Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
71
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar untuk mengetahui peningkatan
literasi dan disposisi matematis siswa melalui model problem based learning dan
direct instruction. Pengembangan pembelajaran melalui beberapa tahapan kajian
yang terdiri atas analisis kondisi awal, analisis kebutuhan, pengembangan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, pengembangan bahan ajar,
model pembelajaran, media dan alat peraga, Lembar Kerja Siswa (LKS), serta
instrumen evaluasinya. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode campuran
(mixed method). Metode penelitian yang digunakan yaitu mixed method, metode
ini dipilih berdasarkan karakteristik kompetensi siswa yang diukur yaitu literasi
dan diposisi matematis siswa yang memerlukan teknik pengumpulan data yang
bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis perbedaan
peningkatan literasi matematis antara siswa yang memperoleh model problem
based learning dan model direct instruction di SD yang berada di daerah kota,
transisi, dan desa, perbedaan peningkatan literasi matematis antara siswa yang
berpengetahuan awal matematika (PAM) tinggi, sedang, rendah di SD yang
berada di daerah kota, transisi, dan desa, serta menganalisis efek interaksi model
pembelajaran dengan lokasi sekolah, dan model pembelajaran dengan PAM siswa
SD. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis secara komprehensif
mengenai interaksi antara model problem based learning dan model direct
instruction terhadap literasi matematis siswa berdasarkan hasil pelaksanaan
kegiatan guru dan aktivitas siswa yang memperoleh model problem based
learning dan model direct instruction, serta untuk mendeskripsikan peningkatan
disposisi matematis siswa yang memperoleh model problem based learning dan
model direct instruction.
Adapun uraian masing-masing tahapan kajian metode penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
72
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian ini
yaitu sequential explanatory design. Desain ini diterapkan dengan pengumpulan
dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti oleh pengumpulan
dan analisis data pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal
kuantitatif. Proses pencampuran (mixing) data dalam desain ini terjadi ketika hasil
awal kuantitatif menginformasikan proses pengumpulan data kualitatif. Untuk
itulah dua jenis data ini terpisah, namun tetap berhubungan. Teori yang eksplisit
bisa saja disajikan, tetapi bisa juga tidak, dalam membentuk keseluruhan prosedur
(Cresswell, 2010: 316). Desain penelitian jenis sequential explanatory design ini
dilaksanakan melalui pengumpulan data kuantitatif untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang berkaitan dengan pengolahan dan analisis data kuantitatif terlebih
dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan, pengolahan dan analaisis
data kualitatif yang menjawab pertanyaan penelitian kualitatif. Sehingga data-data
kuantitatif sangatlah menunjang dalam pengolahan, analaisis dan
menginterpretasikan data-data yang bersifat kualitatif.
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di enam sekolah dasar yang terdiri dari empat
sekolah dasar dari Kabupaten Bandung untuk mewakili wilayah perdesaan dan
transisi, serta dua sekolah dasar di Kotamadya Bandung untuk mewakili daerah
perkotaan. Subyek penelitian adalah siswa kelas V semester II tahun ajaran 2015-
2016 sekolah dasar di Kabupaten dan Kotamadya Bandung. Pemilihan sekolah
dasar dilakukan secara purposif. Sekolah dasar yang dipilih dianggap mewakili
karakter dari seluruh sekolah dasar yang ada di masing-masing area. Adapun yang
menjadi subyek dalam penelitian ini yaitu 42 siswa SDN Cipaku 02, 44 siswa
SDN Cipaku 03, 28 siswa SDN Kebon Gedang 01, 22 siswa SDN Kebon Gedang
09, 51 siswa SDN Cinunuk 02, serta 33 siswa SDN Cinunuk 07. Adapun rincian
subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
73
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1.
Rincian Subyek Penelitian
Kelompok Penelitian Kategori PAM Siswa
Jumlah Tinggi Sedang Rendah
Eksperimen 1
Desa 10 23 9 42
Kota 3 14 5 22
Transisi 16 25 10 51
Total Eksp-1 29 62 24 115
Eksperimen 2
Desa 8 28 8 44
Kota 2 19 7 28
Transisi 8 15 10 33
Total Eksp-2 18 62 25 105
Total 47 124 49 220
Pada Tabel 3.1. dapat diketahui bahwa jumlah siswa pada kelompok
eksperimen 1 yang termasuk kategori PAM tinggi sebanyak 29 siswa, kategori
PAM sedang sebanyak 62 siswa, dan kategori PAM rendah sebanyak 24 siswa.
Selain itu, bahwa jumlah siswa pada kelompok eksperimen 2 yang termasuk
kategori PAM tinggi sebanyak 18 siswa, kategori PAM sedang sebanyak 62
siswa, dan kategori PAM rendah sebanyak 25 siswa. Adapun untuk PAM siswa
sekolah dasar yang lebih spesifik dapat dilihat pada Lampiran B.
C. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian jenis sequential explanatory design ini diawali
pengumpulan data kuantitatif untuk menjawab pertanyaan penelitian yang
berkaitan dengan pengolahan data kuantitatif, kemudian dilanjutkan dengan
pengumpulan dan pengolahan data kualitatif yang menjawab pertanyaan
penelitian kualitatif. Adapun langkah-langkah sequential explanatory design dapat
diilustrasikan dalam Gambar 3.1 berikut ini:
Gambar 3.1.
Prosedur Sequential Explanatory Design (Cresswell, 2010, hlm. 314)
Kuantitatif Kualitatif
Pengumpulan
Data
Kuantitatif
Analisis
Data
Kuantitatif
Pengumpulan
Data Kualitatif
Analisis
Data Kualitatif
Interpretasi
Keseluruhan
Analisis
74
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan Gambar 3.1., tahap pertama penelitian dengan menggunakan
metode kuantutatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kualitatif. Dengan
demikian, penelitian kombinasi dilakukan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif, atau rumusan masalah yang
berbeda, tetapi saling melengkapi. Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan
terdapat pada Gambar 3.2.
Gambar 3. 2.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Menentukan Tujuan Penelitian (Standar Isi,
Literasi dan Disposisi Matematis)
Perancangan Perangkat Pembelajaran: 1. Silabus 2. RPP 3. Bahan Ajar 4. Lembar Kerja Siswa 5. Media/Alat Peraga 6. Evaluasi
Perancangan Instrumen Penelitian: 1. Lembar Tes Literasi Matematis 2. Pedoman Observasi 3. Angket Skala Sikap Disposisi
Matematis 4. Lembar Pengamatan Disposisi 5. Lembar Wawancara
Perencanaan Penelitian
Analisis Standar Isi Analisis Literasi dan Disposisi Matematis
Pretest
Perlakuan Eksperimen 1
Problem Based Learning
Perlakuan Eksperimen 2
Direct Instruction
Pelaksanaan Penelitian
Posttest
Analisis Data dan Pengujian Hopotesis
Pelaporan & Pengembangan Perangkat Pembelajaran
75
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan prosedur pelaksanaan penelitian di atas, peneliti mengawali
perencanaan dengan cara menganalisis standar isi serta menganalisis kemampuan
literasi dan disposisi matematis siswa. Kemudian peneliti menentukan tujuan
penelitian serta mengadakan perancangan instrumen penelitian dan perangkat-
perangkat pembelajaran. Setelah perancangan instrumen penelitian dan perangkat-
perangkat pembelajaran selesai, maka dilakukanlah pre-test untuk mengetahui
kemampuan literasi dan disposisi awal siswa. Sedangkan untuk mencari jawaban
dari pertanyaan penelitian yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, dilaksanakan
perlakuan dengan menggunakan model problem based learning untuk kelompok
penelitian eksperimen 1, dan perlakuan dengan model direct instruction untuk
kelompok penelitian eksperimen 2. Dalam penelitian ini, tidak semua perangkat
pembelajaran model problem based learning dan model direct instruction sama.
Perangkat pembelajaran yang sama antara penerapan model problem based
learning dan model direct instruction yaitu silabus dan instrumen asesmen,
sedangkan perangkat pembelajaran yang berbeda antara penerapan model problem
based learning dan model direct instruction yaitu bahan ajar, model
pembelajaran, alat peraga, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) seperti pada Lampiran E. Setelah dilaksanakannya perlakuan
tersebut, maka dilaksanakan post-test untuk mengetahui kemampuan literasi dan
disposisi akhir siswa supaya bisa di analasis dan dilakukan pengujian hipotesis.
Prosedur dalam pengembangan bahan ajar dan perangkat-perangkat
pembelajaran lainnya dilaksanakan dengan cara menganalisis materi ajar yang
disesuaikan dengan karakteristik siswa, kemudian dikonsultasikan dengan
promotor dan ko-promotor, setelah itu di judment validitas konstruk oleh guru
kelas V sekolah dasar, dan dosen ahli matematika SD selain promotor dan ko-
promotor. Perangkat-perangkat pembelajaran tersebut dikembangkan kembali
oleh peneliti berdasarkan hasil temuan-temuan penelitian. Termasuk RPP yang
peneliti rancang sebelum penelitian telah mengalami perubahan dan
pengembangan berdasarkan temuan-temuan saat penelitian berlangsung. Oleh
karena itu, pengembangan perangkat pembelajaran dilaksanakan setelah penelitian
eksperimen supaya produk perangkat pembelajaran dapat lebih maksimal, dimana
76
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
produk perangkat pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran F. Sehingga data-
data kuantitatif yang diperoleh saat penelitian sangatlah menunjang untuk
pengembangan perangkat-perangkat pembelajaran yang bersifat kualitatif.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen-instrumen penelitian yang akan digunakan dalam rangka
mengumpulkan data-data yang dapat menunjang pencarian jawaban dari rumusan
masalah pada penelitian mixed method sequential explanatory design ini yaitu
sebagai berikut:
1. Lembar Tes Literasi Matematis
Kegiatan evaluasi tes literasi matematis siswa sekolah dasar dilakukan
dalam rangka mengetahui dan mengidentifikasi literasi matematis siswa mengenai
bahan ajar yang sedang dibelajarkan di sekolah dasar. Setelah itu, berdasarkan
hasil tes evaluasi literasi matematis siswa tersebut, dihitung peningkatan literasi
matematis siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan (treatment) dengan
menggunakan model problem based learning dan direct instruction. Pelaksanaan
evaluasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur literasi matematis.
Indikator dan sub indikator literasi matematis siswa diadopsi dari tes literasi
matematis PISA 2012 yang disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas V
sekolah dasar. Secara umum, siswa yang memiliki kemampuan literasi matematis
yang baik memiliki karakteristik mampu memahami konsep matematika,
menghubungkan antar konsep matematika, serta mengaplikasikan konsep-konsep
matematika tersebut dalam menyelesaikan permasalahan yang nyata.
Karakteristik siswa yang memiliki literasi matematis yang baik tersebut
dapat tergambar dari lima indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
matematis siswa kelas V sekolah dasar. Kelima Indikator literasi matematis siswa
SD diadopsi dari PISA 2012 sesuai Lampiran A.1., yaitu: kemampuan
berkomunikasi matematis, memodelkan matematika, merepresentasi, menalaran
dan berargumen, serta merumuskan strategi pemecahan masalah. Jadi, terdapat
dua indikator yang tidak digunakan dalam PISA 2012. Indikator literasi matematis
PISA 2012 pertama yang tidak digunakan dalam pengukuran literasi matematis
77
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa SD yaitu kemampuan menggunakan simbol dan operasi secara formal, serta
bahasa secara teknis. Hal ini dikarenakan dikarenakan siswa SD belum mampu
menggunakan ekspresi simbolik yang resmi, belum mampu menggunakan aturan-
aturan atau dalil-dalil dalam matematika. Hal ini senada dengan pendapat Van
Hiele bahwa siswa SD masih belum mampu menggunakan dalil-dalil atau
aksioma dalam menyelesaikan masalah matematika. Indikator ini juga melibatkan
pemahaman dan memanfaatkan konstruksi resmi berdasarkan definisi, aturan dan
sistem formal dan juga menggunakan algoritma, sedangkan siswa SD belum
mampu memanfaatkan konstruksi secara formal, serta siswa SD belum mampu
melakukan aturan-aturan dan sistem secara formal dalam belajar matematika.
Indikator literasi matematis PISA 2012 kedua yang tidak digunakan dalam
pengukuran literasi matematis siswa SD yaitu kemampuan memanfaatkan alat
matematika seperti kalkulator dan alat berbasis komputer. Indikator ini dianggap
kurang sesuai pada pembelajaran geometri di SD, karena untuk siswa SD masih
belum memanfaatkan alat matematika dalam belajar di SD. Dimana karakteristik
siswa SD berlatih secara langsung mengenai konsep-konsep matematika, sehingga
di SD lebih menguatamakan proses penanaman konsep, bukan hanya berorientasi
pada hasil akhir. Selain itu, alat matematika digunakan untuk memiliki peran
penting dalam mengkomunikasikan hasil, sedangkan siswa SD memerlukan fakta-
fakta dasar belajar matematika. Hal ini senada dengan pendapat Piaget yang
mengemukakan bahwa siswa SD berada pada tahap perkembanagn kognitif
operasional konkret, sehingga siswa SD sebaiknya belajar fakta-fakta dasar
terlebih dahulu, sehingga diharapkan pada akhirnya mereka mampu mencapai
tahap perkembangan kognitif selanjutnya yaitu operasional formal. Maka, setelah
tahap itu, siswa mampu berpikir secara formal mengenai aturan-aturan, sistem dan
penggunaan alat-alat matematika. Sehingga indikator kemampuan menggunakan
simbol dan operasi secara formal dan kemampuan menggunakan alat matematika
lebih sesuai dengan anak usia 12-18 tahun yang berada pada tahap perkembangan
kognitif operasional formal, dimana anak usia 12-18 tahun tersebut notabene
berada pada jenjang SMP dan SMA.
78
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Format lembar tes literasi matematis siswa dapat dilihat pada Lampiran A.4.
Indikator beserta sub indikator yang digunakan untuk mengukur literasi matematis
siswa kelas V sekolah dasar tersebut dapat tergambar pada Tabel 3.2. berikut ini.
Tabel 3.2.
Kisi-Kisi Tes Literasi Matematis Siswa
Indikator
Literasi
Matematis
Sub Indikator No
Soal
Skor
Maksimal
Communicating
Membaca suatu gambar untuk
membentuk suatu pemodelan matematika 4 2
Mengungkapkan solusi dalam memecahkan masalah matematika
11 3
Mengkomunikasikan argumen dalam
konteks penyelesaian masalah 1 2
Mathematizing
Mengidentifikasi variabel matematika dalam menyelesaikan masalah dunia
nyata
13 3
Menggunakan pemahaman suatu konteks 9 3
Memahami batasan-batasan dalam mengungkapkan pendapat
6 3
Representation
Membuat representasi matematika dari informasi dunia nyata
5 3
Menggunakan kemampuan representasi ketika berinteraksi dengan masalah
7 3
Membandingkan atau mengevaluasi situasi representasi
8 2
Reasoning
and Argument
Menjelaskan pembenaran untuk
merancang pemecahan masalah dari situasi dunia nyata
2 3
Membuat langkah- langkah dalam
berargumen 3 3
Merefleksikan solusi matematika mengenai permasalahan yang kontekstual
14 3
Devising
Strategies for Solving
Problems
Menyusun rencana atau strategi
matematis dalam mendesain ulang masalah kontekstual
10 3
Menyusun prosedur dalam
mengemukakan solusi pemecahan masalah matematika
12 3
Menyusun strategi untuk menafsirkan, mengevaluasi
dan memvalidasi solusi matematika untuk masalah kontekstual
15 3
Jumlah Skor 42
79
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan kisi-kisi tes literasi matematis siswa tersebut, maka tes literasi
matematis dilaksanakan dengan 15 soal yang harus dikerjakan siswa. Standar
kompetensi yang diukur dalam tes literasi matematis siswa pada penelitian ini
adalah: Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. Pelaksanaan tes
literasi matematis ini dilakukan selama dua kali tes. Tes pertama dilaksanakan
dengan 8 soal mengenai kompetensi dasar: (1). Mengidentifikasi sifat-sifat
bangun datar, (2). Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang, dan (3). Menentukan
jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Tes kedua dilaksanakan dengan 7
soal mengenai kompetensi dasar: (1). Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan
simetri, serta (2). Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar
dan bangun ruang sederhana. Setelah dilaksanakan tes literasi matematis siswa
tersebut, langkah selanjutnya yaitu memberi skor setiap hasil pengerjaan tes yang
dilaksanakan siswa. Kisi-kisi yang lebih spesifik dapat dilihat pada Lampiran A.2.
Sistem penskoran tes literasi matematis siswa yang digunakan mengadopsi dari
Sumaryanta (2015) dan Sumarmo (2006) seperti pada Lampiran A.3. yang
disajikan pada Tabel 3.3. berikut.
Tabel 3.3.
Sistem Penskoran Tes Literasi Matematis Siswa
No Soal Kriteria Penskoran Skor
Maksimal
1, 4, 8 0 : tidak menjawab sama sekali atau jawaban salah 1 : menjawab 1 jawaban yang benar 2 : menjawab 2 jawaban yang benar
2
2, 9, 10, 11, 12, 14, 15
0 : tidak menjawab sama sekali atau jawaban salah 1 : menemukan cara menyelesaikan soal, tetapi jawabannya tidak benar
2 : menemukan cara menyelesaikan soal, tetapi tidak berhasil menyelesaikannya sampai ditemukan jawaban
yang tepat 3 : menemukan cara menyelesaikan soal, dan dapat menemukan jawaban yang tepat
3
3, 5, 6, 7, 13
0 : tidak menjawab sama sekali atau jawaban salah
1 : menjawab 1 jawaban yang benar 2 : menjawab 2 jawaban yang benar
3 : menjawab 3 jawaban yang benar
3
Keterangan: Skor maksimal 42
Skor literasi matematis siswa =
80
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Angket Sikap Disposisi Matematis
Angket sikap disposisi matematis siswa dilaksanakan untuk mengukur
peningkatan disposisi matematis siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan
(treatment) dengan menggunakan model problem based learning dan direct
instruction. Angket sikap disposisi matematis siswa tersebut berisikan pengukuran
diri sendiri yang dilakukan siswa mengenai indikator disposisi matematis siswa
hasil adopsi dari National Research Council (NRC) yang disesuaikan dengan
karakteristik siswa SD yaitu: (1) motivasi dan semangat belajar matematika siswa,
(2). kegigihan siswa dalam belajar matematika, (3) kepercayaan diri siswa dalam
belajar matematika, (4) rasa ingin tahu siswa dalam belajar matematika, dan (5)
kesediaan siswa untuk berbagi pengetahuan kepada orang lain. Adapun kisi-kisi
dan sistem penskoran angket skala sikap disposisi siswa dapat dilihat pada
Lampiran A.5. dan A.6., serta dapat tergambar pada Tabel 3.4. berikut ini.
Tabel 3.4.
Kisi-Kisi dan Sistem Penskoran Angket Sikap Disposisi Matematis Siswa
Indikator
Disposisi
Matematis
Sifat
Pernyataan Butir Sistem Penskoran
Semangat Positif 1, 3 Sistem penskoran untuk pernyataan
yang bersifat positif yaitu:
SS = 5, S = 4, K = 3, J = 2, TP = 1.
Sistem penskoran untuk pernyataan
yang bersifat negatif yaitu:
SS = 1, S = 2, K = 3, J = 4, TP = 5.
Negatif 2, 20
Gigih Positif 4, 15
Negatif 14, 19
Percaya Diri Positif 5,11
Negatif 6, 13
Rasa Ingin Tahu Positif 7, 12
Negatif 8, 10
Berbagi
Pengetahuan
Positif 9, 17
Negatif 16, 18
Keterangan:
SS = Sangat Sering
S = Sering
K= Kadang-Kadang
J = Jarang
TP = Tidak Pernah
81
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Lembar Pengamatan Disposisi Matematis
Kegiatan pengamatan mengenai disposisi matematis siswa dilakukan pada
saat proses pembelajaran yang menggunakan problem based learning dan direct
instruction pada pembelajaran matematika di sekolah dasar terkait materi atau
konsep-konsep yang dibahas. Adapun aspek yang dinilai dalam lembar
pengamatan disposisi matematis siswa yaitu semangat siswa dalam belajar
matematika, gigih (tidak mudah menyerah), percaya diri, rasa ingin tahu yang
tinggi dan mau berbagi pengetahuan kepada orang lain. Format lembar
pengamatan disposisi matematis dapat dilihat pada Lampiran A.8.
4. Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini digunakan oleh observer dalam mengamati
ketercapaian pelaksanaan problem based learning di kelompok eksperimen 1 dan
direct instruction di kelompok eksperimen 2 yang dilaksanakan oleh peneliti
sebagai guru dalam rangka meningkatkan literasi dan disposisi matematis siswa
kelas V sekolah dasar. Observer yang mengamati proses pembelajaran (baik
aktivitas guru, maupun aktivitas siswa pada saat pembelajaran) dengan
menggunakan pedoman observasi ini adalah guru kelas V pada masing-masing
kelas penelitian (baik kelas eksperimen 1, maupun kelas eksperimen 2).
5. Lembar Wawancara
Pembuatan lembar wawancara bertujuan untuk mendokumentasikan
informasi-informasi tentang pelaksanaan proses pembelajaran matematika dengan
menggunakan problem based learning dan direct instruction, sehingga diperoleh
data berupa pendapat, hambatan, serta saran yang dapat dijadikan bahan evaluasi
dan perbaikan terhadap proses pembelajaran matematika berikutnya. Selain itu,
lembar wawancara juga digunakan untuk mengukur disposisi matematis siswa,
sehingga pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam lembar wawancara berkaitan
dengan indikator-indikator dalam disposisi matematis siswa. Format lembar
wawancara disposisi matematis dapat dilihat pada Lampiran A.7.
82
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Pengembangan Instrumen
Terdapat beberapa langkah yang dapat dilaksanakan dalam proses
pengembangan instrumen, adapun beberapa langkah proses pengembangan
instrumen pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Pengujian Validitas
Dalam proses pengembangan instrumen, peneliti mengukur terlebih dahulu
derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu, hal ini dilakukan supaya peneliti
memperoleh informasi mengenai soal tes yang dilaksanakan valid (sahih) atau
tidaknya. Pengujian validitas yang dilaksanakan pada penelitian ini dilaksanakan
dengan cara berbagai jenis pengujian validitas, adapun jenis pengujian validitas
yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
a. Validitas Muka
Validitas ini menggunakan kriteria yang sederhana, karena hanya melihat
dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Jadi validitas muka ini
dilaksanakan melalui proses bimbingan dengan dosen pembimbing yang ahli di
bidang pendidikan matematika di sekolah dasar, pakar bidang pendidikan
matematika di sekolah dasar selain dosen pembimbing, serta berkonsultasi dengan
guru kelas V sekolah dasar.
b. Validitas Isi
Validitas isi dilaksanakan dengan tujuan utamanya yaitu untuk mengetahui
sejauh mana siswa menguasai materi yang disampaikan, dan perubahan psikologis
apa yang timbul pada diri siswa tersebut setelah mengalami proses pembelajaran.
Validitas isi yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu dengan cara
mencocokkan materi instrumen tes dengan silabus dan RPP yang dikonsultasikan
kepada dosen pembimbing yang ahli di bidang pendidikan matematika di sekolah
dasar, pakar bidang pendidikan matematika di sekolah dasar selain dosen
pembimbing, serta berkonsultasi dengan guru kelas V sekolah dasar.
c. Validitas Empiris
Validitas ini biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi,
hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan
suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolak ukur di luar tes yang
83
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bersangkutan. Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada
pada tiap butir dikorelasikan dengan skor total, dimana validitas tes yang
dilakukan yaitu menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson.
Selain validitas butir soal, validitas empiris ini juga dilakukan dengan
menggunakan teknik validitas kriterium yang menghubungkan dan mencari
korelasi antara skor tes dengan nilai rapor matematika yang di dapat siswa pada
semester sebelumnya.
Untuk menguji validitas empiris dilaksanakan uji coba instrumen terhadap
siswa kelas VI SDN Kebon Gedang 01 Kota Bandung. Adapun hasil pengujian
validitas butir soal tes literasi matematis dan validitas kriterium tes literasi
matematis dapat dilihat pada Lampiran A.9., dan A.10., serta dapat tergambar
pada Tabel 3.5. dan Tabel 3.6. berikut ini.
Tabel 3.5.
Hasil Pengujian Validitas Butir Soal Tes Literasi Matematis Siswa
No Soal r Hitung r Kritis Kriteria Kategori
1. 0,45 0,35 Valid Cukup
2. 0,79 0,35 Valid Baik
3. 0,63 0,35 Valid Baik
4. 0,45 0,35 Valid Cukup
5. 0,75 0,35 Valid Baik
6. 0,61 0,35 Valid Baik
7. 0,64 0,35 Valid Baik
8. 0,45 0,35 Valid Cukup
9. 0,40 0,35 Valid Cukup
10. 0,60 0,35 Valid Baik
11. 0,42 0,35 Valid Cukup
12. 0,42 0,35 Valid Cukup
13. 0,53 0,35 Valid Cukup
14. 0,41 0,35 Valid Cukup
15. 0,45 0,35 Valid Cukup
Tabel 3.6.
Hasil Pengujian Validitas Kriterium Tes Literasi Matematis Siswa
Koefisien
Korelasi
Pearson
Koefisien
Validitas
Instrumen
r Kritis
Pearson Kriteria Kategori
0,673 0,673 0,349 Valid Tinggi (Baik)
84
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan Tabel 3.5. dan 3.6. di atas, semua soal tes literasi matematis
siswa berkriteria valid dengan kategori enam soal baik dan sembilan soal
berkategori cukup, maka semua soal dalam instrumen tes literasi matematis siswa
dapat digunakan. Selain itu, berdasarkan uji validitas kriterium yang tergambar
pada Tabel 3.6. menjelaskan bahwa instrumen tes literasi matematis siswa secara
umum berkategori tinggi, sehingga instrumen tes literasi matematis siswa ini baik
manakala digunakan dalam penelitian ini.
Selain pengujian validitas butir soal dan validitas kriterium tes literasi
matematis siswa, pengujian validitas empiris juga dilakukan terhadap instrumen
angket disposisi matematis siswa. Adapun hasil pengujian validitas butir soal dan
validitas kriterium angket disposisi matematis siswa tersebut dapat dilihat pada
Lampiran A.12., dan A.13., serta dapat tergambar pada Tabel 3.7. dan Tabel 3.8
berikut ini.
Tabel 3.7.
Hasil Pengujian Validitas Butir Soal Angket Disposisi Matematis Siswa
Butir Item r Hitung r Kritis Kriteria Kategori
1. 0,69 0,35 Valid Baik
2. 0,58 0,35 Valid Cukup
3. 0,73 0,35 Valid Baik
4. 0,68 0,35 Valid Baik
5. 0,61 0,35 Valid Baik
6. 0,66 0,35 Valid Baik
7. 0,44 0,35 Valid Cukup
8. 0,72 0,35 Valid Baik
9. 0,82 0,35 Valid Sangat Baik
10. 0,43 0,35 Valid Cukup
11. 0,43 0,35 Valid Cukup
12. 0,63 0,35 Valid Baik
13. 0,61 0,35 Valid Baik
14. 0,74 0,35 Valid Baik
15. 0,47 0,35 Valid Cukup
16. 0,40 0,35 Valid Cukup
17. 0,61 0,35 Valid Baik
18. 0,64 0,35 Valid Baik
19. 0,48 0,35 Valid Cukup
20. 0,76 0,35 Valid Baik
85
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.8.
Hasil Pengujian Validitas Kriterium Angket Disposisi Matematis Siswa
Koefisien
Korelasi
Pearson
Koefisien
Validitas
Instrumen
r Kritis
Pearson Kriteria Kategori
0,645 0,645 0,349 Valid Tinggi (Baik)
Berdasarkan Tabel 3.7. dan 3.8. tersebut, semua butir item dalam angket
disposisi matematis siswa berkriteria valid dengan kategori satu butir item sangat
baik, 12 butir item berkategori baik dan tujuh butir item berkategori cukup. Hal ini
menunjukkan bahwa semua butir item dalam instrumen angket disposisi
matematis siswa dapat digunakan. Selain itu, berdasarkan uji validitas kriterium
yang tergambar pada Tabel 3.8. menjelaskan bahwa instrumen angket disposisi
matematis siswa secara umum berkategori tinggi, sehingga instrumen angket
disposisi matematis siswa ini baik manakala digunakan dalam penelitian ini.
2. Pengujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas merupakan tingkat atau derajat konsentrasi dari suatu
instrumen, dimana pengujian reliabilitas ini berkenaan dengan pertanyaan apakah
suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Pengujian reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi atau ketetapan
instrumen tersebut, sehingga manakala instrumen tersebut diujikan kepada orang
yang berbeda, pada waktu yang berbeda, maka akan menghasilkan hasil yang
relatif sama. Pengujian reliabilitas yang digunakan yaitu dengan cara menentukan
koefisien reliabilitas tes yang berbentuk uraian digunakan rumus Alpha-
Cronbach.
Adapun hasil pengujian reliabilitas pada saat uji coba instrumen tes literasi
matematis siswa yaitu sebesar 0,785 seperti pada Lampiran A.11., sedangkan hasil
uji reliabilitas instrumen angket disposisi 0,927 seperti pada Lampiran A.14. Hal
ini menunjukkan bahwa hasil uji coba instrumen terhadap siswa kelas VI SDN
Kebon Gedang 01 Kota Bandung memiliki reliabilitas instrumen tes literasi
matematis siswa yang tinggi, dan reliabilitas instrumen angket disposisi matematis
siswa yang sangat tinggi.
86
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan dengan cara melaksanakan tes tulis esai
mengenai literasi matematis (kemampuan berkomunikasi matematis, memodelkan
matematika, merepresentasi, menalaran dan berargumen, merumuskan strategi
pemecahan masalah, menggunakan bahasa simbolik) siswa di kelompok
eksperimen 1 yang menggunakan problem based learning, serta di kelompok
eksperimen 2 yang menggunakan direct instruction.
Untuk mengukur peningkatan disposisi matematis siswa, maka dilakukan
dengan penyebaran angket skala sikap, wawancara kepada siswa, serta
pengamatan yang dilakukan secara intens pada saat proses pembelajaran yang
menggunakan model problem based learning dan direct instruction berlangsung.
Aspek disposisi matematis yang diamati pada saat pembelajaran berlangsung
adalah semangat siswa dalam belajar matematika, gigih (tidak mudah menyerah),
percaya diri, rasa ingin tahu yang tinggi dan mau berbagi pengetahuan dengan
orang lain.
Selain itu, untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan problem based
learning di kelompok eksperimen 1 dan ketercapaian pelaksanaan direct
instruction di kelompok eksperimen 2, maka dilaksanakan suatu observasi
terhadap penerapan problem based learning di kelompok eksperimen 1 dan
observasi terhadap penerapan direct instruction di kelompok eksperimen 2 dengan
menggunakan pedoman observasi yang diamati oleh observer yaitu guru kelas V
pada masing-masing kelompok penelitian.
Kemudian teknik pengumpulan data selanjutnya yaitu wawancara, dimana
wawancara dilakukan antara guru dan siswa pada setiap akhir pelaksanaan
pembelajaran dalam penelitian ini. Hal tersebut bertujuan untuk
mendokumentasikan informasi-informasi tentang pelaksanaan proses
pembelajaran, sehingga diperoleh data berupa pendapat atau tanggapan,
hambatan, serta saran yang dapat dijadikan bahan evaluasi/perbaikan terhadap
proses pembelajaran berikutnya.
87
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Teknik Analisis Data
Analisis hasil pengumpulan data instrumen penelitian dimaksudkan untuk
mengetahui perbandingan model problem based learning dengan model direct
instruction dalam peningkatan literasi dan disposisi matematis siswa kelas V
sekolah dasar mengenai konsep geometri di kelas V semester II, serta untuk
mengembangkan produk perangkat pembelajaran geometri berbasis masalah
dalam meningkatkan literasi dan disposisi matematis siswa sekolah dasar. Teknik
analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik analisis data
kuantitatif dan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis data kuantitatif yang
digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Teknik analisis data statistik deskriptif yang mengukur pre-test dan post-test
sebelumnya. Teknik analisis ini berupa means (rata-rata), standard deviation
(deviasi standar), dan range (jangkauan).
2. Teknik analisis data statistik inferensial yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian. Teknik analisis ini berupa pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji-t, uji Mann-Whitney U, uji one-way ANOVA, uji two-way
ANOVA, dan uji post hoc Kruskal-Wallis.
Adapun untuk data yang bersifat kualitatif menggunakan langkah-langkah
analisis data berikut ini:
1. Menyeleksi dan mengelompokkan, dalam tahap ini data-data yang telah
terkumpul diseleksi sesuai dengan fokus masalah, kemudian data
diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian yang ingin
dicari jawabannya. Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan semua instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data kemudian
dikelompokkan berdasarkan fokus masalah atau hipotesis penelitian yang
digunakan. Pengumpulan data yang menggunakan instrumen-instrumen
kualitatif dilaksanakan melalui teknik triangulasi yang memperoleh data dari
tiga sumber yaitu peneliti, siswa dan observer.
88
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Memaparkan atau mendeskripsikan data, dalam tahap ini data yang telah
terorganisasikan, kemudian dideskripsikan sehingga data tersebut menjadi
bermakna. Mendeskripsikan data tersebut dapat dilakukan dalam bentuk
narasi, membuat grafik, maupun menyusunnya dalam bentuk tabel.
3. Menyimpulkan atau memberi makna, dalam tahap ini merupakan penarikan
kesimpulan yang didapat berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah
dibuat pada tahap sebelumnya. Kesimpulan ini dibuat dalam bentuk
pernyataan atau formula singkat yang dapat menjawab semua pertanyaan di
dalam rumusan masalah penelitian.