komunikasi.Sejalan dengan

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

23

itu, pelayanan keperawatan juga perlu memahami kepercayaan, niali-nilai

keluarga, menghormati struktur, fungsi, dan dukungan keluarga (Potter &

Perry, 2009).

Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2004) merupakan

bantuan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga

lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam

sebuah keluarga. Keberhasilan perawat di rumah sakit akan menjadi sia-sia

apabila tidak didukung oleh peran serta dukungan keluarga (Taylor, 1995

dalam ambari, 2010). Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan dari

commission of the family (1998, dalam Dolan dkk, 2006) bahwa dukungan

keluarga dapat memperkuat setiap individu, pasien, menciptakan kekuatan

keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai

potensi sebagai strategi pencegahan utama bagi seluruh keluarga dalam

menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi

dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang penuh tekanan

(Ambari, 2010). Saling mendukung, saling mengasihi, dan saling menghargai

antar sesama anggota keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga merupakan

fungsi internal keluarga yang disebut fungsi efektif. Friedman, 1986 dalam

Setiawati dan Dermawan (2008).

Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan

eksternal yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk

menanganinya maka timbul cemas. Dampak dari kecemasan

akanmempengaruhi pikiran dan motivasi sehingga keluarga tidak mampu

mengembangkan peran dan fungsinya yang bersifat mendukung terhadap

proses penyembuhan dan pemulihan anggota keluarganya yang sedang

dirawat di ruang ICU (Keltner, 1995; Sibuea, 2010).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Tentang Waktu Tanggap ...repository.sari-mutiara.ac.id/368/4/CHAPTER II.pdf · Salah satu indikator penting dalam pelayanan Gawat Darurat di Rumah

24

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoadmodjo, 2010). Berdasarkan pola pemikiran diatas maka kerangka

konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Skema 2.1 : Kerangka Konsep

E. Hipotesis Penelitian

Ha : Adanya hubungan antara respon time perawat dengan tingkat

kecemasan keluarga pasien di IGD RSU SariMutiara Medan.

Respon Time Kecemasan

Keluarga Pasien

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA