19
BAB III ANALISIS REPERTOAR Pada bab ini, penulis akan memaparkan analisis repertoar dari karya skripsi “The Wonder Five” yang berisi lima karya komposisi, antara lain “Baby Rhino’s Tune”, “Just Another Day of an Elephant”, “The Furious Leopard”, “The Buffalos’ Journey”, dan “King of The Jungle”. A. “Baby Rhino’s Tune” Lagu ini dituliskan dalam tangga nada C Mayor dengan tujuan untuk menonjolkan kesan besar, polos dan ceria. 1 Dalam lagu ini digambarkan seekor bayi badak yang sedang bergembira menikmati petualangannya untuk menjelajahi hutan Afrika.. Tabel 3.1 Struktur Komposisi Judul “Baby Rhino’s Tune” Jenis Musik Program Format Piano Empat Tangan Durasi 2’01 Bagian Intro. Bir. 1- 8 A1 Bir. 9- 16 A2 Bir. 17- 23 B Bir. 24- 32 C Bir. 33- 40 End. Bir. 41- 50 Tonalitas C Mayor C Minor C Mayor Teknik Pengolahan Motif dan Harmoni Schubart. C Major: Polos, sederhana, alami.

BAB III ANALISIS REPERTOAR · 2017. 12. 12. · Lagu ini dituliskan dalam tangga nada C Mayor dengan tujuan untuk menonjolkan kesan besar, polos dan ceria.1 Dalam lagu ini digambarkan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB III

    ANALISIS REPERTOAR

    Pada bab ini, penulis akan memaparkan analisis repertoar dari karya skripsi “The

    Wonder Five” yang berisi lima karya komposisi, antara lain “Baby Rhino’s Tune”,

    “Just Another Day of an Elephant”, “The Furious Leopard”, “The Buffalos’

    Journey”, dan “King of The Jungle”.

    A. “Baby Rhino’s Tune”

    Lagu ini dituliskan dalam tangga nada C Mayor dengan tujuan untuk

    menonjolkan kesan besar, polos dan ceria.1 Dalam lagu ini digambarkan

    seekor bayi badak yang sedang bergembira menikmati petualangannya untuk

    menjelajahi hutan Afrika..

    Tabel 3.1 Struktur Komposisi

    Judul “Baby Rhino’s Tune”

    Jenis Musik Program

    Format Piano Empat Tangan

    Durasi 2’01

    Bagian Intro.

    Bir. 1-

    8

    A1

    Bir. 9-

    16

    A2

    Bir. 17-

    23

    B

    Bir. 24-

    32

    C

    Bir. 33-

    40

    End.

    Bir. 41-

    50

    Tonalitas C Mayor C Minor C Mayor

    Teknik Pengolahan Motif dan Harmoni ���������������������������������������� ���������������������Schubart. C Major: Polos, sederhana, alami.�

  • 1. Introduksi

    Birama 1

    yang sederhana dengan banyak menggunakan

    part section

    gembira dengan tonalitas mayor.

    Gambar 3.1 Pola melodi bagian introduksi menggunakan

    2. Bagian A1

    Birama 9

    dotted rhytm

    ketukan yang stabil. Masih menggunakan tonalitas C Mayor pada bagian

    ini dan dikembangkan dengan teknik sekuen.

    3. Bagian A2

    Masuk ke bagian A2, masih menggunakan pola melodi

    namun dengan pola iringan yang berbeda.

    Birama 1-8. Pada bagian awal lagu ini, penulis memilih pola melodi

    yang sederhana dengan banyak menggunakan dotted rhytm

    part section. Pada bagian ini digambarkan seekor badak kecil yang

    gembira dengan tonalitas mayor.

    Gambar 3.1 Pola melodi bagian introduksi menggunakan dotted rhytm

    Birama 9-16. Pada bagian ini, penulis masih menggunakan pola

    dotted rhytm pada melodi utamanya, sedangkan iringannya memainkan

    ketukan yang stabil. Masih menggunakan tonalitas C Mayor pada bagian

    ini dan dikembangkan dengan teknik sekuen.

    Gambar 3.2 Pola tema utama

    Masuk ke bagian A2, masih menggunakan pola melodi

    namun dengan pola iringan yang berbeda.

    8. Pada bagian awal lagu ini, penulis memilih pola melodi

    dotted rhytm pada upper

    digambarkan seekor badak kecil yang

    dotted rhytm

    16. Pada bagian ini, penulis masih menggunakan pola

    pada melodi utamanya, sedangkan iringannya memainkan

    ketukan yang stabil. Masih menggunakan tonalitas C Mayor pada bagian

    Masuk ke bagian A2, masih menggunakan pola melodi yang sama

  • 4. Bagian B

    Birama 24

    not 1/8 dengan ritme yang stabil, kemudian di bagian tengah tonalitasnya

    berubah menjadi C Minor untuk mel

    5. Ending

    Birama 32 ketukan ketiga

    dan diakhiri dengan dinamika

    bermain-main.

    B. “Just Another Day of an Elephant”

    Karya komposisi ini menggunakan tangga nada G Mayor dalam

    penulisannya. Karya ini merupakan penggambaran tentang suatu hari yang

    dialami oleh gajah. Diawali dengan suasana pagi hari yang ceria di pinggir

    ����������������������������������������������������������2 Schubart. C Minor: pernyataan cinta namun juga ratapan kebahagiaan cinta di saat yang sama.

    Gambar 3.3 Pola iringan

    Birama 24-32. Pada bagian ini pola iringan berubah menggunakan

    not 1/8 dengan ritme yang stabil, kemudian di bagian tengah tonalitasnya

    berubah menjadi C Minor untuk melukiskan ratapan cinta yang bahagia.

    Gambar 3.4 Pola iringan

    Birama 32 ketukan ketiga- 50. Tonalitasnya kembali lagi ke C Mayor,

    dan diakhiri dengan dinamika p agar terdengar kesan lucu seperti

    main.

    “Just Another Day of an Elephant”

    Karya komposisi ini menggunakan tangga nada G Mayor dalam

    penulisannya. Karya ini merupakan penggambaran tentang suatu hari yang

    dialami oleh gajah. Diawali dengan suasana pagi hari yang ceria di pinggir

    �������������������

    Schubart. C Minor: pernyataan cinta namun juga ratapan kebahagiaan cinta di saat yang sama.

    Pada bagian ini pola iringan berubah menggunakan

    not 1/8 dengan ritme yang stabil, kemudian di bagian tengah tonalitasnya

    ukiskan ratapan cinta yang bahagia.2

    50. Tonalitasnya kembali lagi ke C Mayor,

    agar terdengar kesan lucu seperti

    Karya komposisi ini menggunakan tangga nada G Mayor dalam

    penulisannya. Karya ini merupakan penggambaran tentang suatu hari yang

    dialami oleh gajah. Diawali dengan suasana pagi hari yang ceria di pinggir

    Schubart. C Minor: pernyataan cinta namun juga ratapan kebahagiaan cinta di saat yang sama.

  • sungai yang mengalir dengan tenang, gajah kecil berdialog dengan induk gajah

    meminta ijin untuk pergi bermain-main, namun ia lupa waktu sehingga saat hari

    menjadi gelap, ia tersesat di dalam hutan, namun pada akhirnya ia dapat

    menemukan jalan pulang, karena keleahan akhirnya gajah kecil tertidur pulas.

    Tabel 3.2 Struktur Komposisi

    Judul “Just Another Day of An Elephant”

    Jenis Musik Program

    Format Piano empat tangan

    Durasi 1’55

    Bagian Intro.

    Bir.

    1-4

    A

    Bir.

    5-12

    B

    Bir. 13-

    20

    A’

    Bir. 21-

    28

    C

    Bir. 29-

    44

    D

    Bir. 45-

    57

    Ending

    Bir. 58-

    63

    Tonalitas D Mayor

    Teknik Pengolahan Motif dan Harmoni

    1) Introduksi

    Bagian ini dimulai dari birama 1 hingga birama 4. Pada bagian ini

    primo memiliki karakter yang tenang dan mengalir, untuk

    menggambarkan suatu hari yang cerah dan damai dalam kehidupan

    seekor gajah. Untuk memunculkan karakter tersebut, penulis

    menggunakan banyak melodi dengan jarak nada yang berdekatan serta

    bergerak turun kemudian naik lagi (untuk memberikan efek seperti suara

    aliran air sungai yang mengalir tenang).

  • 2) Bagian A

    Mulai dari birama 5

    masing-masing memiliki motif pendek yang mengganbarkan seekor gajah

    dengan suasana hati yang ceria serta not akhir yang lebih panjang dengan

    ornament acciac

    seperti terumpet. Sedangkan pola iringan dengan jarak oktaf, memberikan

    efek kuat dan besar untuk merepresentasikan ukuran gajah yang besar.

    Birama 5 dan 6 merupakan frase

    adalah frase konsekuen. Suara yang lebih rendah mengibaratkan induk

    gajah, sedangkan suara yang lebih tinggi pada birama 7 dan 8

    menggambarkan anak gajah.

    Gambar 3.5 Motif aliran air sungai

    Mulai dari birama 5-12. Pada bagian ini terdapat 2 kalimat yang

    masing memiliki motif pendek yang mengganbarkan seekor gajah

    dengan suasana hati yang ceria serta not akhir yang lebih panjang dengan

    acciacatura sebagai visualisasi suara gajah yang mengemprit

    seperti terumpet. Sedangkan pola iringan dengan jarak oktaf, memberikan

    efek kuat dan besar untuk merepresentasikan ukuran gajah yang besar.

    Gambar 3.6 Visualisasi suara Elephant atau Gajah

    Birama 5 dan 6 merupakan frase anteseden, sedangkan birama 7 dan 8

    adalah frase konsekuen. Suara yang lebih rendah mengibaratkan induk

    gajah, sedangkan suara yang lebih tinggi pada birama 7 dan 8

    menggambarkan anak gajah.

    12. Pada bagian ini terdapat 2 kalimat yang

    masing memiliki motif pendek yang mengganbarkan seekor gajah

    dengan suasana hati yang ceria serta not akhir yang lebih panjang dengan

    uara gajah yang mengemprit

    seperti terumpet. Sedangkan pola iringan dengan jarak oktaf, memberikan

    efek kuat dan besar untuk merepresentasikan ukuran gajah yang besar.

    atau Gajah

    anteseden, sedangkan birama 7 dan 8

    adalah frase konsekuen. Suara yang lebih rendah mengibaratkan induk

    gajah, sedangkan suara yang lebih tinggi pada birama 7 dan 8

  • Birama 9

    induk gajah dan anaknya.

    3) Bagian B

    Birama 13

    bermain-main. Penulis menggunakan pola yang berulang

    teknik sekuen serta menggunakan tonalitas mayor untuk menimbulkan

    perasaan sukacita.

    4) Bagian A’

    Birama 21

    namun dengan bentuk ritme yang berbeda. Induk gajah kembali berdialog

    dengan anaknya.

    5) Bagian C

    Gambar 3.7 Melodi induk Elephant atau Gajah

    Gambar 3.8 Melodi Little Elephant

    Birama 9-10, dan birama 11-12 masih menggambarkan dialog antara

    induk gajah dan anaknya.

    Birama 13-20. Pada bagian ini, digambarkan Sang gajah pergi

    main. Penulis menggunakan pola yang berulang-

    en serta menggunakan tonalitas mayor untuk menimbulkan

    perasaan sukacita.

    Birama 21-28. Bagian ini merupakan pengulangan dari bagian A

    namun dengan bentuk ritme yang berbeda. Induk gajah kembali berdialog

    dengan anaknya.

    atau Gajah

    12 masih menggambarkan dialog antara

    20. Pada bagian ini, digambarkan Sang gajah pergi

    -ulang dengan

    en serta menggunakan tonalitas mayor untuk menimbulkan

    28. Bagian ini merupakan pengulangan dari bagian A

    namun dengan bentuk ritme yang berbeda. Induk gajah kembali berdialog

  • Birama 29

    akor sehingga terdengar lebih penuh

    berbeda. Sang gajah yang bermain

    menjadi gelap mulai gusar karena tidak dapat menemukan jalan untuk

    pulang ke rumah.

    6) Bagian D

    Birama 45

    ritme yang rapat. Bagian ini menceritakan perjuangan Sang Gajah dalam

    menemukan jalan untuk pulang kembali ke rumah.

    7) Ending

    Pada bagian ini Sang gajah yang kelelahan akhirnya tertidur pulas.

    Digambarkan dengan motif nada

    semakin melambat.

    Birama 29-44. Pada bagian ini pola iringan berubah menjadi bentuk

    sehingga terdengar lebih penuh untuk menimbulkan suasana yang

    berbeda. Sang gajah yang bermain-main sendirian hingga langit berubah

    menjadi gelap mulai gusar karena tidak dapat menemukan jalan untuk

    pulang ke rumah.

    Birama 45-57. Pada bagian ini terdapat banyak motif berulang dengan

    ritme yang rapat. Bagian ini menceritakan perjuangan Sang Gajah dalam

    menemukan jalan untuk pulang kembali ke rumah.

    Gambar 3.9 Pola nada berulang-ulang

    Pada bagian ini Sang gajah yang kelelahan akhirnya tertidur pulas.

    Digambarkan dengan motif nada-nada panjang yang ditahan lama dan

    semakin melambat.

    Gambar 3.10 Nada panjang dan semakin melambat

    pola iringan berubah menjadi bentuk

    untuk menimbulkan suasana yang

    main sendirian hingga langit berubah

    menjadi gelap mulai gusar karena tidak dapat menemukan jalan untuk

    57. Pada bagian ini terdapat banyak motif berulang dengan

    ritme yang rapat. Bagian ini menceritakan perjuangan Sang Gajah dalam

    Pada bagian ini Sang gajah yang kelelahan akhirnya tertidur pulas.

    nada panjang yang ditahan lama dan

    Gambar 3.10 Nada panjang dan semakin melambat

  • C. “The Furious Leopard”

    Leopard, merupakan hewan pemakan daging. Pada saat Ia selesai

    berburu, Leopard memanjat pohon dan memakan hasil buruannya di atas pohon.

    Hal ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari para pencuri makanan, terutama

    Hyena. Lagu ini menggunakan tempo cepat, dengan

    tema utama di dalamnya. Tonalitas Gis Minor dipilih untuk menyesuaikan

    karakter dari Leopard yang diangkat penulis, yakni perjuangan yang sulit.

    Judul

    Jenis

    Format

    Durasi

    Bagian

    Bir. 1

    Tonalitas

    Teknik Pengolahan Motif dan Harmoni

    1) Bagian A

    Birama 1

    pola iringan sederhana dengan ritme mengikuti ketukannya. Ritme yang

    stabil membuka lagu ini dengan suasana yang tidak tenang.

    ����������������������������������������������������������3 Schubart. Gis Minor: perjuangan yang sulit

    “The Furious Leopard”

    , merupakan hewan pemakan daging. Pada saat Ia selesai

    berburu, Leopard memanjat pohon dan memakan hasil buruannya di atas pohon.

    Hal ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari para pencuri makanan, terutama

    . Lagu ini menggunakan tempo cepat, dengan banyak permainan variasi

    tema utama di dalamnya. Tonalitas Gis Minor dipilih untuk menyesuaikan

    karakter dari Leopard yang diangkat penulis, yakni perjuangan yang sulit.

    Tabel 3.3 Struktur Komposisi

    “The Furious Leopard”

    Musik Program

    Piano empat tangan

    1’52

    A

    Bir. 1-6

    B

    Bir. 7-18

    C

    Bir. 19-34

    D

    Bir. 35-48

    Gis Minor D Minor Gis Minor

    Teknik Pengolahan Motif dan Harmoni

    Birama 1-6. Bagian ini adalah pembukaan. Bagian ini

    pola iringan sederhana dengan ritme mengikuti ketukannya. Ritme yang

    stabil membuka lagu ini dengan suasana yang tidak tenang.

    �������������������

    Schubart. Gis Minor: perjuangan yang sulit

    , merupakan hewan pemakan daging. Pada saat Ia selesai

    berburu, Leopard memanjat pohon dan memakan hasil buruannya di atas pohon.

    Hal ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari para pencuri makanan, terutama

    banyak permainan variasi

    tema utama di dalamnya. Tonalitas Gis Minor dipilih untuk menyesuaikan

    karakter dari Leopard yang diangkat penulis, yakni perjuangan yang sulit.3

    48

    E Bir. 49-56

    Gis Minor

    6. Bagian ini adalah pembukaan. Bagian ini menggunakan

    pola iringan sederhana dengan ritme mengikuti ketukannya. Ritme yang

  • 2) Bagian B

    Birama 7

    sekuen turun

    seperti bagian A. Sang Leopard memperhatikan lingkungan sekitar dari

    atas pohon dengan selalu siaga. Pada birama 15, melodi yang melompat

    lompat mewakili Sang Leopard yang mulai bergerak melompat dan

    berlari bersiap untuk mengejar mangsanya.

    3) Bagian C

    Birama 19

    mengejar mangsanya, penulis menggunakan pola staccato dengan ritme

    yang berjalan rata dan pola melodi yang

    Pada bagian akhir di bagian ini, tonalitas berubah menjadi Gis Minor

    untuk lebih meningkatkan ketegangannya.

    Gambar 3.11 Pola iringan

    Birama 7-18. Pada bagian ini, penulis banyak menggunakan teknik

    sekuen turun satu laras namun masih dengan pola iringan yang sama

    seperti bagian A. Sang Leopard memperhatikan lingkungan sekitar dari

    atas pohon dengan selalu siaga. Pada birama 15, melodi yang melompat

    lompat mewakili Sang Leopard yang mulai bergerak melompat dan

    lari bersiap untuk mengejar mangsanya.

    Gambar 3.12 Melodi yang melompat

    Birama 19-34. Masuk pada bagian ini, Sang leopard mulai berlari

    mengejar mangsanya, penulis menggunakan pola staccato dengan ritme

    yang berjalan rata dan pola melodi yang turun kemudian naik dan turun.

    Pada bagian akhir di bagian ini, tonalitas berubah menjadi Gis Minor

    untuk lebih meningkatkan ketegangannya.

    Gambar 3.13 Pola ritme yang turun kemudian naik

    18. Pada bagian ini, penulis banyak menggunakan teknik

    satu laras namun masih dengan pola iringan yang sama

    seperti bagian A. Sang Leopard memperhatikan lingkungan sekitar dari

    atas pohon dengan selalu siaga. Pada birama 15, melodi yang melompat-

    lompat mewakili Sang Leopard yang mulai bergerak melompat dan

    34. Masuk pada bagian ini, Sang leopard mulai berlari

    mengejar mangsanya, penulis menggunakan pola staccato dengan ritme

    turun kemudian naik dan turun.

    Pada bagian akhir di bagian ini, tonalitas berubah menjadi Gis Minor

    Gambar 3.13 Pola ritme yang turun kemudian naik

  • 4) Bagian D

    Birama 35

    khas di bagian ini, motif ini menggambarkan seekor leopard sedang

    berlari dan melompat menerkam mangsanya.

    Birama 39 menunjukkan Sang Leopard gagal mendapatkan

    mangsanya. Hal ini ditunjukkan dengan pola yang kembali

    A. Namun meskipun dia gagal, Sang Leopard belum menye

    ia mencoba lagi untuk menyerang mangsanya.

    5) Bagian E

    Birama 49

    lompat, yang menggambarkan Sang Leopard kembali bersemangat

    memburu mangsanya dan kali ini usahanya tidak sia

    mendapatkan mangsa, Leopard kemudian membawa hasil buruannya ke

    atas pohon dan menikmatinya tanpa gangguan. Akhir yang kuat dengan

    aksen mewakili ketangguhan dan kekuatan dari Sang Leo

    Birama 35-48. Pola melompat-lompat merupakan salah satu m

    khas di bagian ini, motif ini menggambarkan seekor leopard sedang

    berlari dan melompat menerkam mangsanya.

    Gambar 3.14 Pola melompat

    Birama 39 menunjukkan Sang Leopard gagal mendapatkan

    mangsanya. Hal ini ditunjukkan dengan pola yang kembali seperti Bagian

    A. Namun meskipun dia gagal, Sang Leopard belum menyerah, kemudian

    lagi untuk menyerang mangsanya.

    Birama 49-56. Pada birama 49 kembali muncul pola melompat

    lompat, yang menggambarkan Sang Leopard kembali bersemangat

    memburu mangsanya dan kali ini usahanya tidak sia-sia. Setelah berhasil

    mendapatkan mangsa, Leopard kemudian membawa hasil buruannya ke

    atas pohon dan menikmatinya tanpa gangguan. Akhir yang kuat dengan

    aksen mewakili ketangguhan dan kekuatan dari Sang Leopard.

    ompat merupakan salah satu motif

    khas di bagian ini, motif ini menggambarkan seekor leopard sedang

    Birama 39 menunjukkan Sang Leopard gagal mendapatkan

    seperti Bagian

    rah, kemudian

    56. Pada birama 49 kembali muncul pola melompat-

    lompat, yang menggambarkan Sang Leopard kembali bersemangat

    sia. Setelah berhasil

    mendapatkan mangsa, Leopard kemudian membawa hasil buruannya ke

    atas pohon dan menikmatinya tanpa gangguan. Akhir yang kuat dengan

    pard.

  • D. “The Buffalos’ Journey”

    Karya ini menggunakan nada dasar Dis Minor

    menguatkan perasaan berjuang

    halnya dengan kerbau Afrika yang mela

    mencari daerah tempat tinggal baru. Migrasi besar

    bulan Juli hingga Agustus di Afrika. Di dalam perjalanan tersebut para kerbau ini

    melewati hutan Afrika yang lebat, kemudian sungai yang b

    terdapat banyak buaya

    di padang rumput yang baru dan tenang dan menunggu untuk migrasi berikutnya

    tahun depan.

    Judul

    Jenis

    Format

    Durasi

    Bagian

    Bir. 1

    Tonalitas

    Gambar 3.15 Ending dengan aksen dan dinamika

    “The Buffalos’ Journey”

    rya ini menggunakan nada dasar Dis Minor dalam sukat 4/4 untuk

    menguatkan perasaan berjuang menghadapi segala kesulitan. Demikian pula

    halnya dengan kerbau Afrika yang melakukan perjalanan migrasi tahunan untuk

    mencari daerah tempat tinggal baru. Migrasi besar-besaran ini terjadi diantara

    bulan Juli hingga Agustus di Afrika. Di dalam perjalanan tersebut para kerbau ini

    melewati hutan Afrika yang lebat, kemudian sungai yang besar dan lebar dimana

    terdapat banyak buaya-buaya yang kelaparan, baru kemudian sampailah mereka

    di padang rumput yang baru dan tenang dan menunggu untuk migrasi berikutnya

    Tabel 3.4 Struktur Komposisi

    “The Buffalo’s Journey”

    Musik Program

    Piano empat tangan

    1’29

    A

    Bir. 1-10

    B

    Bir. 11-18

    C

    Bir. 19-26

    D

    Bir. 27-33

    Dis Minor

    Gambar 3.15 Ending dengan aksen dan dinamika ff

    dalam sukat 4/4 untuk

    menghadapi segala kesulitan. Demikian pula

    kukan perjalanan migrasi tahunan untuk

    besaran ini terjadi diantara

    bulan Juli hingga Agustus di Afrika. Di dalam perjalanan tersebut para kerbau ini

    esar dan lebar dimana

    buaya yang kelaparan, baru kemudian sampailah mereka

    di padang rumput yang baru dan tenang dan menunggu untuk migrasi berikutnya

    33

    E

    Bir. 34-46

  • Teknik Pengolahan Motif dan Harmoni

    1.) Bagian A

    Di bagian pembukaan penulis memasukkan pola chord untuk

    membuat efek suara yang lebih penuh dengan harmoninya ditahan di akor

    A# minor untuk menimbulkan suasana yang menegang karena para

    kerbau akan memulai migrasi tahunan mereka secara besar

    2.) Bagian B

    Pada bagian

    progress akor vi

    mulai berjalan mencari daerah tempat tinggal yang baru melewati hutan yang

    lebat. Pola arpeggio mewakili tinggi rendahnya tana

    Afrika yang lebat.

    Teknik Pengolahan Motif dan Harmoni

    Di bagian pembukaan penulis memasukkan pola chord untuk

    membuat efek suara yang lebih penuh dengan harmoninya ditahan di akor

    A# minor untuk menimbulkan suasana yang menegang karena para

    kerbau akan memulai migrasi tahunan mereka secara besar-besaran.

    Gambar 3.16 Pola akor pada bagian A

    Pada bagian ini, pola iringan yang digunakan adalah arpeggio dengan

    progress akor vi-IV-I-V di semua bagiannya. Pada bagian ini, para kerbau

    mulai berjalan mencari daerah tempat tinggal yang baru melewati hutan yang

    lebat. Pola arpeggio mewakili tinggi rendahnya tanaman di dalam hutan

    Afrika yang lebat.

    Gambar 3.17 Pola iringan lagu

    Di bagian pembukaan penulis memasukkan pola chord untuk

    membuat efek suara yang lebih penuh dengan harmoninya ditahan di akor

    A# minor untuk menimbulkan suasana yang menegang karena para

    besaran.

    ini, pola iringan yang digunakan adalah arpeggio dengan

    V di semua bagiannya. Pada bagian ini, para kerbau

    mulai berjalan mencari daerah tempat tinggal yang baru melewati hutan yang

    man di dalam hutan

  • 3.) Bagian C

    Masuk di bagian ini bagian primo memainkan pola arpeggio

    sedangkan pada secondo memainkan not

    menerus. Pada bagian ini, pola arpeggio terdengar le

    sebelumnya, di bagian ini para kerbau melewati sungai yang lebar,

    dimana terdapat banyak buaya kelaparan sehingga mereka harus bergerak

    cepat dan berhati

    4.) Bagian D

    Memasuki bagian ini, para kerbau sampai pada daerah yang

    padang rumput yang tenang. Hal ini ditunjukkan pada pola pemain

    yang menggunakan not dengan nilai seperdelapan

    5.) Bagian E

    Di bagian terakhir ini digambarkan para kerbau kembali

    bersemangat karena mereka telah sampai pada tempat yang dituju,

    kemudian tinggal menetap dan beristirahat di daerah yang baru. Hal ini

    diwakilkan dalam bentuk nada yang semakin lama semakin melambat.

    Masuk di bagian ini bagian primo memainkan pola arpeggio

    sedangkan pada secondo memainkan not-not semiquaver

    menerus. Pada bagian ini, pola arpeggio terdengar lebih tinggi daripada

    sebelumnya, di bagian ini para kerbau melewati sungai yang lebar,

    dimana terdapat banyak buaya kelaparan sehingga mereka harus bergerak

    cepat dan berhati-hati saat menyeberangi sungai.

    Gambar 3.18 Pola arpeggio pada pemain primo

    Memasuki bagian ini, para kerbau sampai pada daerah yang

    padang rumput yang tenang. Hal ini ditunjukkan pada pola pemain

    yang menggunakan not dengan nilai seperdelapan.

    Di bagian terakhir ini digambarkan para kerbau kembali

    bersemangat karena mereka telah sampai pada tempat yang dituju,

    kemudian tinggal menetap dan beristirahat di daerah yang baru. Hal ini

    diwakilkan dalam bentuk nada yang semakin lama semakin melambat.

    Masuk di bagian ini bagian primo memainkan pola arpeggio

    secara terus-

    bih tinggi daripada

    sebelumnya, di bagian ini para kerbau melewati sungai yang lebar,

    dimana terdapat banyak buaya kelaparan sehingga mereka harus bergerak

    primo

    Memasuki bagian ini, para kerbau sampai pada daerah yang

    padang rumput yang tenang. Hal ini ditunjukkan pada pola pemain primo

    Di bagian terakhir ini digambarkan para kerbau kembali

    bersemangat karena mereka telah sampai pada tempat yang dituju,

    kemudian tinggal menetap dan beristirahat di daerah yang baru. Hal ini

    diwakilkan dalam bentuk nada yang semakin lama semakin melambat.

  • E. “King of The Jungle”

    Karya komposisi ini ditulis dalam tangga nada B Minor yang mempunyai

    karakter sabar. Di dalamnya bercerita tentang seekor Singa jantan yang memiliki

    kecepatan berlari hingga 64 km perjam dengan segala keanggunan serta

    keagungannya sebagai Raja Hutan bersabar

    memburu mangsanya.

    Judul

    Jenis

    Format

    Durasi

    Bagian

    Intro

    Bir.

    1

    Tonalitas

    ������������������������������������������������������������Schubart. B Minor: kunci ini menggambarkan kesabaran, sabar menunggu nasib seseorag.

    Gambar 3.19 Pola sinkopasi

    “King of The Jungle”

    ya komposisi ini ditulis dalam tangga nada B Minor yang mempunyai

    karakter sabar. Di dalamnya bercerita tentang seekor Singa jantan yang memiliki

    kecepatan berlari hingga 64 km perjam dengan segala keanggunan serta

    keagungannya sebagai Raja Hutan bersabar dan menggunakan strategi dalam

    memburu mangsanya.4

    Tabel 3.2 Struktus Komposisi

    “King of The Jungle”

    Musik Program

    Piano empat tangan

    1’36

    Bagian I Bagian II

    Intro

    Bir.

    1-6

    A

    Bir.

    7-14

    B

    Bir.

    15-20

    C

    Bir.

    21-26

    D

    Bir.

    27-34

    E

    Bir.

    35-40 41

    B Minor

    �������������������

    Schubart. B Minor: kunci ini menggambarkan kesabaran, sabar menunggu nasib seseorag.

    ya komposisi ini ditulis dalam tangga nada B Minor yang mempunyai

    karakter sabar. Di dalamnya bercerita tentang seekor Singa jantan yang memiliki

    kecepatan berlari hingga 64 km perjam dengan segala keanggunan serta

    dan menggunakan strategi dalam

    Bagian II

    F

    Bir.

    41-50

    Ending

    Bir.

    51-57

    Schubart. B Minor: kunci ini menggambarkan kesabaran, sabar menunggu nasib seseorag.�

  • Teknik Pengolahan Motif dan H

    1. Bagian I

    a) Introduksi

    Pada bagian ini terdapat pola yang diibaratkan sebagai suara

    auman singa jantan yang berat dan besar. Pola ini menggunakan not

    semibreve

    range melodi yang rendah.

    b) Bagian A

    Birama 7

    repetisi atau teknik pengulangan. Melodi pada bagian ini diulang

    ulang hingga beberapa kali.

    c) Bagian B

    Birama 15

    mengintai mangsa buruannya dan berkeliling di sekitar area

    berburunya.

    d) Bagian C

    Teknik Pengolahan Motif dan Harmoni

    Introduksi

    Pada bagian ini terdapat pola yang diibaratkan sebagai suara

    auman singa jantan yang berat dan besar. Pola ini menggunakan not

    semibreve dengan cara memainkan seperti arpeggio serta pemilihan

    range melodi yang rendah.

    Gambar 3.20 Nada panjang sebagai visualisasi auman singa

    jantan

    Bagian A

    Birama 7-14. Pada bagian ini penulis menggunakan teknik

    repetisi atau teknik pengulangan. Melodi pada bagian ini diulang

    ulang hingga beberapa kali.

    Bagian B

    Birama 15-20. Masuk di bagian B, Sang Singa sudah mulai

    mengintai mangsa buruannya dan berkeliling di sekitar area

    berburunya.

    Bagian C

    Pada bagian ini terdapat pola yang diibaratkan sebagai suara

    auman singa jantan yang berat dan besar. Pola ini menggunakan not

    serta pemilihan

    visualisasi auman singa

    14. Pada bagian ini penulis menggunakan teknik

    repetisi atau teknik pengulangan. Melodi pada bagian ini diulang-

    20. Masuk di bagian B, Sang Singa sudah mulai

    mengintai mangsa buruannya dan berkeliling di sekitar area

  • Birama 21

    mangsanya. Bagian ini menggunakan teknik kromatik dan diakhiri

    dengan akor panjang.

    2. Bagian II

    a) Bagian D

    Birama 27

    dalam lagu ini. Bagian yang baru menggambarkan Sang Singa yang

    kembali bangkit. Bagian ini mengandung tema dari Bagian A, dengan

    pemain primo memainkan pola kromatik berulang pada oktaf

    pengembangan melodi yang berbeda.

    Birama 21-26. Sang Singa mulai berlari dan menerkam

    mangsanya. Bagian ini menggunakan teknik kromatik dan diakhiri

    dengan akor panjang.

    Gambar 3.21 Pola kromatik

    Bagian D

    Birama 27-34. Bagian ini merupakan awal dari bagian kedua

    dalam lagu ini. Bagian yang baru menggambarkan Sang Singa yang

    kembali bangkit. Bagian ini mengandung tema dari Bagian A, dengan

    pemain primo memainkan pola kromatik berulang pada oktaf

    pengembangan melodi yang berbeda.

    26. Sang Singa mulai berlari dan menerkam

    mangsanya. Bagian ini menggunakan teknik kromatik dan diakhiri

    34. Bagian ini merupakan awal dari bagian kedua

    dalam lagu ini. Bagian yang baru menggambarkan Sang Singa yang

    kembali bangkit. Bagian ini mengandung tema dari Bagian A, dengan

    pemain primo memainkan pola kromatik berulang pada oktaf atas

  • Pada birama 31 hingga 34 Sang Singa mengetahui ada Singa lain

    yang memasuki daerah kekuasaannya, kemudian mulai menjadi gusar.

    Hal ini dap

    menimbulkan emosi yang semakin meninggi.

    b) Bagian E

    Birama 35

    untuk mempertahankan daerah kekuasaannya. Bagian ini ditunjukkan

    dengan adanya pola kromatik

    dengan nada panjang.

    Gambar 3.22 Primo memainkan pola kromatik, Secondo

    memainkan tema bagian A

    Pada birama 31 hingga 34 Sang Singa mengetahui ada Singa lain

    yang memasuki daerah kekuasaannya, kemudian mulai menjadi gusar.

    Hal ini dapat dirasakan melalui pergerakan melodi yang semakin naik

    menimbulkan emosi yang semakin meninggi.

    Bagian E

    Birama 35-40. Sang Singa mulai menantang Singa lainnya

    untuk mempertahankan daerah kekuasaannya. Bagian ini ditunjukkan

    dengan adanya pola kromatik yang semakin tinggi kemudian diakhiri

    dengan nada panjang.

    Gambar 3.22 Primo memainkan pola kromatik, Secondo

    Pada birama 31 hingga 34 Sang Singa mengetahui ada Singa lain

    yang memasuki daerah kekuasaannya, kemudian mulai menjadi gusar.

    at dirasakan melalui pergerakan melodi yang semakin naik

    40. Sang Singa mulai menantang Singa lainnya

    untuk mempertahankan daerah kekuasaannya. Bagian ini ditunjukkan

    yang semakin tinggi kemudian diakhiri

  • Pada birama 37 hingga 40 terjadi perkelahian antara kedua

    Singa jantan tersebut. Bagian ini digambarkan dengan pola nada yang

    bergerak melompat

    memenangkan pertarungan dan mengakhirinya dengan auman

    panjang.

    .

    Gambar 3.23 Motif pola kromatik

    Pada birama 37 hingga 40 terjadi perkelahian antara kedua

    Singa jantan tersebut. Bagian ini digambarkan dengan pola nada yang

    bergerak melompat-lompat hingga akhirnya salah satu Singa

    memenangkan pertarungan dan mengakhirinya dengan auman

    Gambar 3.24 Pola nada melompat-lompat

    Pada birama 37 hingga 40 terjadi perkelahian antara kedua

    Singa jantan tersebut. Bagian ini digambarkan dengan pola nada yang

    irnya salah satu Singa

    memenangkan pertarungan dan mengakhirinya dengan auman-auman

    lompat

  • c) Bagian F

    Birama 41-50. Setelah mengumumkan kemenangannya Sang

    Singa kembali berkuasa di daerahnya seperti sedia kala. Adegan ini

    digambarkan dengan suasana yang sama pada Bagian A.

    d) Ending

    Birama 51-57. Sang Singa yang telah kembali berkuasa,

    dengan penuh keanggunan kembali melindungi daerah

    kekuasaannnya serta memperluas daerahnya. Motif kromatik kembali

    digunakan oleh penulis untuk menggambarkan pergerakan singa yang

    tidak berhenti, melainkan selalu lebih waspada daripada sebelumnya.