Upload
phungkhue
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TANGGUNG JAWAB MORAL PELESTARIAN LINGKUNGAN
Masalah pemeliharaan atau pelestarian lingkungan hidup bukanlah hanya sekedar
masalah sosial, seperti masalah ekonomi, masalah politik, masalah estetika, dan lain
sebagainya. Jauh lebih dari itu, masalah lingkungan hidup merupakan masalah moral,
sehingga menuntut suatu pertanggungjawaban moral. Kalau disebut sebagai masalah
moral berarti mengandung suatu kewajiban dasar dan mengikat bagi manusia, untuk
memperlakukan alam secara baik dan penuh tanggung jawag. Namun fakta menunjukkan
bahwa lingkungan, yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia, sudah diambang
kepunahan. Kepunahan alam terjadi karena ulah manusia sendiri, yang dengan rakusnya
melakukan tindakan eksploitasi tak terkendali terhadap alam. Alam telah diperlakukan
secara sewenang-wenang demi tujuan pribadi atau kelompok, yang umumnya berjangka
pendek saja, yaitu tujuan ekonomis semata. Kerusakan lingkungan hidup telah membawa
banyak bencana bagi manusia diberbagai belahan dunia, dan hal itu akan berlangsung
terus manakala manusia tidak segera merubah sikapnya terhadap alam. Maka untuk itu
demi kelestarian alam manusia harus bisa menumbuhkan perasaan mendalam bahwa
melukai alam bagaikan melukai diri kita sendiri.
A. Alam diambang kepunahan
Dari berbagai data yang ada dapat terlihat bahwa alam memang sedang menuju pada
tahap-tahap yang semakin kritis dalam proses kepunahan. Ada banyak masalah serius
16
yang menunjukkan dimensi global pencemaran lingkungan hidup, beberapa diantaranya
dapat disebutkan dibawah ini2.
1. Akumulasi bahan beracun
Industri kimia telah membuang limbahnya kedalam sungai atau laut. Hal itu telah
membawa akibat antara lain, ikan sudah semakin tidak layak untuk dikonsumsi karena
kadar merkuri atau bahan kimia yang dibuang telah merembes kedalamnya. Pestisida
yang digunakan untuk meningkatkan produksi pangan, telah masuk dalam rantai
makanan manusia sampai ke air susu ibu(ASI) yang diminum oleh bayi. Beberapa
herbisida seperti Silver, diketahui mengandung dioksin, yang merupakan racun kuat dan
dapat mengakibatkan kanker. Fosfat dari deterjen cuci membuat alga dalam air
bertambah banyak dan oksigen berkurang, sehingga memusnahkan bentuk kehidupan
didalam air. Jenis plastik polstyrene, sulit hancur secara alami, sehingga akan membebani
lingkungan. Adanya berita-berita tentang negara-negara industri maju yang mengekspor
limbahnya yang berupa bahan beracun berbahaya ke negara-negara miskin, dengan
imbalan pembayaran yang menggiurkan bagi negara-negara miskin. Risiko besar untuk
lingkungan terjadi oleh penggunaan tenaga nuklir, yang tetap terbuka kemungkinan
untuk terjadinya kecelakaan, dan limbah nuklir seperti plutonium yang mengandung
radioaktif selama ribuan tahun dan sangat membahayakan kesehatan manusia.
2. Efek rumah kaca
Salah satu hal yang sangat mengkhawatirkan sekarang ini adalah naiknya suhu
permukaan bumi akibat efek rumah kaca (greenhouse effect). Menurut perkiraan para
ahli, setiap tahun dilemparkan lima milyar ton karbondioksida kedalam atmosfer. Seperti
halnya kaca di rumah kaca, gas-gas yang disebut gas rumah kaca itu memerangkap
2 Data sebagian besar diambil dari K. Bartens, pengantar etika Bisnis (Jogyakarta, Penerbit Kanisius,2000),hal 309-316
17
gelombang panas, sehingga terjadilah peningkatan suhu secara global. Akibat yang tidak
dapat dihindarkan dari pemanasan ini, es dan salju di kutub utara dan selatan mencair,
yang menyebabkan permukaan air laut akan naik. Diperkirakan dalam tahun 2100
permukaan air laut akan naik antara 1,4 sampAI 2,2 meter3. Dan kalau hal ini
berlangsung terus dalam keadaan yang lebih buruk, maka akan terjadi bencana serius
bagi umat manusia, seperti: kota-kota atau pemukiman yang dibangun di pinggir laut
akan tergenang, seperti Jakarta Utara, dan negara-negara yang terletak di tempat-tempat
rendah seperti Negeri Belanda dan Bangladesh, akan hilang dari muka bumi.
3. Perusakan lapisan ozon
Bumi dikelilingi oleh lapisan ozon (O3) dalam atmosfir yang konsentrasinya paling besar
berada pada ketinggian kira-kira 20-30 kilometer di atas permukaan bumi. Lapisan ozon
sangat penting untuk melindungi kehidupan terhadap sinar ultraviolet matahari, dimana
80% penyinaran ultraviolet dari matahari disaring olehnya. Dari hasil pengukuran
melalui satelit tampak semakin menipisnya lapisan ozon. Sejak tahun 1970-an terbentuk
”lubang” ozon di atas Antartika (kutub selatan). Tahun 1997 Ilmuwan Selandia Baru
melaporkan lubang ozon itu sudah mencapai luasan 25 juta kilometer persegi, 60 persen
lebih besar dari hasil pengukuran tahun 1980. Kerusakan lapisan ozon itu diakibatkan
oleh beberapa sebab yang berbeda. Tapi menurut para ahli, penyebab paling berpengaruh
adalah pelepasan bahan CFC (klorofluorokarbon) ke dalam udara. CFC adalah bahan
kimia yang banyak dipakai dalam kaleng penyemprotan aerosol, lemari es, dan alat AC,
dan juga dalam ”karet” busa. Kerusakan lapisan ozon mengakibatkan radiasi ultrviolet
dari matahari bisa mencapai permukaan bumi, yang akan membawa pengaruh negatif
bagi kesehatan manusia dan kehidupan pada umumnya di bumi. Beberapa masalah yang
3 Dr. Franz Magnis-Suseno, SJ, dkk, etika Sosial, buku Panduan Mahasiswa, PB I- PB VI, diterbitkan bekerjasama dengan Aptik (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1993)hal. 157-159
18
ditimbulkan oleh radiasi itu, antara lain: penyakit kanker kulit, penyakit mata katarak,
penurunan sistem kekebalan tubuh, kerusakan bentuk-bentuk hidup dalam laut dan
tanaman di darat.
4. Hujan asam
Pada kawasan industri padat, seperti Kanada dan bagian utara Amerika Serikat, Jerman,
Belanda, Swedia dan Finlandia, sejak beberapa dekade terakhir ini terjadi hujan asam
(acid rain). Asam dalam emisi industri bergabung dengan air hujan dan mencemari
daerah yang luas, merusak hutan dan pohon-pohon lain, mencemari air danau, merusak
gedung-gedung dan sebagainya. Bagi manusia, hujan asam bisa mengakibatkan
gangguan saluran pernafasan dan paru-paru.
5. Deforestasi dan penggurunan
Penggunaan kayu untuk berbagai keperluan telah mendorong penebangan hutan secara
tak terkendali, yang menyebabkan hutan semakin cepat berkurang. Juga untuk membuka
lahan pertanian yang baru terjadi pembabatan hutan yang semakin meluas. Ini dilakukan
oleh penduduk setempat yang jumlahnya semakin bertambah, maupun oleh perusahaan
nasional dan internasional yang ingin membuka lahan baru untuk lahan peternakan atau
perkebunan. Penebangan hutan (deforestation) secara besar-besaran mempunyai dampak
penting atas lingkungan hidup, karena dengan demikian maka salah satu fungsi hutan,
yakni meresap karbondioksida yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil pada
industri ataupun kendaraan bermotor, sutu penyebab penting terjadinya efek rumah kaca.
Selain itu tingkatan air tanah menurun terus karena berkurangnya hutan yang
berkedudukan untuk menjaga kadar air dalam tanah.
19
6. Punahnya keanekaan hayati.
Kekayaan alam ini sebagian besar ditentukan oleh banyaknya spesies yang hidup di
dalamnya. Keanekaan hayati (biodiversity) adalah jenis-jenis kehidupan (spesies) yang
memiliki makna sangat penting untuk segalam aspek kehidupan manusia, seperti
makanan, obat-obatan, dan sebagainya. Swalah satu akibat besar dari kerusakan
lingkungan hidup adalah kepunahan spesies yang semakin bertambah setiap waktu. Dan
spesies hidup yang punah sekarang akan hilang lenyap dari muka bumi untuk selamanya.
Yang memiliki andil besar terhadap kemusnahan spesies hidup ini adalah penggunaan
peptisida dan herbisida yang semakin intens. Menurut perkiraan para ahli, kira-kira 7
persen dari jumlah spesies di daerah non tropis kini telah punah dan di daerah tropis 1
persen. Dengan adanya penebangan yang semakin banyak di hutan tropis, maka angka
kepunahan ini akan bisa cepat berubah ke arah yang lebih buruk lagi.
B. Manusia sebagai Agen Perubahan
1. Manusia mempengaruhi lingkungan
Sebenarnya, perubahan-perubahan alami yang merupakan proses dinamis yang dialami
bumi dari semula telah terjadi dengan sendirinya. Bumi sejak semula sudah mengenal
kenaikan dan penurunan muka air laut yang disebabkan oleh perubahan suhu secara
global. Di berbagai tempat juga terjadi erosi, banjir, kekeringan, perubahan total di suatu
kawasan, dan sebagainya. Semua peristiwa alami itu terjadi dengan sendirinya, tanpa
dirasa sebagai suatu hal yang merugikan. Akan tetapi, dengan kehadiran manusia,
berbagai perubahan yang terjadi di bumi tidak lagi hanya berlangsung secara proses
alami. Manusia telah turut memperkaya bahkan telah berperan sebagai agen perubahan,
yang menyebabkan proses alami di bumi tidak lagi berlangsung sebagaimana adanya.
20
2. Melestarikan keseimbangan lingkungan
Bahwa terjadinya perubahan di lingkungan sebenarnya tidak menjadi masalah, asalkan
perubahan yang dilakukan membawa suatu keseibangan baru yang semakin berkualitas.
Pembangunan bagaimanapun juga selalu membawa perubahan, termasuk juga
menganggu keseimbangan lingkunagan. Maka pembangunan sebenarnya merupakan
”gangguan” pada keseimbangan lingkungan, untuk membawanya pada keseimbangan
baru yang semakin berkualitas. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dengan kata
”melestarikan lingkungan”. Menurut kamus Poerwadarminta (1976) kata lestari berarti
tetap selama-lamanya, kekal, tidak berubah seperti sediakala; melestarikan berarti
membiarkan tetap tidak berubah. Dalam usaha pembangunan, kita tidak dapat
melestarikan lingkungan dalam pengertian itu. Yang harus kita lestarikan bukanlah
lingkungan itu sendiri atau keseimbangan lingkungan agar tetap seperti itu. Yang harus
kita lestarikan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan dan
tingkat hidup yang lebih tinggi4.
C. Penyebab Terjadinya Kerusakan Alam
Kalau diamati lebih dalam, maka dapat disebutkan beberapa hal penting yang dapat
dianggap sebagai kondisi pemicu terjadinya berbagai kerusakan lingkungan.
1. Pola pendekatan yang merusak
Kehidupan manusia yang mengageni perubahan yang berlangsung di bumi ini
sebenarnya tidak harus berwujud pengrusakan bagi lingkungan, melainkan dapat juga
berwujud engolahan, yang menjadikan bumi sebagai hunian yang semakin baik dan
4 Otto Soemarwoto, analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Jogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2003) hal. 25-26
21
indah bagi kehidupan. Akan tetapi, manusia tidak secara konsisten memainkan peran
seperti itu. Pola pendekatan manusia modern terhadap alam merupakan pendekatan
teknokratis (dari kata Yunani tekne = keterampilan dan krattein = menguasai).
Pendekatan ini mengedepankan penggunaan teknologi yang semakin canggih untuk
menguras isi bumi dan menguasainya. Pendekatan teknokratis berangkat dari sikap yang
hanya memandang alam sebagai sekadar sarana untuk memnuhi kebutuhan manusia.
Alam dipandang sebagai tumpukan kekayaan dan energi, yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia seberapa dia sanggup mengalinya. Dengan kemampuan teknologi yang dia
rancan semakin canggih, manusia dapat membongkar alam ini untuk mengambil apa saja
yang dia perlukan, sedangkan yang tidak dia perlukan dibuang atau dibiarkan begitu saja.
2. Terkait bidang perekonomian modern
Berbagai masalah lingkungan yang didorong oleh penguasaan ilmu dan teknologi sangat
terkait dengan bidang perekonomian modern yang berpolakan kapitalistik, dengan tujuan
utama produksi untuk perolehan laba perusahaan. Hanya perusahaan yang memperoleh
laba besar yang dapat bertahan dalam persaingan yang semakin bebas dan ketat. Dalam
persaingan demikian biasanya perusahaan meningkatkan labanya dengan cara menekan
biaya produksi serendah mungkin. Itu jugalah yang dilakukan oleh pengusaha ketika
mengeksploitasi kekayaan alam. Dengan biaya serendah mungkin – yang dicurahkan
hanya untuk bisa menggali kekayaan alam – maka usaha perbaikan dan pemulihan
kembali keadaan alam, menjadi terabaikan. Yang dilakukan adalah sekedar mengambil
apa yang perlu, lalu sesudah itu meninggalkannya begitu saja. Kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh banjir, misalnya, sering kali disebabkan oleh penebangan hutan
seperti di lereng-lereng gunung, untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian atau
pemukiman baru. Akibat penebangan yang dilakukan secara liar, air tidak bisa meresap
22
ke dalam tanah, yang berubah menjadi banjir. Begitu juga dengan polusi udara yang
diakibatkan oleh asap pdari berbagai pabrik raksasa dan berbagai substansi kimiawi
beracun, dan segala bentuk sampah lain yang dibuang begitu saja atau dialirkan ke dalam
sungai, dan dihembuskan melalui cerobong-cerobong pembuangan ke dalam atmosfer.
Demi biaya serendah-rendahnya maka pengolahan sampah dan berbagai limbah pabrik
dan industri tidak lagi diperhatikan.
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, manusia bukan lagi hanya mengalami kemajuan di bidang pertanian, tetapi
juga di berbagai bidang kehidupan lainnya. Dengan kemajuan yang dicapainya manusia
mulai mengembangkan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, sebagai alternatif di
luar bidang pertania. Abad ke delapan belas dan sembilan belas merupakan awal
terbentuknya masyarakat industri yang telah merintis suatu gerakan raksasa dalam
penggunaan energi dengan penemuan cara menguraikan bahan bakar fosil seperti batu
bara, minyak dan gas bumi. Dari penemuan-penemuan itu telah dihasilkan berbagai jenis
produksi yang dimanfaatkan produksi yang dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan
hidup dan peningkatan taraf hidup manusia. Akan tetatpi, bersamaan dengan berbagai
manfaat yang diperoleh dari kemajuan tersebut, telah terjadi serangkaian krisis
lingkungan hidup, mulai dari yang berskala kecil hingga yang berskala besar. Sebagai
contoh, Kebocoran Pabrik Pestisida milik Union Carbide d kota Bhpal, India, dan
musibah reaktor nuklir di Chernobyl, Uni Soviet. Kasus Bhopal terjadi 20 tahun silam,
tepatnya pada malam hari 3 Desember 1984. Kebocoran besar terjadi pada sebuah tangki
penyimpanan bahan gas di pabrik pestisida milik perusahaan Amerika Serikat, Union
23
Carbide. Tangki yang bocor itu memuntahkan 40 ton gas beracun, yang kemudian
terbang bersama angin keluar dari lokasi pabrik. Menurut catatan resmi, gas beracun
yang bergerak liar itu langsung menewaskan 1.750 orang penghuni pemukiman padat di
sekitar pabrik. Mereka tewas akibat menghirup gas panas yang membakar paru-paru.
Sekitar 2.500 orang tewas pada hari berikutnya. Dan menurut beberapa kelompok
korban, setidaknya ada 8.000-an warga yang tewas dalam beberapa hari setelah kejadian
itu, serta ribuan lainnya tewas kemudian akibat berbagai penyakit yang timbul akibat
racun itu. Bisa diyakini bahwa ada ribuan orang yang menderita buta dan ratusan ribu
orang yang mengalami gangguan kesehatan lainnya. Yang jelas, hingga hari ini puluhan
warga dikabarkan masih dalam kondisi sakit yang kronis akibat kejadian itu. Dampak
dari peristiwa tersebut masih terasa hingga sekarang, sebagaimana dilaporkan oleh
seorang penulis Perancis, Dominique Lapierre5, yang hadir secara langsung di India
dalam rangka memperingati tragedi pabrik paling buruk di dunia itu. Dilaporkan bahwa
lokasi di sekitar lokasi di sekitar tragedi Bhopal, yang menewaskan ribuan orang 20
tahun silam itu, sampai hari ini masih tercemar racun. Warga yang tinggal di daerah
pemukiman padat di sekitar lokasi tragedi itu masih juga ’dihukum’, karena terpaksa
minum air yang sangat beracun. Sebuah penelitian telah dilakukan atas sponsor BBC dan
menemukan bahwa tingkat kontaminasi pada sampel air yang berasal dari sekitar lokasi
pabrik adalah 500 kali lebih tinggi dari batas maksimum yang direkomendasikan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization).
Ledakan reaktor nuklir di Chernobyl, Ukraina (dulu masuk Uni Soviet) terjadi tanggal 26
April 1986. Ledakan yang terjadi di reaktor nomor 4 melepaskan radioaktif yang
diperkirakan tiga kali lebih besar dari pemboman atom di Hiroshima. Sekitar 50 ton
bahan bakar nuklir dilepaskan ke dalam atmosfer dalam bentuk uap dan partikel-partikel
24
halus, dan 70 ton lagi dilemparkan ke sekitar kompleks dalam bentuk bongkahan. Segera
sesudah kejadian itu korban berjatuhan, termasuk 300-an lebih kematian dalam operasi
pembersihan. Berapa persis jumlah kematian dan gangguan kesehatan lainnya akibat
bencana itu sulit diketahui. Menurut perkiraan beberapa ahli, dalam 50 tahun sesudah
kecelakaan itu antara 50.000 dan 250.000 orang di bekas Uni Soviet dan seluruh Eropa
akan meniggal akibat kanker dan penyakit lain yang disebabkan oleh musibah di
Chernobyl. Kecelakaan Chernobyl dikelilingi oleh suasana ketertutupan yang menandai
rezim komunis, sehingga angka kematian sebagai akibat dari kecelakaan tersebut tidak
akan pernah diketahui. Dampak buruk dari musibah nuklir di Chernobyl dirasakan bukan
saja di Ukraina dan republik-repulik Uni Soviet lain, melainkan juga di seluruh Eropa.
Kira-kira 130.000 penduduk di sekitar lokasi kecelakaan harus dipindahkan secara
permanen. Di sekitar lokasi, tanah tercemar oleh radiasi nuklir sehingga kesehatan
penduduk terancam untuk jangka waktu lama (terutama kemungkinan mendapat penyakit
kanker atau kelainan pada keturunan). Lebih kurang 400 hektar hutan pinus hancur
seketika karena radiasi. Tiga sungai di kawasan itu tercemar radioaktif. Hasil bumi,
daging ternak, susu sapi, dan lain-lain ikut terkontaminasi. Diketahui juga kemudian
bahwa antara 1966 dan 1985 di Uni Soviet sudah terjadi 10 kecelakaan serius reaktor
nuklir, tapi dampak negatif dari semuanya itu, terutama data tentang kematian, tidak
boleh diumumkan.
4. Pertambahan penduduk yang semakin pesat
Jumlah penduduk dunia masih terus bertambah denga laju rata-rata sekitar 1,6 persen/
tahun atau sekitar 80 juta orang/ tahun. Mereka ini semua memerlukan tambahan
produksi pangan , energi, rumah, dan kebutuhan hidup lain. Ironisnya sebagian besar
25
pertambahan penduduk terjadi di negara-negara sedang berkembang dan negara miskin,
yang tidak mampu unuk mendukung kehidupan mereka sendiri. Sebagai akibatnya,
terjadilah kerusakan lingkungan yang semakin parah di negara miskin itu. Di banyak
negara miskin, eksploitasi sumber daya alam semaksimal mungkin dikarenakan untuk
menutup utang luar negerinya, misalnya hutan. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan
daging yang murah di amerika Serikat, beribu hektar hutan tropis di amerika latin di ubah
menjadi daerah peternakan tanpa memperhatikan pencagaran tanah. Maka erosi beratpun
terjadi7.
5. Paham antroposentrime
Hal yang juga dapat dianggap sebagai penyebab kerusakan lingkungan akibat eksploitasi
tak terkendali oleh ulah manusia adalah paham manusia sendiri tentang dirinya dalam
berhadapan dengan alam.Paham antroposentrisme masih dipegang manusia. Demikian
juga pemikiran dan moral lingkungan hidup tetap terpusatkan pada manusia (human
centered ethic). Manusia menjadi jantung perhatian dalam pembahasan tentang
lingkungan hidup. Hal yang menjadi pertimbangan utama adalah peningkatan
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia di dalam alam semesta.
6. Pudarnya nilai-nilai tradisional
Cntoh kasus di Indonesia: Meskipun sering dikatakan bahwa masyarakat merusak
linkungan, akan tetapi kesuburan sawah-sawah dan kelestarian hutan-hutan di Nusantara
selama ribuan tahun pengolahan membuktikan bahwa nenek moyang kita menguasai seni
menggunakan sambil memelihara. Masyarakat Dayak membakar hutan untuk membuka
lahan baru, namun demikian mereka masih menggunakan cara-cara mencegah terjadinya
musibah kebakaran hutan (memperhitungkan arah angin, memilih lokasi areal untuk
26
dibakar dan sebagainya). Bencana terjadi karena nilai-nilai tradisional itu tidak terlihat
pada para transmigran asal daerah lain yang membakar sebagian hutan tanpa perhitungan
yang baik, sehingga kebakaran hutan tidak bisa dikuasai lagi. Pada musim kemarau
panjang tahun 1982-1983 terjadi kebakaran besar-besaran di Kalimantan Timur antara
oktober 1982 dan April 1983 yang menghanguskan sekitar 3,6 hektar hutan. Ini dianggap
kebakaran hutan terbesar dalam sejarah umat manusia. Majalah Tempo, 19 september
1987 melukiskan kerugian materi yang ditimbulkan api selama delapan bulan itu sebagai
sungguh memilukan. Kerugian total ditaksir sekitar 122 juta m3, belum terhitung
kerugian akibat menyusutnya peran ekologisnya,. Ketika hujan deras turun, Juli 1984,
desa-desa sepanjang sungai Mahakam tergenang. Tak ada lagi pepohonan besar yang
”menangkap” air.
7. Keterbatasan kemampuan bumi Akibat dari semua kebijakan yang berpedoman pada
kemajuan tekhnologi, ekonomi, dan produktivitas adalah terganggunya keseimbangan
lingkungan hidup. Daya regenaerasi alam tidak dapat berkembang sewajarnya karena
tidak mampu mengimbangi laju eksploitasi yang dilakukan oleh manusia. Demikian juga
daya dukung bumi mengalami kejenuhan (ecological over stress) akibat terus menerus
dikuras diluar batas kewajaran. Penggunaan sumber-sumber daya alam secara tak
terkendali oleh negara-negara kaya dan adikuasa, yang mengandalkan teknologi nuklir,
dan kimia, telah memberikan gambaran yang negatif terhadap masa depan manusia dan
lingkungan hidup.
8. Desakan tuntutan kebutuhan hidup
Hal lain yang menyebabkan tindakan eksploitasi terhadap lingkungan yang tak
terhindarkan adalah apabila manusia dihadapkan pada tuntutan untuk memenuhi
27
kebutuhan hidup yang utama, untuk memenuhinya manusia akan memilih cara yang
lebih mudah untuk dilakukan. Tuntutan hidup telah mengharuskan, misalnya membuka
lahan tanpa harus mengedepankan pertimbangan lingkungan.
D. Munculnya Kesadaran Lingkungan
Adanya kesadaran yang mendalam pada manusia bahwa manusia dan lingkungan
berkaitan sangat erat, dan sangat bergantung pada alam. Hal ini mendorong tumbuhnya
kemauan manusia untuk mengetahui lebih banyak tentang alam, hingga akhirnya
memunculkan suatu disiplin ilmu yang disebut ecology, yang diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari hubungan timbakl balik antara manusia dan lingkungannya5. Beberapa
peristiwa penting kesadaran dan komitmen manusia terhadap lingkungan hidup dapat
disebutkan sebagai berikut ini:
1. World Environmental Movement (1972)
Perhatian atas krisis lingkungan hidup tidak lagi hanya menjadi urusan masing-masing
negara atau perorangan. melainkan sudah menjadi keprihatian masyarakat dunia secara
bersama. Gerakan kesadaran ekologi secara internasional diprakarsai oleh PBB dengan
mengadakan konferensi Gerakan Lingkungan Hidup Sedunia (World Environmental
Movement) di Stocholm , Swedia pada 5-16 Juni 1972, yang kemudian setiap tahun
diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia6. PP juga membentuk badan khusus
yang menangani masalah lingkungan hidup yaitu United Nations Environmental
Programme (UNEP). Sejak saat itu, gerakan ekologi telah melibatkan berbagai negara di
dunia dan juga lembaga-lembaga non-pemerintah (LSM).
3. Konferensi Rio de Janerio (1992)
5 Fredy Buntaran, OFM, Saudari Bumi Saudara Matahari, (Jogyakarta, Penerbit Kanisius, 1996). Hal. 21
6 Ibid, hal. 22
28
Konferensi Rio de Janerio (yang sering disebut juga KTT Bumi) dapat dianggap sebuah
tonggak sejarah dalam penanganan masalah-masalah lingkungan. Ini adalah sebuah
babak baru perjuangan manusia menghadapi masalah-masalah lingkungan dalam
memasuki abad ke-21, yang dibangun berdasarkan kesadaran akan pentingnya pengaitan
strategi-strategi penanganan masalah-masalah lingkungan ke dalam kebijak
pengembangan ekonomi suatu negara, bahkan pengembangan ekonomi dunia7.
KTT Bumi (Earth Summit) tentang lingkungan dan Pembangunan yang dikenal dengan
nama United Nations Conference of Environmental and Development (UNCED)
mengambil tema ”Think globally, act locally”, yang menekankan perlunya semangat
kebersamaan untuk mengatasi berbagai masalah yang ditibulkan oleh benturan mantara
upaya-upaya melaksanakan pembangunan di satu pihak dan melestarikan sumber daya
alam dipihak lain. Kesepakatan yang dicapai dalam KTT tersebut tertuang dalam
beberapa dokumen penting, yakni: Agenda 21, Prinsip-prinsip Kehutanan, Konvensi
Perubahan Iklim, dan konvensi Keanekaragaman hayati. Denagan demikian secara politis
telah diletakkan dasar bagi kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan8. Dari
serangkaian kesepakatan yang dicapai dalam KTT terdapat tiga masalah global paling
mendesak dalam memasuki abad 21, yang menuntut penanganan bersama seacara serius,
yakni: perubahan iklim akibat kecerobohan manusia, menghilangnya keragaman hayati,
dan perlunya pembatasan jumlah penduduk serta perubahan pola konsumsi masyarakat
modern. Efektifitas dari penanganan ketiga masalah pokok tersebut sedang dikaji terus
menerus mmelalui kebijakan dan tindakan konkrit yang diambil kemudian di masing-
masing negara9.
7 Budi Widinarko, Ekologi dan keadilan social (Jogyakarta, Penerbit Kanisius, 1998), hal. 7-8.8 Ir. Valentinus Darsono, Ms, Pengantar Ilmu Lingkungan, (Jogyakarta, Penerbit Universitas
Atma Jaya, 1995), hal.2.9 Budi Widianarko, ekologi dan Keadilan Sosial, (Jogyakarta, Penerbit kanisius, 1998), hal.8.
29
4. Protokol Kyoto (1977)
Protokol Kyoto, yang merupakan hasil perundingan yang berjalan selama empat tahun,
dan diadopsi tahun 1997, dapat dilihat sebagai tonggak lanjutan keseriusan berbagai
negara untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran totalnya. Elemen-elemen utama
protokol Kyoto adalah target kuantitatif dan waktu penurunan emisi gas serta mekanisme
pencapaian target tersebut protokol kyoto merupakan dasar bagi negara-negara industri
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca gabungan mereka paling sedikit 5 persen dari
tingkat emisi 1990 menjelang periode 2008-2001, diperkirakan, jika pola konsumsi, gaya
hidup, dan pertambahan penduduk tidak berubah, 100 tahun yang akan datang
konsentrasi CO2 akan meningkat menjadi 580 ppmv atau dua kali lipat dari zaman pra
industri, akibatnya maka dalam kurun waktu 100 tahun mendatang suhu rata-rata bumi
akan meningkat hingga 4,5 derajat Celcius10.
5. Implementasinya di Indonesia
Kesadaran ekologi di Indonesia sudah muncul pada dekade 1960-1n, mengikuti apa yang
berkembang di dunia internasional dan sekaligus sebagai reaksi wajar atas pembangunan
yang sedang giat dilaksanankan di dalam negeri. Kesadaran ekologi di negeri ini tidak
hanya melibatkan pemerintah, melainkan juga bebagai kalangan swasta, seperti LSM-
LSM bahkan lembaga-lembaga keagamaan. Dari pihak pemerintah, kesadaran ekologi
terutama dikembangkan oleh Departemen Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan
memberlakukan Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH).Di dalam UULH itu dapat
ditemukan salah satu upaya pemerintah mengatasi masalah lingkungan hidup, yaitu
melali AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)11. Ketika Indonesia
10 Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto, implikasinya bagi Negara Berkembang, (Jakarta, Penerbit Buku Kompas,2004),hal.1-4.
11 Freddy Buntaran, Saudari Bumi Saudara Matahari, Op. Cit.,hal.22.
30
meratifikasi protokol Kyoto, maka secara legal protokol ini menjadi bagian sistem hukum
nasional yang harus diimplementasikan dalam berbagai kebijaksanaan dan pedoman
pelaksanaannya. Merupakan tanggung jawab pemerintah bahwa Protokol Kyoto
diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pembangunan nasional12.
BAB. IV
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
A. Paradigma Pembangunan berkelanjutan
12 Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto,Op Cit., hal xv.
31
Sejak tahun 1980-an dapat dikatakan agenda politik lingkungan hidup mulai dipusatkan
pada paradigma pembangunan berkelanjutan. Istilah ini muncul pertama kalinya dalam
World Conservation of Nature (1980), yang lalu dipakai oleh Lester R. Brown dalam
buku Building a suistainable Society (1981). Sebuah langkah penting dalam refleksi
tentang konsekuensi masalah lingkungan hidup untuk ekonomi adalah laporan dari
World Commision on enironmental and Development (WCED), yang diberi judul Our
Common Future, ”Masa Depan Kita Bersama” (1987), pengertian sustainable
developmen, ”pembangunan berkelanjutan” , menjadi populer.
1. Pengertian pembangunan berkelanjutan
Oleh WCED pembangunan berkelanjutan diartikan sebagai ”pembangunan yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari generasi sekarang, tanpa membahayakan
kesanggupan generasi-generai mendatang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhanmereka
sendiri”1. Maksud yang ingin disampaikan dalam pengertian ini adalah bahwa
pembangunan ekonomi, yang selalu harus memanfaatkan sumber daya alam, dijadikan
sedemikian rupa, sehingga generasi mendatang dapat melanjutakan pembangunan yang
kita jalankan sekarang. Dengan istilah pembangunan berkelanjutan dengan segalla
pengertian dan semangat dasar yang terkandung di dalamnya , maka pertentangan antara
mereka yang menomorsatukan lingkungan (the environmentalist) dan mereka yang
menomorsatukan ekonomi berdasarkan teknoligi maju (the industrialist) dapat
diperdamaikan. Artinya, dengan istilah itu maka yang satu tidak perlu didikorbankan
demi yang lain. Dengan pembangunan berkelanjutan maka pertumbuhan dimungkinkan,
sekaligus tetap memberi peluang di masa depan untuk pertumbuhan yang sama, karena
jaminan utama untuk itu, yakni ketersediaan sumber daya alam yang memadai, tetap 1 K. bartens, Pengantar Etika Bisnis (Jogyakarta, Penerbit Kanisius,2000), hal.320-321.
32
terpelihara. Semangat yang terkandung dalam pembangunan berkelanjutan semakin
diperkuat dengan tercapainya konsensus secara internasional untuk bersama-sama
melestarikan lingkungan hidup demi masa depan bumi manusia. Di United Nations
Conference on Environment and Development di Rio de Janeiro(1992) konsensus
tentang pengertian suistanable development ini telah diwujudkan, yang kemudian
dilengkapi dengan beberapa dokumen penting yang juga mnedapat persetujuan
internasional pada tahun-tahun berikutnya. Dengan pencapaian konsensus internasional
tersebut yang telah dilengkapi dengan penjabaran lebih kongkrit dalam beberapa
dokumen-maka pembangunan berkelanjutan sudah tidak merupakan suatu konsepsi
teoritis saja2.
2. Pembangunan berwawasan lingkungan
KTT Bumi di Rio de Janeiro Brazil(1992) dapat dianggap sebagai puncak dari proses
politik dimana paradigma pembangunan berkelanjutan diterima sebagai salah satu agenda
politik pembangunan untuk semua negara di dunia. Kesepakatan penting yang dicapai
dalam KTT tersebut telah meletakkan dasar politis bagi kebijakan pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Isinya dengan tegas memperlihatkan bahwa pembangunan tidak
bertentangan dengan pelestarian lingkungan. Yang terjadi adalah: pembangunan semakin
maju akan membuat lingkungan semakin terpelihara dengan baik; dan dengan
lingkungan yang semakin berkualitas, pembangunan menjadi lebih mudah ditingkatkan.
Ringkasnya, kesepakatan KTT Bumi berkaitan dengan pemaduan antara pembangunan
dan pelestarian lingkunan (pembangunan berwawasan lingkungan) merupakan penegasan
kembali, sekaligus upaya pelurusan paradigma dari pembangunan berkelanjutan.
3. Tinjauan atas paradigma pembangunan berkelanjutan2 Ibid, hal. 321-322
33
Walau sudah sedemikian gencarnya ajakan dan desakan untuk mengimplementasikan
paradigma pembangunan berkelanjutan, namun hingga kini hasilnya masih sangat minim
sekali, baik di Indonesia sendiri maupun di tingkat global yang lebih luas. Banyak pihak
yang belum memahami dengan baik prinsip-prinsip pokok yang menentukan dan
menjiwai seluruh proses pembangunan itu sendiri sebagaimana tertuang dalam pardigma
tersebut. Paradigma pembangunan berkelanjutan gagal dipahami sebagai sebuah etika
politik pembangunan, berupa komitmen moral tentang bagaimana seharusnya
pembangunan itu diorganisir dan dilaksanakan. Penyebab lain mengapa paradigma
pembangunan berkelanjutan tidak dapat terwujud sebagaimana seharusnya adalah adanya
perhatian utama pada kata ”pembangunan” itu sendiri, dengan fokus utama berupa
pertumbuhan ekonomi. Itulah sebabnya, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonominya, di banyak negara tetap saja terjadi pengrusakan dan eksploitasi sumber daya
alam dengan segala dampak negatifnya bagi kerusakan lingkungan hidup.
Paradigma pembangunan berkelanjutan dalam implementasinya ternyata memiliki
kelemahan-kelemahan yang serius. Kelemahan-kelemahan utama yang dimaksud antara
lain:
Pertama, tidak ada sebuah titik kurun waktu yang jelas dan terukur, yang menjadi
sasaran pembangunan berkelanjutan, tetapi hanya sebuah komitmen yang sulit
diukur kapan tercapainya. Evaluasi, dengan berbagai kriteria, tidak ada, dan sulit
untuk dilakukan. Karena ketiadaan agenda waktu yang jelas, maka dengan mudah
agenda yang besar ini diabaikan.
Kedua, asumsi paradigma pembangunan berkelanjutan didasarkan pada cara
pandang yang sang antroposentris, yang menempatkan manusia sebagai yang
utama dalam alam semesta.
34
Ketiga, asumsi yang ada dibalik paradigma pembangunan berkelanjutan bahwa
manusia mampu menentukan daya dukung ekosistem lokal dan regional. Seakan
manusia mampu menentukan dengan pasti batas-batas daya dukung alam yang
dianggap aman untuk sebuah tindakan eksploitasi. Padahal tidak mudah bagi ilmu
pengetahuan dan teknologi manusia untuk mengetahui dan menentukan dengan
pasti tentang daya dukung dan ambang batas toleransi alam.
Keempat, paradigma pembangunan berkelanjutan bertumpu pada ideologi
materialisme yang tak diuji secara kritis, tetapi diterima begitu saja sebagai benar.
B. Aspek Penting Pembangunan
Sehubungandengan gerakan pembangunan nasional, yang dijalankan dengan semangat
pembanguna berkelanjutan dan berwawasan linkungan, terdapat tiga aspek yang saling
terkait dan saling mendukung satu sama lain. Ketiga aspek yang dimaksud adalah: aspek
ekonomi, aspek sosial-budaya dan aspek lingkungan hidup3. Ketiga aspek ini saling
mendukung satui sama lain dan tidak boleh diperlakukan secara berat sebelah, apalagi
dipertentangkan antara satu dengan yang lainnya.
1. Bukan hanya kemajuan ekonomi
Pembangunan yang hanya mengutamakan kemajuan dalam bidang ekonomi, telah
mengakibatkan kerusakan dan kehancuran kekayaan sosial-budaya dan kekayaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup. Telah terjadi kemiskinan yang mendalam di negara
berkmbang, karena sumber daya alamnya terkuras habis untuk membayar utang kluar
3 Ibid.hal. 168
35
negerinya. Dengan merosotnya sumber daya alam membuat peningkatan kualitas hidup
tidak bisa dilakukan lagi, termasuk untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan di
negara-negara berkembang pada umunya. Hal lainnya adalah pengaruh langsung bagi
kehancuran budaya masyarakat sekitarnya, yang sangat mengantungkan hidup pada
keberadaan sumber daya alamnya. Kondisi ini mengakibatkan cara berpikir dan cara hidup
orang dengan segala kekayaan budayanya juga terancam, bersama terancamnya eksistensi
mereka oleh punahnya keanekaragaman hayati itu. Sehingga timbulm konflik-konflik
sosial-budaya di berbagai tempat yang merupakan resiko yang harus dibayar mahal oleh
diabaikannya pembangunan sosial-budaya. Ada perasaan diperlakukan secara tidak adil,
termarginalisasi, dan terabaikan secara budaya, yang membuat identitas dan keunikan
berbagai kelompok budaya yang ada menjadi tidak terpelihara dan akhirnya menjadi
punah. Untuk itu diperlukan perubahan kebijakan dalam pembangunan nasional. Tidak
boleh hanya menitikberatkan pada pembangunan ekonomi semata, melainkan juga
pembangunan sosial-budaya dan lingkungan hidup sekaligus.
2. Bukan hanya mengatasi kemiskinan material
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan, tentu saja
pembangunan ekonomi merupakan suatu keharusan. Kemiskinan mempunyai dimensi yang
lebih luas dari sekedar kemiskinan material ekonomis., tetapi juga menyangkut dimensi-
dimensi lain seperti: sosial-budaya, spiritual, dan kualitas lingkungan hidup. Jadi,
mengatasi kemiskinan tidak hanya dengan mengeksploitasi sumber daya alam dengan
tujuan jangka pendek dan parsial saja. Dikarenakan ada banyak faktor yang ikut
menentukan keberhasilan sebuah negara dalam mengatasi kemiskinan. Faktor itu antara
lain adalah kemampuan manusia dalam menghasilkan barang dan jasa dengan nilai tambah
36
yang tinggi. Maka peningkatan sumber daya manusia perlu di agendakan dan dilaksanakan
agar tekanan pad apengandalan sumber daya alam dalam mengatasi kemiskinan , bisa
diperkecil. Dengan demikian maka paradigma pembanguna berkelanjutan perlu dijadikan
teori normatif, yang medesak kita untuk meninggalkan sikapkan sikap menjadikan
pembangunan ekonomi sebagai satu-satunya tujuan pembangunan nasional. Dengan
intregasi ketiga aspek (ekonomi, sosial-bidaya, lingkungan hidup) , kemajuan dan prestasi
ekonomi yang kita capai akan lebih tepat sasaran, karena kita meletakkan dalam kerangka
lingkungan hidup, dan sosial-budaya. Inilah pembangunan yang lebih menjamin
peningkatan kualitas hidup manusia dalam segala dimensinya, dan sekaligus bis lebih
berkelanjutan4.
C. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Selain mendalami tiga aspek penting pembangunan, perlu juga melihat secara khusus,
ketiga prinsip yang penting ditegakkan dalam pembangunan berkelanjutan.
1. Prinsip demokrasi
Menjamin agar pembangunan dilaksanakan sebagai perwujudan kehendak bersama seluruh
rakyat, demi kepentingan bersama seluruh rakyat. Pembangunan bukan dilaksanakan
beradasarkan kehendak pemerintah atau partsi politik, demi kepentingan rezim atau partai
yang sedang berkuasa.
Prinsip demokrasi mempunyai beberapa aspek penting yang harus diperhatikan sebagai
perwujudan dari prinsip ini:
1. Agenda utama pembangunan haruslah agenda rakyat, demi kepentingan rakyat
banyak. Pembangunan harus merupakan ilplementasi aspirasi dan kehendak
masyarakat, demi kepentingan masyarakat banyak. Pemerintah harus menjamin 4 A. Sonny Keraf. Etika Lingkungan, Op. Cit., hal. 173-174.
37
bahwa agenda dan kebijakan pembangunan yang dilakasanakan benar-benar berasal
daridan untuk kepentingan seluruh rakyat. Dengan cara ini maka pergantian rezim
tidak akan menjadi ancaman bagi pembangunan yang sedang berjalan.
2. Dalam kaitan dengan aspek pertama, partisipasi masyarakat dalammerumuskan dan
meng implementasikan kebijakan pembangunan merupkan sebuah keharusan moral
politik. Ini berarti sejak awal proses pembangunan, masyarakat harus dilibatkan,
baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan juga.
3. Harus ada akses informal yang jujur dan terbuka tentang agenda pembangunan dan
proses perumusan agenda pembangunan. Transparasi ini haruslah sebuah keharusan
publik, karena hak untuk mendapatkan informasi yang akurat dan benar merupakan
sebuah tuntutan moral dari demokrasi dan pembangunan itu sendiri.
4. Adanya akuntabilitas publik tentang agenda pembangunan, proses perumusan
kebijakan dan implementasi pembangunan tersebut. Karena agenda pembangunan
berasal dari rakyat dan demi kepentingan rakyat banyak,maka harus ada
pertanggungjawaban publik tentang sejauh mana aspirasi rakyat telah di dengar dan
dijalankan dengan komitmen yang serius dan berdaya guna.
5. Rakyat mempunyai komitmen untuk mengimplementasikannya, karena mereka
terlibat dalm proses perumusannya.
38