Upload
nguyenhuong
View
234
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
Bab ini akan membahas tentang metode penelitian; model penelitian; lokasi
penelitian; subjek penelitian; waktu penelitian; instrument penelitian; prosedur
penelitian; dan analisis dan pengolahan data.
A. Metode Penelitian
Metode penelitian pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang berusaha mengkaji dan merefleksi penggunaan model
pembelajaran matematika berbasis masalah dengan tujuan meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa mengenai soal cerita pecahan.
PTK ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di
kelas. Kusnandar (2010, hlm. 51) menjelaskan bahwa terdapat beberapa alasan
PTK menjadi salah satu pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu
pembelajaran adalah: 1) merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan
sekedar trial and error; 2) menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi
dalam pembelajaran; 3) tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yakni
mengajar; 4) dosen sebagai peneliti; 5) mengembangkan iklim akademik dan
profesionalisme dosen; 6) dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan;
7) dilaksanakan dengan tujuan perbaikan; 8) murah biayanya; 9) disain lentur atau
fleksibel; 10) analisis data seketika dan tidak rumit; dan 11) manfaat jelas dan
langsung.
Dengan metode PTK ini guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik
pembelajaran yang dilakukan di kelas, penelitian terhadap siswa dari segi
interaksinya dalam proses pembelajaran, penelitian terhadap proses dan produk
pembelajaran secara reflektif di kelas. Apabila peneliti merasa tindakan yang
dilakukan hasilnya kurang memuaskan maka akan dicoba kembali tindakan kedua
dan seterusnya. Dalam PTK jarang ada keberhasilan yang dapat dicapai dalam
satu kali tindakan, oleh sebab itu PTK sering dilakukan dalam beberapa siklus
tindakan. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti, guru/kepala sekolah
23
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan siswa. Kegiatan ini mengandung pengertian bahwa masing-masing yang
terlibat dalam penelitian mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan yang
berbeda tetapi tujuannya sama yaitu memecahkan masalah untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilakukan
melalui kerja sama yang berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara
dan prosedur yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang
dengan revisi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dalam materi pecahan mata pelajaran Matematika.
B. Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
Kemmis dan Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari model Kurt
Lewin. Model ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Kegiatan
tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu. Guru sebagai peneliti
sekaligus melakukan observasi untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Hasil
observasi kemudian direfleksikan untuk merencakan tindakan pada tahap
selanjutnya.
Gambar 3.1
Model Spiral Refleksi Kemmis & MC. Taggart
Siklus I
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
Siklus
II
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
?
24
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Langkah pertama pada setiap siklus adalah penyusunan rencana tindakan.
Tahapan berikutnya pelaksanaan dan sekaligus pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi dalam bentuk refleksi. Apabila
hasil refleksi siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum
memberikan hasil sebagaimana diharapkan, maka berikutnya disusun lagi rencana
untuk dilaksanakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya sampai hasil yang
dinginkan benar-benar tercapai.
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan
kegiatan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan, atau untuk
meyakinkan atau menguatkan hasil. Tapi umumnya kegiatan yang dilakukan pada
siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu
yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan
yang ditemukan dalam siklus pertama.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, maka peneliti dapat
melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus
pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas,
dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan
siklus terdahulu.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung yang
terdapat di Kecamatan Sukasari. Siswa sekolah dasar ini sebagian besar berasal
dari penduduk setempat. Masyarakat sekitar merupakan masyarakat yang
heterogen yang terdiri dari berbagai ragam penghidupan. Sebagian besar
penduduk bekerja sebagai petani, pedagang, PNS, TNI dan buruh bangunan.
Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah karena sekolah ini merupakan tempat
peneliti melaksanakan praktek mengajar. Hal ini memudahkan peneliti dalam
berkolaborasi dengan guru kelas sebagai mitra peneliti.
25
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas V dari
salah satu sekolah dasar di Kecamatan Sukasari. Kelas dibagi menjadi dua kelas,
yaitu kelas yang diunggulkan dan yang tidak diunggulkan. Kelas yang peneliti
ambil ini termasuk dalam kelas yang tidak menjadi unggulan karena kelas ini
lebih perlu mendapatkan bantuan peningkatan kualitas. Subjek penelitian ini
berjumlah 34 orang yang heterogen terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswa
perempuan pada semester genap 2014/2015.
E. Waktu Penelitian
Waktu yang peneliti gunakan mulai dari bulan Maret yang mana peneliti
melakukan observasi awal untuk mengetahui permasalahan apa saja yang ada di
sekolah tersebut. Setelah peneliti mendapatkan masalah kemudian peneliti
mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan membaca berbagai
literatur mengenai metode pembelajaran. Kemudian pada bulan Maret peneliti
mengajukan proposal penelitian.Setelah pengajuan proposal disetujui, peneliti
melakukan bimbingan dan mempersiapkan instrument untuk pengumpulan data.
Untuk penelitian siklus pertama peneliti akan lakukan pada bulan April.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument
pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Instrument pembelajaran
merupakan perangkat yang menjadi penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran.
Sedangkan instrument pengumpulan data adalah perangkat yang digunakan untuk
memperoleh data dan informasi yang diperlukan.
1. Instrumen Pembelajaran
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan pedoman metode dan langkah-langkah yang akan
dilaksanakan dalam setiap kali pertemuan di kelas. Di dalamnya mengandung
program yang terperinci sehingga tujuan yang diinginkan untuk menentukan
keberhasilan kegiatan pembelajaran sudah terumuskan dengan jelas. Berdasarkan
26
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa
“Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.” Jadi, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah penjabaran silabus yang menggambarkan
rencana prosedur dan pengorganisasian pembelajaran yang mencapai kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi. RPP digunakan sebagai pedoman guru
dalam melaksanakan pembelajaran. Pembuatan RPP dilakukan untuk setiap
siklus. Peneliti melakukan daur siklus dengan merencanakan dua siklus.
b. Lembar Kegiatan Kelompok
Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) adalah suatu lembar evaluasi yang
berisi soal-soal pemecahan masalah yang akan dikerjakan secara berkelompok
oleh siswa. Setiap kelompok terdiri dari 5 samapi 6 orang siswa. LKK ini
digunakan sebagai latihan siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah yang
berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan.
2. Instrumen Pengungkap Data Penelitian
a. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk menuliskan hasil
obervasi yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung dengan tujuan
memperoleh data yang bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi guru, apakah
pembelajaran yang dilaksanakan sudah sesuai rencana atau belum. Sasaran
pengamatan dalam lembar observasi ini adalah aktivitas guru dan siswa dalam
penerapan pembelajaran berbasis masalah. Lembar observasi yang digunakan
merujuk pada RPP yang telah dirancang oleh guru untuk melakukan penelitian
serta pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya.
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan yang ditulis oleh peneliti adalah beberapa catatan yang
diperoleh mengenai hasil pengamatan guru pada saat pembelajaran berlangsung.
Catatan lapangan dicatat dengan cermat, terperinci, dan jelas hal ini berguna untuk
27
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membantu peneliti mendapatkan data yang sedetail mungkin. Catatan lapangan ini
merupakan pelengkap data selain dari hasil oberservasi aktivitas siswa dan guru.
c. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Tes digunakan untuk memperoleh data peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang dilakukan setelah tindakan dengan penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Tes diberikan pada setiap akhir siklus
untuk mengukur kemampuan siswa sesudah pembelajaran.
d. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai respon siswa
setelah pembelajaran penyelesaian masalah yang berkaitan dengan operasi
penjumlahan bilangan pecahan yang menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara semiterstruktur, dengan
tujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana fihak yang
diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. (Dalam Sugiyono, 2013,
hlm. 320).
G. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam peneltian ini mengacu pada model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Model ini merupakan pengembangan
dari Kurt Lewin, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu tahap perencanaan
(planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting).
a. Tahap Persiapan
Sebelum peneliti melaksanakan PTK, peneliti melakukan penelitian awal
yaitu:
1) Pembuatan surat izin observasi untuk sekolah yang bersangkutan.
2) Permohonan izin kepada Kepala Sekolah yang akan dijadikan tempat
penelitian.
3) Observasi langsung ke tempat.
28
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Identifikasi permasalahan, identifikasi ini dilakukan dengan cara melihat
pembelajaran secara langsung di kelas, dan melakukan wawancara dengan
guru.
5) Pembuatan proposal
6) pembuatan instrument
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari satu
pertemuan.
Siklus I
1) Perencanaan
a) Guru menentukan materi pokok yang akan diajarkan, yaitu soal cerita
mengenai penjumlahan pecahan.
b) Menetukan Indikator Capaian Kompetensi (ICK) pada materi soal cerita
mengenai penjumlahan pecahan yang akan digunakan pada siklus I.
c) Merancang materi pembelajaran yang akan digunakan pada saat penelitian,
dengan menyesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
pembelajaran Matematika.
d) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP dan alat tes) Matematika materi soal
cerita mengenai penjumlahan pecahan dengan menerapkan model PBL.
e) Menyiapkan lembar kerja siswa dengan menerapkan model PBL.
f) Menyiapkan instrumen evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan ICK
dan disesuaikan pula dengan indicator kemampuan pemecahan masalah.
g) Menyiapkan instrument penelitian yang dibuat berdasarkan pertanyaan
penelitian dan data yang ingin diperoleh dalam penelitian, berupa lembar
observasi aktivitas guru dan siswa pada model PBL serta lembar observasi
kemampuan pemecahan masalah siswa.
h) Membuat media pelajaran yang mampu menunjang pembelajaran materi soal
cerita mengenai penjumlahan pecahan.
29
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i) Membuat kesepakatan dengan guru sebagai observer dan memberikan
penjelasan kepada observer tentang hal-hal yang harus dilakukan dan
menjelaskan instrument lembar observasi yang harus diisi oleh observer.
2) Pelaksanaan
a) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi.
b) Melaksanakan pembelajaran matematika materi soal cerita penjumlahan
pecahan dengan menerapkan model PBL.
c) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa tentang materi soal cerita penjumlahan
pecahan dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan model PBL.
d) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat
pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap
refleksi.
e) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada
lembar observasi.
f) Melakukan wawancara kepada siswa, terhadap penerapan PBL untuk melihat
respon siswa.
3) Pengamatan
a) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam
pembelajaran matematika dengan menerapakan model PBL.
b) Mengamati keterhubungan antara penerapan model pembelajaran matematika
berbasis masalah dengan proses dan kemampuan pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika pada materi penjumlahan pecahan.
4) Refleksi
a) Analisis terhadap semua data yang dikumpulkan dari penelitian tindakan pada
siklus I.
b) Menemukan point-point refleksi berdasarkan data siklus I.
c) Menyimpulkan hasil refleksi tindakan, yang akan digunakan sebagai tindakan
selanjutnya pada siklus II.
30
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Siklus II
1) Perencanaan
a) Guru menentukan materi pokok yang akan diajarkan, materi soal cerita
mengenai pengurangan pecahan.
b) Menetukan Indikator Capaian Kompetensi (ICK) pada materi soal cerita
mengenai pengurangan pecahan yang akan digunakan pada siklus II.
c) Merancang materi pembelajaran yang akan digunakan pada saat penelitian,
dengan menyesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
pembelajaran Matematika.
d) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP dan alat tes) Matematika materi soal
cerita mengenai pengurangan pecahan dengan menerapkan model PBL.
e) Menyiapkan lembar kerja siswa dengan menerapkan model PBL.
f) Menyiapkan instrumen evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan ICK
dan disesuaikan pula dengan indicator kemampuan pemecahan masalah.
g) Menyiapkan instrument penelitian yang dibuat berdasarkan pertanyaan
penelitian dan data yang ingin diperoleh dalam penelitian, berupa lembar
observasi aktivitas guru dan siswa pada model PBL serta lembar observasi
kemampuan pemecahan masalah siswa.
h) Membuat media pelajaran yang mampu menunjang pembelajaran materi soal
cerita mengenai pengurangan pecahan.
i) Membuat kesepakatan dengan guru sebagai observer dan memberikan
penjelasan kepada observer tentang hal-hal yang harus dilakukan dan
menjelaskan instrument lembar observasi yang harus diisi oleh observer.
2) Pelaksanaan
a) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi.
b) Melaksanakan pembelajaran matematika materi soal cerita penjumlahan
pecahan dengan menerapkan model PBL.
c) Melakukan tes siklus II untuk mendapatkan data mengenai kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa tentang materi soal cerita pengurangan
pecahan dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan model PBL.
31
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d) Mencatat dan merekam semua aktivitas belajar yang terjadi oleh pengamat
pada lembar observasi sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap
refleksi.
e) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada
lembar observasi.
f) Melakukan wawancara kepada siswa, terhadap penerapan PBL untuk melihat
respon siswa.
3) Pengamatan
a) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam
pembelajaran matematika dengan menerapakan model PBL.
b) Mengamati keterhubungan antara penerapan model pembelajaran matematika
berbasis masalah dengan proses dan kemampuan pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika pada materi penjumlahan pecahan.
4) Refleksi
a) Analisis terhadap semua data yang dikumpulkan dari penelitian tindakan pada
siklus II.
c. Penutup
Setelah semua proses selesai dilaksanakan sampai pada tahap refleksi, maka
selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang mengacu pada hasil penelitian dan
pembahasan. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan gambaran-gambaran
tentang kelemahan dan kelebihan setiap hal-hal yang dilakukan pada setiap siklus.
Dari kesimpulan ini dapat diketahui sejauh mana peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan
dalam soal cerita.
H. Rencana Pengolahan dan Uji Keabsahan Data
a. Analisis Data
Setelah semua data diperoleh, maka dilakukan pengolahan data terhadap
data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah hasil tes pemecahan
masalah matematis, sedangkan data kualitatif berupa lembar observasi siswa dan
32
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
guru serta hasil wawancara. Prosedur analisis dari data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes untuk mengetahui sejauh mana
peningkatan pemecahan masalah siswa. Langkah-langkah dalam menganalisis
data kuantitaif yaitu sebagai berikut.
a) Penskoran terhadap jawaban siswa dengan rubrik penskoran pemecahan
masalah matematis siswa yang terlampir.
b) Presentase tingkat keberhasilan pembelajaran siswa berdasarkan skor yang
diperoleh dicari dengan menggunakan rumus (dalam Lestari, 2014, hlm. 41).
Untuk mengklasifikasikan kualitas pemecahan maslaah matematis siswa,
maka data hasil tes dikelompokkan dengan menggunakan Skala Lima menurut
Suherman dan Kusumah (dalam Lestari, 2014, hlm. 41), yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kriteria penentuan tingkat kemampuan siswa
Presentase Skor Total Siswa Kategori Kemampuan Siswa
90% < A ≤ 100% A (Sangat Baik)
75% < B ≤ 90% B (Baik)
55% < C ≤ 75% C (Cukup)
40% < D ≤ 55% D (Kurang)
0% < E ≤ 40% E (Buruk)
Dari hasil tes pemecahan masalah matematis siswa selanjutnya akan
dianalisis, apakah pada siklus I ke siklus selanjutnya terdapat peningkatan atau
tidak. Selain itu dari data hasil tes ini pula dapat dianalisis ketuntasan belajar
siswa dari sklus I ke siklus selanjutnya.
c) Menghitung nilai tes evaluasi siswa
Menghitung nilai siswa dengan menggunakan rumus:
N = Nilai siswa
N = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑒𝑛𝑡𝑎ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100
Presentase pemecahan masalah = jumlah skor yang diperoleh x 100 %
skor total
33
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d) Menghitung nilai rata-rata kelas dalam bentuk presentase
Untuk dapat mengetahui sejauh mana kelas tersebut dapat memahami materi
yang telah di ajarkan dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah,
maka peneliti dapat menghitung nilai rata-rata kelas dengan menggunakan rumus:
(adaptasi Suharsimi, 2009, hlm. 264)
Keterangan:
X = nilai rata-rata kelas
∑X = total nilai yang diperoleh seluruh siswa
N = jumlah siswa
100% = bilangan tetap
2. Analisis Data Kualitatif
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Nasution (dalam
Sugiyono, 2013, hlm. 336) menyatakan “analisis telah mulai sejak merumuskan
dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus
sampai penulisan hasil penelitian.”
Selanjutnya dilapangan, peneliti menggunakan teknik analisis Model Miles
and Huberman (Sugioyono, 2013, hlm. 338) yang terdiri dari empat tahap sebagai
berikut.
a) Data Reduction (reduksi data), pada tahap ini peneliti memilih data,
menggolongkan, dan membuang data yang tidak diperlukan. Kemudian
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhirnya dapat ditarik. Data didapat dari instrument pembelajaran dan
instrument pengungkapan data yang telah dijelaskan sebelumnya.
b) Data Display (penyajian data), suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan peneliti dapat
dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis
100%N
X X
34
Femy Lufia Andini, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan sistematis. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang
telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji
merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan
menjawab setiap permasalahan yang ada. Pembeberan data dilakukan dengan
sistematik, interaktif, dan inventif serta mantap sehingga memudahkan
pemahaman terhadap apa yang terjadi. Dengan demikian, penarikan
kesimpulan dan penentuan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya akan
mudah.
c) Conclution Drawing/Verification, atau merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar benar-benar dapat
dipertanggunggjawabkan. Seluruh hasil analisis yang terdapat dalam reduksi
data maupun sajian data diambil suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan
tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap
mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada akhir siklus I, ke
kesimpulan terevisi pada akhir siklus II. Kesimpulan yang pertama sampai
dengan yang terakhir saling terkait dan simpulan pertama sebagai pijakan.
b. Rencana Uji Keabsahan Data
Uji kredibiltas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian dilakukan
dengan trianggulasi teknik dan menggunakan bahan referensi. Trianggulasi teknik
yang dimaksud adalah pengujian keabsahan data dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini,
setelah siswa mengerjakan tes evaluasi, penelitian melakukan wawancara dengan
siswa tentang cara ia mengerjakan evaluasi, kemudian berdiskusi dengan wali
kelas dan menganalisis lembar observasi. Penelitian pun menggunakan bahan
referensi, seperti hasil wawancara dan hasil evaluasi yang terlampir.