Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
38
BAB III
DESKRIPSI UMUM
3.1 Deskripsi Umum Kota Batu
Kota Batu adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini
terletak 90 km sebelah barat daya Surabaya atau 15 km sebelah barat laut Malang.
Kota Batu berada di jalur yang menghubungkan Malang-Kediri danMalang-
Jombang. Kota Batu berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten
Pasuruan di sebelah utara serta denganKabupaten Malang di sebelah timur,
selatan, dan barat. Wilayah kota ini berada di ketinggian 700-1.700 meter di atas
permukaan laut dengan suhu udara rata-rata mencapai 12-19 derajat Celsius.
Kota Batu dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Malang, yang
kemudian ditetapkan menjadi kota administratif pada 6 Maret 1993. Pada tanggal
17 Oktober 2001, Batu ditetapkan sebagai kota otonom yang terpisah dari
Kabupaten Malang.
Batu dikenal sebagai salah satu kota wisata terkemuka di Indonesia karena
potensi keindahan alam yang luar biasa. Kekaguman bangsa Belanda terhadap
keindahan dan keelokan alam Batu membuat wilayah kota Batu disejajarkan
dengan sebuah negara di Eropa yaitu Swiss dan dijuluki sebagai De Kleine
Zwitserland atau Swiss Kecil di Pulau Jawa. Bersama dengan Kota
Malang dan Kabupaten Malang, Kota Batu merupakan bagian dari kesatuan
wilayah yang dikenal dengan Malang Raya (Wilayah Metropolitan Malang).
39
Gambar 3.1. Peta Kota Batu
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Batu.
40
3.2 Sejarah Kota Batu
Sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah dikenal sebagai
tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan, karena wilayah adalah
daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman, juga didukung oleh
keindahan pemandangan alam sebagai ciri khas daerah pegunungan.Pada waktu
pemerintahan Kerajaan Medang di bawah Raja Sindok, seorang petinggi Kerajaan
bernama Mpu Supo diperintah oleh Raja untuk membangun tempat peristirahatan
keluarga kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Dengan
upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang
lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti.
Atas persetujuan Raja Sindok, Mpu Supo yang konon kabarnya juga sakti
mandraguna itu mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan
keluarga kerajaan serta dibangun sebuah candi yang diberi nama Candi Supo..Di
tempat peristirahatan tersebut terdapat sumber mata air yang mengalir dingin dan
sejuk seperti semua mata air di wilayah pegunungan. Mata air dingin tersebut sering
digunakan mencuci keris-keris yang bertuah sebagai benda pusaka dari Kerajaan
Medang. Oleh karena sumber mata air yang sering digunakan untuk mencuci benda-
benda kerajaan yang konon katanya bertuah dan mempunyai
kekuatan supranatural yang dahsyat, akhirnya sumber mata air yang semula terasa
dingin dan sejuk akhirnya berubah menjadi sumber air panas, dan sumber air panas
itu sampai sekarang menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Songgoriti.
Wilayah Kota Batu yang terletak di dataran tinggi di lereng pegunungan
dengan ketinggian 700 sampai 1.700 meter di atas permukaan laut, berdasarkan
kisah-kisah orang tua maupun dokumen yang ada maupun yang dilacak
41
keberadaannya, sampai saat ini belum diketahui kepastiannya tentang kapan nama
"Batu" mulai disebut untuk menamai kawasan peristirahatan tersebut. Beberapa
pemuka masyarakat setempat memang pernah mengisahkan bahwa sebutan Batu
berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama
Abu Ghonaim atau disebut sebagai Kyai Gubug Angin yang selanjutnya
masyarakat setempat akrab menyebutnya dengan panggilan Mbah Wastu. Dari
kebiasaan kultur Jawa yang sering memperpendek dan mempersingkat mengenai
sebutan nama seseorang yang dirasa terlalu panjang, juga agar lebih singkat
penyebutannya serta lebih cepat bila memanggil seseorang, akhirnya lambat laun
sebutan Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu menjadi Mbatu atau Batu sebagai
sebutan yang digunakan untuk sebuah kota dingin di Jawa Timur.
Sedikit menengok ke belakang tentang sejarah keberadaan Abu Ghonaim
sebagai cikal bakal serta orang yang dikenal sebagai pemuka masyarakat yang
memulai babad alas dan dipakai sebagai inspirasi dari sebutan wilayah Batu,
sebenarnya Abu Ghonaim sendiri adalah berasal dari wilayah Jawa Tengah. Abu
Ghonaim sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang setia, dengan sengaja
meninggalkan daerah asalnya Jawa Tengah dan hijrah ke kaki Gunung
Panderman untuk menghindari pengejaran dan penangkapan dari serdadu Belanda
(Kompeni).
Abu Ghonaim atau Mbah Wastu yang memulai kehidupan barunya
bersama dengan masyarakat yang ada sebelumnya serta ikut berbagi rasa,
pengetahuan dan ajaran yang diperolehnya semasa menjadi pengikut Pangeran
Diponegoro. Akhirnya banyak penduduk dan sekitarnya dan masyarakat yang lain
berdatangan dan menetap untuk berguru, menuntut ilmu serta belajar agama
42
kepada Mbah Wastu. Awalnya mereka hidup dalam kelompok (komunitas) di
daerah Bumiaji, Sisir dan Temas, namun akhirnya lambat laun komunitasnya
semakin besar dan banyak serta menjadi suatu masyarakat yang ramai.
3.3 Kondisi Geografis
Wilayah Kota Batu terletak di kaki dan lereng pegunungan dan berada
pada ketinggian rata-rata 700-1.700 m di atas permukaan laut dengan suhu udara
rata-rata mencapai 12-19 derajat Celsius. Batu dikelilingi beberapa gunung, di
antaranya adalah:
1. Gunung Anjasmoro (2.277 m)
2. Gunung Arjuno (3.339 m)
3. Gunung Banyak (1.306 m)
4. Gunung Kawi (2.551 m)
5. Gunung Panderman (2.045 m)
6. Gunung Semeru (3.676 m)
7. Gunung Welirang (3.156 m)
8. Gunung Wukir (335 m)
Dengan luas wilayah sekitar 202,30 km², sebagian besar keadaan topografi
kota Batu didominasi kawasan dataran tinggi dan perbukitan yang berlembah-
lembah yang terletak di lereng dua pegunungan besar, yaitu Arjuno-
Welirang dan Butak-Kawi-Panderman. Di wilayah kota Batu, yang terletak di
sebelah utara pusat kota terdapat sebuah hutan lebat yang merupakan kawasan
hutan lindung, yakni Taman Hutan Raya Raden Soerjo.
Jenis tanah yang berada di kota Batu sebagian besar merupakan andosol,
selanjutnya secara berurutan adalah kambisol, latosol dan aluvial. Tanahnya
43
berupa tanah mekanis yang banyak mengandung mineral yang berasal dari
ledakan gunung berapi. Sifat tanah semacam ini mempunyai tingkat kesuburan
yang tinggi.Sebagai layaknya wilayah pegunungan yang subur, Batu dan
sekitarnya juga memiliki panorama alam yang indah dan berudara sejuk, tentunya
hal ini akan menarik minat masyarakat lain untuk mengunjungi dan menikmati
Batu sebagai kawasan pegunungan yang mempunyai daya tarik tersendiri. Untuk
itulah di awal abad ke-19 Batu berkembang menjadi daerah tujuan wisata,
khususnya orang-orang Belanda, sehingga orang-orang Belanda itu ikut
membangun tempat-tempat peristirahatan (villa) bahkan bermukim di Batu.
Situs dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda atau semasa
pemerintahan Hindia Belanda itu masih berbekas bahkan menjadi aset dan
kunjungan wisata hingga saat ini.Keindahan alam Batu yang memadukan antara
nuansa arsitektur Eropa dan pegunungan yang indah memukau
Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, sehingga setelah
Perang Kemerdekaan, Soekarno-Hatta sempat berkunjung dan beristirahat di
kawasan Selecta, Batu.
3.4 Kondisi Perekonomian
Perekonomian Kota Batu banyak ditunjang dari sektor pariwisata dan
pertanian. Letak Kota Batu yang berada di wilayah pegunungan dan
pembangunan pariwisata yang pesat membuat sebagian besar pertumbuhan PDB
Kota Batu ditunjang dari sektor ini. Di bidang pertanian, Batu merupakan salah
satu daerah penghasil apel terbesar di Indonesia yang membuatnya dijuluki
sebagai kota apel. Apel Batu memiliki empat varietas yaitu manalagi, rome
44
beauty,anna, dan wangling. Batu juga dikenal sebagai kawasan agropolitan,
sehingga juga mendapat julukan kota agropolitan. Karena letak geografis yang
berada di dataran tinggi, kota Batu banyak menghasilkan sayur mayur, danbawang
putih. Selain itu, Batu juga merupakan kota seniman di mana terdapat banyak
sanggar lukis dan galeri seni di kota ini.
3.5 Kondisi Sosial Budaya
Masyarakat Kota Batu memiliki sifat dan karakteristik seperti pada
masyarakat pedesaan pada umunya yaitu memiliki norma-norma yang dijunjung
tinggi dan masih dilestarikan untuk menghormati leluhur. Masyarakat Kota Batu
terdiri dari beberapa suku bangsa, diantaranya Jawa dan Madura. Meskipun terdiri
dari berbagai jenis suku Bangsa tetapi mereka hidup berdampingan dengan saling
menghormati dan saling menghargai. Kesadaran masyarakat akan perkembangan
kotanya menjadi kota pariwata dapat dilihat dari keikutsertaan masyarakat untuk
menyusun rencana kota pariwisata dengan berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata
Kota Batu. Selain itu masyarakat Kota Batu juga menerapkan konsep sadar wisata
dan Sapta Pesona sebagai upaya mendukung keberlanjutan pengembangan
pariwisata di Kota Batu, serta bersedia beramah-tamah terhadap turis yang datang
untuk berwisata di Kota Batu. Desa Bumiaji memiliki kebiasaan turun-temurun
yang unik yaitu bekerja sebagai petani, sementara bagi ibu rumah tangga akan
menjadi buruh tani apel kepada orang lain atau membantu keluarganya sendiri.
Masyarakat Kota Batu lebih mengutamakan penyelesaian masalah secara
kekeluargaan sehingga hampir tidak ditemukan konflik di Kota Batu.
45
Bentuk kebudayaan di Kota Batu berupa kesenian dan tradisi bagi desa
setempat. Kebudayaan seni di Kota Batu berupa tari-tarian seperti tari kuda
lumping, reog, tari modern, tari sembrono, tari pring lurik, dan tari mban endrek.
Terdapat pula kerajinan tangan dan kesenian landscaping, karawitan, festival
bunga, mobil hias, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk seni pertunjukan
terdapat ludruk, campursari, karawitan, karnaval, dan beberapa kesenian lain
seperti grebek suro, selamatan desa, bantengan, pencak silat, dan tayub.
Masyarakat di Desa Punten dan Desa Sidomulyo masih memegang teguh
tradisi setempat, sehingga pengembangan Desa Punten dilakukan sejalan dengan
norma yang dijunjung oleh masyarakat dan konsep desa budaya dan desa bunga.
Beberapa norma yang masih diterapkan diantaranya :
a. Tradisi Upacara Punden yang merupakan upacara untuk menunjukkan
kepedulian terhadap lingkungan dan sebagai bentuk terima kasih kepada leluhur
karena telah diberikan alam dan lingkungan yang indah dan subur.
b. Aturan yang diterapkan bagi anggota Persatuan Pedagang Tanaman Hias
Sidomulyo (PPHS) yang bersifat mengikat dengan tujuan menjaga lingkungan.
c. Menjadikan alam dan lingkungan sebagai bagian dari kehidupan dan tanggung
jawab untuk melestarikan lingkungan.
3.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Kota Batu.
Berikut gambaran dari lokasi tersebut.
Batu adalah sebuah kecamatan di Kota Batu, Jawa Timur, Indonesia.
Kecamatan ini merupakan pusat kegiatan dan titik pusat pemerintahan di Kota
Batu di mana terdapat kantor Wali Kota Batu dan Pemerintah Kota Batu.
46
Kecamatan ini memiliki luas sebesar 46,38 km² dan dibagi menjadi 4 desa dan
4 kelurahan, yaitu:
1. Desa Oro-oro Ombo
2. Desa Pesanggrahan
3. Desa Sidomulyo
4. Desa Sumberejo
5. Kelurahan Ngaglik
6. Kelurahan Sisir
7. Kelurahan Songgokerto
8. Kelurahan Temas
Observasi awal dilakukan di Sekretariat Sekolah Perempuan yang terletak
di Jalan Mawar Putih IV/9 Dusun Sukorembug Desa Sidomulyo. Desa
Sidomulyo adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Batu, Kota Batu,
Provinsi Jawa Timur. Desa ini terletak sekitar 8 Km dari pusat Kota Batu. Desa
ini terkenal dengan agrowisata bunga atau lebih populer lagi dengan sebutan desa
bunga. Lebih dari seribu jenis bunga dibudidayakan di desa yang mempunyai tiga
dusun yakni Tinjumoyo, Tonggolari dan Sukorembug. Sekitar 50 persen dari
bunga budidayanya adalah bunga mawar, sehingga menempatkan desa ini sebagai
sentra bunga mawar yang cukup penting di Indonesia.
Kemudian penelitian dilakukan di sekolah perempuan yang berada di Desa
Tlekung Kecamatan Junrejo. Kecamatan Junrejo adalah sebuah kecamatan
di Kota Batu, Jawa Timur, Indonesia. Di kecamatan ini terdapat gedung Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu (DPRD Kota Batu). Kecamatan ini
berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Malang.
47
Kecamatan Junrejo dibagi menjadi 7 desa, yaitu:
1. Desa Beji
2. Desa Dadaprejo
3. Desa Junrejo
4. Desa Mojorejo
5. Desa Pendem
6. Desa Tlekung
7. Desa Torongrejo
Penelitian ini juga dilakukan di rumah seorang peserta Sekolah Perempuan saat
jadwal dilaksanakannya sekolah di lokasi Desa Tlekung. Desa Tlekung adalah
sebuah desa di wilayah Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.
47
3.6.1 Gambaran Umum Desa Tlekung
Desa Tlekung adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Junrejo, Kota
Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa Tlekung adalah desa paling tinggi datarannya
untuk wilayah Kecamatan Junrejo Kota Batu. Desa Tlekung terdiri dari 3 Dusun
Gangsiran, Dusun Putuk, dan Dusun Tlekung. Mata pencaharian masyarakat Desa
Tlekung pada umumnya bertani padi, sayur mayur dan ternak sapi perah.
Kehidupan masyarakat Desa Tlekung sangat tradisonal yang disebabkan letaknya
yang berada di kaki bukit panderman, akan tetapi sapi perah sangat mendukung
perekonomian desa tersebut. Hal ini dikarenakan Desa Tlekung merupakan
kembang padi bagi Kota Batu.
47https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Batu. Diakses tanggal 10 April 2017, pada pukul 13:05 WIB
48
Perjalanan untuk bisa menuju Desa Tlekung harus melalui jalan alternatif
kedua menuju Kota Batu yaitu melalui jalan Kecamatan Junrejo kalu dari
kabupaten malang, apabila dari Kota Batu melalui jalan Oro-oro Ombo ke Desa
Tlekung. Masyarakat Desa Tlekung sangat kental dengan nuansa pedesaan dan
sifat gotong royong terpelihara dengan baik, disamping potensi diatas di Desa
Tlekung ada Sumber air yang di kelola oleh masyarakat sendiri untuk mencukupi
kebutuhan masyarakat sekitar.
3.7 Deskripsi Sekolah Perempuan
Sekolah Perempuan atau Pusat Studi Perempuan Pedesaan adalah sekolah
untuk perempuan di Pedesaan. Sekolah ini merupakan wadah perempuan desa
bertukar pengetahuan dan pengalaman, menemu-kenali kebutuhan dan kepentingan
perempuan, untuk meningkatkan kwalitas hidupnya. Sekolah Perempuan bertujuan
membangun dan memperkuat kepemimpinan perempuan di pedesaan.
Pengetahuan dan pengalaman yang dipertukarkan dalam sekolah ini
berkaitan dengan kebutuhan perempuan yang bersifat praktis maupun strategis.
Pengetahuan yang berkontribusi memenuhi kebutuhan praktis perempuan
diantaranya: Pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan pendapatan
(Income) keluarga; ketrampilan tata boga; bisnis kuliner; teknologi informasi. Ada
juga pengetahuan tentang keadilan dan kesetaraan gender, pengetahuan tentang
parenting, pengetahuan tentang gizi (produksi dan konsumsi makanan sehat);
pengetahuan tentang sanitasi (pola hidup bersih dan sehat); pengetahuan tentang
hak-hak reproduksi perempuan, pengetahuan tentang kesehatan keluarga, bahasa
inggris ,publik speaking, kepemimpinan perempuan (women leadership).
49
Pengetahuan yang berkontribusi memenuhi kebutuhan strategis
perempuan, diantaranya: pengetahuan tentang HAM (human rights); hak-hak
anak (children rights); hak-hak perempuan (women rights); hak-hak kelompok
minoritas (minority rights); pengetahuan tentang hak-hak perempuan sebagai
warga negara (civic education); pengetahuan tentang perencanaan pembangunan
ditingkat lokal, nasional yang berpengaru terhadap kehidupan perempuan. Ada
juga pengetahuan tentang sistem ekonomi global dan dampaknya bagi perempuan
pedesaan. Pengetahuan tentang hak-hak perempuan atas pangan (sistem
reproduksi, distribusi, dan konsumsi pangan). Pengetahuan tentang pertanian
berkelanjutan, dampak pengelolaan lingkungan hidup serta dampak perubahan
iklim terhadap kehidupan perempuan.
Sekolah Perempuan di Kota Batu telah berlangsung 4 periode. Total
peserta 698 orang:
a. Periode I :
Agustus – Desember 2013 di Desa Songgokerto (200 orang) dan Desa
Gunungsari (78 orang), total peserta 278 peserta.
b. Periode II :
Desember 2013 – Juni 2014 di Desa Sidomulyo, peserta 135 orang
c. Periode III :
Oktober 2014 – Mei 2015 di Desa Sidomulyo (55 orang peserta) dan Desa
Gunungsari (54 peserta)
d. Periode IV :
50
Desember 2015 – Juni 2016 total peserta 176, di 4 desa: Desa Sidomulyo
(25 orang), Desa Gunungsari (23 orang), Desa Bulukerto (53 orang) dan
Desa Giripurno (75 orang).
Peserta adalah perempuan desa usia 18 ingga lebih dari 60 tahun, dengan
latar belakang pekerjaan beragam: petanibunga, petani bunga, pekerja handycraft,
pedagang makanan, guru, pekerja swasta, wirasawata, pedagang rumahan,
pedagang online. Dll. Sebagaian besar peserta Sekolah Perempuan lulus SD dan
SMP.
51
3.8 Struktur Organisasi Sekolah Perempuan Tahun Ajaran 2016/2017
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Sekolah Perempuan
Sumber : Hasil Wawancara
Penanggung
Jawab
Salma Safitri
Rahayaan S. H
Kepala Sekolah
Endang Wijayanti
Koordinator
Program
Siti Yulaikah
Sarana &
Prasarana
Rr Dinna Soertia
Perwitasari
Jumlah Peserta
25 Orang
52
3.9 Visi dan Misi Sekolah Perempuan
Berdasarkan data tertulis pada Sekolah Perempuan terdapat Visi dan Misi
yang tercantum didalamnya, ialah sebagai berikut:
Visi Sekolah Perempuan:
Sekolah perempuan (SP) merupakan wadah perempuan desa bertukar
pengetahuan dan pengalaman, menemu kenali kebutuhan dan kepentingan
perempuan, untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Misi Sekolah Perempuan:
Untuk membangun dan memperkuat kepemimpinan perempuan di
pedesaan.
3.10 Tujuan dan Hasil yang ingin dicapai Sekolah Perempuan di Pedesaan
3.10.1 Tujuan Sekolah Perempuan
1. Menyediakan forum belajar dan berbagi pengalaman perempuan pekerja
sektor informal untuk meningkatkan pendapatan.
2. Meningkatkan pengetahuan yang bersifat praktis yang menunjang
kehidupan perempuan sehari-hari.
3. Meningkatkan pengetahuan perempuan tentang hak-haknya sebagai
manusia, sebagai perempuan dan sebagai warganegara.
4. Meningkatkan pengetahuan tentang berbagai kebijakan negara baik di
tingkat lokal, nasional, maupun global yang mempengaruhi kehidupan
perempuan.
53
3.10.2 Hasil yang ingin dicapai Sekolah Perempuan
1. Meningkatnya pendapatan/income perempuan desa karena perempuan
saling berbagi pengetahuan dan pengalaman sebagai pekerja di sektor
informal.
2. Meningkatnya pengetahuan yang bersifat praktis untuk menunjang
kehidupan perempuan sehari-hari.
3. Meningkatnya pengetahuan perempuan desa tentang hak-haknya sebagai
manusia, sebagai perempuan dan sebagai warganegara.
4. Meningkatnya pengetahuan perempuan desa tentang kebijakan-kebijakan
negara di ringkat lokal, nasional dan global yang berpengaruh dalam
kehidupannya.
3.11 Kurikulum Sekolah Perempuan
Kurikulum pendidikan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
kebutuhan strategis perempuan, dengan komposisi pengetahuan 60% dan
keterampilan 40%. Pengetahuan yang berkontribusi memenuhi kebutuhan praktis
perempuan diantaranya: pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan
pendapatan (income) keluarga; keterampilan tata boga, bisnis kuliner, teknologi
informasi. Ada juga pengetahuan tentang keadilan dan kesetaraan gender,
pengetahuan tentang parenting, keserasian berbusana, pengetahuan tentang gizi
(produksi dan konsumsi makanan sehat); pengetahuan tentang sanitasi (pola hidup
bersih dan sehat), pengetahuan tentang hak-hak reproduksi perempuan,
pengetahuan tentang kesehatan keluarga, bahasa inggris, public speaking,
kepemimpinan perempuan (women leadership).
54
Pengetahuan yang berkontribusi memenuhi kebutuhan strategis
perempuan, diantaranya: pengetahuan tentang hak asasi manusia (humanright);
hak-hak anak (children right); hak-hak perempuan (women right); hak-hak
kelompok minoritas (minority right); pengetahuan tentang hak-hak perempuan
sebagai warga negara (civil education); pengetahuan tentang perencanaan
pembangunan di tingkat local, nasional yang berpengaruh terhadap kehidupan
perempuan. Pengetahuan tentang pemilu, ada juga pengetahuan tentang system
ekonomi global dan dampaknya bagi perempuan pedesaan. Pengetahuan tentang
hak-hak perempuan atas pangan (system produksi, distribusi dan konsumsi
pangan). Pengetahuan tentang pertanian berkelanjutan, dampak pengelolaan
lingkungan hidup serta dampak perubahan iklim terhadap kehidupan perempuan.
3.12 Strategi Belajar
Sekolah Perempuan menggunakan prinsip-prinsip feminis dan
pendidikan bagi orang dewasa, Prinsip tersebut adalah:
a. Menggunakan metode partisipatif.
b. Menggunakan pengetahuan dan pengalaman perempuan sumber sumber
penting dalam proses belajar.
Nilai-nilai yang dianut adalah:
a. Kesederhanaan
b. Kemandirian
c. Kejujuran
d. Keadilan
e. Kesetaraan dan kebersamaan
f. Menghargai keberagaman
55
g. Menolak segala bentuk kekerasan.
h. Menolak diskriminasi dalam bentuk apapun.
3.13 Pelaksanaan
Sekolah dilakukan pada satu hari dalam satu minggu. Setiap hari satu
subyek/materi akan disampaikan pada peserta, baik menyangkut pengetahuan
praktis, pengetahuan strategis maupun ketrampilan. Durasi tiap pertemuan antara
1,5 – 2 jam (13.00 – 15.00 wib).
3.14 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan pada minggu terakhir bulan, melalui diskusi
kelompok terarah (Focus Group Discussion/FGD) bersama 10-15 orang peserta.
Evaluasi akan dilakukan pada akhir pendidikan, bulan Juni 2016 dengan metode
FGD dan wawancara terhadap 5-10 peserta dari setiap desa.
3.15 Sasaran Sekolah Perempuan
Pemberdayaan perempuan melalui sekolah perempuan tersebut memiliki
misi yaitu mengkhususkan atau menyasarkan perempuan-perempuan desa yang
telah berkeluarga dan memiliki pendidikan yang rendah, memiliki keinginan maju
yang kuat dan perempuan yang berkomitmen. Sehingga pemberdayaan tersebut
tepat sasaran dan benar-benar memberdayakan perempuan agar hak-hak
perempuan dapat diperjuangkan dan dipertahankan.
Sejak awal berdirinya sekolah perempuan hingga saat ini memiliki Peserta
yang merupakan perempuan di desa-desa atau kelurahan di Kota Batu Jawa
Timur. Pada tahun 2013, 275 perempuan dari 4 desa menjadi peserta. Tahap
kedua periode Januari – Juni 2014 sebanyak 135 perempuan dari 5 desa dan
kelurahan, yaitu Desa Gunungsari (petani bunga, sayur), Desa Sumberrejo (petani
bunga, sayur), Desa Sidomulyo (petani bunga, pekerja handycraft, pedagang),
56
Desa Bulukerto (petani, pedagang), Kelurahan Sisir (pedagang, pekerja swasta).
Kemudian saat ini memiliki sekitar 25 peserta yang dilaksakan di Desa Tlekung
Kecamatan Junrejo.