22
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Sampah 1. Pengertian Sampah Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan Amerika membuat batasan sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. 22 Dari penjelasan tersebut penulis berpendapat dikatakan bahwa tidak semua sampah mampu diolah / di daur ulang kembali untuk mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan sebelumnya. Seperti halnya sisa dari benda-benda yang keluar dari bumi akibat gunung meletus, hal ini tidak dapat digunakan sebagai sampah yang mampu dikelola sebagai kerajinan tangan atau yang memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi mampu digunakan sebagai kompos atau tanah subur, karena memiliki unsur hara didalamnya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah, misalnya: benda- benda alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat gunung meletus, banjir, pohon yang tumbang akibat angin ribut dan sebagainya bukanlah merupakan sampah sebagaimana mestinya. 22 Soekidjo Notoatmodjo, 2011, Kesehatan Masyarakat : Ilmu Dan Seni, Jakarta PT. Rineka Cipta, hal 190

BAB II Tinjauan Umum Tentang Sampah adalah sesuatu bahan ...eprints.umm.ac.id/36218/3/jiptummpp-gdl-learistade-47617-3-babii.pdf · Jenis-jenis Sampah Terdapat berbagai jenis sampah

Embed Size (px)

Citation preview

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Sampah

1. Pengertian Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan Amerika membuat batasan sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.22

Dari penjelasan tersebut penulis berpendapat dikatakan bahwa tidak

semua sampah mampu diolah / di daur ulang kembali untuk mendapatkan

keuntungan seperti yang diharapkan sebelumnya. Seperti halnya sisa dari

benda-benda yang keluar dari bumi akibat gunung meletus, hal ini tidak

dapat digunakan sebagai sampah yang mampu dikelola sebagai kerajinan

tangan atau yang memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi mampu digunakan

sebagai kompos atau tanah subur, karena memiliki unsur hara didalamnya.

Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia

yang dibuang karena sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda

padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah, misalnya: benda-

benda alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat gunung meletus,

banjir, pohon yang tumbang akibat angin ribut dan sebagainya bukanlah

merupakan sampah sebagaimana mestinya.

22

Soekidjo Notoatmodjo, 2011, Kesehatan Masyarakat : Ilmu Dan Seni, Jakarta PT. Rineka Cipta, hal 190

21

2. Klasifikasi Sampah

a. Berdasarkan Sifat Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Sampah organik – dapat diurai (degradable) Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti

sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.

2) Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable) Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk,

seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.

b. Berdasarkan Sumber

Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Sampah alam 2. Sampah manusia 3. Sampah konsumsi 4. Sampah nuklir 5. Sampah industri 6. Sampah pertambangan.23

Menurut penulis klasifikasi diatas sangat berguna apabila masyarakat

cermat dalam menanggapi problematika akan sampah selama ini. Tidak

hanya pemerintah yang diuntungkan apabila negara Indonesia menjadi negara

yang bersih dari problematika sampah, tetapi juga masyarakat yang turut

berperan sangatlah memiliki keuntungan yang sangat besar. Tidak hanya

memiliki lingkungan yang sehat, bersih dan nyaman, tetapi juga memiliki

lingkungan hidup yang telah mempengaruhi masyarakat sekitar untuk

memiliki tanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkannya. Sehingga

perilaku tersebut merupakan sebuah kesejahteraan masyarakat sekitar dan

juga makhluk hidup lain yang tinggal.

23Seokidjo, Ibid, hal 194

22

Sampah yang dapat diurai akan sangat berguna apabila dapat dikelola

dengan baik seperti halnya didaur ulang kembali menjadi kompos, seperti

halnya sampah rumah tangga dan restoran yaitu sayur-sayuran, buah-buahan

dan sebagainya. Kandungan yang terdapat di pupuk kompos memiliki

kandungan zat yang lebih lengkap, dimana dalam salah satu unsurnya mampu

memperbaiki struktur tanah, karena kandungan zat hara yang tinggi sehingga

tanah kembali menjadi tanah gembur, dan juga dapat menghemat penggunaan

pupuk kimia.

Sampah anorganik sendiri telah menjadi permasalahan selama ini,

dimana sampah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat diurai,

apabila dapat diurai maka memerlukan proses yang begitu lama. Tumpukan

sampah yang dihasilkan dari sampah anorganik dapat mengeluarkan gas

metan (CH4), yang dimana memiliki pengaruh besar terhadap pemanasan

global, apabila tidak segara didaurulang menjadi lebih bermanfaat, setidaknya

mengurangi permasalahan sampah. Ada beberapa sumber sampah yang dapat

didaur ulang, seperti sampah kertas yang dihasilkan oleh sampah industri,

sampah konsumsi seperti plastik, kresek dan sebagainya.

3. Sumber-sumber Sampah

a. Sampah yang berasal dari permukiman (domestic wastes). Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagaia hasil dari

kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang. Seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau yang belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik, dan lain sebagainya.

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum.

Sampah ini berasal dari dari tempat-tempat umum, seperti tempat-tempat hiburan, terminal bus. Sampah ini berupa: kertas, plastik, botol dan lain sebagainya.

23

c. Sampah yang berasal dari perkantoran. Sampah yang berasal dari perkantoran baik perkantoran

pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan lain sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon dan sebagainya.

d. Sampah yang berasal dari jalan raya.

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari: kertas, kardus, debu, batu-batuan, daun-daunan, plastik dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes).

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi. Seperti: logam, sampah-sampah pengepakan barang, plastik, kayu, kaleng, botol, dan sebagainya.24

Sumber sampah tidak hanya dari masyarakat yang memiliki perilaku

konsumtif terhadap suatu barang yang tidak berguna yang berada di dalam

rumah, akan tetapi sumber sampah terletak disetiap tempat yang terdapat

manusia disekitarnya, bahkan sampah tidak hanya berupa plastik, kertas

atau kaleng, sampah bisa juga berasal dari debu atau daun-daunan yang

gugur akibat tua. Dilihat dari sumber sampah sendiri, sesungguhnya

masyarakat dapat mengelola sampah-sampah tersebut. Tidak hanya sampah

basah saja yang dapat dikelola sebagai kompos, sampah kering juga dapat

didaur ulang kembali sebagai kerajinan yang memiliki nilai ekonomi di

kalangan masyarakat.

Sampah yang dihasilkan dari berbagai tempat yang menjadi sumber

sampah dapat dijadikan proses pembelajaran, dimana dari sumber-sumber

diatas dapat menjadikan masyarakat memiliki rasa tanggung jawab terhadap

sampah yang telah di hasilkan oleh mereka dan dijadikan sebagai teman

24Soekidjo, Op.cit, hal. 1995

24

untuk memiliki rasa kepedulian terhadap sesamam apabila sampah yang

dihasilkan telah mengganggu kenyaman orang lain dari akibatnya. Bukan

hanya di area perkantoran, permukiman, kawasan industri saja yang

memiliki rasa tanggung jawab akan penanggulangan sampah tetapi juga di

jalan raya dan juga tempat-tempat umum lainnya.

4. Jenis-jenis Sampah

Terdapat berbagai jenis sampah yang seharusnya disadari, meliputi sampah padat, sampah cair, sampah alam, sampah manusia dan sampah gas.

a. Sampah padat

1) Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah di bagi menjadi: a) Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat

membusuk, misalnya: logam (besi), pecahan gelas, plastik dan sebagainya.

b) Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.

2) Berdasarkan dapat dan tidaknya di bakar

a) Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, botol dan sebagainya.

b) Sampah yang tidak dapat dibakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.

3) Berdasarkan karakteristik sampah a) Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan

makanan, yang umumnya mudah membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran, dan sebagainya.

b) Rubbish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran perdagangan baik yang mudah terbakar, seperti kertas, plastik, karton, dan sebagainya, mupun yang tidak mudah terbakar seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, dan sebagainya.

c) Ashes (Abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.

d) Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik dan sebagainya.

e) Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik-pabrik.

25

f) Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.

g) Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.

h) Sampah pembangunan (contruction wastes), yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, seperti kayu, besi, bambu dan sebagainya.25

Sampah padat merupakan sampah yang mudah di dapatkan dan

muda untuk didaur ulang kembali. Sampah ini tidak hanya didapatkan

dari area permukiman tetapi juga diarea perkantoran/instansi dan juga

perusahan besar yang ada di Indonesia. Baik berupa kertas, plastik,

kaleng dan lain-lain, akan tetapi sampah tersebut tidak memiliki nilai

ekonomi karena pihak yang berkaitan tidak bersedia bahkan tidak mampu

untuk mengelola limbah / sampah yang telah dihasilakan sebelumnya.

Bagi mereka yang melihat peluang dari sampah yang dihasilkan, maka

sampah tersebut diambil dan di daurulang kembali. Seperti halnya

pemulung yang melihat kesempatan yang berserakan tanpa diolah oleh

penghasil sampah sendiri, dianggap sebagai tumpukan uang yang telah

dibuang oleh pemiliknya.

Pemulung yang telah mengumpulkan sampah tersebut

memanfaatkannya dengan menjadikan lagi peluang usaha ataupun

pendapatannya. Jika tidak mampu mengolah sampah, maka dapat di

setorkan kepada pengrajin dari limbah sampah kering.

Sampa padat ini juga tidak semua dapat dilakukan proses

pembakaran, karena proses pembakaran sendiri memiliki efek yang

25 Soekidjo, Loc.cit

26

buruk, sehingga sampah seharusnya di daur ulang dengan baik daripada

harus dilakukan proses pembakaran. Sampah padat yang tidak dapat

dibakar yaitu, kaleng bekas, besi, logam dan sebagainya.

b. Sampah cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Adapun jenis sampah cair. 1. Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan industri.

Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya. 2. Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar

mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.26

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik-pabrik tidak membuang limbah sembarangan seperti membuang ke selokan.

Sampah cair ini merupakan sampah yang tidak dapat di daur ulang

kembali sebagaimana mestinya, karena di dalam sampah cair ini

memiliki kandungan yang sangat berbahaya seperti patogen. Sampah cair

ini tidak seharusnya dibuang di sembarang tempat seperti di selokan,

sungai, bahkan laut, karena akibat dari pembuangan sampah cair ini

memiliki efek yang buruk terhadap kelangsungan hidup ekosistem

makhluk hidup lain yang tinggal di sungai dan laut.

Kandungan patogen yang dihasilkan setiap hari akan semakin

meningkat apabila tidak memiliki penampungan sendiri sehingga dampak

26Sukanda Husin, 2009, Penegekan Hukum Lingkungan Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, hal

43

27

negatif yang ditimbulkan semakin luas, seperti kesehatan diri sendiri dan

juga masyarakat sekitar.

c. Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui

proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang

terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat

menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

Sampah ini juga merupakan proses yang mampu di daur ulang

dengan baik, karena sifat daun yang mudah diurai / memiliki proses

pembusukan dengan baik, maka dapat dijadikan sebagai pupuk kompos

dalam pertanian masyarakat sekitar pemukiman.

d. Sampah manusia

Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.27

Sampah ini merupakan sampah kedua yang tidak dapat di daur ulang

kembali, karena sampah yang dihasilkan merupakan faktor penyebaran

penyakit yang serius apabila penempatan sampah ini tidak dikelola

dengan baik. Karena sampah ini merupakan sampah yang memiliki virus

yang berbahaya bagi kesehatan diri sendiri bahkan kesehatan masyarakat

yang berada di lingkungan sekitar.

27 Sukanda Husin, Ibid. Hal, 42

28

e. Sampah gas

Udara dikatakan bersih apabila komponen udara telah tidak tercampur dengan zat, energi, dan/atau komponen lain yang tidak diinginkan. Untuk melindungi udara, pemerintah menetapkan Baku Mutu Udara Ambien. Udara dikatakan tercemar apabila mutu ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.28

Sampah ini dapat tercemar di udara apabila terjadi proses

pembakaran yang berlebihan, seperti halnya pembakaran lahan yang

tidak segera dipadamkan oleh masyarakat yang melakukan pembakaran

tersebut. Asap yang di hasilkan dari proses pembakaran lahan dan juga

pembakaran sampah yang tidak memiliki teknologi pembakaran sampah

yang benar, sehingga asap yang dihasilkan menyebar luas sampai di

udara.

Menurut penulis limbah gas merupakan salah satu penyebab

terjadinya pencemaran udara. Hal ini disebabkan karena limbah gas

mengandung zat yang berbentuk asap, nitrogen, karbon monoksida,

hidrokarbon, sulfur dioksida yang dilepas ke udara. Limbah gas biasanya

berasal dari industri pabrik yang memiliki cerobong besar untuk

mengalirkan sisa pembuangan produksi dalam bentuk gas. Selain itu,

asap yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor juga dapat disebut

sebagai limbah gas. Sehingga memicu untuk munculnya limbah berupa

gas.

Limbah gas dapat mempengaruhi pencemaran udara karena zat yang

dilepaskan ke udara merupakan zat nitrogen, asap dan banyak zat lain

28 Sukanda Husin, Ibid, hal 43.

29

apabila dilakukan proses pembakaran sampah yang tidak sesuai dengan

teknologi pembakaran sampah yang baik di tempat pembakarn sampah,

sehingga zat yang dikeluarkan tidak mencemari udara dan juga tidak

menjadi penyebab bau tak sedap akibat pembakaran, sekalipun pabrik

yang telah memiliki cerobong asap sendiri, akan tetapi asap yang

dihasilkan tetap dilepaskan ke udara.

B. Tinjauan Umum Bank Sampah

Indonesia merupakan suatu negara yang dikenal sebagai negara yang

memiliki kawasan terluas didunia setelah Brazil. Namun seiring dengan

berjalannya waktu masyarakat Indonesia sendiri tidak memiliki kendali atau

eksplorasi yang berlebihan terhadap barang-barang yang digunakan dalam

kehidupan sehari-harinya. Jika ditinjau dari segi nilai ekonomis, baik nilai

ekonomi nasional, pendapatan dan devisa negara, menggerakkan roda

perekonomian dan meningkatkan pendapatan asli daerah semua itu memiliki

keuntungan masing-masing. Akan tetapi bagaimana dengan akibat yang

ditimbulkan dari perilaku konsumsi yang berlebihan tersebut, terutama

terhadap sampah.

1. Pengertian Bank Sampah

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 13

Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle

Melalui Bank Sampah, bank sampah sendiri di atur dalam pasal 1 ayat 2

peraturan ini. Adapun bunyi dari pasal ini yaitu:

30

“Bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang

dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi.”

Kesempatan ini seharusnya di manfaatkan oleh masyarakat untuk

mendapat keuntungan dari sampah yang dihasilkan selama ini dan tidak lagi

memiliki kebiasaan buruk untuk membuang sampah disembarang tempat

seperti halnya disungai, karena sekarang pemerintah telah menyediakan

tempat untuk memilah sampah yang dapat didaur ulang kembali. Upaya

pemerintah tersebut seharusnya mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat

untuk bergotongroyong untuk mengelola sampah di Bank Sampah yang ada

disetiap daerah. Jika tidak ingin terlibat dalam memilah sampah yang

bertujuan untuk menanggulangi sampah, maka bisa ikut andil sebagai

nasabah yang menabungkan sampahnya di Bank Sampah, sehingga kebijakan

pemerintah dalam menanggulangi dan mengurangi sampah dapat terlaksana

dengan baik. Kebijakan ini tidak hanya berlaku bagi masyarakat yang tinggal

dikota saja melainkan juga bagi masyarakat desa yang berada di wilayah

Indonesia.

“Bank sampah adalah suatu tempat dimana terjadi kegiatan pelayanan terhadap penabung sampah yang dilakukan oleh teller bank sampah. Penabung dalam hal ini adalah seluruh warga baik secara individu maupun kelompok, menjadi anggota penabung sampah yang dibuktikan dengan adanya buku tabungan sampah dan berhak atas tabungan sampahnya.29

Teller yang dimaksud adalah petugas bank sampah yang bertugas

melayani penabung sampah antara lain: menimbang berat sampah yang

dibawa penabung, membeli sampah, mencatat dalam buku induk, dan

29Bambang Suwerda, 2010, Bank Sampah Buku I, Yogyakarta, Werda Press, hal. 33-34

31

berkomunikasi dengan pengepul. Sedangkan pengepul adalah perseorangan

dan/atau lembaga yang masuk dalam pengelolaan sampah.

“Pengelolaan sampah permukiman yang menerapkan sistem penyetoran sistem penyetoran sejumlah sampah ke badan yang di bentuk dan disepakati bersama oleh masyarakat setempat (bank sampah) untuk menampung sampah yang memiliki nilai ekonomi ditabung sampai pada jumlah dan waktu tertentu ditukar sejumlah uang.30

Disisi yang lain, perilaku tersebut sangat menguntungan bagi para pelaku

usaha atau produsen, namun akibat yang ditimbulkan tidak cukup

membuktikan bahwa para pelaku usaha sepenuhnya salah, karena mereka

hanya menyediakan yang dibutuhkan oleh konsumen/masyarakat. Dalam

kondisi ini maka pemerintahlah yang dirugikan karena masyarakat yang

selaku konsumen tidak dapat mengolah dengan baik barang yang telah

digunakan, seperti halnya mengolah sampah yang dihasilkan oleh

masyarakat.

2. Jenis Sampah dalam Kelompok Bank Sampah

Menurut lampiran II point G Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup RI Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,

Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah, dimana jenis-jenis sampah yang

dapat ditabungkan dibank sampah yaitu:

a) Kertas, meliputi koran, majalah, kardus dan dupleks;

b) Plastik, meliputi plastik bening, botol plastik, dan plastik kertas lainnya;

c) Logam, meliputi besi, aluminium, dan timah.

30Cecep Dani Sucipto, Op.cit, hal. 204

32

Menurut penulis bahwa sampah rumah tangga yang dihasilkan dapat

memiliki nilai ekonomi apabila masyarakat mampu mengelola jenis sampah

yang dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya didalam rumah

tetapi juga ruang lingkup perumahan yang ditempati oleh masyarakat. Bukan

semua jenis sampah yang dapat ditabung atau disetorkan oleh nasabah kepada

pihak pengurus bank sampah, sehingga sampah yang di tabungkan memiliki

nilai ekonomi. Seperti halnya kertas, botol, plastik dan logam.

3. Kondisi Sampah dalam Penyetoran ke Bank Sampah

Dalam lampiran II Point I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

RI Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan

Recycle Melalui Bank Sampah, kondisi atau keadaan sampah yang di

setorkan haruslah dalam keadaan bersih dan utuh, karena harga sampah dalam

keadaan bersih dan utuh sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Menurut penulis tujuan dari kondisi diatas untuk mempermudah para

pihak pengurus dalam hal melakukan transaksi dan juga pemilihan dengan

cepat tanpa harus membersihkan jenis sampah yang telah disetorkan

masyarakat setempat dan pihak pengurus tidak bekerja dua kali (2x), karena

pihak pengurus bukan sepenuhnya bekerja sebagai karyawan tetap melainkan

sukarela.

C. Pengelolaan Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 Tentang

Pengelolaan Sampah, menjelaskan bahwa Pengelolaan sampah adalah

33

kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang

meliputi pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana diatur dalam

pasal 1 ayat 5.

Menurut penulis pengelolaan sampah merupakan suatu tempat untuk

menampung sampah-sampah yang tetimbun selama berhari-hari bahkan

bertahun-tahun. Sehingga dapat mengurangi jumlah sampah yang

memiliki volume timbunan sampah semakin besar, karena volume

timbunan sampah yang besar berpotensi untuk melepas gas metan (CH4)

yang dapat meningkatkan emisi gas yang berpengaruh terhadap pemansan

global dan akan mempengaruhi rumah kaca.

Teknik pengelolaan sampah akan sangat dibutuhkan dalam hal

menangani permasalahan sampah yang terjadi selama ini. Pemilahan

sampah sangat dianjurkan dalam melakukan teknologi pengelolaan

sampah, karena akan memiliki dampak yang sangat baik terhadap

pengurangan sampah dalam hal pemilahan sampah basah dan sampah

kering. Pemilahan jenis sampah dilakukan untuk memilah lagi mana

sampah kering yang mampu di daur ulang kembali dan sampah basah

mana yang dapat dijadikan pupuk kompos. Sehingga pengurangan sampah

yang ada di tempat pembuangan akhir bisa mencapai 50% dari

permasalahan sampah.

34

Kata pengelolaan adalah proses atau cara mengolah, sedangkan

sampah adalah benda yang berbentuk padat dari bahan basah (organik)

maupun kering (an-organik) yang sudah tidak terpakai lagi.31

Pengelolaan sampah merupakan wadah untuk menampung jenis

sampah yang dapat di daur ulang menjadi kerajinan tangan yang bermanfaat

atau menjadi pupuk kompos yang dihasilkan dari jenis sampah basah.

Pengelolaan sampah juga memiliki peran penting terhadap sampah yang di

angkut oleh truk-truk sampah yang disediakan oleh pemerintah, sehingga

sampah yang telah menumpuk disekitar lingkungan permukiman dapat di

lakukan proses pengolahan sampah yang baik di pengelolaan sampah. Akan

tetapi selama ini sampah yang telah berada di tempat pengelolaan sampah

tidak didaur ulang kembali, sehingga semakin hari sampah yang diletakkan

di pengelolaan sampah semakin menggunung.

D. Teori Efektifitas hukum

Peraturan perundang-undangan, baik yang tingkatannya lebih rendah

maupun yang lebih tinggi bertujuan agar masyarakat maupun aparatur Negara

dapat melaksanakan secara konsisten dan tanpa membedakan antara

masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya. Semua orang dipandang

sama di hadapan hukum (equality before the law). Namun dalam realisasinya

undang-Undang tersebut sering diabaikan akan penerapannya, sehingga aturan

tersebut tidak berlaku efektif. Tidak efektifnya suatu peraturan disebabkan

karena Undang-Undangnya kabur atau tidak jelas, aparatnya yang tidak

31 Gibson. L, James. 1986, organisasi, manajemen, prilaku, struktur dan proses, Jakarta, Erlangga, hal 27

35

konsisten atau masyarakatnya tidak mendukung dari pelaksanaan peraturan

tersebut. Apabila Undang-Undang itu dilaksanakan dengan baik maka Undang-

Undang tersebut dikatakan efektif. Dikatakan efektif karena bunyi Undang-

Undangnya jelas dan dalam penerapannya tidak perlu melakukan penafsiran,

aparatnnya menegakkan hukum secara konsisten dan masyarakat yang terkena

aturan tersebut mendukungnya. Teori yang mengkaji dan menganalisis hal itu

yaitu teori efektifitas Hukum.

Istilah teori efektifitas hukum berasal dari terjemahan bahasa inggris,

yaitu effectiveness of the legal theory, bahasa Belanda disebut dengan

effectiviteit van de juridische theorie, bahasa Jermannya yaitu wirksamkeit der

rechtlichen theorie. Hans kelsen menyajikan definisi tentang efektifitas hukum,

efektifitas hukum adalah apakah orang pada kenyataannya berbuat menurut

suatu cara untuk menghindari sanksi yang diancamkan oleh norma hukum atau

bukan, dan apakah sanksi tersebut benar dilaksanakan bila syaratnya terpenuhi

atau tidak terpenuhi.32

Konsep efektifitas dalam definisi Hans Kelsen difokuskan pada subjek

dan sanksi. Subjek yang melaksanaknnya yaitu orang atau badan hukum.

Orang-orang tersebut harus melaksanakan hukum sesuai dengan bunyi dari

norma hukum. Bagi yang dikenai sanksi maka sanksi hukum tersebut benar

dilaksanakan atau tidak.

Hukum diartikan norma hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Norma hukum tertulis merupakan norma hukum yang ditetapkan oleh lembaga

32Hans Kelsen.2006. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara. Bandung. Penerbit Nusa Media. Hal 39

36

yang berwenang untuk itu. Lembaga yang berwenang yaitu DPR RI dan

dengan persetujuan presiden. Sedangkan norma hukum tidak tertulis

merupakan norma hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat adat.

Anthony Allot mengemukakan tentang efektifitas hukum. Bahwa Hukum

akan menjadi efektif jika tujuan dan penerapannya dapat mencegah perbuatan

yang tidak diinginkan dapat menghilangkan kekacauan. Hukum yang efektif

secara umum dapat membuat apa yang dirancang dapat diwujudkan. Jika suatu

kegagalan maka kemungkinan terjadi pembetulan secara gampang jika tertjadi

keharusan untuk melaksanakan atau menerapkan hukum dalam suasana baru

yang berbeda, hukum akan sanggup menyelesaikannya. Konsep Anthony Allot

tentang efektifitas hukum difokuskan pada perwujudanny. Hukum yang efektif

secara umum dapat membuat apa yang dirancang dapat diwujudkan dalam

kehidupan sosial bermasyarakat.

Teori efektifitas hukum adalah teori yang mengkaji dan menganalisis

tentang keberhasilan dan kegagalan dan faktor yang mempengaruhi dalam

pelaksanaan dan penerapan hukum. Ada tiga kajian teori efektifitas hukum

yang meliputi :

1. Keberhasilan dalam pelaksanaan hukum.

2. Kegagalan dalam pelaksanaannya.

3. Faktor yang mempengaruhinya.

Keberhasilan dalam pelaksanaan hukum adalah bahwa hukum yang

dibuat itu telah tercapai maksudnya. Maksud dari norma hukum adalah

mengatur kepentingan manusia. Apabila norma hukum itu ditaati dan

37

dilaksanakan oleh masyarakat maupun penegak hukum maka pelaksanaan

hukum itu dikatakan efektif dalam implementasinya. Hal ini, dapat dilihat

dalam masyarakat dalam melaksanakan aturan hukum tersebut.

Kegagalan dalam pelaksanaan hukum adalah bahwa ketentuan hukum

yang telah ditetapkan tidak mencapai maksudnya atau tidak berhasil dalam

implementasinya. Faktor yang mempengaruhi adalah hal yang menyebabkan

atau berpengaruh dalam pelaksanaan dan penerapan hukum tersebut. Faktor

yang mempengaruhi dapatn dikaji dari :

1. Aspek keberhasilannya.

2. Aspek kegagalannya.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan itu meliputi substansi hukum,

struktur hukum, kultur hukum, dan fasilitasnya. Norma hukum dikatakan

berhasil apabila norma tersebut ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat

maupun aparat penegak hukum itu sendiri.

Faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam pelaksanaan adalah karena

norma hukum yang kabur atau tidak jelas aparatur hukum yang korup atau

masyarakat yang tidak sadar atau taat kepada norma hukum tersebut. Fasilitas

yang mendukung norma hukum tersebut sangat minim sehingga sulit untuk

terciptanya keefektifan hukum tersebut.

Menurut Soerjono Soekamto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu

hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor yaitu :

Faktor hukumnya sendiri, Faktor penegak hukum, pihak yang membuat

dan yang menerapkan hukum, Faktor sasaran atau fasilitas yang mendukung

38

penegakan hukum, Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum

tersebut berlaku atau diterapkan, Faktor kebudayaan, sebagai hasil karya, cipta

dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan.33

Ahmad ali berpendapat bahwa pada umumnya ketika kita ingin

mengetahui sejauh mana efektifitas hukum tersebut untuk ditaati atau tidak

ditaati yaitu faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu perundang undangan

adalah professional dan optimal pelaksanan peran dari para penegak hukum

baik dalam menjalankan tugas dan menjalankan isi dari Undang-Undang

tersebut34.

Hukum dalam arti materil merupakan peraturan tertulis yang berlaku

umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah. Peraturan

dibagi dua macam yaitu peraturan pusat dan peraturan daerah setempat.

Peraturan pusat berlaku untuk seluruh warga Negara yang ada pada wilayah

tersebut. Peraturan daerah setempat hanya berlaku untuk orang yang ada pada

daerah tersbut saja.

Bronislaw Malinowski menyajikan teori efektifitas pengendali sosial atau

hukum. Ia menyajikan teori efektifitas hukum dengan menganalisis tiga

masalah berikut ini yang meliputi :

1. Dalam masyarakat modern tata tertib kemasyarakatan dijaga antara lain

oleh suatu system pengendalian sosial yang bersifat memaksa yaitu

hukum, untuk melaksanakannya hukum didukung oleh suatu system alat

kekuasaan yang diorganisasikan untuk Negara. 33Soerjono Soekamto. 2008. Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Hal.8 34Achmad Ali. 2010. Menguak Teori Hukum Dan Teori Keadilan. Jakarta. Kencana. Hal 375

39

2. Dalam masyarakat primitive alat kekuasaan serupa kadang tidak ada

3. Dengan demikian apakah dalam masyarakat primitif tidak ada hukum ?35.

Lawrence M Friedman mengemukakan tiga unsur yang harus

diperhatikan dalam penegakan hukum. Ketiga unsur tersebut meliputi struktur,

substansi dan budaya hukum36.

Pengertian struktur hukum terdiri dari :

1. Unsur jumlah dan ukuran pengadilan yurisdiksinya.

2. Cara naik banding dari satu pengadilan ke pengadilan lainnya.

3. Bagaimana badan legislatif ditata.

Pengertian substansi meliputi :

1. Aturan norma dan perilaku masyarakat dalam system hukum tersebut.

2. Produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum itu

keputusan yang mereka keluarkan dan aturan baru yang mereka terapkan.

Budaya hukum sebagai sikap dan nilai yang ada hubungannya dengan

system hukum dan hukum. Budaya hukum dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Kultur hukum eksternal.

2. Kultur hukum internal.37

Kultur hukum eksternal adalah kultur hukum yang ada pada pupulasi

masyarakat umum. Kultur hukum internal adalah kultur hukum para anggota

masyarakat yang menjalankan tugas hukum. Semua masyarakat memiliki

kultur hukum tetapi hanya masyarakat dengan para spesialis hukum yang

memiliki suatu kultur hukum yang memiliki suatu kultur hukum internal. 35Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta. Penerbit UI Press. Hal 167 36Lawrence M Friedman. 1984. American Law. London. W.W. Norton & Company. Hal. 6 37Lawrence M Friedman. Op.cit. Hal 293

40

Pandangan tentang efektifitas hukum dikemukakan oleh Clearence J.

Dias. Syarat bagi efektif atau tidaknya suatu aturan hukum adalah

1. Mudah tidaknya makna atau isi aturan hukum itu untuk ditangkap.

2. Luas tidaknya kalangan didalam masyarakat yang mengetahui isi aturan

yang bersangkutan.

3. Efisien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan hukum yang dicapai dengan

bantuan aparat administrasi dan masyarakat.

4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya harus mudah

dihubungi dan dimasuki oleh setiap warga Negara akan tetapi juga harus

cukup efektif menyelesaikan sengketa.

5. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata dikalangan warga

masyarakat, bahwa aturan dan pranata hukum itu memang berdaya mampu

efektif.38

Syarat agar hukum dapat berjalan dengan efektif adalah dengan melihat

Undang-Undangnya yang berlaku dimasyarakat, adanya pelaksanan hukum,

kondisi sosio ekonomi masyarakat, Undang-Undang yang dibuat harus

dirancang dengan baik dan substansinya yang meliputi isi dari peraturan

tersebut harus bersifat melarang, mengandung sanksinya, mengandung

moralitas. Pelaksanan hukum adalah aparat yang melaksanakan hukum itu

sendiri, seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Pelaksanaan hukum ini

harus dilakukan dengan baik. Efektifitas hukum harus dilihat dari kondisi sosio

ekonomi masyarakat. Semakin baik ekonomi masyarakat maka semakin efektif

38Marcus Priyo. 2008. Kriminalisasi dan Penalisasi Dalam Rangka Fungsionalisasi Perda

Pajak dan Retribusi. Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Hal 71

41

Undang-Undang yang berlaku. Hal ini disebabkan karena tidak adanya

masyarakat yang melakukan pelanggaran hukum. Semakin rendah ekonomi

masyarakat semakin banyak terjadi pelanggaran hukum hal ini dapat dilihat

semakin banyaknya pencurian yang berlatar belakang alasan ekonomi.