Upload
buixuyen
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
76
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian dan
pengembangan (Research and Development Design / R & D). Penelitian
difokuskan pada pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi
Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) calon guru fisika. Langkah
pengembangan menggunakan tahapan 4D (Thiagarajan et al, 1974), yang meliputi
tahap: 1) pendefinisian (define), 2) pendesainan (design), 3) pengembangan
(develop), dan diseminasi (disseminate). Dalam penelitian ini hanya sampai tahap
pengembangan (develop). Bagan alur penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian Pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah
Berorientasi Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) dilakukan melalui
beberapa tahap berikut:
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tahap pendefinisian dilakukan dengan menganalisis kebutuhan melalui
studi pendahuluan untuk memperoleh informasi terkait dengan permasalahan
pembelajaran fisika sekolah. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pendefinisian
meliputi studi literatur dan studi lapangan. Pada studi literatur dilaksanakan
kegiatan dengan melakukan analisis terhadap: 1) kompetensi guru fisika, 2)
kemampuan yang harus dimiliki oleh calon guru fisika, 3) tujuan perkuliahan
fisika sekolah untuk calon guru fisika, 4) pentingnya kemampuan berargumentasi
dan pemahaman konsep bagi calon guru fisika, 5) teori-teori yang melandasi
pentingnya pembekalan kemampuan berargumentasi, 6) hasil-hasil penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitian, 7) konsep-konsep fisika sekolah,
indikator kemampuan berargumentasi dan indikator pemahaman konsep, dan 8)
silabus mata kuliah fisika sekolah.
77
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Analisis Kebutuhan
Gambar 3.1
Bagan Alur Penelitian
TAHAP
DEFINE
TAHAP
DESIGN
TAHAP
DEVELOP
Studi literatur:
• Analisis
kompetensi
guru fisika
dan kemam-
puan calon
guru fisika
• Analisis
kemampuan
berargumen-
tasi dan
pemahaman
konsep
beserta
indikatornya
• Analisis teori
yang melan-
dasi dan
temuan
penelitian
terdahulu
• Analisis
silabi dan
konsep fisika
sekolah
Studi lapangan:
• Observasi
pelaksanaan
perkuliahan
fisika sekolah
• Wawancara
dengan dosen
dan
mahasiswa
• Kemampuan
berargumen-
tasi dan
pemahaman
konsep
mahasiswa
Rancangan Program
Perkuliahan Fisika
Sekolah Berorientasi
Kemampuan
Berargumentasi
(PPFS-BKB)
- Satuan Acara
Perkuliahan
(SAP) - Lembar Kerja
Mahasiswa
(LKM) - Tes kemampuan
berargumentasi - Tes pemahaman
konsep - Lembar
observasi - Skala sikap
Draft PPFS-BKB
(hasil revisi berdasarkan
masukan ahli) M
emb
ua
t
PPFS-BKB
(hasil revisi berdasarkan
hasil ujicoba terbatas)
PPFS-BKB
(hasil revisi berdasarkan
hasil ujicoba luas)
Ujicoba
Terbatas
Ujicoba
Luas
Draft PPFS-BKB
Vadidasi
Ahli
78
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada studi lapangan dilakukan kegiatan: 1) observasi terhadap pelaksanaan
perkuliahan fisika sekolah, 2) wawancara dengan dosen terkait permasalahan yang
masih perlu dibenahi pada perkuliahan fisika sekolah, 3) wawancara dengan
mahasiswa untuk mengetahui kesulitan dan tanggapan mahasiswa terhadap
perkuliahan fisika sekolah. Kegiatan lainnya melakukan tes kepada mahasiswa
yang telah mengikuti perkuliahan fisika sekolah untuk mengetahui kemampuan
berargumentasi dan pemahaman konsep mahasiswa.
2. Tahap Pendesainan (Design)
Tahap pendesainan dilakukan berdasarkan hasil studi literatur dan studi
lapangan dengan merancang Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi
Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) yang meliputi: 1) Satuan Acara
Perkuliahan (SAP), 2) Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), 3) Tes kemampuan
berargumentasi dan tes pemahaman konsep, 4) Lembar observasi, dan 6) Skala
sikap.
Merancang Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dilakukan melalui studi
literatur tentang model pembelajaran pembangkit argumen yang dapat membekali
kemampuan berargumentasi pada materi ajar perkuliahan fisika sekolah yang
diteliti. Pada penelitian ini dirancang lima SAP untuk materi ajar kinematika
gerak lurus, kinematika gerak melingkar, dinamika, optik geometri, dan listrik
dinamis. Komponen yang dimuat pada setiap rancangan SAP meliputi: 1)
Identitas mata kuliah yang terdiri dari: program studi, nama mata kuliah, kode
mata kuliah, sks, semester, materi perkuliahan, dan alokasi waktu; 2) Standar
Kompetensi; 3) Kompetensi Dasar; 4) Indikator; 5) Materi Ajar: 6) Metode
Pembelajaran; 7) Langkah-langkah Pembelajaran; 8) Alat dan Sumber
Pembelajaran; dan 9) Penilaian.
Merancang Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) dilakukan dengan merujuk
pada materi perkuliahan fisika sekolah yang diteliti untuk mendukung rancangan
SAP. Pada penelitian ini dirancang lima LKM untuk materi perkuliahan
kinematika gerak lurus, kinematika gerak melingkar, dinamika, optik geometri,
dan listrik dinamis. Rancangan LKM dikonstruksi untuk melatih mahasiswa
79
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki kemampuan berargumentasi yang bertitik tolak dari permasalahan fisis
berdasarkan pola argumentasi Toulmin.
Merancang tes untuk mengukur kemampuan berargumentasi dan
pemahaman konsep dilakukan dengan merujuk pada indikator kemampuan
berargumentasi seperti disajikan pada Tabel 2.2, dan indikator pemahaman konsep
seperti disajikan pada Tabel 2.3. Semua indikator kemampuan berargumentasi dan
indikator pemahaman konsep diukur untuk setiap materi ajar yang diujikan.
Merancang lembar observasi dilakukan untuk menjaring aktivitas dosen
dan aktivitas mahasiswa yang menunjukkan keterlaksanaan PPFS-BKB.
Merancang skala sikap dilakukan untuk mengetahui tanggapan dosen dan
mahasiswa terhadap penerapan PPFS-BKB. Tanggapan dosen dan mahasiswa
berupa tingkat persetujuan terhadap butir-butir pernyataan yang disajikan.
3. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan dilakukan dengan membuat, memvalidasi dan
mengujicoba draft Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan
Berargumentasi (PPFS-BKB) sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Umpan
balik untuk perbaikan draft PPFS-BKB diperoleh melalui validasi ahli dan ujicoba
terbatas terhadap mahasiswa.
a. Validasi Ahli
Ahli yang dilibatkan untuk memberikan validasi terhadap draft PPFS-
BKB berjumlah tiga orang yang berasal dari staf dosen pada salah satu LPTK di
Bandung. Kualifikasi ahli terdiri atas dua orang ahli memiliki keahlian di bidang
fisika dan satu orang ahli memiliki keahlian dibidang pembelajaran fisika. Dalam
memberikan penilaian, ketiga ahli diminta memberikan koreksi dan komentar
yang akan digunakan untuk menyempurnakan draft pengembangan PPFS-BKB.
Untuk keperluan validasi ahli disiapkan lembar validasi yang terdiri dari
lembar validasi: 1) SAP PPFS-BKB, 2) LKM, 3) tes kemampuan berargumentasi,
dan 4) tes pemahaman konsep dilengkapi dengan rubrik penilaian. Lembar
validasi SAP PPFS-BKB disusun untuk memperoleh validasi ahli terkait dengan
kesesuaian komponen-komponen SAP PPFS-BKB untuk membekali kemampuan
80
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berargumentasi dan pemahaman konsep. Komponen yang dimuat dalam SAP
PPFS-BKB, yaitu: 1) Identitas mata kuliah yang meliputi: program studi, nama
mata kuliah, kode mata kuliah, sks, semester, materi perkuliahan, dan alokasi
waktu; 2) Standar Kompetensi; 3) Kompetensi Dasar; 4) Indikator; 5) Materi Ajar:
6) Metode Pembelajaran; 7) Langkah-langkah Pembelajaran; 8) Alat dan Sumber
Pembelajaran; dan 9) Penilaian. Penilaian SAP PPFS-BKB oleh ahli untuk tiap
komponen didasarkan pada kriteria yang dikonversi ke dalam skor 4 sampai
dengan skor 1 seperti ditunjukkkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kriteria Penilaian SAP PPFS-BKB oleh Ahli
No Komponen SAP PPFS-BKB Skor Kriteria
1 Identitas Mata Kuliah 4
1
Lengkap
Tidak Lengkap
2
3
4
5
6
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Ajar
Metode Pembelajaran
4
3
2
1
Sangat Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Sangat Tidak Sesuai
7
8
9
Langkah-langkah Pembelajaran
Alat dan Sumber Pembelajaran
Penilaian
4
3
2
1
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
Lembar validasi LKM disusun untuk memperoleh validasi ahli terkait
kualitas LKM untuk melatih kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep.
Komponen yang dimuat dalam LKM, yaitu: 1) Identitas LKM; 2) Kompetensi
yang akan dicapai; 3) Materi Ajar; dan 4) Langkah kerja dan Tugas. Penilaian
LKM oleh ahli untuk tiap komponen didasarkan pada kriteria yang dikonversi ke
dalam skor 4 sampai dengan skor 1 seperti ditunjukkkan pada Tabel 3.2.
Lembar validasi tes kemampuan berargumentasi disusun untuk
memperoleh validasi ahli terkait dengan kesesuaian butir soal dengan: 1) konsep;
2) unsur kemampuan berargumentasi; dan 3) indikator. Penilaian perangkat tes
kemampuan berargumentasi oleh ahli didasarkan pada kriteria kesesuaian yang
dikonversi ke dalam skor 2 jika sesuai, dan 1 jika tidak sesuai.
81
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian LKM oleh Ahli
No Komponen SAP PPFS-BKB Skor Kriteria
1 Identitas LKM 4
1
Jelas
Tidak Jelas
2
Kompetensi yang akan dicapai 4
3
2
1
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
3
4
Materi Ajar
Langkah kerja dan Tugas
4
3
2
1
Sangat Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Sangat Tidak Sesuai
Lembar validasi tes pemahaman konsep disusun untuk memperoleh
validasi ahli terkait dengan kesesuaian butir soal dengan: 1) konsep; 2) aspek
pemahamana konsep; dan 3) indikator. Penilaian perangkat tes pemahaman
konsep oleh ahli didasarkan pada kriteria kesesuaian yang dikonversi ke dalam
skor 2 jika sesuai, dan 1 jika tidak sesuai.
b. Ujicoba Terbatas
Ujicoba terbatas dilakukan terhadap mahasiswa calon guru fisika pada
salah satu LPTK di Bandung yang mengontrak mata kuliah fisika sekolah I.
Metode penelitian menggunakan pre-experimental dengan desain one group
pretest-posttest (Creswell, 2008). Desain penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2
Bagan Desain Uji Coba Terbatas PPFS-BKB
Keterangan:
O1 = Tes kemampuan berargumentasi
O2 = Tes pemahaman konsep
X = Pembelajaran melalui penerapan PPFS-BKB
Tujuan ujicoba terbatas, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai
keterlaksanaan PPFS-BKB melalui pengamatan terhadap aktivitas dosen dan
Tes awal Perlakuan Tes akhir
O1, O2 X1 O1, O2
82
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mahasiswa, menguji kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep
mahasiswa melalui tes sebagai impak penerapan PPFS-BKB, dan mengetahui
tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap penerapan PPFS-BKB melalui skala
sikap. Jumlah observer yang berpartisipasi membantu pelaksanaan PPFS-BKB
sebanyak enam orang. Dua orang observer mengamati aktivitas dosen dan empat
orang observer mengamati empat kelompok (satu kelompok diamati oleh satu
observer). Berdasarkan hasil ujicoba terbatas selanjutnya dilakukan
penyempurnaan terhadap draft PPFS-BKB.
c. Ujicoba Lebih Luas
Ujicoba lebih luas dilakukan terhadap mahasiswa calon guru fisika pada
salah satu LPTK di Bandung yang mengontrak mata kuliah fisika sekolah I.
Metode penelitian menggunakan quasi experimental design dengan pretest-
posttest control group design (Creswell, 2008). Desain penelitian ditunjukkan
pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3
Bagan Desain Ujicoba Luas PPFS-BKB
Keterangan:
O1 = Tes kemampuan berargumentasi
O2 = Tes pemahaman konsep
X1 = Pembelajaran melalui penerapan PPFS-BKB
X2 = Pembelajaran konvensional
Tujuan ujicoba luas, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai
keterlaksanaan PPFS-BKB melalui pengamatan terhadap aktivitas dosen dan
mahasiswa, menguji efektivitas pengembangan PPFS-BKB dalam meningkatkan
kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep mahasiswa dibandingkan
pembelajaran konvensional, dan mengetahui tanggapan dosen serta mahasiswa
terhadap penerapan PPFS-BKB melalui skala sikap. Jumlah observer yang
Kelompok Uji Tes awal Perlakuan Tes akhir
Kelas Eksperimen O1, O2 X1 O1, O2
Kelas Kontrol O1, O2 X2 O1, O2
83
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berpartisipasi membantu pelaksanaan PPFS-BKB sebanyak delapan orang. Dua
orang observer mengamati aktivitas dosen dan enam orang observer mengamati
enam kelompok (satu kelompok diamati oleh satu observer). Berdasarkan hasil
ujicoba luas diperoleh produk akhir perangkat PPFS-BKB yang telah teruji yang
dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep
mahasiswa calon guru fisika.
C. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa jurusan pendidikan
fisika pada salah satu LPTK di Bandung yang sedang mengambil mata kuliah
Fisika Sekolah I pada semester ganjil tahun akademik 2012/2013 sebanyak 13
orang untuk ujicoba terbatas dan sebanyak 50 orang yang dibagi menjadi 2 kelas,
yaitu 26 mahasiswa kelas eksperimen dan 24 mahasiswa kelas kontrol untuk
ujicoba luas. Untuk keperluan analisis penelitian, subjek pada kelas eksperimen
dikelompokkan menjadi tiga kategori kelompok yaitu kelompok tinggi, kelompok
sedang, dan kelompok rendah berdasarkan perolehan rerata skor gain yang
dinormalisasi pemahaman konsep. Pembagian subjek menjadi tiga kelompok
bertujuan untuk melihat pola kemampuan berargumentasi mahasiswa sebagai
impak penerapan PPFS-BKB.
D. Instrumen Penelitian
1. Jenis Instrumen
Instrumen penelitian ini meliputi tes kemampuan berargumentasi, tes
pemahaman konsep, lembar observasi, dan skala sikap.
a. Tes Kemampuan Berargumentasi
Tes ini berbentuk uraian sebanyak 20 soal, digunakan untuk mengukur
kemampuan berargumentasi mahasiswa sebelum pembelajaran (tes awal) maupun
setelah pembelajaran (tes akhir) pada kelas eksperimen yang mengikuti
pembelajaran PPFS-BKB dan kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Materi tes kemampuan berargumentasi fisika sekolah mencakup
kinematika gerak lurus, kinematika gerak melingkar, dinamika, optik geometri,
84
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan listrik dinamis. Tes dikembangkan berdasarkan indikator kemampuan
berargumentasi (Sampson & Gerbino, 2010) dengan merujuk pada pola
argumentasi Toulmin. Dalam penelitian ini diukur empat indikator kemampuan
berargumentasi yang diteliti yaitu : 1) membuat klaim yang akurat sesuai
permasalahan; 2) menyertakan dan menganalisis data untuk mendukung klaim; 3)
menjelaskan hubungan antara data dan klaim (pembenaran/warrant); dan
4) melandasi pembenaran untuk mendukung klaim (dukungan/backing). Rincian
soal tes kemampuan berargumentasi ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Rincian Soal Tes Kemampuan Berargumentasi Fisika Sekolah
No
Nomor soal untuk setiap materi ajar dan unsur argumentasi Jumlah soal
tiap materi
ajar
Materi Ajar
Fisika Sekolah
Unsur Argumentasi
Klaim
(Claim)
Data
(Data)
Pembenaran
(Warrant)
Dukungan
(Backing)
1 Kinematika Gerak
Lurus 1 2 3 4
4
2 Kinematika Gerak
Melingkar 5 6 7 8
4
3 Dinamika 9 10 11 12 4
4 Optik Geometri 13 14 15 16 4
5 Listrik Dinamis 17 18 19 20 4
Jumlah soal tiap unsur 5 5 5 5 20
Kisi-kisi soal dan instrumen tes kemampuan berargumentasi fisika sekolah dapat
dilihat pada Lampiran B.
Rubrik penilaian tes kemampuan berargumentasi yang digunakan dalam
penelitian ini diadaptasi dari Jamaludin et al (2007) dan Sampson & Gerbino
(2010) seperti ditunjukkan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Berargumentasi
No
Kemampuan
Berargumentasi Skor dan Kriteria
Unsur Aspek 1 2 3
1 Klaim
(Claim)
Akurasi
klaim
Klaim sepenuhnya
tidak akurat
Klaim sebagian
akurat
Klaim sepenuhnya
akurat
2 Data
(Data)
Kecukupan
data
Menyertakan data
tetapi tidak relevan
untuk mendukung
klaim
Menyertakan data,
tetapi tidak cukup
untuk mendukung
klaim
Menyertakan data
yang cukup untuk
mendukung klaim
85
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No
Kemampuan
Berargumentasi Skor dan Kriteria
Unsur Aspek 1 2 3
Kualitas data Data ada tetapi
tidak dianalisis
untuk mendukung
klaim
Data sebagian
dianalisis untuk
mendukung klaim
Data sepenuhnya
dianalisis untuk
mendukung klaim
3 Pembenaran
(Warrant)
Kualitas
pembenaran
Pembenaran untuk
menjelaskan
hubungan antara
data dan klaim tidak
mendukung klaim
Pembenaran untuk
menjelaskan
hubungan antara
data dan klaim
sebagian
mendukung klaim
Pembenaran untuk
menjelaskan
hubungan antara
data dan klaim
sepenuhnya
mendukung klaim
4 Dukungan
(Backing)
Kualitas
dukungan
Dukungan untuk
melandasi
pembenaran tidak
mendukung klaim
Dukungan untuk
melandasi
pembenaran
sebagian
mendukung klaim
Dukungan untuk
melandasi
pembenaran
sepenuhnya
mendukung klaim
b. Tes Pemahaman Konsep
Tes ini berbentuk pilihan ganda dengan lima option sebanyak 55 soal,
digunakan untuk mengukur pemahaman konsep mahasiswa sebelum
pembelajaran (tes awal) maupun setelah pembelajaran (tes akhir) pada kelas
eksperimen yang mengikuti pembelajaran PPFS-BKB dan kelas kontrol yang
mengikuti pembelajaran konvensional. Materi tes kemampuan berargumentasi
fisika sekolah mencakup kinematika gerak lurus, kinematika gerak melingkar,
dinamika, optik geometri, dan listrik dinamis. Tes ini dikembangkan berdasarkan
indikator pemahaman konsep dengan merujuk pada taksonomi Bloom revisi
(Anderson et al, 2001). Dalam penelitian ini diukur tiga aspek pemahaman
konsep, yaitu kemampuan: 1) menafsirkan (interpretasi); 2) membandingkan
(komparasi); dan 3) menjelaskan (eksplanasi). Ketiga aspek pemahaman konsep
ini paling relevan dengan PPFS-BKB yang dikembangkan dan sesuai dengan
karakteristik materi ajar fisika sekolah yang diteliti. Rincian soal tes pemahaman
konsep ditunjukkan pada Tabel 3.5. Kisi-kisi soal dan instrumen tes pemahaman
konsep fisika sekolah dapat dilihat pada Lampiran B.
86
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5
Rincian Soal Tes Pemahaman Konsep Fisika Sekolah
No
Nomor Soal untuk Setiap Materi Ajar dan
Aspek Pemahaman Konsep Jumlah
Soal Materi Ajar
Aspek Pemahaman Konsep
Interpretasi Komparasi Eksplanasi
1 Kinematika Gerak
Lurus 1, 2, 3, 4, 5 6 7 7
2 Kinematika Gerak
Melingkar 8, 11, 10, 12, 13, 9, 14, 7
3 Dinamika 16 18, 20, 22 15, 17, 19, 21, 23 9
4 Optik Geometri 25, 30, 32, 33, 35 24, 26, 28, 31, 34 27, 29, 36, 37, 38 15
5 Listrik Dinamis 47, 48, 50, 51,52 40, 42, 45, 46, 54, 55 39, 41, 43, 44, 49, 53 17
Jumlah soal 18 18 19 55
c. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas dosen dalam
melaksanakan tahapan pembelajaran PPFS-BKB di kelas dan aktivitas mahasiswa
dalam mengikuti tahapan pembelajaran PPFS-BKB. Aktivitas dosen dan
mahasiswa yang diamati oleh observer pada setiap tahapan pembelajaran PPFS-
BKB secara lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 3.6. Instrumen lembar observasi
aktivitas dosen dan aktivitas mahasiswa yang menunjukkan keterlaksanaan PPFS-
BKB dapat dilihat pada Lampiran C.
Tabel 3.6
Aktivitas Dosen dan Mahasiswa pada Tahapan Pembelajaran PPFS-BKB
No. Tahapan
Pembelajaran
PPFS-BKB
Aktivitas Dosen Aktivitas Mahasiswa
1 Pendahuluan 1. Menjelaskan kompetensi yang
harus dicapai setelah perkuliahan
kepada mahasiswa
1. Mahasiswa menyimak
penjelasan dosen tentang
kompetensi yang harus dicapai
setelah perkuliahan
2. Mengorganisir mahasiswa
membentuk kelompok
2. Mahasiswa membentuk
kelompok
2 Kegiatan Inti
Tahap 1:
Identifikasi
Masalah
3. Membagikan lembar kerja
mahasiswa (LKM)
3. Mahasiswa menerima lembar
kerja mahasiswa (LKM)
4. Menyajikan masalah yang
relevan dengan materi yang
dibahas kepada mahasiswa
4. Mahasiswa mengidentifikasi
masalah
5. Mengarahkan mahasiswa
memberikan tanggapan terhadap
permasalahan yang disajikan
5. Mahasiswa menanggapi
masalah
87
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Tahapan
Pembelajaran
PPFS-BKB
Aktivitas Dosen Aktivitas Mahasiswa
seperti yang tertera pada LKM
3
Tahap 2 :
Pembangkitan
Argumen
Tentatif
6. Memotivasi mahasiswa agar aktif
terlibat dalam kegiatan
menyelesaikan masalah
7. Mengarahkan mahasiswa
membuat argumen tentatif
(klaim,data, pembenaran
(warrant) dan dukungan
(backing) sesuai permasalahan
6. Mahasiswa membuat argumen
tentatif (klaim,data,
pembenaran (warrant) dan
dukungan (backing) sesuai
permasalahan
8. Mengarahkan mahasiswa pada
kegiatan diskusi kelompok
7. Mahasiswa melakukan kegiatan
diskusi kelompok
9. Mengawasi dan membimbing
kegiatan kelompok secara
bergiliran
8. Mahasiswa terlibat aktif dalam
kegiatan menyelesaikan
masalah
10. Meminta mahasiswa membuat
representasi visual dari argumen
tentatif dalam bentuk poster pada
whiteboard
9. Mahasiswa membuat
representasi visual dari
argumen tentatif dalam bentuk
poster pada whiteboard
4 Tahap 3:
Sesi
Argumentasi
11. Mengarahkan mahasiswa untuk
berbagi (sharing) argumen
(klaim,data, pembenaran
(warrant) dan dukungan
(backing) dengan menggunakan
struktur presentasi round-robin
10. Mahasiswa berbagi (sharing)
argumen (klaim,data,
pembenaran (warrant) dan
dukungan (backing) sesuai
permasalahan dengan
menggunakan struktur
presentasi round-robin
12. Meminta mahasiswa untuk
mengkomunikasikan gagasan dan
mengevaluasi informasi
11. Mahasiswa
mengkomunikasikan gagasan
dan mengevaluasi informasi
13. Membimbing kegiatan kelompok
secara bergiliran
12. Mahasiswa terlibat aktif dalam
diskusi kelompok
14. Membimbing mahasiswa yang
mengalami kesulitan
5 Tahap 4:
Penulisan
Argumen
15. Meminta mahasiswa kembali ke
kelompok asal untuk
mendiskusikan kembali argumen
kelompok setelah mempelajari
dan mengkritisi argumen yang
dikembangkan kelompok lain
13. Mahasiswa kembali ke
kelompok asal mendiskusikan
dan merevisi argumen
kelompok setelah mempelajari
dan mengkritisi argumen yang
dikembangkan kelompok lain
16. Meminta kelompok mahasiswa
mempresentasikan argumen hasil
revisi kelompok
14. Mahasiswa mempresentasikan
argumen hasil revisi kelompok
17. Memandu diskusi kelas dan
memotivasi mahasiswa untuk
berperan dalam diskusi
15. Mahasiswa terlibat aktif dalam
diskusi kelompok
18. Meminta mahasiswa membuat
argumentasi individu
16. Mahasiswa menulis argumen
individu (klaim,data,
pembenaran (warrant) dan
dukungan (backing) sesuai
permasalahan
88
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Tahapan
Pembelajaran
PPFS-BKB
Aktivitas Dosen Aktivitas Mahasiswa
6
Penutup
19. Memberikan koreksi/penguatan
kepada mahasiswa tentang materi
yang dipelajari
17. Mahasiswa menyimak koreksi/
penguatan dosen tentang
materi yang dipelajari
20. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengajukan
pertanyaan
18. Mahasiswa mengajukan
pertanyaan kepada dosen
21. Meminta mahasiswa untuk
mengumpulkan LKM dan lembar
argumentasi individu
19. Mahasiswa mengumpulkan
LKM dan lembar argumentasi
individu
22. Memberikan tindak lanjut dan
penugasan untuk materi
selanjutnya kepada mahasiswa
20. Mahasiswa menyimak tindak
lanjut dan penugasan dari dosen
d. Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk menjaring tanggapan dosen dan mahasiswa
terhadap pelaksanaan PPFS-BKB yang terdiri dari 20 butir pernyataan. Tiap butir
pernyataan diisi oleh dosen dan mahasiswa berdasarkan tingkat persetujuan:
SS=Sangat Setuju; S=Setuju; TS=Tidak Setuju; dan STS=Sangat Tidak Setuju.
Butir-butir pernyataan skala sikap terdiri dari pernyataan positif dan negatif.
Penskoran untuk pernyataan positif: skor 4 (SS), 3 (S), 2 (TS), dan 1 (STS).
Penskoran untuk pernyataan negatif: skor 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), dan 4 (STS).
Distribusi butir pernyataan skala sikap ditunjukkan pada Tabel 3.7. Instrumen
skala sikap tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pelaksanaan PPFS-BKB
dapat dilihat pada Lampiran C.
Tabel 3.7
Distribusi Butir Pernyataan Skala Sikap Tanggapan Dosen dan Mahasiswa
Nomor Butir Pernyataan Kategori
1, 3, 5, 6, 10, 11, 12, 14, 16, 20 Positif
2, 4, 7, 8, 9, 13, 15, 17, 18, 19 Negatif
2. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen tes kemampuan berargumentasi dan pemahaman
konsep digunakan, terlebih dahulu dilakukan ujicoba instrumen yang dilakukan
pada mahasiswa jurusan pendidikan fisika di salah satu LPTK di Bandung.
89
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ujicoba instrumen berguna untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai kualitas
butir soal yang meliputi indeks kemudahan, daya pembeda, validitas butir soal,
dan reliabilitas soal. Dalam penelitian ini analisis indeks kemudahan, dan daya
pembeda instrumen menggunakan program Anates versi 4.0.9.
Indeks kemudahan butir soal (item facility index) didefinisikan sebagai
ukuran kemudahan butir soal yang dinyatakan oleh proporsi peserta tes menjawab
benar butir soal tersebut (Matlock & Hetzel, 1997). Analisis terhadap indeks
kemudahan butir soal dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir soal tersebut
tergolong mudah, sedang atau sukar. Kriteria untuk menginterpretasi indeks
kemudahan butir soal (item facility index) disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Kategori Indeks Kemudahan Butir Soal
Indeks kemudahan (IK) Kategori
0,00 IK < 0,25 Sukar
0,25 IK < 0,75 Sedang
0,75 IK 1 Mudah
(Matlock & Hetzel, 1997)
Daya pembeda butir soal (discrimination index) didefinisikan sebagai
ukuran kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah (Matlock &
Hetzel, 1997). Analisis daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana butir soal dapat membedakan peserta tes yang menguasai materi dan peserta
tes yang tidak menguasai materi. Kriteria untuk menginterpretasi daya pembeda
butir soal (discrimination index) disajikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Kategori Daya Pembeda Butir Soal
Daya Pembeda (DP) Kategori
DP > 0,4 Sangat baik
0,3 < DP 0,4 Baik
0,2 < DP 0,3 Cukup
DP 0,2 Jelek
(Matlock & Hetzel, 1997)
90
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Validitas tes didefinisikan sebagai tingkat keabsahan atau kesahihan suatu
tes. Tes yang valid adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur
(Matlock & Hetzel, 1997). Pengujian validitas tes meliputi validitas isi (content
validity) dan validitas konstruksi (construct validity). Validitas isi dan validitas
konstruksi instrumen tes dalam penelitian ini dinilai berdasarkan hasil validasi
ahli (Oluwatayo, 2012) yang memiliki kompetensi di bidang fisika dan
pembelajaran fisika.
Reliabilitas tes didefinisikan sebagai tingkat keajegan atau konsistensi
suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor
yang ajeg/konsisten (Matlock & Hetzel, 1997). Pengujian reliabilitas tes dalam
penelitian ini menggunakan metode tes ulang (test-retest method). Dengan metode
ini tes dicobakan dua kali, kemudian skor-skor dari kedua kali tes tersebut
dihitung korelasinya (Lamb, 1998). Kriteria untuk menginterpretasi reliabilitas tes
disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Kriteria Reliabilitas Tes
Koefisien reliabilitas (r) Kriteria
0,8 r 1 Sangat tinggi
0,6 r < 0,8 Tinggi
0,4 r < 0,6 Sedang
0,2 r < 0,4 Rendah
0 < r < 0,2 Sangat rendah
(Matlock & Hetzel, 1997)
3. Analisis Hasil Validasi Ahli dan Ujicoba Instrumen Tes
a. Analisis Hasil Validasi Ahli terhadap Validitas Isi dan Validitas
Konstruksi Tes Kemampuan Berargumentasi
Berdasarkan analisis hasil validasi ahli terhadap validitas isi dan validitas
konstruksi instrumen tes kemampuan berargumentasi, ketiga ahli memberikan
penilaian bahwa butir soal sesuai dengan konsep, sesuai dengan unsur
kemampuan berargumentasi dan sesuai dengan indikator. Dengan demikian dapat
diambil keputusan bahwa instrumen tes kemampuan berargumentasi yang
meliputi 20 butir soal uraian, semuanya dinyatakan valid dan dapat digunakan.
91
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Revisi terhadap beberapa butir soal telah dilakukan atas koreksi dan komentar
yang diberikan oleh ketiga ahli antara lain: 1) memperbaiki redaksi dan kejelasan
permasalahan; 2) mengecek kebenaran kunci jawaban; dan 3) memperbaiki
gambar dan grafik yang kurang jelas. Hasil validasi ahli terhadap validitas isi dan
validitas konstruksi tes kemampuan berargumentasi disajikan pada Lampiran D.
b. Analisis Hasil Validasi Ahli terhadap Validitas Isi dan Validitas
Konstruksi Tes Pemahaman Konsep
Berdasarkan analisis hasil validasi ahli terhadap validitas isi dan validitas
konstruksi instrumen tes pemahaman konsep, ketiga ahli memberikan penilaian
bahwa butir soal sesuai dengan konsep, sesuai dengan aspek pemahaman konsep
dan sesuai dengan indikator. Dengan demikian dapat diambil keputusan bahwa
instrumen tes pemahaman konsep yang meliputi 55 butir soal pilihan ganda
dengan lima option, semuanya dinyatakan valid dan dapat digunakan. Revisi
terhadap beberapa butir soal telah dilakukan atas koreksi dan komentar yang
diberikan oleh ketiga ahli antara lain: 1) memperbaiki kesesuaian indikator dan
butir soal; 2) mengecek kebenaran kunci jawaban; 3) memperbaiki redaksi steam
butir soal dan homogenitas pengecoh; dan 4) memperbaiki gambar dan grafik
yang kurang jelas. Hasil validasi ahli terhadap validitas isi dan validitas konstruksi
tes pemahaman konsep dapat dilihat pada lampiran D.
c. Analisis Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Berargumentasi
Ujicoba instrumen tes kemampuan berargumentasi dilakukan kepada
mahasiswa jurusan pendidikan fisika sebanyak 27 orang yang telah mengikuti
perkuliahan fisika sekolah I pada salah satu LPTK di Bandung. Rekapitulasi hasil
ujicoba instrumen tes kemampuan berargumentasi yang meliputi indeks
kemudahan, daya pembeda, dan reliabilitas tes (Lampiran B.7), disajikan pada
Tabel 3. 11.
Dari 20 soal tes kemampuan berargumentasi yang diujicobakan diperoleh
indeks kemudahan sebanyak 1 soal (5%) memiliki kriteria mudah, 16 soal (80%)
sedang dan 3 soal (15%) sukar, dengan daya pembeda sebanyak 17 soal (85%)
memiliki kriteria sangat baik, dan 3 soal (15%) baik. Perolehan koefisien
92
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
reliabilitas soal sebesar 0,87 pada taraf signifikansi 0,01 dengan kriteria sangat
tinggi. Dengan demikian 20 soal tes kemampuan berargumentasi dinyatakan dapat
digunakan sebagai instrumen penelitian.
Tabel 3.11
Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Berargumentasi
No.
Soal
Indeks
Kemudahan Daya Pembeda
Keputusan
P Kriteria DP Kriteria
1 0,71 Sedang 0,43 Sangat Baik Digunakan
2 0,68 Sedang 0,45 Sangat Baik Digunakan
3 0,58 Sedang 0,31 Baik Digunakan
4 0,45 Sedang 0,57 Sangat Baik Digunakan
5 0,68 Sedang 0,41 Sangat Baik Digunakan
6 0,54 Sedang 0,61 Sangat Baik Digunakan
7 0,32 Sedang 0,45 Sangat Baik Digunakan
8 0,23 Sukar 0,45 Sangat Baik Digunakan
9 0,75 Mudah 0,45 Sangat Baik Digunakan
10 0,41 Sedang 0,33 Baik Digunakan
11 0,45 Sedang 0,48 Sangat Baik D igunakan
12 0,25 Sedang 0,45 Sangat Baik Digunakan
13 0,69 Sedang 0,52 Sangat Baik Digunakan
14 0,43 Sedang 0,41 Sangat Baik Digunakan
15 0,35 Sedang 0,35 Baik Digunakan
16 0,28 Sedang 0,43 Sangat Baik Digunakan
17 0,56 Sedang 0,59 Sangat Baik Digunakan
18 0,42 Sedang 0,43 Sangat Baik Digunakan
19 0,24 Sukar 0,44 SangatBaik Digunakan
20 0,21 Sukar 0,41 Sangat Baik Digunakan
d. Analisis Hasil Ujicoba Tes Pemahaman Konsep
Ujicoba instrumen tes pemahaman konsep dilakukan kepada mahasiswa
jurusan pendidikan fisika sebanyak 30 orang yang telah mengikuti perkuliahan
fisika sekolah I pada salah satu LPTK di Bandung. Rekapitulasi hasil ujicoba
93
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen tes pemahaman konsep yang meliputi indeks kemudahan, daya
pembeda, dan reliabilitas tes (Lampiran B.8), disajikan pada Tabel 3.12.
94
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.12
Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Pemahaman Konsep
Materi
Ajar No.
Soal
Indeks
Kemudahan Daya Pembeda
Keputusan
No.
Soal
Baru Fisika
Sekolah P Kriteria DP Kriteria
Kin
emat
ika
Ger
ak L
uru
s
1 0,57 Sedang 0,25 Cukup Dipakai 1
2 0,50 Sedang 0,50 Sangat
Baik Dipakai 2
3 0,43 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 3
4 0,63 Sedang 0,50 Sangat
Baik Dipakai 4
5 0,37 Sedang 0,25 Cukup Dipakai 5
6 0,53 Sedang 0,63 Sangat
Baik Dipakai 6
7 0,73 Sedang 0,25 Cukup Dipakai 7
Kin
emat
ika
Ger
ak M
elin
gk
ar
8 0,63 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 8
9 0,40 Sedang 0,38 Baik Dipakai 9
10 0,57 Sedang 0,50 Sangat
Baik Dipakai 10
11 0,57 Sedang 0,63 Sangat
Baik Dipakai 11
12 0,47 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 12
13 0,50 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 13
14 0,53 Sedang 0,50 Sangat
Baik Dipakai 14
Din
amik
a
15 0,53 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 15
16 0,60 Sedang 0,63 Sangat
Baik Dipakai 16
17 0,60 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 17
18 0,27 Sedang 0,25 Cukup Tidak
Dipakai -
19 0,60 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 18
20 0,57 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 19
21 0,60 Sedang 0,50 Sangat
Baik Dipakai 20
22 0,67 Sedang 0,50 Sangat
Baik Dipakai 21
23 0,63 Sedang 0,63 Sangat
Baik Dipakai 22
95
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Materi
Ajar No.
Soal
Indeks
Kemudahan Daya Pembeda
Keputusan
No.
Soal
Baru Fisika
Sekolah P Kriteria DP Kriteria
Op
tik
Geo
met
ri
24 0,57 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 23
25 0,50 Sedang -0,38 Dibuang Tidak
Dipakai -
26 0,57 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 24
27 0,57 Sedang 1,00 Sangat
Baik Dipakai 25
28 0,47 Sedang 1,00 Sangat
Baik Dipakai 26
29 0,60 Sedang 0,88 Sangat
Baik Dipakai 27
30 0,60 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 28
31 0,60 Sedang -0,63 Dibuang Tidak
Dipakai -
32 0,60 Sedang 0,88 Sangat
Baik Dipakai 29
33 0,67 Sedang 0,50 Sangat
Baik Dipakai 30
34 0,63 Sedang 0,38 Baik Dipakai 31
35 0,57 Sedang 0,63 Sangat
Baik Dipakai 32
36 0,57 Sedang 0,88 Sangat
Baik Dipakai 33
37 0,60 Sedang 0,50 Sangat
Baik Dipakai 34
Lis
trik
Din
amis
38 0,53 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 35
39 0,67 Sedang 0,38 Baik Dipakai 36
40 0,63 Sedang 0,63 Sangat
Baik Dipakai 37
41 0,50 Sedang 0,13 Jelek Tidak
Dipakai -
42 0,57 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 38
43 0,57 Sedang 0,63 Sangat
Baik Dipakai 39
44 0,57 Sedang 0,63 Sangat
Baik Dipakai 40
45 0,63 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 41
46 0,53 Sedang 0,38 Baik Dipakai 42
47 0,57 Sedang 0,50 Sangat
Baik Dipakai 43
48 0,63 Sedang 0,75 Sangat Dipakai 44
96
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Materi
Ajar No.
Soal
Indeks
Kemudahan Daya Pembeda
Keputusan
No.
Soal
Baru Fisika
Sekolah P Kriteria DP Kriteria
Baik
49 0,53 Sedang 0,75 Sangat
Baik Dipakai 45
50 0,43 Sedang 0,63 Sangat
Baik Dipakai 46
51 0,50 Sedang 0,50 Sangat
Baik Dipakai 47
52 0,47 Sedang 0,63 Sangat
Baik Dipakai 48
53 0,50 Sedang 0,63 Sangat
Baik Dipakai 49
54 0,63 Sedang -0,50 Dibuang Tidak
Dipakai -
55 0,63 Sedang 0,63 Sangat
Baik Dipakai 50
Hasil analisis terhadap ke-55 soal tes pemahaman konsep yang diujicobakan
menunjukkan indeks kemudahan soal seluruhnya (100%) termasuk kriteria
sedang. Adapun daya pembedanya sebanyak 43 soal (78,1%) memiliki kriteria
sangat baik, 4 soal (7,3%) baik, 4 soal (7,3%) cukup, dan 4 soal (7,3%) jelek.
Perolehan koefisien reliabilitas soal sebesar 0,94 dengan kriteria sangat tinggi.
Dengan demikian dari 55 soal tes pemahaman konsep yang dapat digunakan
sebagai instrumen penelitian sebanyak 50 soal, sedangkan yang tidak digunakan
sebanyak 5 soal, yaitu soal nomor 18, 25, 31, 41 dan 54. Rincian ke-50 soal tes
pemahaman konsep yang dinyatakan dapat digunakan sebagai instrumen
penelitian selanjutnya disusun kembali nomor soalnya secara berurutan menjadi
nomor baru dari nomor 1 sampai nomor 50 seperti disajikan pada Tabel 3. 13.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan
data kuantitatif. Data kualitatif berupa: 1) karakteristik PPFS-BKB; 2) kekuatan
dan kelemahan hasil implementasi PPFS-BKB; 3) data hasil observasi aktivitas
dosen dan aktivitas mahasiswa, dan 4) data tanggapan dosen dan mahasiswa
terhadap pelaksanaan PPFS-BKB. Data kuantitatif berupa: 1) skor tes kemampuan
97
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berargumentasi; dan 2) skor tes pemahaman konsep.
Tabel 3.13
Rincian Soal Tes Pemahaman Konsep Fisika Sekolah Hasil Ujicoba yang
Digunakan sebagai Instrumen Penelitian
No
Nomor Soal untuk Setiap Materi Ajar dan
Aspek Pemahaman Konsep Jumlah
Soal Materi Ajar
Aspek Pemahaman Konsep
Interpretasi Komparasi Eksplanasi
1 Kinematika
Gerak Lurus 1, 2, 3, 4, 5 6 7 7
2 Kinematik
Gerak Melingkar 8, 11 10, 12, 13, 9, 14, 7
3 Dinamika 16 19, 21, 15, 17, 18, 20, 22 8
4 Optik Geometri 28, 29, 30, 32 23, 24, 26, 31 25, 27, 33, 34, 35 13
5 Listrik Dinamis 43, 44, 46, 47, 48 37, 41, 42, 50 36, 38, 39, 40,
45, 49 15
Jumlah soal 17 14 19 50
Dalam penelitian ini, data hasil tes kemampuan berargumentasi dan tes
pemahaman konsep yang berupa skor dikumpulkan melalui tes awal (pre-test) dan
tes akhir (post-test). Data hasil observasi dikumpulkan melalui lembar observasi
untuk menjaring keterlaksanaan PPFS-BKB. Observasi dilakukan terhadap
aktivitas dosen dalam melaksanakan PPFS-BKB dan aktivitas mahasiswa dalam
mengikuti PPFS-BKB yang dilakukan oleh observer dengan memberikan tanda
cek ( ) pada kolom yang sesuai dengan indikator aktivitas yang diobservasi. Data
hasil skala sikap dikumpulkan melalui instrumen skala sikap untuk menjaring
tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap penerapan PPFS-BKB.
F. Teknik Analisis Data
1. Data Hasil Observasi
Data hasil observasi aktivitas dosen dan mahasiswa diolah dengan
menggunakan rumus persentase keterlaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
(3.1)
Keterangan:
KP (%) = persentase keterlaksanaan pembelajaran
J = jumlah aktivitas pembelajaran yang terlaksana
JP = jumlah total seluruh aktivitas pembelajaran
98
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menginterpretasikan persentase keterlaksanaan pembelajaran,
digunakan kriteria seperti disajikan pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14
Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran
Interval Persentase
Keterlaksanaan Pembelajaran (KP)
Kriteria
KP = 0% Tak satu aktivitas pun terlaksana
0 % < KP < 25% Sebagian kecil aktivitas terlaksana
25% ≤ KP < 50% Hampir setengah aktivitas
terlaksana
KP = 50% Setengah aktivitas terlaksana
50% < KP < 75% Sebagian besar aktivitas
terlaksana
75% ≤ KP < 100% Hampir seluruh aktivitas
terlaksana
KP = 100% Seluruh aktivitas terlaksana
(Riduwan, 2012)
2. Data Hasil Skala Sikap
Data hasil skala sikap tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap
pelaksanaan PPFS-BKB diolah dengan cara mengklasifikasikan tanggapan dosen
dan mahasiswa yang memilih pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak setuju (STS), selanjutnya tanggapan tersebut
dinyatakan dalam persentase. Berdasarkan perolehan persentase dapat diketahui
tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pelaksanaan PPFS-BKB.
Data yang diperoleh dari skala sikap diolah dengan cara menghitung
jumlah seluruh responden yang memilih butir pernyataan yang tersedia, kemudian
jumlah tersebut diubah ke dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus
persentase tanggapan responden sebagai berikut:
(3.2)
Keterangan:
R (%) = persentase tanggapan responden
P = jumlah responden yang memilih butir pernyataan yang tersedia
F = jumlah seluruh reponden
99
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menginterpretasikan persentase tanggapan responden, digunakan
kriteria seperti disajikan pada Tabel 3.15.
100
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.15
Kriteria Tanggapan Responden
Interval Persentase
Tanggapan Responden (R)
Kriteria
R = 0% Tak seorang pun
0 % < R < 25% Sebagian kecil
25% ≤ R < 50% Hampir setengah
R = 50% Setengahnya
50% < R < 75% Sebagian besar
75% ≤ R< 100% Hampir seluruhnya
R = 100% Seluruhnya
(Riduwan, 2012)
3. Data Hasil Tes
Data peningkatan kemampuan berargumentasi dan peningkatan
pemahaman konsep mahasiswa diolah menggunakan persamaan rerata skor gain
yang dinormalisasi (Hake, 1998) dengan rumus:
(3.3)
Keterangan :
<g> = rerata skor gain yang dinormalisasi <G> = rerata skor gain aktual
<Gmaks> = rerata skor gain maksimum <Sf > = rerata skor tes akhir (post-test)
<Si > = rerata skor tes awal (pre-test)
Untuk menginterpretasikan gain yang dinormalisasi, digunakan kriteria
seperti disajikan pada Tabel 3.16.
Tabel 3.16
Kriteria Rerata Skor Gain yang Dinormalisasi
Nilai <g> Kriteria
g 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
(Hake, 1998)
Analisis data kuantitatif peningkatan kemampuan berargumentasi dan
peningkatan pemahaman konsep mahasiswa pada ujicoba terbatas karena tanpa
101
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan kelompok kontrol dilakukan dengan analisis deskriptif. Adapun
analisis data kuantitatif peningkatan kemampuan berargumentasi dan peningkatan
pemahaman konsep mahasiswa pada ujicoba luas karena menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan sebagai berikut.
1. Melakukan uji persyaratan statistik berupa uji normalitas. Uji normalitas
dimaksudkan untuk mengetahui sebaran distribusi data peningkatan
kemampuan berargumentasi dan data peningkatan pemahaman konsep
mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh normal
atau tidak normal. Uji normalitas dilakukan menggunakan Kolmogorov-
Smirnov test dengan bantuan program SPSS versi 16. Rumusan hipotesis
untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
Ho : data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data peningkatan
pemahaman konsep mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal.
HA : data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data peningkatan
pemahaman konsep mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol tidak berdistribusi normal.
Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima Ho
berdasarkan P-value (Uyanto, 2009), yaitu: Jika P-value < α, maka Ho
ditolak; Jika P-value ≥ α, maka Ho diterima. Dalam program SPSS digunakan
istilah Significance (yang disingkat Sig.) untuk P-value atau P-value = Sig.
2. Melakukan uji persyaratan statistik berupa uji homogenitas. Uji homogenitas
dimaksudkan untuk mengetahui variansi data peningkatan kemampuan
berargumentasi dan data peningkatan pemahaman konsep mahasiswa antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh homogen atau tidak
homogen. Uji homogenitas dilakukan menggunakan Levene’s test dengan
bantuan program SPSS versi 16. Rumusan hipotesis untuk uji homogenitas
adalah sebagai berikut:
Ho : variansi data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data
peningkatan pemahaman konsep mahasiswa antara kelas eksperimen
102
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan kelas kontrol homogen.
HA : variansi data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data
peningkatan pemahaman konsep mahasiswa antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol tidak homogen
Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima Ho
berdasarkan P-value (Uyanto, 2009), yaitu: Jika P-value < α, maka Ho
ditolak; Jika P-value ≥ α, maka Ho diterima.
3. Melakukan uji statistik berupa uji beda dua rerata. Jika data peningkatan
kemampuan berargumentasi dan data peningkatan pemahaman konsep
mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi
normal dan variansi kedua kelompok homogen, maka uji beda rerata
dilakukan dengan menggunakan uji t, sebaliknya jika data peningkatan
kemampuan berargumentasi dan data peningkatan pemahaman konsep
mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak
berdistribusi normal atau variansi kedua kelompok tidak homogen, maka uji
beda rerata dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney karena
sumber data berasal dari sampel berbeda. Uji t atau uji Mann-Whitney
dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16. Rumusan hipotesis untuk
uji beda rerata adalah sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan
kemampuan berargumentasi penerapan PPFS-BKB dan
pembelajaran konvensional.
HA : penerapan PPFS-BKB secara signifikan dapat lebih meningkatkan
kemampuan berargumentasi dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional.
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan
pemahaman konsep penerapan PPFS-BKB dan pembelajaran
konvensional.
HA : penerapan PPFS-BKB secara signifikan dapat lebih meningkatkan
103
Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemahaman konsep dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional.
Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima Ho
berdasarkan P-value (Uyanto, 2009), yaitu: Jika P-value < α, maka Ho
ditolak; Jika P-value ≥ α, maka Ho diterima.
4. Melakukan uji statistik berupa uji korelasi antara peningkatan pemahaman
konsep dan peningkatan kemampuan berargumentasi sebagai impak
penerapan PPFS-BKB pada kelas eksperimen. Korelasi adalah ukuran
hubungan antara dua variabel, terutama untuk variabel kuantitatif
(Uyanto, 2009). Uji korelasi dilakukan menggunakan koefisien korelasi
Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 16. Kategori
untuk menginterpretasi koefisien korelasi disajikan pada Tabel 3.17.
Tabel 3.17
Kategori Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi (r) Kategori
0,81 r 1 Sangat kuat
0,61 r ≤ 0,80 Kuat
0,41 r ≤ 0,60 Sedang
0,21 ≤ r 0,40 Rendah
0 ≤ r ≤ 0,20 Sangat rendah
(Matlock & Hetzel, 1997)