Upload
tranphuc
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
21
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN KARTU KREDIT
2.1 TINJAUAN UMUM TENTANG BANK
2.1.1 Pengertian dan Fungsi Bank
Pada hakikatnya, Bank adalah semua badan usaha yang bertujuan untuk
menyediakan jasa-jasa yang berkaitan dengan permintaan atau penawaran akan
kredit.1 Kata Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat
penukaran uang.2 Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang
perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara,
bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya.3
Pasal 1 huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya
disebut Undang-Undang Perbankan) memberikan definisi tentang Bank yaitu
Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
1
C.S.T. Kansil dan Christiine S.T. Kansil, 2008, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum
Dagang Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, h. 245.
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Bank dikutip dari A Law Dictionary By John Bouvier.
Revised Sixth Edition 1856, diakses tanggal 18 April 2015.
3 Hermansyah, op. cit, h. 7
22
Menurut Kasmir, Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut
ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa baik lainnya.4
Adrian Sutedi memberikan pengertian bahwa Bank adalah bagian dari
sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara, atau suatu lembaga
keuangan yang eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaan mutlak dari
para nasabahnya yang mempercayakan dana dan jasa-jasa lain yang dilakukan
mereka melalui Bank pada khususnya dan dari masyarakat luas pada umumnya.5
Rumusan mengenai pengertian Bank juga dikemukakan oleh Prof. G. M.
Verryn Stuart yaitu pada dasarnya Bank adalah badan usaha yang menjalankan
kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
pihak-pihak yang membutuhkan dalam bentuk kredit dan memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.6
Bank memiliki fungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa
lainnya dalam lalu lintas pembayaran.7 Bank merupakan lembaga keuangan yang
menjadi wadah bagi badan usaha, lembaga pemerintah, swasta maupun orang
pribadi selain sebagai tempat menyimpan dana juga bisa sebagai sarana dalam
melakukan transaksi keuangan.8
4
Kasmir, 2002, Dasar-Dasar Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 2.
5 Adrian Sutedi, 2006, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger,
Likuidasi dan Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 1.
6 Hermansyah, op. cit, h. 8 7
Rachmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, h. 59.
8 Sentosa Sembiring, 2012, Hukum Perbankan Edisi Revisi, CV Mandar Maju, Bandung,
h. 15.
23
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan diatas, dapat dikatakan
bahwa Bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan usaha dengan
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat melalui jasa-jasa yang ditawarkan dalam bentuk kredit maupun dalam
bentuk jasa lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
2.1.2 Jenis-Jenis Bank
Dalam praktek perbankan di Indonesia, jenis-jenis bank diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Jenis-jenis bank yang dikenal di Indonesia
terdapat dalam ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana Telah Diubah Dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat.
“Bank Umum merupakan Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan
Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.”9
9 Hermansyah, op. cit, h. 21
24
Kasmir mengemukakan bahwa perbedaan jenis perbankan dilihat dari segi
fungsi dan kepemilikannya.10
Bank dari segi fungsi yaitu dilihat dari luas
kegiatannya dan jumlah produk yang ditawarkan kepada masyarakat serta luas
jangkauan operasionalnya. Sedangkan bank dari segi kepemilikannya dilihat dari
kepemilikan saham-saham bank dan kepemilikan akte pendiriannya. Kasmir juga
mengemukakan jenis bank dilihat dari segi status dan segi menentukan harga.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Perbankan, jenis bank berdasarkan
fungsinya menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perbankan yaitu bank sentral, bank umum, bank tabungan dan bank
pembangunan. Sejak Undang-Undang Perbankan diberlakukan, jenis bank
berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat.
Jenis Bank dari segi kepemilikannya11
yaitu :
1. Bank Milik Pemerintah
Bank milik pemerintah adalah bank yang baik akte pendirian maupun
modalnya merupakan milik pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank
menjadi milik pemerintah.
2. Bank Milik Swasta Nasional
Bank milik swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar
sahamnya adalah milik swasta nasional, begitu pula dengan akte pendirian
dan keuntungannya merupakan milik swasta.
3. Bank Milik Koperasi
10 Kasmir, 2014, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h. 31.
11
Ibid, h. 35.
25
Bank milik koperasi adalah bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki
oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
4. Bank Milik Asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri baik
itu bank milik swasta asing maupun bank milik pemerintah asing.
5. Bank Milik Campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya
dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, namun sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia.
Jenis Bank dilihat dari segi statusnya12
yaitu :
1. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melakukan kegiatan transaksi ke
luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan.
2. Bank Non Devisa
Bank Non Devisa adalah bank yang belum mempunyai izin untuk
melakukan transaksi seperti Bank Devisa.
Jenis Bank dilihat dari segi menentukan harga13
yaitu :
1. Bank berdasarkan Prinsip Konvensional
Bank berdasarkan prinsip konvensional merupakan bank yang
menjalankan kegiatan usahanya dengan menetapkan bunga sebagai harga
jual serta menggunakan atau menerapkan biaya-biaya dalam nominal atau
12 Kasmir, op. cit., h. 37.
13
Ibid, h. 39.
26
persentase tertentu dalam menentukan harga produk bank untuk
mendapatkan keuntungan.
2. Bank berdasarkan Prinsip Syariah
Bank berdasarkan Prinsip Syariah dalam menjalankn kegiatan usahanya
berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Bank
berdasarkan prinsip Syariah menentukan harga atau mencari keuntungan
berdasarkan hukum Islam yaitu :
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah);
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah);
c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah);
d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan
(ijarah);
e. Pemindahan kepemiikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa itiqna).
2.1.3 Kegiatan Usaha Bank
Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh Bank telah diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Usaha-usaha tersebut diatur berdasarkan jenis dari banknya yaitu usaha banku
mum dan usaha bank khusus.
Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Perbankan, bank umum dapat
melaksankan kegiata usaha sebagai berikut :
27
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun kepentingan
dan atas perintah nasabahnya :
1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang
masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud;
2. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan perdagangan surat-
surat dimaksud;
3. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;
4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ;
5. Obligasi;
6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
7. instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan
1 (satu) tahun;
e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
28
f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak;
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat;
l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia;
m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana diuraikan diatas, menurut
Pasal 7 Undang-Undang Perbankan diatur bahwa bank umum juga dapat
melakukan kegiatan usaha sebagai berikut :
a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia;
29
b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di
bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan
efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan,
dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,
dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan
d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun
yang berlaku.
Siswanto Sutojo mengemukakan kegiatan utama dari Bank Umum yaitu14
:
a. menunjang kelancaran mekanisme pembayaran di masyarakat;
b. mengumpulkan dana dari masyarakat;
c. memberikan kredit korporasi;
d. menyediakan jasa penunjang perdagangan internasional;
e. menyediakan jasa pialang surat berharga;
f. menyediakan jasa penitipan barang berharga dan surat bernilai.
Seiring dengan perkembangan jaman, kegiatan usaha bank umum pun
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan bisnis seperti
14 Sentosa Sembiring, op. cit., h. 7.
30
penerbitan kartu kredit, ATM, internet banking, sampai dengan jasa konsultasi
perbankan.15
Berbeda halnya dengan bank umum, bank perkreditan rakyat memiliki
kegiatan usaha yang terbatas yang diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang
Perbankan, yaitu :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip
Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.
Di dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Perbankan, diatur bahwa bank
umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau
memberikaan perhatian yang lebih besar pada kegiatan tertentu. Dalam
penjelasannya, yang dimaksud dengan mengkhususkan diri untuk melaksanakan
kegiatan tertentu adalah antara lain untuk mengembangkan koperasi,
pengembangan pengusaha ekonomi lemah/usaha kecil, pengembangan ekspor
nonmigas dan pengembangan pembangunan perumahan.
15
Sentosa Sembiring, 2012, Hukum Perbankan Edisi Revisi, CV Mandar Maju, Bandung,
dikutip dari Siswanto Sutojo, Analisis Kredit Bank Umum Konsep dan Teknik, Jakarta: PPM,
1995, h. 1.
31
2.2 TINJAUAN UMUM TENTANG KARTU KREDIT
2.2.1 Pengertian Kartu Kredit
Kartu kredit atau yang disebut dengan credit card adalah bukan lagi
barang mewah di Indonesia. Pemakaian kartu kredit sudah cukup meluas di
Indonesia. Hal tersebut dapat diketahui dari jumlah kartu kredit yang beredar di
Indonesia yang mencapai angka 15.979.352 kartu pada Bulan November tahun
2014.16
Kartu Kredit terdiri dari dua kata yaitu kartu dan kredit. Kartu adalah
kertas tebal yang tidak berapa besar biasanya persegi panjang untuk berbagai
keperluan, sedangkan kredit menurut Purwodarminto adalah menjual/membeli
dengan tidak membayar tunai.17
Kartu kredit merupakan suatu kartu yang umumnya terbuat dari bahan
plastik yang terdapat identitas dari pemegang dan penerbitnya, yang memberikan
hak terhadap siapa kartu kredit diisukan untuk menandatangani tanda pelunasan
pembayaran harga dari jasa atau barang yang dibeli di tempat-tempat tertentu
seperti toko, hotel, restoran, penjualan tingket pengangkutan dan lain-lain.
Kemudian, pihak penerbit kartu kredit dibebani kewajiban untuk melunasi harga
barang atau jasa tersebut ketika ditagih oleh pihak penjual barang atau jasa.
Selanjutnya pihak penerbit kartu kredit diberikan hak untuk menagih kembali
pelunasan hak tersebut kepada pihak pemegang kartu kredit ditambah dengan
16 http://www.akki.or.id/index.php/cr
17
Departmen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, h.395 -396.
32
biaya-biaya lainnya seperti bunga, biaya tahunan, uang pangkal, denda dan
sebagainya.18
Berdasarkan Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor
14/2/PBI/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan
Menggunakan Kartu, kartu kredit adalah APMK yang dapat digunakan untuk
melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi,
termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai,
dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh
acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan
pembayaran pada waktu yang disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus
(charge card) ataupun dengan pembayaran secara angsuran.
Menurut Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, kartu kredit adalah
alat pembayaran melalui jasa bank/perusahaan pembiayaan dalam transaksi jual
beli barang/jasa atau alat untuk menarik uang tunai dari bank/perusahaan
pembiayaan.19
Suryohadibroto dan Prakoso memberikan pengertian kartu kredit sebagai
alat pembayaran pengganti uang tunai yang sewaktu-waktu dapat digunakan
konsumen untuk ditukarkan dengan produk barang dan jasa yang diinginkan pada
tempat-tempat yang menerima kartu kredit atau digunakan konsumen untuk
menguangkan kepada bank penerbit atau jaringannya.20
18
Munir Fuady, 2002, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, PT. Citra
Aditya Bakti, Jakarta, (selanjutnya disingkat Munir Fuady II), h. 174.
19
Sunaryo, op. cit, h. 115
20 Kasmir, op. cit, h. 30
33
Penerbitan kartu kredit merupakan satu pemberian fasilitas kredit oleh
suatu bank penerbit kepada pemegang kartu yang tidak berdasarkan akte-akte
otentik melainkan hanya dengan akte-akte di bawah tangan dan tidak mutlak
harus ada jaminan kredit, namun harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang
sangat selektif yang ditentukan oleh penerbit.21
Kartu kredit yang beredar di masyarakat memiliki jenis yang bermacam-
macam. Jenis kartu kredit dikategorikan berdasarkan lokasi penggunaan dan
sistem pembayarannya. Kriteria lokasi penggunaan kartu kredit dibagi menjadi
dua yaitu kartu kredit internasional dan kartu kredit lokal. Kartu kredit
internasional adalah kartu kredit yang dapat digunakan dimana saja tanpa terikat
dengan batasan negara. Sedangkan kartu kredit lokal hanya dapat dilakukan di
wilayah tertentu. Berdasarkan sistem pembayarannya, kartu kredit dibagi menjadi
dua yaitu kratu kredit (dalam arti sempit) dan kartu pembayaran lunas. Kartu
kredit dalam arti sempit disebut dengan credit card. Pembayaran credit card dapat
dilakukan secara bertahap atau cicilan maupun secara lunas. Sedangkan kartu
pembayaran lunas disebut dengan charge card. Perbedaan credit card dengan
charge card adalah pemegang kartu kredit akan melakukan pembayaran seluruh
transaksi yang dibuatnya pada saat ditagih oleh penerbit kartu kredit.22
Selain credit card dan charge card, dikenal pula adanya debit card. Debit
card adalah kartu yang berfungsi sebagai pengganti uang tunai yang dapat
21 Richard Burton Simatupang, 2007, Aspek Hukum Dalam Bisnis, PT Rineka Cipta,
Jakarta, h. 126.
22 Munir Fuady II, op. cit., h. 177-178.
34
dibelanjakan sebatas kredit yang diberikan yang apad setiap transaksi memotong
secara otomatis rekening pemegang kartu.23
Dari macam-macam kartu kredit yang telah diuraikan tersebut, penulis
hanya membahas mengenai kartu kredit dalam arti sempit yaitu credit card yang
digunakan oleh pemegang kartu kredit untuk melakukan transaksi jual beli baik
barang maupun jasa secara praktis tanpa harus tersedia uang tunai untuk
melakukan pembayaran.
2.2.2 Kartu Kredit Sebagai Alat Pembayaran
Pembayaran dalam suatu transaksi jual beli barang dan/atau jasa dapat
menggunakan beberapa metode pembayaran yang sudah dikenal dan dilakukan
oleh masyarakat. Metode pembayaran tersebut yaitu24
:
1. Metode Pembayaran Tunai Seketika
Metode pembayaran ini berupa penyerahan harga barang seluruhnya
sekaligus pada saat diserahkannya barang objek jual beli kepada pembeli.
2. Metode Pembayaran dengan Cicilan/Kredit
Metode pembayaran dengan cicilan berarti pembayaran dilakukan dalam
beberapa termin, sementara penyerahan barang kepada pembeli dilakukan
sekaligus di muka meskipun pada saat itu pembayaran belum dilunasi.
3. Metode Pembayaran dengan Memakai Kartu Kredit
Dalam hal ini, ketika barang diterima oleh pihak pembeli, pembeli cukup
menandatangani suatu resi dan menunjuk kartu kredit kepada penjual.
23 Hermansyah, op. cit, h. 92.
24 Munir Fuady I, op. cit., h. 26.
35
Kemudian penjual mengkonfirmasikan dana yang tersedia untuk
mencukupi harga pembelian tersebut. Jika konfirmasi diterima dan resi
ditandantangani, maka barang baru diserahkan dan selanjutnya penjual
menagih uang harga pembelian kepada bank-bank tertentu.
4. Metode Pembayaran dengan Memakai Kartu Debit
Dengan memakai kartu debit, pihak penjual menyediakan alat untuk
menekan atau memasukkan kode rahasia katu debit oleh pembeli, maka
rekening pihak pembeli langsung didebit oleh bank dan mengkreditkannya
ke rekening penjual.
5. Metode Pembayaran dengan Memakai Cek
Pihak pembayar cukup memberikan sepucuk cek kepada pembeli, cek
dikeluarkan oleh bank yang terdapat rekening dari pihak pembayar.
Kemudian cek tersebut diserahkan kepada penerimanya yang dapat
menguangkan cek tersebut ke bank.
6. Metode Pembayaran Terlebih Dahulu
Dengan metode ini, pihak penjual baru mengirim barangnya jika dia telah
menerima seluruh pembayaran terhadap harga barang tersebut.
7. Metode Pembayaran Secara Open Account
Dengan metode ini, pihak pembeli baru membayar atau mengirim
pembayaran uang harga pembelian setelah dia menerima barangnya secara
utuh.
36
8. Metode Pembayaran atas Dasar Konsinyasi
Dalam metode pembayaran atas konsinyasi, harga baru dibayar setelah
pihak pembeli menjual lagi barang tersebut kepada pihak ketiga dan
setelah pembayaran oleh pihak ketiga tersebut dilakukan.
9. Metode Pembayaran Secara Documentary Collection
Metode pembayaran secara documentary collection merupakan cara
pembayaran dengan menggunakan bills of exchange. Dalam hal ini, harga
baru dibayar jika dokumen-dokumen pengiriman barang tiba di bank yang
terdapat rekening dari importir. Tanpa membayar harga barang, dokumen-
dokumen tersebut tidak akan diberikan oleh bank dan tanpa dokumen-
dokumen tersebut, barang yang bersangkutan tidka bisa diambil oleh pihak
pembeli.
10. Metode Pembayaran Secara Documentary Credit
Metode pembayaran secara documentary credit dilakukan dengan
menggunakan instrument yang disebut dengan letter of credits (L/C).
pembayaran dengan L/C merupakan jalan tengah diantara kepentingan
pihak penjual yang menginginkan harga segera dibayar sebelum barang
dikirim, sedangkan kepentingan pihak pembeli adalah agar harga baru
dibayar jika barang sudah sampai di tangannya. Jaminan pembayaran telah
ada setelah L/C diterbitkan dan pembayarn dilakukan via bank perantara
tanpa menunggu tibanya barang.
37
Menurut Dahlan Siamat, keuntungan dari penggunaan kartu kredit bagi
pemegang kartu yaitu25
:
a. Lebih aman dan praktis, karena tidak perlu membawa uang tunai
dalam jumlah besar;
b. Leluasa, karena kartu kredit telah diterima sebagai alat pembayaran
hampir di seluruh kota di seluruh dunia (contohnya visa dan master
card);
c. Sistem pembayaran yang fleksibel. Pembayaran atas tagihan dapat
diangsur (credit card) atau beberapa waktu (charge card);
d. Program merchandising, yaitu kesempatan membeli barang-barang
dengan mengangsur tanpa bunga;
e. Bantuan-bantuan perjalanan, terutama ke luar negeri, misalnya
referensi, dokter, rumah sakit dan bantuan hukum;
f. Purchase protection plan, yaitu asuransi perlindungan pembelian
barang yang diberikan secara otomatis.
Umumnya, kartu kredit tidak berlaku secara umum dimana saja, dan para
usahawan yang terlibat terdiri dari berbagai jenis usaha mulai dari hotel, restoran,
supermarket, rumah sakit, apotek, travel agen, diskotik/bar, music store, toserba,
bahkan perusahaan taksi dan lain sebagainya.26
25
Sunaryo, op. cit., h. 122-123.
26 Richard Burton Simatupang, op. cit., h. 125.
38
2.2.3 Para Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan Dan Penggunaan Kartu
Kredit
Para pihak yang terlibat dalam penerbitan dan penggunaan kartu kredit
adalah penerbit (issuer), pemegang kartu (card holder) dan penjual.
Penerbit (issuer) merupakan pihak yang mengeluarkan dan mengelola
suatu kartu kredit.27
Penerbit menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
14/2/PBI/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan
Menggunakan Kartu adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menerbitkan
APMK (Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu). Bank sebagai penerbit
kartu kredit harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Bank
Indonesia yang sekarang ini kewenangan mengatur tersebut telah diambil alih
oleh OJK.
Pemegang kartu (card holder) adalah pihak atau orang perseorangan yang
namanya tercantum dalam perjanjian penerbitan kartu kredit. Pemegang kartu
kredit tersebut telah memenuhi persyaratan kepemilikan kartu kredit yang
ditetapkan oleh penerbit sehingga dia berhak menggunakan kartu kredit dalam
transaksi jual beli barang atau jasa.28
Penjual merupakan pihak yang menerima pembayaran dari transaksi
perdagangan barang atau jasa yang dilakukan dengan menggunakan kartu kredit.
Pihak penjual adalah pengusaha dagang (merchant) yang berdasarkan perjanjian
27 Ibid, h. 129.
28
Richard Burton Simatupang, loc. cit.
39
penggunaan kartu kredit ditunjuk oleh penerbit.29
Berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, Pedagang (Merchant) adalah penjual
barang dan/atau jasa yang menerima pembayaran dari transaksi penggunaan Kartu
Kredit dan/atau Kartu Debet. Pedagang tersebut antara lain berupa pengusaha
toko, hotel, restoran, travel dan lain sebagainya.
Selain pihak penerbit, pemegang dan penjual dalam penerbitan dan
penggunaan kartu kredit, terdapat pula yang disebut dengan acquirer.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, acquirer merupakan
Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan kerja sama dengan pedagang
sehingga pedagang mampu memproses transaksi dari APMK yang diterbitkan
oleh pihak selain Acquirer yang bersangkutan. Acquirer juga bertanggung jawab
atas penyelesaian pembayaran kepada pedagang.
Sistem kerja kartu kredit dimulai dari permohonan penerbitan kartu,
transaksi pembelanjaan sampai dengan penagihan yang dilakukan oleh pihak
penerbit kartu kredit yang dapat dijelaskan sebagai berikut30
:
a. Nasabah mengajukan permohonan sebagai pemegang kartu dengan
memenuhi segala peraturan yang telah dibuat.
29 Richard Burton Simatupang, loc. cit..
30
Kasmir, op. cit., h. 300.
40
b. Bank atau lembaga pembiayaan akan menerbitkan kartu apabila
“disetujui” setelah melalui penelitian terhadap kredibilitas dan kapabilitas
calon nasabah, kemudian diserahkan ke nasabah.
c. Dengan kartu yang sudah disetujui, pemegang kartu dapat berbelanja di
tempat tertentu dengan bukti pembayarannya.
Secara umum, persyaratan yang diperlukan dalam penerbitan suatu kartu
kredit adalah31
:
1. fotokopi identitas diri, seperti KTP;
2. surat keterangan penghasilan atau slip gaji;
3. memenuhi ketentuan minimum penghasilan pertahunnya. Masing-masing
penerbit mempunyai standar minium penghasilan tahunan yang berbeda;
4. membayar uang pangkal dan iuran tahunan yang besarnya tergantung dari
jenis kartu kredit.
Penyelenggaraan kartu kredit merupakan suatu bentuk perjanjian yaitu
perjanjian penerbitan kartu kredit dan perjanjian penggunaan kartu kredit.
Perjanjian penerbitan kartu kredit adalah perjanjian yang dilakukan antara pihak
penerbit kartu kredit dan pihak pemegang kartu kredit untuk penerbitan suatu
kartu kredit, sedangkan perjanjian penggunaan kartu kredit adalah perjanjian yang
terjadi antara pihak-pihak yang terkait dalam penggunaan kartu kredit.32
31 Sunaryo, op. cit., h. 130.
32
Ibid, h. 134-135.
41
2.2.4 Kewajiban dan Hak Penerbit Kartu Kredit
Bank atau lembaga selain bank yang menerbitkan kartu kredit memiliki
kewajiban dan hak masing-masing. Kewajiban penerbit kartu kredit diatur secara
rinci pada Pasal 16 ayat (1) dan (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan
Menggunakan Kartu mengatur kewajiban penerbit kartu kredit berkaitan dengan
penggunaan kartu kredit yaitu :
1. Memberikan informasi tertulis kepada pemegang kartu kredit berkaitan
dengan tata cara dan prosedur penggunaan kartu kredit; hal-hal penting
yang harus diperhatikan dalam penggunaan kartu kredit beserta risikonya;
hak dan kewajiban pemegang kartu kredit; tata cara pengajuan pengaduan
atas kartu kredit yang diberikan; komponen dalam penghitungan bunga
dan denda; serta jenis dan besarnya biaya administrasi yang dikenakan.
2. Mencantumkan informasi dalam lembar penagihan yang disampaikan
kepada pemegang kartu kredit yaitu besarnya minimum pembayaran oleh
pemegang kartu kredit; tanggal jatuh tempo pembayaran; besarnya
presentase bunga per bulan dan presentase efektif bunga per tahun atas
transaksi yang dilakukan; besarnya denda atas keterlambatan pembayaran;
dan nominal bunga yang dikenakan.
Pasal 15 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu
(selanjutnya disebut dengan Peraturan BI tentang Penyelenggaraan Kegiatan
42
APMK) mengatur bahwa penerbit kartu kredit dalam menyelenggarakan kartu
kredit wajib menerapkan manajemen risiko sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai manajemen risiko. Pasal 15 A ayat (1)
Peraturan BI tentang Penyelenggaran Kegiatan APMK mengatur bahwa
penerapan manajemen risiko tersebut harus memperhatikan batas minimum usia
dan pendapatan calon pemegang kartu kredit, batas maksimum plafon kredit dan
jumlah penerbit kartu kredit yang memberikan fasilitas kartu kredit, serta batas
minimum pembayaran oleh pemegang kartu kredit.
Mengenai hak penerbit kartu kredit dalam penyelenggaraan kartu kredit,
tidak diatur secara rinci dalam Peraturan BI tentang Penyelenggaraan Kegiatan
APMK. Dalam ketentuan persyaratan dan tata cara memperoleh izin sebagai
penerbit kartu kredit, pada huruf D angka 4 huruf b mengatur bahwa penerbit
kartu kredit harus menyiapkan dokumen yang memuat konsep pengaturan hak dan
kewajiban para pihak, seperti pengaturan hak dan kewajiban penerbit, acquirer,
pemegang kartu, dan/atau pihak lain sebagai salah satu syarat untuk dapat
mengajukan permohonan izin sebagai penerbit kartu kredit.
Kewajiban penerbit kartu kredit antara lain adalah sebagai berikut33
:
a. Memberikan kartu kredit kepada pemegangnya;
b. Melakukan pelunasan pembayaran harga barang atau jasa atas bills yang
disodorkan oleh penjual;
c. Memberitahukan kepada pemegang kartu kredit terhadap setiap
tagihannya dalam suatu periode tertentu, biasanya setiap satu bulan;
33
Munir Fuady II, op. cit., h. 175
43
d. Memberitahukan kepada pemegang kartu kredit berita-berita lainnya yang
menyangkut dengan hak, kewajiban dan kemudahan bagi pemegang kartu
kredit tersebut.
Sedangkan hak-hak yang diperoleh oleh penerbit kartu kredit yaitu :
a. Memperoleh pembayaran uang pangkal, uang tahunan, biaya administrasi,
bunga dan denda dari pemegang kartu;
b. Memperoleh kembali pembayaran harga pembelian barang/jasa dari
pemegang kartu;
c. Memperoleh discount (komisi) dari penjual atas tagihan yang dibayarkan
secara langsung oleh penerbit.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (selanjutnya disebut
dengan Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Kegiatan APMK)
memuat ketentuan yang membatasi kepemilikan kartu kredit. Pembatasan tersebut
diatur dalam Pasal 15 A ayat 1 huruf d Peraturan Bank Indonesia tentang
Penyelengaraan Kegiatan APMK.
Dalam Surat Edaran Nomor 14/17/DASP perihal Perubahan atas Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP perihal Penyelenggaraan Alat
Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (selanjutnya disebut dengan Surat
Edaran BI perihal Penyelengaraan Kegiatan APMK), pada ketentuan butir VII B
angka 2 c dan 2 d yang mengatur bahwa pemegang kartu kredit dengan
penghasilan Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) sampai dengan Rp 10.000.000
44
(sepuluh juta rupiah) mempunyai batas maksimum jumlah penerbit kartu kredit
yang dapat memberikan fasilitas kartu kredit adalah 2 (dua) penerbit kartu kredit.
Namun, butir VII B angka 4 Surat Edaran BI perihal Penyelenggaraan
Kegiatan APMK mengatur bahwa pembatasan jumlah penerbit kartu kredit yang
dapat memberikan fasilitas kredit tersebut tidak berlaku bagi pemegang kartu
kredit yang berpenghasilan diatas Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah). Surat
Edaran BI perihal Penyelenggaraan Kegiatan APMK hanya mengatur batas
maksimum jumlah penerbit kartu kredit dan batas maksimum jumlah plafon kredit
terhadap pemegang kartu kredit dengan penghasilan Rp 3.000.000,00 sampai
dengan Rp 10.000.000,00. Sedangkan, pemegang kartu kredit dengan penghasilan
diatas Rp 10.000.000,00 tidak diatur batas maksimum jumlah penerbit kartu kredit
yang dapat memberikan fasilitas kartu kredit dan batas maksimum jumlah plafon
kredit yang dapat diberikan. Penetapan batas maksimum jumlah kartu kredit dan
jumlah plafon kredit yang dapat diterima oleh pemegang kartu kredit dengan
penghasilan diatas Rp. 10.000.000,00 ditentukan berdasarkan risk appetite
masing-masing penerbit kartu kredit.