Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
55
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Seperti yang kita ketahui sumber utama energi berasal dari zat gizi. Energi yang
diperlukan tubuh untuk mengerjakan pekerjaan merupakan tambahan terhadap
energi metabolisme basal. Bila tubuh seseorang kekurangan energi maka
kemampuan fisiknya untuk melakukan aktivitas kerja akan berkurang sehingga
produktivitas kerja akan menurun.
2. Pekerja perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis
atau beban pekerjaan yang dilakukannya. Kekurangan nilai gizi pada makanan
yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap
tubuh, seperti: pertahanan tubuh terhadap penyakit menjadi menurun, kemampuan
fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang
bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya.
Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan
produktivitas kerja yang optimal.
3. Manusia yang sehat dan mendapatkan makanan yang cukup, baik kualitas
maupun kuantitasnya maka akan memiliki kemampuan yang maksimal dalam
menjalani hidupnya. Kemampuan maksimal ini disebutkan kapasitas kerja orang
dewasa. Namun apabila energi yang diperoleh dari makanan tidak cukup, maka
orang akan bekerja dibawah kapasitas kerja seharusnya. Secara keseluruhan
56
kandungan energi yang rendah dalam makanan akan membawa dampak berupa
penurunan kegiatan otot, efisiensi kerja otot rendah dan lama waktu bekerja
berkurang. Dengan adanya gangguan ini maka kapasitas kerja secara keseluruhan
menjadi berkurang dan keadaan ini tentunya akan menyebabkan penurunan
produktivitas kerja (Sjahmien Moehji, 2003).
4. Penelitian lain dilakukan oleh Anisa Rosyida (2010) dengan judul penelitian
Tingkat Konsumsi Energi dan zat Besi (Fe), Status Gizi dan Produktivitas Kerja
Karyawan pada Bagian Produksi PT Air Mancur Palur, Karanganyar didapat hasil
hubungan tingkat konsumsi Fe (zat besi) dengan produktivitas pekerja pada sub
bagian Mesin Aduk-Param. Artinya, peningkatan tingkat konsumsi zat besi
membawa peningkatan jumlah yang dihasilkan dalam sehari (output/hari). Pekerja
yang mempunyai status gizi yang baik umumnya mempunyai kadar Fe yang baik.
5. Menurut penelitian oleh Asrianti (2011) dengan judul Pengaruh Obesitas
Terhadap Produktivitas Kerja, Kalangan pekerja tidaklah kebal terhadap berbagai
gangguan kesehatan, dan bahkan akibatnya akan lebih jauh berdampak kepada
dirinya sendiri maupun perusahaan tempatnya bekerja. Berbagai literatur telah
menjelaskan dengan gamblang bahwa obesitas berhubungan erat dengan
produktivitas kerja di mana pekerja dengan obesitas cenderung memiliki angka
absensi yang lebih tinggi dan produktivitas kerja yang lebih rendah. Untuk kondisi
yang lebih berat, tanpa perlu kita hitung secara matematis, sangatlah mudah bagi
kita untuk menduga besarnya dampak yang timbul bila gangguan seperti penyakit
jantung koroner ataupun stroke tersebut dialami oleh pekerja. Mulai dari biaya
pengobatan, kehilangan penghasilan sampai kemungkinan ketidakmampuan untuk
bekerja kembali merupakan hal yang sangat mengkhawatirkan. Perusahaan juga
57
akan mengalami kerugian besar karena mereka akan kehilangan seorang tenaga
produktif.
6. Pekerja yang melakukan pekerjaan berat pada umumnya membutuhkan kalori
yang lebih banyak. Dan membutuhkan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh dengan
lebih kompleks agar tubuhnya tetap sehat. (Djoko Pekik Irianto, 2007)
7. Berbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia
menunjukkan bahwa keadaan defisiensi energi dapat menghambat aktivitas kerja
yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena
kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia,
dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah
makanan sehari-hari tidak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari
cadangan tubuh. Tubuh akan mampu menerima beban kerja dengan baik bila
energi yang disediakan terpenuhi. Energi tersebut didapatkan dari pembakaran
cadangan zat gizi yaitu karbohidrat, lemak dan protein.
8. Tenaga kerja wanita sangat rawan terhadap masalah gizi. Pekerja wanita
dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kerja secara maksimal,
tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita. Kekuatan fisik tubuh wanita rata–
rata sekitar 2/3 dari pria. Untuk wanita kekuatan otot yang optimal berada pada
usia 20-39 tahun dan akan berkurang sebanyak 20% pada usia 60 tahun. Poitrast
menyebutkan pada usia 20 rata–rata wanita mempunyai 65% kekuatan
mengangkat dibanding rata–rata pria serta kekuatan mendorong dan menarik
adalah 75% dari pria (A.M Sugeng Budiono dkk, 2003:147).
58
9. Status gizi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
produktivitas kerja. Status gizi dan kondisi kesehatan yang baik akan sangat
mempengaruhi kesegaran fisik dan daya pikir yang baik dalam melakukan
pekerjaan, tenaga kerja yang ditunjang dengan status gizi yang baik akan bekerja
lebih giat, produktif dan teliti dalam bekerja. Sementara tenaga kerja dengan
status gizi kurang memiliki kemampuan fisik yang kurang, kurang motivasi dan
semangat, juga lamban dan apatis yang akhirnya akan mengurangi produktivitas
kerja (Matulessy dan Rachmat, 1997).
10. Batas normal klasifikasi berat badan penduduk Asia menurut IOTF, WHO
2000 adalah 18,5-22,9 Ancel Keys dalam Sjahmien Moehji (2003:75) menyatakan
adanya hubungan antara berat badan tenaga kerja dengan kapasitas kerjanya.
Apabila berat badan 10% dibawah berat badan seharusnya maka kapasitas kerja
akan turun 10% dibawah kapasitas kerja yang seharusnya. Jika berat badan 15%
dibawah berat badan seharusnya, maka kapasitas kerja akan menurun sampai 50%
dibawah kapasitas seharusnya.
11. Pada penelitian yang dilakukan Eko Haris Adrianto (2008) di PT. Perkebunan
Nusantara IX Boja Kabupaten Kendal, diketahui bahwa ada hubungan antara
kesegaran jasmani (p=0,033) dan status gizi (P=0,020) dengan produktivitas kerja.
Menurut peneliitian Lia Tri Astuti (2007) terhadap produktivitas kerja didapatkan
hasil sebesar (44,1%) tenaga kerja wanita tidak produktif dalam bekerja.
Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Novitasari (2005) menunjukkan
sebesar (80,9%) pekerja wanitanya kurang produktif. Hal ini sejalan dengan teori
Sugeng Budiono (2003:154) tentang hubungan status gizi dengan produktivitas
kerja yang erat bertalian, karena gizi merupakan suatu segi bagi kesehatan,
59
seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja
dan ketahanan tubuh yang lebih baik.
12. Gizi dengan kalori yang memadai menjadi syarat utama yang menentukan
tingkat produktivitas kerja. Antara kesehatan, ketahanan fisik dan produktivitas
kerja terdapat korelasi yang sangat nyata.
3.2 Saran
3.2.1 Untuk Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang mempunyai status gizi normal hendaknya
mempertahankan dengan cara makan-makanan yang cukup sehingga
memperoleh semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
sedangkan tenaga kerja yang mempunyai status gizi gemuk dan kurus
hendaknya menerapkan pola hidup sehat dengan cara makan makanan
yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan ukuran sedang yang
membutuhkan gizi senilai 3000 kalori per harinya sehingga memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan serta berolahraga
secara teratur.
3.2.2 Untuk Pimpinan
Hendaknya dilakukan upaya untuk memelihara dan meningkatkan
status gizi kerja dengan tidak mengganti jatah makan tambahan dengan
uang makan sehingga program gizi kerja dapat tercapai serta mengadakan
penyuluhan tentang kesehatan dan gizi secara teratur.
60
Peningkatan motivasi kerja untuk memperoleh produktivitas yang
tinggi, yaitu dengan peningkatan kualitas pengawasan dan pembayaran
atau gaji serta memberikan penilaian work performance indikator secara
rutin bagi karyawan sehingga dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja.
3.2.3 Untuk Mahasiswa
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang variabel yang
mempengaruhi produktivitas kerja misalnya beban tambahan akibat
lingkungan kerja seperti faktor fisik: penerangan dan suhu serta faktor
fisiologis yaitu sikap dan cara kerja terhadap produktivitas kerja. Bila
ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan tenaga kerja sebaiknya
menyesuaikan dengan waktu kosong pekerja sehingga dalam pengambilan
data tidak mengganggu proses dalam bekerja.