Upload
randa-gusti-romel
View
182
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN KONDISI UMUM DAERAH PERENCANAAN
2.1 Umum
Wilayah Gedebage merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi
untuk berkembang dan mendukung upaya Kota Bandung untuk menjadi kota jasa.
Wilayah Gedebage adalah daerah di kawasan Timur Bandung yang berada dalam
kondisi datar sehingga menjadi tempat limpasan air hujan yang berada di
sekitarnya. Air limpasan tersebut berasal dari sungai-sungai, baik dari kawasan
timur dan utara Kota Bandung semuanya akan bermuara di Gedebage.
Wilayah Gedebage yang terletak di sebelah timur Kota Bandung
merupakan wilayah perluasan dari Kotamadya Dati II Bandung, serta mempunyai
batas administratif sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan jalan raya Soekarno-Hatta.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Dati II Bandung.
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Dati II Bandung.
Sebelah barat berbatasan dengan Wilayah Tegallega dan Karees Kotamadya
Dati II Bandung.
Pusat pemerintahan kantor Pembantu Walikotamadya Bandung Wilayah
Gedebage terletak di kecamatan Rancasari. Luas wilayah Gedebage adalah ±
2809,39 Ha. Wilayah Gedebage terdiri dari 3 kecamatan, yaitu Kecamatan
Rancasari, Kecamatan Margacinta dan Kecamatan Bandung Kidul. Wilayah
Gedebage mengemban fungsi sebagai berikut :
Daerah pemukiman
Kawasan cadangan industri wilayah Bandung Timur
Penahan arus urbanisasi ke pusat kota.
Wilayah Gedebage memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai
kawasan perumahan serta diharapkan mempunyai peran penting sebagai
pendukung bagi pengembangan dan pembangunan Kotamadya Dati II Bandung.
II-1
2.2 Kondisi Umum Wilayah
Indentifikasi wilayah perencanaan ditinjau dari karakteristik fisik dasar
meliputi; topografi, geologi, kemiringan lahan, hidrologi dan klimatologi.
2.2.1 Topografi
Kondisi topografi Wilayah Gedebage mempunyai ketinggian antara 650-
700 meter diatas permukaan laut. Wilayah ini merupakan dataran rendah dan
umumnya membentuk medan bergelombang dan pada beberapa tempat tertentu
terdapat cekungan dengan kemiringan 0 – 3 %. Sedangkan keadaan topografi
Wilayah Gedebage yang relatif datar ini memiliki kemiringan lahan antara 2 – 5
%.
2.2.2 Geologi
Dari keadaan geologi permukaan, sebaran batu dan tanah di wilayah
perencanaan terdiri dari : lempung lanauan, lapisan gambut, lapisan pasir dan
lempung berpasir. Jenis tanah yang tersebar di wilayah perencanaan adalah jenis
tanah alluvial.
2.2.3 Kemiringan Tanah
Kemiringan lahan sebagai bentuk alami permukaan tanah, merupakan
salah satu faktor dalam penentuan kemampuan tanah untuk menampung kegiatan-
kegiatan diatasnya. Kemiringan lahan antara 2 – 5 % merupakan kemiringan yang
sangat dominan di lokasi wilayah perencanaan, dimana kondisi semacam ini
merupakan kendala bagi saluran drainase kota. Untuk itu perlu penanganan
khusus bagi Wilayah Gedebage yang rawan terhadap banjir terutama pada saat
musim hujan.
2.2.4 Hidrologi
Hidrologi air permukaan yang terdapat di Wilayah Gedebage terbagi atas
air tanah dangkal ( bebas ) dan air tanah dalam. Air tanah dangkal ( bebas ) berupa
sumur pantek dan sumur gali dapat diperoleh pada kedalaman kurang dari 5 – 10
II-2
meter dari permukaan. Sedangkan kondisi air tanah dalam secara umum
mengikuti pola air tanah cekungan Bandung secara keseluruhan, yakni arah aliran
air bertekanan ke selatan dengan kedalaman akuifer terbagi dalam 3 ( tiga )
kelompok, yaitu :
Kurang dari 40 m.
Antara 40 – 150 m.
Lebih dari 150 m.
Bentuk akuifer berupa pasir tufa setempat dengan debit air antara 2
liter/detik hingga 10 liter/detik dan kualitas umumnya baik.
Pada kawasan perencanaan terdapat beberapa sungai yang mengalir,
diantaranya: Sungai Cipamokolan, Sungai Cidurian, Sungai Cisaranten, Sungai
Cikapundung Kolot, Sungai Citepus, Sungai Cipariuk, Sungai Cinambo, dan lain-
lain. Sungai-sungai ini umumnya kering pada musim kemarau, namun pada
musim hujan pada beberapa sungai sering terjadi banjir.
2.2.5 Klimatologi
Keadaan iklim di daerah ini tidak banyak menyimpang dari keadaan rata-
rata iklim wilayah yang letak geografinya di daerah tropis yaitu beriklim tropis
yang dipengaruhi oleh angin barat dan angin timur.
Dengan hawa yang sejuk dan suhu udara berkisar antara 18,5 º C – 28,5 º
C Kota Bandung mempunyai lama penyinaran matahari sekitar 60% serta
kelembaban udara 80%. Curah hujan rata-rata di Kota Bandung pada tahun 1988
sebesar 1861 mm, dengan jumlah hari hujan sebanyak 179 hari.
Keadaan udara secara geografis tergantung dari garis lintang, pengaruh
masa daratan, masa air vegetasi, lamanya penyinaran matahari dan ketinggian
tempat. Di kawasan perencanaan tidak terdapat / belum ada stasiun klimatologi,
maka keterangan mengenai temperatur udara diambil dari stasiun terdekat. Nilai
perubahan temperatur terhadap ketinggian disebut “ temperature Lapse Rate “,
yaitu dengan setiap kenaikan tempat sebesar 100 meter, temperatur akan turun
sebesar ± 0,6 ºC. Dengan pendekatan dan perhitungan tersebut maka suhu udara
rata-rata kawasan perencanaan dapat diketahui. Kondisi suhu rata-rata di
II-3
Kotamadya Bandung dan kondisi curah hujan, kelembaban dan lamanya
penyinaran matahari, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Suhu Udara Rata-rata di Kotamadya Bandung
No. BulanSuhu Udara ºC
Minimum Maksimum
1 Januari 18.3 27.72 Februari 18.2 28.43 Maret 18.0 28.64 April 17.9 28.85 Mei 17.5 28.66 Juni 17.5 28.67 Juli 16.2 28.38 Agustus 16.1 28.69 September 16.9 28.910 Oktober 17.0 29.311 November 17.8 28.912 Desember 17.8 28.4
Sumber : Kompilasi Data Rencana Detail Tata Ruang Kota, Meteorologi dan Geofisika
Tabel 2.2 Curah hujan, Kelembaban dan Penyinaran Matahari di Kotamadya Bandung
No. BulanHujan
KelembabanPenyinaran Matahari
( % )mm hari
1 Januari 18.3 27.7 82.3 41.72 Februari 18.2 28.4 80.4 553 Maret 18.0 28.6 81.9 52.84 April 17.9 28.8 83 55.65 Mei 17.5 28.6 80.4 59.56 Juni 17.5 28.6 78.5 62.67 Juli 16.2 28.3 76.6 68.28 Agustus 16.1 28.6 72.6 749 September 16.9 28.9 76.1 57.510 Oktober 17.0 29.3 73.9 62.411 November 17.8 28.9 80.4 48.612 Desember 17.8 28.4 81.6 49Sumber : Kompilasi Data Rencana Detail Tata Ruang Kota, Meteorologi dan Geofisika
II-4
2.3 Kondisi Demografi
Uraian kependudukan di wilayah Gedebage pada dasarnya dimaksudkan
untuk mengetahui potensi sumber daya manusia di suatu daerah baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini penting mengingat perkembangan suatu
daerah sangat ditentukan oleh aktivitas maupun tingkah laku dari sumber daya
manusia tersebut.
2.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah Gedebage pada tahun 1989 adalah sebesar
112.624 jiwa. Jumlah ini mengalami peningkatan pada tahun 1991 menjadi
118.662 jiwa. Walaupun jumlah penduduknya relatif kecil, tetapi persentase
pekembangan penduduk rata-rata cukup tinggi selama kurun waktu 2 tahun yaitu
sebesar 2,6%.
Berdasarkan hasil perhitungan, kepadatan penduduk yang tertinggi
terdapat di Kecamatan Margacinta dan kepadatan sedang di Kecamatan Bandung
Kidul serta Kecamatan Rancasari. Sedangkan secar keseluruhan kepadatan
penduduk di wilayah Gedebage pada tahun 1990 adalah 41jiwa/ha. Secara terinci
jumlah penduduk di wilayah Gedebage dan kepadatan penduduk dapat dilihat
pada tabel 2.3 dan tabel 2.4.
II-5
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk di Wilayah Gedebage Tahun 1989, 1990 dan 1991
No KecamatanJumlah Penduduk
Laju Pertambahan Penduduk
1989 1990 1991 89-90 90-91 89-91
IKEC.BANDUNG KIDUL
1 Kelurahan Wates 4.998 5.830 5.653 16,65 -3,04 6,81
2Kelurahan Batununggal 12.022 12.289 12.240 2,22 -0,4 0,91
3 Desa Mengger 3.226 3.422 3.421 6,08 -0,03 3,024 Desa Kujangsari 9.552 9.762 9.674 2,2 -0,9 0,65
Sub-total 29.798 31.303 30.988 5,05 -1,01 2,02II KEC.MARGACINTA
5 Desa Margasenang 17.520 17.323 17.687 -1,12 2,1 0,496 Desa Margasari 15.699 15.462 15.445 -1,51 -0,11 -0,817 Desa Sekejati 24.022 24.692 25.246 2,79 2,24 2,52
Sub-total 57.241 57.477 58.378 0,41 1,57 0,99III KEC. RANCASARI
8 Desa CisarantenKidul 9.962 10.455 11.602 4,95 10,97 7,969 Desa Cipamokolan 10.103 10.103 11.551 0 14,33 7,17
10 Desa Derwati 6.240 6.175 6.603 -1,04 6,93 2,94
Sub-total 26.305 26.733 29.756 1,63 11,31 6,47Total 113.344 115.513 119.122 1,91 3,12 2,52
Sumber : Data Potensi Desa/Kelurahan
II-6
Tabel 2.4 Kepadatan Penduduk Wilayah Gedebage Tahun 1990
No KecamatanLuas Lahan
(Ha)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan (Jiwa/Ha)
I KEC.BANDUNG KIDUL 1 Kelurahan Wates 114,146 5830 512 Kelurahan Batununggal 183,105 12289 673 Desa Mengger 137,195 3422 254 Desa Kujangsari 129,650 9762 75
Sub-total 564,096 31303 218II KEC.MARGACINTA5 Desa Margasenang 307,290 17323 566 Desa Margasari 316,700 15462 497 Desa Sekejati 446,789 24692 55
Sub-total 1070,779 57477 54III KEC. RANCASARI8 Desa Cisaranten Kidul 629,711 10455 179 Desa Cipamokolan 339,783 10103 3010 Desa Derwati 190,057 6175 32 Sub-total 1159,551 26733 23
Total 2794,426 115513 41 Sumber : Data Potensi Desa/Kelurahan
2.3.2 Penduduk Menurut Agama
Ditinjau dari jumlah penduduk menurut agama pada tahun 1990 di wilayah
Gedebage terdapat penduduk yang beragama Islam sebesar 110.650 jiwa
(96,41%), sedangkan yang beragama kristen (baik Protestan maupun Katolik)
sebanyak 3.750 jiwa (3,26%). Penganut agama lainnya, yaitu Budha, Hindu dan
lain-lain mencakup jumlah sebanyak 555 jiwa atau sebesar 0,48% dari total
penduduk di wilayah Gedebage.
Penyebaran penduduk di wilayah ini yang mayoritas beragama Islam
terdistribusi baik di tingkat kecamatan maupun desa.
2.3.3 Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 1990, maka perbandingan
penduduk di kawasan perencanaan menurut jenis kelamin adalah cukup seimbang,
II-7
dimana jumlah penduduk laki-laki sebesar 57.275 jiwa, sedangkan jumlah
penduduk wanitanya mencapai 57.489 jiwa.
Dilihat dari struktur usianya, penduduk wilayah Gedebage didominasi oleh
penduduk usia muda, dimana penduduk usia balita jumlahnya mencapai ± 11.449
jiwa (9,98%). Penduduk usia kerja, yaitu antara usia 10 – 14 tahun sampai 50 -54
tahun mencapai jumlah ± 95.492 jiwa atau sebesar 83,20 %. Sedangkan penduduk
yang bukan usia kerja berjumlah 33.571 jiwa. Dari data ini diperoleh
angka/jumlah ketergantungan di wilayah perencanaan adalah sebesar 29,25%.
Dengan demikian komposisi penduduk antara usia kerja dan non usia kerja cukup
seimbang.
2.3.4 Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Uraian mengenai penduduk menurut tingkat pendidikan berkaitan erat
dengan kualitas dari penduduk dan potensi pemenuhan lapangan pekerjaan yang
ada. Penilaian terhadap kesejahteraan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
dapat dilakukan berdasarkan presumsi bahwa makin tinggi tingkat pendidikan
makin tinggi pula tingkat kesejahteraannya.
Menurut tingkat pendidikannya pada tahun 1990 penduduk di kawasan
perencanaan sebagian besar berada pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar, baik
tidak tamat SD, belum tamat SD dan tamat SD yakni sebesar ± 44,42%, dari
jumlah penduduk berdasarkan pada tingkat pendidikan SD secara keseluruhan
(50.983 jiwa), penduduk yang telah tamat SLTP sebesar 20.612 jiwa atau sekitar
17,96% dari seluruh jumlah penduduk wilayah Gedebage. Sedangakan penduduk
yang telah tamat perguruan tinggi sebesar 3,09% atau sebesar 3.553 jiwa.
2.4 Sarana Pendidikan
Dari data yang diperoleh ternyata sarana pendidikan di Wilayah Gedebage
dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Hal ini terlihat bahwa pada tahun
1989 sampai tahun 1991 sarana pendidikan yang perkembangannya cukup
menonjol adalah Sekolah Dasar dari 39 buah menjadi 47 buah kemudian Taman
II-8
Kanak-kanak 22 buah menjadi 28 buah sedangkan sarana pendidikan lainnya
walaupun ada perkembangan akan tetapi relatif hampir tetap.
Rincian sarana pendidikan yang terdapat di masing-masing desa adalah
sebagai berikut :
Taman Kanak-Kanak
Pada tahun 1990 sarana ini terdapat hampir di setiap desa dengan jumlah 26
buah. Sebaran terbesar terletak di Kecamatan Margacinta yaitu 17 buah terutama
di Desa Sekejati 9 buah dan Desa Margasenang 5 buah.
Sekolah Dasar (SD)
Dilihat perkembangannya dari tahun 1990 sampai tahun 1991 cukup
meningkat pula yaitu dari 38 buah menjadi 47 buah. Sekolah Dasar tersebar
hampir di semua desa dengan jumlah 38 buah, dengan sebaran terbesar terdapat di
Kecamatan Margacinta 27 buah terutama di Desa Margasari dan Margasenang.
Sedangkan yang tidak mempunyai Sekolah Dasar adalah Desa Wates dan Desa
Mengger di Kecamatan Bandung Kidul.
SMP/Sederajat
Penyebaran sarana pendidikan SMP/Sederajat di wilayah Gedebage tidak
dapat ditemui di setiap desa, dengan jumlah keseluruhan tahun 1990 sebanyak 10
buah. Semua Desa yang ada di Kecamatan Margacinta mempunyai SMP/sederajat
yaitu Desa Margasenag 4 buah, Desa Margasari 1 buah dan desa Sekejati 2 buah.
Adapun desa lainnya yang mempunyai SMP/sederajat ini adalah Desa Derwati
Kecamatan Rancasari 1 buah, serta Kelurahan Batununggal Kecamatan Bandung
Kidul 1 buah.
SMA/Sederajat
Penyebaran sarana ini hanya terdapat di Kecamatan Margacinta 6 buah dan
Kecamatan Bandung Kidul 1 buah. Desa Margasenang mempunyai sebaran
SMA/sederajat paling banyak yaitu 3 buah dari Desa Margasari 2 buah, kemudian
Desa Sekejati dan Desa Batununggal masing-masing 1 buah.
Akademi
Sarana ini hanya terdapat di Kecamatan Margacinta sebanyak 1 buah
terutama di Desa Sekejati.
II-9
Perguruan Tinggi
Sarana Perguruan Tinggi dijumpai di Kecamatan Bandung Kidul yang
terletak di Desa Batununggal 1 buah, dan di Kecamatan Margacinta Desa Sekejati
1 buah.
Madrasah
Sarana pendidikan madrasah terdapat di setiap desa dengan jumlah yang
terbesar adalah Desa Margasenang dan Desa Cipamokolan masing-masing 7 buah.
Adapun jumlah seluruh sarana ini adalah 27 buah dengan sebaran terbesar di
Kecamatan Margacinta 11 buah.
Pesantren
Pada tahun 1990 jumlah sarana pesantren sebanyak 2 buah sedangkan tahun
1991 meningkat menjadi 3 buah. Desa Margasari dan Desa Sekejati di Kecamatan
Margacinta masing-masing memiliki 1 buah, kemudian tahun 1991 Desa Derwati
Kecamatan Rancasari 1 buah.
2.5 Sarana Kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang terdapat di Wilayah Gedebage adalah Rumah
Sakit, Poliklinik, Puskesmas, Pos Kesehatan/Pos Yandu, Dokter, Bidan, Mantri
Kesehatan, Apotik dan lainnya.
Adapun perincian sebaran sarana kesehatan dapat disebutkan sebagai
berikut :
Rumah Sakit
Di wilayah Gedebage, rumah sakit terdapat di Kecamatan Margacinta
sebanyak 1 buah yang bernama Rumah Sakit Al-Islam, yang tepatnya terletak di
Desa Sekejati.
Poliklinik
Merupakan sarana kesehatan yang tersebar pada desa-desa tertentu saja, yang
mana dari tahun 1990 sampai tahun 1991 bertambah sebanyak 3 buah, yaitu
mulanya 4 buah menjadi 7 buah. Adapun Poliklinik ini tersebar pada Kecamatan
Bandung Kidul 3 buah, dan Kecamatan Rancasari 4 buah.
II-10
Puskesmas
Tersebar di seluruh kecamatan, yaitu 2 buah di Kecamatan Bandung Kidul, 1
buah di Kecamatan Margacinta dan 1 buah di Kecamatan Rancasari.
Pos Kesehatan/Pos Yandu
Perkembangan sarana kesehatan ini sangat pesat sekali, yang mana pada tahun
1989 jumlahnya 82 buah dan tahun 1991 menjadi 129 buah. Penyebaran Pos
Kesehatan/Pos Yandu ini umumnya terdapat pada setiap RW (Rukun Warga) dan
kecamatan terbanyak yang memilikinya adalah Kecamatan Margacinta (65 buah,
tahun 1990), Kecamatan Bandung Kidul 30 buah, dan Kecamatan Rancasari 29
buah.
Dokter
Di wilayah Gedebage terdapat dokter yang jumlahnya setiap tahun terus
bertambah. Adapun jumlah dari dokter tersebut yaitu 50 orang (tahun 1989), 62
orang (tahun 1990) dan 63 orang (tahun 1991).
Tahun 1990 penyebaran dari dokter tersebut yaitu 28 orang di Kecamatan
Bandung Kidul, 31 orang di Kecamatan Margacinta dan sisanya di Kecamatan
Rancasari.
Bidan
Pada tahun 1990 jumlah bidan yang ada sebanyak 25 orang, dengan
penyebarannya terbanyak di Kecamatan Margacinta 11 orang, Kecamatan
Bandung Kidul 10 orang, dan Kecamatan Rancasari 4 orang.
Mantri Kesehatan
Jumlah mantri kesehatan di wilayah Gedebage dari tahun 1989 sampai tahun
1991 mengalami penurunan yaitu 30 orang, 16 orang, dan saat sekarang 26 orang.
Tahun 1990 Kecamatan Margacinta merupakan kecamatan yang memiliki jumlah
mantri kesehatan terbanyak yaitu 9 orang, kemudian kecamatan Bandung Kidul
sebanyak 4 orang dan terakhir Kecamatan Rancasari 3 orang.
Apotik
Di wilayah Gedebage tidak semua kecamatan memiliki apotik. Adapun
kecamatan yang mempunyai apotik tersebut yaitu kecamatan Margacinta 4 buah
dan Kecamatan Bandung Kidul 3 buah.
II-11
2.6 Sarana Peribadatan
Secara umum sarana peribadatan yang ada di wilayah Gedebage adalah
Mesjid, Langgar, Gereja, sedangkan Pura, Vihara dan Kuil tidak ada.
Mesjid
Tersebar di seluruh desa dengan perkembangannya cukup besar, pada tahun
1989 berjumlah 133 buah dan tahun 1991 menjadi 152 buah. Pada tahun 1990
jumlah seluruh mesjid di wilayah Gedebage ada 142 buah, dan yang terbesar
terletak di Kecamatan Margacinta 84 buah, kemudian Kecamatan Badung Kidul
38 buah serta Kecamatan Rancasari 20 buah.
Langgar
Hampir setiap desa memiliki langgar kecil kecuali Desa Margasenang. Pada
tahun 1990 langgar yang ada jumlahnya 146 buah dengan penyebarannya 74 buah
di Kecamatn Rancasari, 42 buah di Kecamatan Bandung Kidul, dan 30 buah di
Kecamatan Margacinta.
Gereja
Sarana peribadatan ini hanya terdapat di Kecamatan Margacinta dengan
jumlahnya sebanyak 1 buah dan terletak di Desa Sekejati.
2.7 Sarana Rekreasi dan Olahraga
Berdasarkan data yang diperoleh, jenis sarana rekreasi dan olah raga yang
ditemui di wilayah Gedebage adalah :
Bioskop
Dari tahun 1989 sampai tahun 1991 bioskop yang ada jumlahnya masih tetap
yaitu sebanyak 2 buah. Penyebarannya terdapat di Desa Margasenang 1 buah dan
Desa Derwati 1 buah.
Gedung Pertunjukan Tertutup
Terdapat hanya 1 buah terletak di Desa Sekejati Kecamatan Margacinta.
Gedung Olahraga Tertutup
Pada tahun 1989 saranai ini berjumlah 11 buah dan tahun 1990 mengalami
penurunan menjadi 10 buah kemudian tahun 1991 berkembang lagi menjadi 24
buah. Gedung olahraga tertutup ini tidak terdapat di semua desa, seperti tahun
II-12
1990 hanya terdapat di Kecamatan Bandung Kidul 3 buah dan Kecamatan
Margacinta 7 buah.
Lapangan Olahraga Terbuka
Sarana ini mengalami perkembangan yang cukup besar terlihat pada tahun
1989 berjumlah 72 buah dan tahun 1991 menjadi 92 buah. Adapun pada tahun
1990 lapangan olahraga terbuka jumlahnya 89 buah dengan penyebarannya
terdapat pada setiap kecamatan yaitu Kecamatan Bandung Kidul 27 buah,
Kecamatan Margacinta 57 buah dan Kecamatan Rancasari 5 buah.
Taman
Penyebarannya tidak terdapat di semua kecamatan. Pada tahun 1990 taman
yang ada di wilayah Gedebage jumlahnya 2 buah, terdapat di Kecamatan Bandung
Kidul Desa Kujangsari 1 buah dan Kecamatan Margacinta Desa Margasari 1
buah.
2.8 Sarana Perdagangan
Sarana penunjang kegiatan perdagangan yang ada di wilayah Gedebage
adalah Pasar Umum, Kios/warung, Toko, Gudang, Bank Desa, dan Lumbung
Desa.
Pasar Umum
Pada tahun 1990 jumlah pasar umum yang ada 4 buah, dengan penyebarannya
terdapat di Kecamatan Bandung Kidul 2 buah yaitu Kelurahan Batununggal 1
buah dan Desa Kujangsari 1 buah. Sedangkan 2 buah lagi terdapat di Kecamatan
Margacinta tepatnya di Desa Margasenang 1 buah dan Desa Sekejati 1 buah.
Kios/Warung
Jumlah sarana ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, tahun 1989
jumlahnya 1713 buah dan tahun 1991 menjadi 1715 buah kios/warung dengan
sebaran yang terbanyak terletak di Kecamatan Margacinta 1344 buah, kemudian
Kecamatan Rancasari 206 buah, dan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan
Bandung Kidul 165 buah.
II-13
Toko
Pada tahun 1990 jumlah toko seluruhnya ada 575 buah. Di wilayah Gedebage
tidak semua desa mempunyai toko, seperti Desa Mengger dan Desa Cisaranten
Kidul. Kecamatan Mergacinta merupakan kecamatan yang mempunyai toko
terbanyak yaitu 531 buah, Kecamatan Bandung Kidul 32 buah dan Kecamatan
Rancasari 12 buah. Dilihat dari perkembangannya, jumlah toko dari tahun ke
tahun bertambah yaitu tahun 1989 jumlahnya 571 buah dan tahun 1991 jumlahnya
704 buah.
Gudang
Pada tahun 1990 terdapat gudang sebanyak 22 buah, penyebarannya terletak di
Kecamatan Rancasari 10 buah, Kecamatan Margacinta 8 buah dan Kecamatan
Bandung Kidul 4 buah.
2.9 Industri
Berdasarkan data tahun 1991, jenis industri yang terdapat di wilayah
Gedebage terbagi atas industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri
rumah tangga/kerajinan, dengan perinciannya sebagai berikut :
Industri Besar, hanya terdapat pada Kecamatan Bandung Kidul dan
Kecamatan Margacinta. Industri besar yang terdapat di Kecamatan Bandung
Kidul jumlahnya 11 buah dan 4 buah di Kelurahan Batununggal di antaranya
PT. Ficosyn, PT. OSB dan PT. Buah Batu yang bergerak di bidang tekstil,
serta 2 buah di Kelurahan Wates yaitu PT. SBJTM dan PT. Yasaco bergerak
di bidang tekstil. Sedangkan untuk Kecamatan Margacinta 5 buah,
penyebarannya terdapat di Desa Margasenang 2 buah (PT. Jatatex dan PT.
Alpindo), Desa Margasari 1 buah (PT. Jatatex) serta Desa Sekejati 2 buah.
Industri Sedang, terdapat hampir di setiap desa/kelurahan wilayah Gedebage
hanya saja Desa Mengger tidak mempunyai industri jenis ini. Penyebarannya
terdapat di Kecamatan Bandung Kidul 3 buah yaitu Kelurahan Batununggal,
Kelurahan Wates dan Desa Kujangsari masing-masing 1 buah, Kecamatan
Margacinta 10 buah (3 buah Desa Margasenang, 4 buah Desa Margasari dan 3
buah Desa Sekejati). Kemudian 5 buah di Kecamatan Rancasari yaitu 3 buah
II-14
di Desa Derwati dan 1 buah masing-masing di Desa Cisaranten Kidul dan
Desa Cipamokolan.
Industri Kecil, penyebarannya hampir merata di setiap kecamatan yaitu 7 buah
masing-masing di Kecamatan Bandung Kidul dan Kecamatan Margacinta,
serta 10 buah di Kecamatan Rancasari. Umumnya industri kecil yang terdapat
di wilayah Gedebage ini bergerak dalam bidang industri kerupuk.
Industri Rumah Tangga/Kerajinan, jumlah seluruhnya yang ada di wilayah
Gedebage 17 buah yaitu 3 buah di Kecmatan Bandung Kidul, 13 buah di
Kecamatan Rancasari dan 1 buah di Kecamatan Margacinta.
2.10 Sarana Perkantoran/Jasa
Pada tahun 1989 jumlah sarana perkantoran/jasa yang ada di wilayah
Gedebage adalah 28 buah yang terdiri dari 10 buah Kantor Pemerintah dan 18
buah Kantor Swasta.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan Kantor Pemerintah adalah Kantor
Pemerintah Pusat, Kantor Daerah Tingkat I, dan Kantor Daerah Tingkat II.
Sedangkan Kantor Swasta adalah Konsultan, Kontraktor/Developer, Jasa, dan
Show Room.
Kantor Pemerintahan Pusat
Terdapat pada 2 kecamatan dengan jumlah 4 buah. Penyebarannya terletak di
Kelurahan Batununggal Kecamatan Bandung Kidul 1 buah dan 2 buah lagi di
Kecamatan Rancasari masing-masing di Desa Cisaranten Kidul dan Desa
Cipamokolan.
Kantor Daerah Tingkat I
Penyebarannya hanya terdapat pada Kecamatan Bandung Kidul tepatnya di
Kelurahan Batunungal sebanyak 2 buah.
Kantor Daerah Tingkat II
Penyebaran sarana ini terdapat pada Kecamatan Bandung Kidul dan
Kecamatan Rancasari dengan jumlah seluruhnya sebanyak 4 buah.
II-15
Kontraktor/Developer
Hanya terdapat pada Kecamatan Bandung Kidul Kelurahan Batununggal
sebanyak 1 buah.
Jasa
Hanya terdapat pada 2 kecamatan yaitu Kecamatan Bandung Kidul dan
Kecamatan Margacinta sebanyak 17 buah. Adapun penyebaran dari jasa ini adalah
9 buah di Kelurahan Batununggal, 6 buah di Desa Margasenang, dan 1 buah
masing-masing di Desa Margasari dan Desa Sekejati.
2.11 Karakteristik Prasarana Kota
Unsur-unsur yang tergolong dalam utilitas umum dan prasarana sanitasi
lingkungan dapat diuraikan sebagai berikut :
Utilitas umum yang meliputi pelayanan air bersih, jaringan listrik serta
jaringan telepon dan gas.
Prasarana sanitasi lingkungan meliputi drainase, pengelolaan pembuangan
sampah dan pengelolaan air limbah.
Berikut akan dibahas mengenai beberapa utilitas yang berkaitan dengan
lingkungan.
2.11.1 Air Bersih
Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi suatu lingkungan perumahan,
oleh sebab itu kawasan perumahan harus mendapat distribusi air bersih yang
cukup. Jenis sumber air yang ditemui di Wilayah Gedebage umumnya
menggunakan sumur pompa dan sumur terbuka.
2.11.2 Drainase
Sistem drainase merupakan prasarana sanitasi lingkungan yang harus
dipenuhi pada setiap lingkungan perumahan maupun perkotaan yang berfungsi
untuk mengeringkan air hujan dan harus mempunyai kapasitas tampung yang
cukup agar suatu lingkungan terbebas dari genangan banjir. Di beberapa tempat di
wilayah perencanaan sering terkena banjir akibat kondisi wilayah berada di bawah
II-16
ketinggian jalan terutama jalan arteri dan regional (Jl. Raya Soekarno-Hatta dan
Jl. Tol Padalarang-Cileunyi), saluran drainase yang belum sempurna maupun
saluran yang tersumbat oleh sampah atau buangan limbah industri.
Sistem drainase yang terdapat di wilayah Gedebage umumnya mengikuti
pola jaringan jalan yang telah ada dan mempunyai lebar rata-rata 0,50 m sampai
1,00 m dengan kedalaman ±0,5 m. Saluran drainase di wilayah Gedebage
sebagian besar merupakan saluran terbuka, sedangkan saluran tertutup hanya
sebagian terdapat di daerah pertokoan, perkantoran, perdagangan di sepanjang
jalan raya Soekarno-Hatta.
2.11.3 Pengelolaan Pembuangan Sampah
Fasilitas pembuangan sampah merupakan faktor penting yang perlu
diperhatikan terutama bagi lingkungan pemukiman, dengan sistem pembuangan
yang aman dan dapat memenuhi kebutuhan.
Sistem pembuangan sampah yang terdapat di wilayah Gedebage dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya :
Sistem dari rumah ke rumah yaitu sampah diangkut oleh truk dan langsung
diangkut ke tempat pembuangan akhir.
Sistem jemputan yaitu sampah dari setiap rumah dikumpulkan di setiap RW
kemudian dibuang ke kontainer dan langsung diangkut ke tempat pembuangan
akhir.
Sistem angkut sampah dengan menggunakan gerobak dikumpulkan dari
masing-masing rumah kemudian ke dalam kontainer dan dibuang ke tempat
pembuangan akhir.
Di wilayah Gedebage tidak ada lokasi tempat pembuangan akhir, jadi
sampah yang dihasilkan oleh pemukiman umumnya ditampung dengan
menggunakan kontainer lalu diangkut oleh truk ke pembuangan akhir.
2.11.4 Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan air limbah merupakan komponen yang sangat penting bagi
suatu lingkungan perumahan yang mana pengelolaan air limbah mempunyai
II-17
fungsi utama sebagai saluran yang membuang limbah air kotor ke tempat
pembuangan akhir. Sistem pembuangan air limbah di wilayah perencanaan masih
menggunakan selokan dan sebagian menggunakan septik tank, namun cenderung
menggunakan sungai sebagai pembuangan air limbah terutama dari rumah
tanggga dan industri-industri. Pada umumnya industri di wilayah perencanaan
belum mempunyai tempat pengolahan air limbah, sehingga dialirkan ke sungai-
sungai yang ada di wilayah Gedebage.
II-18