Upload
vocong
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian pada bulan Januari 2014 sampai dengan Desember
2014 dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Alokasi Waktu Kegiatan Keterangan
1. 21 Februari 2014 Seminar Proposal
2. 24 Februari 2014 s/d.
14 Maret 2014
Pengumpulan data lapangan
dan sekunder.
3. 17 Maret – Juli 2014 Analisis data dan pembuatan
draft tesis.
4. 18 Agustus 2014 Seminar hasil
5. 11 Desember 2014 Ujian tesis
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Hutan Raya (TAHURA) KGPAA
Mangkunagoro I Ngargoyoso Karanganyar Jawa Tengah Juli sampai dengan
Oktober 2014. Daerah penelitian secara administratif terletak di Desa Berjo,
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
(Gambar.2).
B. Sumber Data dan Peralatan
1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder:
a. Data primer, meliputi: catatan lapangan (field report) sebagai hasil
pengamatan langsung dan wawancara kepada informan yang berkepentingan.
30
b. Data sekunder, meliputi:
Peta penggunaan lahan, peta topografi/peta kelerengan, peta indeks vegetasi,
peta ketinggian, peta satwa liar, dan peta wilayah TAHURA KGPAA
Mangkunagoro I.
2. Peralatan dan Bahan
Alat survei yang digunakan meliputi: alat tulis menulis, GPS Receiver,
plastik, kamera, tally sheet, meteran 5m, tabung okuler, rol meter 20m, tali rafia,
plastik terpal, haga meter, kantong spesimen, sunto meter, ember plastik, dan
kompas. Alat pengolah data, yaitu: komputer dan printer, Software ArcGIS 10.0,
Microsoft exel. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur dan
citra quick TAHURA Ngargoyoso Karanganyar (1:500.000), peta identifikasi
kawasan Taman Hutan Raya Ngargoyoso Karanganyar (skala 1:500.000), peta
kontur dan peta penutupan lahan dengan skala 1:15.000 (peta Rupa Bumi
Indonesia).
C. Tatalaksana Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian deskriptif
kualitatif karena data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relatif,
pada umumnya dilakukan pada penelitian sosial dan hasilnya bersifat obyektif,
berlaku sesaat dan setempat. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
memaparkan, melaporkan dan menuliskan suatu peristiwa sehingga dapat
dianalisis serta penyajian data dapat disajikan secara sistematik (Sukandarrumidi,
2006).
2. Prosedur Penelitian
a. Metode Pemetaan
Metode yang digunakan dalam kajian sensitifitas kawasan TAHURA,
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat sensitifitas ekologi
terhadap zonasi kawasan, yaitu dengan menggunakan teknologi penginderaan
jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG). Dalam kaitannya dengan kajian
sensitifitas kawasan TAHURA dititikberatkan pada penggunaan SIG untuk
masukan rencana awal pengelolaan kawasan TAHURA Mangkunagoro I.
31
Secara skematis pelaksanaan kegiatan studi disajikan pada gambar 1.
Teknik pelaksaanaan kegitan dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Identifikasi Awal
a) Delineasi batas-batas kawasan TAHURA, pengumpulan dokumen
yang berkaitan dengan TAHURA.
b) Pengumpulan data yang terkait dengan rencana pengelolaan baik di
dalam kawasan maupun di luar kawasan.
c) Pengumpulan data sekunder lainnya seperti data sosial, ekonomi dan
budaya
b. Penentuan Satuan Pemetaan
Penentuan satuan pemetaan tahap awal sebelum analisa SIG
dirancang dan dilaksanakan adalah penentuan unit mapping (satuan
pemetaan) sebagai dasar analisa SIG. Analisis hasil inventarisasi vegetasi dan
satwa merupakan hasil survei sebagai parameter penentu skor, selanjutnya
hasil skor dimasukan dalam data kriteria pemetaan. Parameter penentu
ketinggian dan kelerengan berdasarkan karakteristik yaitu dari penampakan
peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dan di Parameter penentu didelinasi dan
diklasifikasikan dalam satuan luas masing-masing dalam bentuk peta. Peta
masing-masing parameter penentuan kemudian di tumpang susun (overlay)
dalam bentuk peta sensitifitas kawasan TAHURA. Unit pemetaan didasarkan
pada landasan teoritis dan observasi awal kawasan yang menggambarkan
karakteristik fisik kawasan. Langkah pertama penentuan satuan pemetaan
adalah membagi kawasan ke dalam unit-unit geomorfologi/unit lahan. Tahap
berikutnya penentuan tingkat keanekaragaman hayati dan nilai arkeologis
secara spasial. Hasil tumpang susun (overlay) ketiga faktor diatas dipakai
sebagai dasar unit mapping.
c. Dasar Pelaksanaan Analisa SIG
Secara umum untuk analisa SIG dibagi dalam beberapa tahapan,
yaitu: (1) Desain database, (2) Digitasi/pemasukan data, (3) Klasifikasi, (4)
Analisis. (5) Kartografis.
32
1) Desain Data Base dan Pemasukan Data (Digitasi)
Desain data base berkaitan dengan rancangan klasifikasi dan
struktur data base yang akan dibuat dalam kerangka hasil akhir yang akan
dicapai baik penstrukturan data spasial maupun data yang berbentuk
tabular. Input data/masukan data dilakukan dengan cara digitasi, merubah
data analog (peta hardcopy) ke dalam data digital. Data analog yang
didigitasi adalah peta dasar dan peta tematik hasil interpretasi data
penginderaan jauh.
2) Editing
Merupakan proses perbaikan setelah proses pemasukan data selesai
dikerjakan dan sebelumnya proses editing berlangsung dilakukan
pembangunan topologi. Editing bertujuan untuk melakukan perbaikan dari
kesalahan yang terjadi pada waktu digitasi atau pemasukan data. antara
lain overshoot maupun undershoot.
a) Transformasi Data
Pada dasarnya transformasi data bertujuan untuk merubah
koordinat meja ke koordinat geografi maupun koordinat UTM.
Tranformasi ini dilakukan terhadap semua peta yang telah didigitasi
layer per layer baik peta dasar maupun peta tematik yang telah
ditentukan.
b) Analisis Data
Pada tahap ini merupakan pembangunan database untuk
pelaksanaan analisis dan pembuatan peta akhir. Dalam Analisa data ini
menggunakan Software ArcGIS 10.0, dimana proses dilakukan dengan
cara tumpang susun tumpang susun (overlay) pada tingkat I dalam
klasifikasi unit pemetaan yang dibuat. Sedangkan pada analisa
berikutnya adalah dengan proses analisa spasial- tabuler dalam
penentuan zonasi kawasan.
c) Proses Kartografis
Proses rancangan penyajian grafik (peta) dibuat untuk
menampilkan hasil akhir sehingga lebih bersifat menjaga tampilan agar
lebih menarik dan informatif. Beberapa komponen untuk desain peta
33
dalam proses kegiatan: desain komponen peta, simbol, penentuan
tujuan peta, parameter peta, layout peta, data simbol dan peta tabuler.
Pelaksanan pengumpulan data di lapangan sebagai dasar dalam
penentuan letak dan luasan kawasan digunakan peta kawasan Taman Hutan
Raya Ngargoyoso, peta kontur dan peta penutupan lahan dengan skala
1:10.000. GPS digunakan dalam penentuan titik-titik pengamatan dan
ketingian tempat (mdpl). Pengamatan kondisi kawasan baik flora maupun
fauna yang ada dilakukan dengan pedoman identifikasi flora dan fauna dan
mengunakan alat pengamatan jarak jauh (Binokuler), membuat petak
pengamatan dengan mengunakan tali tambang/roll meter. Analisis data
penataan blok digunakan aplikasi ArcGis dalam Sistem Informasi Geografis
(SIG).
Perencanaan dan persiapan survei, sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian
b. Membuat titik ikat untuk memulai pengambilan jalur menggunakan tali
rapia
c. Memotong garis kontur tanah dengan tujuan untuk mewakili data yang
akan diambil dalam penelitian
d. Membuat petak ukur dengan ukuran 20 x 20 m (pohon), 10 x 10 m
(tiang), 5 x 5 m (pancang) dan 2 x 2 m (semai)
e. Melakukan pengamatan langsung di lapangan berdasarkan petak ukur
yang telah ditentukan.
f. Menghitung vegetasi, satwa, ketinggian dan kelerengan serta
penggunaan lahan yang terdapat pada area pengamatan
g. Mengamati bentuk lahan penelitian yang sudah ditetapkan
h. Pengamatan satwa beserta jejak dan posisi geografis dimasukkan dalam
table
i. Inventarisasi mamalia dilakukan dengan Metode Transek.
j. Pengamatan burung dilakukan pada pagi hari dengan metode Point
count.
k. Memasukkan data yang diperoleh ke dalam Tabel yang sudah disediakan
l. Menyimpulkan data yang diperoleh dilapangan.
34
Data merupakan sekumpulan informasi tentang sesuatu hal yang
disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan tertentu. Pengumpulan data
dan informasi dilakukan dengan melakukan pendekatan survei dengan cara
penggambilan data primer dan data sekunder, baik di lapangan maupun
kantor serta instansi terkait yang memiliki informasi tantang kawasan
TAHURA. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi data penyebaran vegetasi (penutupan lahan),
satwa liar, informasi gangguan kawasan (perambahan, pencurian hasil hutan,
perburuan, kebakaran hutan, longsor), serta data peranan masyarakat.
Sedangkan data sekunder berasal dari data spasial, laporan, dan dokumen
kegiatan serta informasi penunjang. (Table.2).
3. Populasi & Sampel Penelitian
Populasi daerah penelitian adalah seluruh kawasan Taman Hutan
Raya (TAHURA) KGPAA Mangkunagoro I seluas 231,300 Ha. Sampel
diperlukan untuk uji medan dan kerja lapangan serta untuk menguji hasil
interpretasi dan melengkapi data yang tidak dapat diperoleh dari citra satelit
maupun dari data sekunder. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 23
hektar dengan jumlah petak penelitian yang dilakukan secara vertikal
sejumlah 46 petak ukur (PU). Setiap petak ukur (PU) berukuran 20 m x 20 m.
Jarak antara petak ukur (PU) yang satu dengan petak yang lain adalah 100 m.
Untuk pengamatan satwa, jumlah petak yang digunakan sebanyak 25 petak
dengan jarak petak yang satu dengan yang lain adalah 200 m. Pengambilan
data dilakukan pada zona pemanfaatan, perlindungan dan koleksi.
Penghitungan jumlah vegetasi berdasarkan tingkat pertumbuhan, yaitu: semai
(permudaan tingkat kecambah sampai setinggi <1,5 m), pancang (permudaan
dengan >1,5 m sampai pohon muda yang berdiameter <10 cm), tiang (pohon
muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan pohon dewasa (diameter > 20 cm).
Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan
tingkat pertumbuhan tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10
x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang), dan l x l m atau 2 x 2 m (semai dan
tumbuhan bawah) (Azwar, 2013).
35
Tabel 2. Jenis data yang diambil.
No Data Sumber Data Teknik
A. Keadaan Umum Kawasan
1. Kondisi Fisik
a. Luas, letak, dan batas
b. Topografi
c. Iklim
d. Geologi dan tanah
Instansi terkait
Studi pustaka
2. Kondisi Flora Fauna
a. Flora
b. Fauna
Lapangan, masyarakat, dan
instansi terkait
Observasi
lapang,
interview, dan
studi pustaka
3. Potensi Wisata
a. Air terjun
b. Sungai
c. Bumi perkemahan
d. Outbond, dan lain-lain
Lapangan, masyarakat, dan
pengunjung
Observasi
lapang, dan
interview
4. Aksesibilitas
a. Jalur akses
b. Jarak tempuh
c. Waktu tempuh
d. Sarana akses
e. Kondisi akses
Lapangan, masyarakat,
pengunjung, dan instansi
terkait
Observasi
lapang,
interview, dan
studi pustaka
B. Kondisi Sosial Ekonomi dan
Budaya
1 Kependudukan
a. Jumlah penduduk
b. Jumlah KK
Instansi terkait Studi pustaka
2 Mata Pencaharian
a. Jenis mata pencaharian
Lapangan, masyarakat, dan
instansi terkait
Observasi
lapang,
interview, dan
studi pustaka
3 Tata Guna Lahan
a. Luas wilayah
b. Jenis pemanfaatan lahan
Lapangan, masyarakat, dan
instansi terkait
Observasi
lapang,
interview, dan
studi pustaka
4 Pendidikan dan Kesehatan
a. Tingkat pendidikan
b. Sarana pendidikan
c. Sarana kesehatan
Lapangan, masyarakat, dan
instansi terkait
Observasi
lapang,
interview, dan
studi pustaka
5 Tenaga Kerja
a. Jenis tenaga kerja
Lapangan, masyarakat, dan
instansi terkait
Observasi
lapang,
interview, dan
studi pustaka
36
lanjutan table.2.
No Data Sumber Data Teknik
6 Agama dan Adat Istiadat
a. Agama
b. Adat Istiadat
c. Sejarah dan arkeologi
Lapangan, masyarakat, dan
instansi terkait
Observasi
lapang,
interview, dan
studi pustaka
7 Kelembagaan Masyarakat
a. Jenis kelembagaan masyarakat
Lapangan, masyarakat, dan
instansi terkait
Observasi
lapang,
interview, dan
studi pustaka
8 Pemanfaatan Jasa Lingkungan
a. Jenis jasa lingkungan yang
dimanfaatakan masyarakat
b. Kepentingan
pribadi/umum/komersial
c. Sistem pemanfaatan jasa lingkungan
Lapangan, masyarakat, dan
instansi terkait
Observasi
lapang,
interview, dan
studi pustaka
9 Tingkat Ketergantungan Masyarakat
terhadap Kawasan TAHURA KGPAA
Mankunagoro I
a. Intensitas masyarakat masuk ke
dalam kawasan
b. Lokasi yang dituju masyarakat di
dalam kawasan TAHURA KGPAA
Mankunagoro I
c. Tujuan masuk ke dalam kawasan
d. Jenis-jenis SDA yang dimanfaatkan
masyarakat dari kawasan
e. Pemanfaatan SDA dari dalam
Kawasan TAHURA KGPAA
Mankunagoro I
Lapangan, masyarakat, dan
instansi terkait
Observasi
lapang,
interview, dan
studi pustaka
10 Permasalahan di Kawasan TAHURA
KGPAA Mankunagoro I
a. Jenis permasalahan
b. Tingkat/kondisi masalah
c. Upaya penyelesaian
Lapangan, masyarakat, dan
instansi terkait
Observasi
lapang,
interview, dan
studi pustaka
A. Kebijakan Pembangunan
Daerah
1 Kebijakan Pembangunan Kehutanan Instansi terkait Interview, dan
studi pustaka
2 Kebijakan Pembangunan Wilayah Instansi terkait Interview, dan
studi pustaka
3 Kebijakan Pembangunan Pariwisata Instansi terkait Interview, dan
studi pustaka
4 Kebijakan Penegakan Hukum Instansi terkait Interview, dan
studi pustaka
37
lanjutan table.2.
No Data Sumber Data Teknik
B. Penataan Blok Kawasan
1 Penyebaran Vegetasi (Penutupan
Lahan)
Lapangan, instansi terkait,
dan masyarakat
Observasi
lapang,
sensitifitas
ekologi,
landskap
ekologi, dan
interview
2 Penyebaran Satwa Liar Lapangan, instansi terkait,
dan masyarakat
Observasi
lapang,
sensitifitas
ekologi,
landskap
ekologi, dan
interview
3 Data Spasial Tanah, Geologi, Iklim,
Topografi, Geomorfologi, Penggunaan
tanah
Instansi terkait dan citra SIG
Penentuan atau pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik
fisik lahan yang merupakan hasil analisis dan interpretasi citra satelit maupun
satuan lahan dari hasil overlai parameter bentuk lahan yang diperoleh dari
peta kontur atau Digital Elevation Model (DEM) dengan peta penutupan
lahan Rupa Bumi Indonesia (RBI). Penentuan titik sampel di lapangan
dilakukan dengan menggunakan metode Stratified random sampling atau
sampel secara acak berstrata. Pertimbangan yang diambil dalam penentuan
lokasi sampel adalah sukar atau mudahnya dikenali suatu obyek pada saat
interpretasi, tingkat kesulitan dan keterjangkauan dalam mencapai lokasi
sampel yang ditetapkan. Dalam penentuan plot sampel pada setiap satuan
lahan tetap memperhatikan penutupan lahan berupa lahan hutan kering primer
dan sebaran luasan pada setiap satuan lahan.
Penentuan titik sampel di lapangan dilakukan dengan menggunakan
metode Stratified random sampling atau sampel secara acak berstrata.
Pertimbangan yang diambil dalam penentuan lokasi sampel adalah sukar atau
mudahnya dikenali suatu obyek pada saat interpretasi, tingkat kesulitan dan
keterjangkauan dalam mencapai lokasi sampel yang ditetapkan. Dalam
penentuan plot sampel pada setiap satuan lahan tetap memperhatikan
38
penutupan lahan berupa lahan hutan kering primer dan sebaran luasan pada
setiap satuan lahan.
Untuk menentukan sampel responden dalam survei sosial didasarkan
dari hasil analisis data sekunder tofografi desa, terkait dengan desa terdekat
dengan kawasan, jumlah penduduk untuk menentukan derajat interaksi
masyarakat sekitar dengan kawasan.
4. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah vegetasi, satwa liar,
ketinggian dan kelerengan di kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sensitifitas kawasan TAHURA
KGPAA Mangkunagoro I.
5. Analisis Data
Analisis data digunakan dalam proses mengolah data, baik primer
maupun sekunder dipilah dan diklasifikasikan dalam tahap kompilasi data
untuk memperoleh informasi dengan cara kualitatif deskriptif.
Teknik pelaksanaan kegiatan ini ialah memanfaatkan jasa survei dan
pemetaan dalam penataan ruang atau blok. Berdasarkan satuan pemetaan
dilakukan analisis geografis melalui tahapan kegiatan sebagai berikut:
mendesain klasifikasi data berdasarkan struktur data spasial dan non spasial
yang akan mencerminkan klasifikasi unit pemetaan.
1. Input data melalui digitasi, dengan mengubah data analog menjadi data
digital.
2. Analisis data dengan bantuan software SIG melalui proses teknik tumpang
susun (overlay), untuk kemudian dilanjutkan dengan program analisis
spasial.
Faktor pertimbangan dalam penentuan zonasi berdasarkan tingkat
sensitifitas, yaitu:
1. Faktor kualitatif yang meliputi; keterwakilan, keaslian atau kealamian,
keunikan, kelangkaan, laju kepunahan keutuhan satuan ekosistem,
keutuhan sumberdaya atau kawasan, luasan kawasan, keindahan alam,
kenyamanan, kemudahan pencapaian lokasi, nilai sejarah/ arkeologi/
keagaman, dan ancaman manusia.
39
2. Faktor spasial meliputi; data spasial tanah, geologi, iklim, topografi,
geomorfologi, dan penggunaan lahan.
Penelaahan terhadap paramater yang ada dari masing-masing
lansekap ekologi dengan validasi melalui cross checking dengan data yang
reliable dan kondisi aktual di lapangan. Penerapan pertimbangan faktor-faktor
tersebut dalam penentuan usulan penataan blok/zonasi pengelolaan TAHURA
Mangkunagoro I dikembangkan sebagai berikut:
D. Metode Sensitifitas Ekologi
Teknik dalam metode penilaian sensitifitas ekologi, yaitu dengan teknik
tumpang susun (overlapping) dengan menggunakan data spasial dari peta vegetasi,
peta penyebaran satwa, peta kelas ketinggian tempat, dan peta kelas kelerengan.
Dari keempat peta tersebut diklasifikasikan sesuai dengan penilaian sebagaimana
tabel berikut.
Tabel. 3. Penilaian Sensitifitas Ekologi
No Parameter
Peta
Nilai Kelas Sensitifitas
0 1 2 3
1 Vegetasi Lahan kebun,
perambahan,
tambang, dan
lain-lain
Vegetasi rusak
akibat illegal
logging
Vegetasi
sekunder
Vegetasi
primer
2 Satwa Liar Rendah
(jumlah jenis ≤
5 jenis)
Sedang
(jumlah 6-10
jenis)
Tinggi
(jumlah
jenis ≥ 11
jenis)
3 Ketinggian
Tempat
< 1.000 m dpl 1.000 –1.400
mdpl
> 1.400 m
dpl
4 Kelerengan < 30 % 30 – 45 % > 45 %
Keempat peta yang telah tumpang susun (overlapping), menghasilkan
tabulasi data dalam microsoft exel. Pengolahan data dapat diklasifikasikan pada
tingkat sensitifitas berupa data penjumlahan nilai skoring: vegetasi, satwa,
ketinggian tempat, dan kelerengan.
40
Hasil penjumlahan nilai skoring: vegetasi, satwa, ketinggian tempat, dan
kelerengan dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 4. Klasifikasi Penilaian sensitifitas
No. Jumlah Nilai Skor dari
Parameter Penentu
Klasifikasi Sensitifitas
Kawasan
1. 9 s/d. 12 Sangat sensitive
2. 6 s/d. 8 Sensitif
3. ≤ 5 Tidak sensitif
Penentuan terhadap sensitifitas kawasan dilakukan dengan sistem skoring
parameter (vegetasi, satwa, ketinggian, dan kelerengan) berdasarkan tersaji pada
table sebagai berikut.
Tabel 5. Sistem skoring sensitifitas
No. Unsur Lingkungan Karakter Skor
1. Vegetasi Vegetasi primer 3
Vegetasi Sekunder 2
Vegetasi rusak akibat Illegal logging 1
Lahan kebun, perambahan, tambang dan
lain-lain
0
2. Satwa
(endemik/dilindungi)
Tinggi (∑ ≥ 11 jenis) 3
Sedang (∑ 6 s/d. 10 jenis) 2
Rendah (∑ 1 s/d. 5 jenis) 1
Tidak ditemukan 0
3. Ketinggian > 1.400 m dpl 3
1.000 – 1.400 m dpl 2
< 1.000 m dpl 1
- 0
4. Kelerengan > 45 % 3
30 – 45 % 2
< 30 % 1
- 0
41
Kriteria-kriteria parameter dalam penentuan sensitifitas ekologi tersebut
diatas, yaitu:
1. Vegetasi
Vegetasi merupakan penilaian karakteristik kawasan hutan, yaitu:
a. Vegetasi primer adalah hutan primer/hutan alam yang masih utuh yang
belum mengalami gangguan eksploitasi oleh manusia atau belum adanya
intervensi manusia, sering juga disebut hutan perawan atau virgin forest
(skor 3).
b. Vegetasi sekunder adalah hutan sekunder/hutan tanaman merupakan hutan
yang tumbuh dan berkembang secara alami sesudah terjadi
kerusakan/perubahan pada hutan yang pertama (skor 2).
c. Vegetasi rusak adalah bentuk-bentuk formasi vegetasi dapat terbentuk
seperti: lahan kosong / padang rumput buatan/areal areal bekas-tebangan
baru / areal-areal bekas tebangan yang lebih tua (skor 1).
d. Lahan kebun, bekas perambahan dan bekas tambang merupakan kategori
tidak adanya vegetasi di kawasan hutan (skor 0).
2. Satwa
Faktor penentu terhadap satwa berdasarkan karakteristik satwa yang
paling dijaga keutuhannya dan kepunahan disuatu kawasan konservasi. Penilaian
skor terhadap jumlah spesies kategori dilindungi/endemik. Dalam jumlah
ditemukan spesies disebut: tinggi apabila jumlah ditemukan lebih dari atau sama
dengan 11 jenis (skor 3), sedang apabila jumlah spesies ditemukan 6 sampai
dengan 10 jenis (skor 2), rendah apabila jumlah ditemukan kurang dari atau
sama dengan 5 jenis (skor 1), dan nol apabila jumlah ditemukan 0 jenis (skor 0).
3. Ketinggian Tempat
Faktor penentu ketinggian berdasarkan tingkat ketinggian tempat
diklasifikasikan dalam penilaian, yaitu: ketinggian tempat diatas 1.400 mdpl
(skor 3), ketinggian tempat 1.000 mdpl sampai dengan 1.400 mdpl (skor 2),
ketinggian tempat dibawah 1.000 mdpl (skor 1), dan ketinggian tempat nol atau
dibawah nol (skor 0).
42
4. Kelerengan
Faktor penentu kelerengan berdasarkan tingkat kelerengan
diklasifikasikan dalam penilaian, yaitu: kelerengan diatas 45% (skor 3),
kelerengan diatas 30% sampai dengan 45% (skor 2), kelerengan dibawah 30%
(skor 1), dan kelerengan diatas 0% (skor 0).
Gambar.3. Metode Sensitifitas Ekologi
PETA VEGETASI Nilai 0 : Lahan Kebun Nilai 1 : Lahan Pertanian Nilai 2 : Hutan Sekunder Nilai 3 : Hutan Primer
PETA SENSITIFITAS FAUNA Nilai 1 : Rendah Nilai 2 : Sedang Nilai 3 : Tinggi
PETA KETINGGIAN TEMPAT Nilai 1 : < 1000 m dpl Nilai 2 : 1000 - 1400 m dpl Nilai 3 : > 1400 mdpl
PETA KEMIRINGAN LAPANGAN Nilai 1 : < 30 % Nilai 2 : 30 - 45 % Nilai 3 : > 45 %
PENJUMLAHAN NILAI BERDASARKAN OVERLAPING PETA DENGAN SATUAN
GRID
PETA SENSITIFITAS EKOLOGI
Sangat sensitiv: total nilai 9-12
Sensitiv: total nilai 6-8 Tidak sensitiv: total nilai 3-5
PETA SENSITIVITAS EKOLOGI KAWASAN TAHURA
TINGKAT SENSITIVITAS
DALAM PENENTUAN BLOK/ZONASI
Potensi: Blok Perlindungan, Blok Koleksi, dan Blok Pemanfaatan
(Sangat sensitiv, Sensitif, dan Tidak sensitive)
43
Berdasarkan hasil tumpang susun (overlay) dari masing-masing metode
tersebut di atas maka dapat dilakukan penetapan konsep kriteria blok
pengelolaan dan pembagian blok dengan alur pikir sebagai berikut :
Gambar.4. Penentuan Blok/Zonasi TAHURA Mangkunagoro I Berdasarkan Tingkat
Sensitifitas
E. Penentuan Blok Pengelolaan
Dalam penentuan blok pengelolaan metode yang digunakan adalah
perpaduan antara hasil survei dan metode sensitifitas ekologi yang telah
dilakukan penyederhanaan dari kedua metode tersebut. Pada dasarnya dari
kedua metode tersebut menggunakan kaidah-kaidah analisis parameter
kualitatif dan parameter spasial dengan memanfaatkan teknologi yang telah
tersedia dalam perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG).
Dalam penerapan metode landskap ekologi digunakan peta dasar dan
peta kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Ngargoyoso Karanganyar.
Peta dasar yang digunakan ialah peta Indikasi Blok Pengelolaan TAHURA
KGPAA Mangkunagoro I yang tertuang dalam lampiran dokumen Rencana
Pengelolaan Jangka Panjang TAHURA KGPAA Mangkunagoro I.
Penentuan Blok Pengelolaan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I Ngargoyoso Karanganyar
HASIL SURVEY FLORA FAUNA
PETA SENSITIFITAS
EKOLOGI
TINGKAT SENSITIVITAS
DALAM PENENTUAN
BLOK/ZONASI TAHURA DALAM DESKRIPSI,
KRITERIA, FUNGSI & HASIL PENELITIAN