18
Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar untuk mengetahui peningkatan literasi dan disposisi matematis siswa melalui model problem based learning dan direct instruction. Pengembangan pembelajaran melalui beberapa tahapan kajian yang terdiri atas analisis kondisi awal, analisis kebutuhan, pengembangan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, pengembangan bahan ajar, model pembelajaran, media dan alat peraga, Lembar Kerja Siswa (LKS), serta instrumen evaluasinya. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode campuran (mixed method). Metode penelitian yang digunakan yaitu mixed method, metode ini dipilih berdasarkan karakteristik kompetensi siswa yang diukur yaitu literasi dan diposisi matematis siswa yang memerlukan teknik pengumpulan data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis perbedaan peningkatan literasi matematis antara siswa yang memperoleh model problem based learning dan model direct instruction di SD yang berada di daerah kota, transisi, dan desa, perbedaan peningkatan literasi matematis antara siswa yang berpengetahuan awal matematika (PAM) tinggi, sedang, rendah di SD yang berada di daerah kota, transisi, dan desa, serta menganalisis efek interaksi model pembelajaran dengan lokasi sekolah, dan model pembelajaran dengan PAM siswa SD. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis secara komprehensif mengenai interaksi antara model problem based learning dan model direct instruction terhadap literasi matematis siswa berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan guru dan aktivitas siswa yang memperoleh model problem based learning dan model direct instruction, serta untuk mendeskripsikan peningkatan disposisi matematis siswa yang memperoleh model problem based learning dan model direct instruction. Adapun uraian masing-masing tahapan kajian metode penelitian ini yaitu sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/29877/6/D_PD_1402087_Chapter3.pdf · Pengembangan pembelajaran melalui beberapa tahapan kajian yang terdiri atas analisis kondisi awal,

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 71

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar untuk mengetahui peningkatan

    literasi dan disposisi matematis siswa melalui model problem based learning dan

    direct instruction. Pengembangan pembelajaran melalui beberapa tahapan kajian

    yang terdiri atas analisis kondisi awal, analisis kebutuhan, pengembangan

    perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, pengembangan bahan ajar,

    model pembelajaran, media dan alat peraga, Lembar Kerja Siswa (LKS), serta

    instrumen evaluasinya. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode campuran

    (mixed method). Metode penelitian yang digunakan yaitu mixed method, metode

    ini dipilih berdasarkan karakteristik kompetensi siswa yang diukur yaitu literasi

    dan diposisi matematis siswa yang memerlukan teknik pengumpulan data yang

    bersifat kuantitatif dan kualitatif.

    Metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis perbedaan

    peningkatan literasi matematis antara siswa yang memperoleh model problem

    based learning dan model direct instruction di SD yang berada di daerah kota,

    transisi, dan desa, perbedaan peningkatan literasi matematis antara siswa yang

    berpengetahuan awal matematika (PAM) tinggi, sedang, rendah di SD yang

    berada di daerah kota, transisi, dan desa, serta menganalisis efek interaksi model

    pembelajaran dengan lokasi sekolah, dan model pembelajaran dengan PAM siswa

    SD. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis secara komprehensif

    mengenai interaksi antara model problem based learning dan model direct

    instruction terhadap literasi matematis siswa berdasarkan hasil pelaksanaan

    kegiatan guru dan aktivitas siswa yang memperoleh model problem based

    learning dan model direct instruction, serta untuk mendeskripsikan peningkatan

    disposisi matematis siswa yang memperoleh model problem based learning dan

    model direct instruction.

    Adapun uraian masing-masing tahapan kajian metode penelitian ini yaitu

    sebagai berikut:

  • 72

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    A. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian ini

    yaitu sequential explanatory design. Desain ini diterapkan dengan pengumpulan

    dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti oleh pengumpulan

    dan analisis data pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal

    kuantitatif. Proses pencampuran (mixing) data dalam desain ini terjadi ketika hasil

    awal kuantitatif menginformasikan proses pengumpulan data kualitatif. Untuk

    itulah dua jenis data ini terpisah, namun tetap berhubungan. Teori yang eksplisit

    bisa saja disajikan, tetapi bisa juga tidak, dalam membentuk keseluruhan prosedur

    (Cresswell, 2010: 316). Desain penelitian jenis sequential explanatory design ini

    dilaksanakan melalui pengumpulan data kuantitatif untuk menjawab pertanyaan

    penelitian yang berkaitan dengan pengolahan dan analisis data kuantitatif terlebih

    dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan, pengolahan dan analaisis

    data kualitatif yang menjawab pertanyaan penelitian kualitatif. Sehingga data-data

    kuantitatif sangatlah menunjang dalam pengolahan, analaisis dan

    menginterpretasikan data-data yang bersifat kualitatif.

    B. Lokasi dan Subyek Penelitian

    Penelitian akan dilaksanakan di enam sekolah dasar yang terdiri dari empat

    sekolah dasar dari Kabupaten Bandung untuk mewakili wilayah perdesaan dan

    transisi, serta dua sekolah dasar di Kotamadya Bandung untuk mewakili daerah

    perkotaan. Subyek penelitian adalah siswa kelas V semester II tahun ajaran 2015-

    2016 sekolah dasar di Kabupaten dan Kotamadya Bandung. Pemilihan sekolah

    dasar dilakukan secara purposif. Sekolah dasar yang dipilih dianggap mewakili

    karakter dari seluruh sekolah dasar yang ada di masing-masing area. Adapun yang

    menjadi subyek dalam penelitian ini yaitu 42 siswa SDN Cipaku 02, 44 siswa

    SDN Cipaku 03, 28 siswa SDN Kebon Gedang 01, 22 siswa SDN Kebon Gedang

    09, 51 siswa SDN Cinunuk 02, serta 33 siswa SDN Cinunuk 07. Adapun rincian

    subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

  • 73

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.1.

    Rincian Subyek Penelitian

    Kelompok Penelitian Kategori PAM Siswa

    Jumlah Tinggi Sedang Rendah

    Eksperimen 1

    Desa 10 23 9 42

    Kota 3 14 5 22

    Transisi 16 25 10 51

    Total Eksp-1 29 62 24 115

    Eksperimen 2

    Desa 8 28 8 44

    Kota 2 19 7 28

    Transisi 8 15 10 33

    Total Eksp-2 18 62 25 105

    Total 47 124 49 220

    Pada Tabel 3.1. dapat diketahui bahwa jumlah siswa pada kelompok

    eksperimen 1 yang termasuk kategori PAM tinggi sebanyak 29 siswa, kategori

    PAM sedang sebanyak 62 siswa, dan kategori PAM rendah sebanyak 24 siswa.

    Selain itu, bahwa jumlah siswa pada kelompok eksperimen 2 yang termasuk

    kategori PAM tinggi sebanyak 18 siswa, kategori PAM sedang sebanyak 62

    siswa, dan kategori PAM rendah sebanyak 25 siswa. Adapun untuk PAM siswa

    sekolah dasar yang lebih spesifik dapat dilihat pada Lampiran B.

    C. Prosedur Penelitian

    Kegiatan penelitian jenis sequential explanatory design ini diawali

    pengumpulan data kuantitatif untuk menjawab pertanyaan penelitian yang

    berkaitan dengan pengolahan data kuantitatif, kemudian dilanjutkan dengan

    pengumpulan dan pengolahan data kualitatif yang menjawab pertanyaan

    penelitian kualitatif. Adapun langkah-langkah sequential explanatory design dapat

    diilustrasikan dalam Gambar 3.1 berikut ini:

    Gambar 3.1.

    Prosedur Sequential Explanatory Design (Cresswell, 2010, hlm. 314)

    Kuantitatif Kualitatif

    Pengumpulan

    Data

    Kuantitatif

    Analisis

    Data

    Kuantitatif

    Pengumpulan

    Data Kualitatif

    Analisis

    Data Kualitatif

    Interpretasi

    Keseluruhan

    Analisis

  • 74

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Berdasarkan Gambar 3.1., tahap pertama penelitian dengan menggunakan

    metode kuantutatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kualitatif. Dengan

    demikian, penelitian kombinasi dilakukan untuk menjawab rumusan masalah

    penelitian kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif, atau rumusan masalah yang

    berbeda, tetapi saling melengkapi. Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan

    terdapat pada Gambar 3.2.

    Gambar 3. 2.

    Prosedur Pelaksanaan Penelitian

    Menentukan Tujuan Penelitian (Standar Isi,

    Literasi dan Disposisi Matematis)

    Perancangan Perangkat Pembelajaran: 1. Silabus 2. RPP 3. Bahan Ajar 4. Lembar Kerja Siswa 5. Media/Alat Peraga 6. Evaluasi

    Perancangan Instrumen Penelitian: 1. Lembar Tes Literasi Matematis 2. Pedoman Observasi 3. Angket Skala Sikap Disposisi

    Matematis 4. Lembar Pengamatan Disposisi 5. Lembar Wawancara

    Perencanaan Penelitian

    Analisis Standar Isi Analisis Literasi dan Disposisi Matematis

    Pretest

    Perlakuan Eksperimen 1

    Problem Based Learning

    Perlakuan Eksperimen 2

    Direct Instruction

    Pelaksanaan Penelitian

    Posttest

    Analisis Data dan Pengujian Hopotesis

    Pelaporan & Pengembangan Perangkat Pembelajaran

  • 75

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Berdasarkan prosedur pelaksanaan penelitian di atas, peneliti mengawali

    perencanaan dengan cara menganalisis standar isi serta menganalisis kemampuan

    literasi dan disposisi matematis siswa. Kemudian peneliti menentukan tujuan

    penelitian serta mengadakan perancangan instrumen penelitian dan perangkat-

    perangkat pembelajaran. Setelah perancangan instrumen penelitian dan perangkat-

    perangkat pembelajaran selesai, maka dilakukanlah pre-test untuk mengetahui

    kemampuan literasi dan disposisi awal siswa. Sedangkan untuk mencari jawaban

    dari pertanyaan penelitian yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, dilaksanakan

    perlakuan dengan menggunakan model problem based learning untuk kelompok

    penelitian eksperimen 1, dan perlakuan dengan model direct instruction untuk

    kelompok penelitian eksperimen 2. Dalam penelitian ini, tidak semua perangkat

    pembelajaran model problem based learning dan model direct instruction sama.

    Perangkat pembelajaran yang sama antara penerapan model problem based

    learning dan model direct instruction yaitu silabus dan instrumen asesmen,

    sedangkan perangkat pembelajaran yang berbeda antara penerapan model problem

    based learning dan model direct instruction yaitu bahan ajar, model

    pembelajaran, alat peraga, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP) seperti pada Lampiran E. Setelah dilaksanakannya perlakuan

    tersebut, maka dilaksanakan post-test untuk mengetahui kemampuan literasi dan

    disposisi akhir siswa supaya bisa di analasis dan dilakukan pengujian hipotesis.

    Prosedur dalam pengembangan bahan ajar dan perangkat-perangkat

    pembelajaran lainnya dilaksanakan dengan cara menganalisis materi ajar yang

    disesuaikan dengan karakteristik siswa, kemudian dikonsultasikan dengan

    promotor dan ko-promotor, setelah itu di judment validitas konstruk oleh guru

    kelas V sekolah dasar, dan dosen ahli matematika SD selain promotor dan ko-

    promotor. Perangkat-perangkat pembelajaran tersebut dikembangkan kembali

    oleh peneliti berdasarkan hasil temuan-temuan penelitian. Termasuk RPP yang

    peneliti rancang sebelum penelitian telah mengalami perubahan dan

    pengembangan berdasarkan temuan-temuan saat penelitian berlangsung. Oleh

    karena itu, pengembangan perangkat pembelajaran dilaksanakan setelah penelitian

    eksperimen supaya produk perangkat pembelajaran dapat lebih maksimal, dimana

  • 76

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    produk perangkat pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran F. Sehingga data-

    data kuantitatif yang diperoleh saat penelitian sangatlah menunjang untuk

    pengembangan perangkat-perangkat pembelajaran yang bersifat kualitatif.

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen-instrumen penelitian yang akan digunakan dalam rangka

    mengumpulkan data-data yang dapat menunjang pencarian jawaban dari rumusan

    masalah pada penelitian mixed method sequential explanatory design ini yaitu

    sebagai berikut:

    1. Lembar Tes Literasi Matematis

    Kegiatan evaluasi tes literasi matematis siswa sekolah dasar dilakukan

    dalam rangka mengetahui dan mengidentifikasi literasi matematis siswa mengenai

    bahan ajar yang sedang dibelajarkan di sekolah dasar. Setelah itu, berdasarkan

    hasil tes evaluasi literasi matematis siswa tersebut, dihitung peningkatan literasi

    matematis siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan (treatment) dengan

    menggunakan model problem based learning dan direct instruction. Pelaksanaan

    evaluasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur literasi matematis.

    Indikator dan sub indikator literasi matematis siswa diadopsi dari tes literasi

    matematis PISA 2012 yang disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas V

    sekolah dasar. Secara umum, siswa yang memiliki kemampuan literasi matematis

    yang baik memiliki karakteristik mampu memahami konsep matematika,

    menghubungkan antar konsep matematika, serta mengaplikasikan konsep-konsep

    matematika tersebut dalam menyelesaikan permasalahan yang nyata.

    Karakteristik siswa yang memiliki literasi matematis yang baik tersebut

    dapat tergambar dari lima indikator yang dapat digunakan untuk mengukur

    matematis siswa kelas V sekolah dasar. Kelima Indikator literasi matematis siswa

    SD diadopsi dari PISA 2012 sesuai Lampiran A.1., yaitu: kemampuan

    berkomunikasi matematis, memodelkan matematika, merepresentasi, menalaran

    dan berargumen, serta merumuskan strategi pemecahan masalah. Jadi, terdapat

    dua indikator yang tidak digunakan dalam PISA 2012. Indikator literasi matematis

    PISA 2012 pertama yang tidak digunakan dalam pengukuran literasi matematis

  • 77

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    siswa SD yaitu kemampuan menggunakan simbol dan operasi secara formal, serta

    bahasa secara teknis. Hal ini dikarenakan dikarenakan siswa SD belum mampu

    menggunakan ekspresi simbolik yang resmi, belum mampu menggunakan aturan-

    aturan atau dalil-dalil dalam matematika. Hal ini senada dengan pendapat Van

    Hiele bahwa siswa SD masih belum mampu menggunakan dalil-dalil atau

    aksioma dalam menyelesaikan masalah matematika. Indikator ini juga melibatkan

    pemahaman dan memanfaatkan konstruksi resmi berdasarkan definisi, aturan dan

    sistem formal dan juga menggunakan algoritma, sedangkan siswa SD belum

    mampu memanfaatkan konstruksi secara formal, serta siswa SD belum mampu

    melakukan aturan-aturan dan sistem secara formal dalam belajar matematika.

    Indikator literasi matematis PISA 2012 kedua yang tidak digunakan dalam

    pengukuran literasi matematis siswa SD yaitu kemampuan memanfaatkan alat

    matematika seperti kalkulator dan alat berbasis komputer. Indikator ini dianggap

    kurang sesuai pada pembelajaran geometri di SD, karena untuk siswa SD masih

    belum memanfaatkan alat matematika dalam belajar di SD. Dimana karakteristik

    siswa SD berlatih secara langsung mengenai konsep-konsep matematika, sehingga

    di SD lebih menguatamakan proses penanaman konsep, bukan hanya berorientasi

    pada hasil akhir. Selain itu, alat matematika digunakan untuk memiliki peran

    penting dalam mengkomunikasikan hasil, sedangkan siswa SD memerlukan fakta-

    fakta dasar belajar matematika. Hal ini senada dengan pendapat Piaget yang

    mengemukakan bahwa siswa SD berada pada tahap perkembanagn kognitif

    operasional konkret, sehingga siswa SD sebaiknya belajar fakta-fakta dasar

    terlebih dahulu, sehingga diharapkan pada akhirnya mereka mampu mencapai

    tahap perkembangan kognitif selanjutnya yaitu operasional formal. Maka, setelah

    tahap itu, siswa mampu berpikir secara formal mengenai aturan-aturan, sistem dan

    penggunaan alat-alat matematika. Sehingga indikator kemampuan menggunakan

    simbol dan operasi secara formal dan kemampuan menggunakan alat matematika

    lebih sesuai dengan anak usia 12-18 tahun yang berada pada tahap perkembangan

    kognitif operasional formal, dimana anak usia 12-18 tahun tersebut notabene

    berada pada jenjang SMP dan SMA.

  • 78

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Format lembar tes literasi matematis siswa dapat dilihat pada Lampiran A.4.

    Indikator beserta sub indikator yang digunakan untuk mengukur literasi matematis

    siswa kelas V sekolah dasar tersebut dapat tergambar pada Tabel 3.2. berikut ini.

    Tabel 3.2.

    Kisi-Kisi Tes Literasi Matematis Siswa

    Indikator

    Literasi

    Matematis

    Sub Indikator No

    Soal

    Skor

    Maksimal

    Communicating

    Membaca suatu gambar untuk

    membentuk suatu pemodelan matematika 4 2

    Mengungkapkan solusi dalam memecahkan masalah matematika

    11 3

    Mengkomunikasikan argumen dalam

    konteks penyelesaian masalah 1 2

    Mathematizing

    Mengidentifikasi variabel matematika dalam menyelesaikan masalah dunia

    nyata

    13 3

    Menggunakan pemahaman suatu konteks 9 3

    Memahami batasan-batasan dalam mengungkapkan pendapat

    6 3

    Representation

    Membuat representasi matematika dari informasi dunia nyata

    5 3

    Menggunakan kemampuan representasi ketika berinteraksi dengan masalah

    7 3

    Membandingkan atau mengevaluasi situasi representasi

    8 2

    Reasoning

    and Argument

    Menjelaskan pembenaran untuk

    merancang pemecahan masalah dari situasi dunia nyata

    2 3

    Membuat langkah- langkah dalam

    berargumen 3 3

    Merefleksikan solusi matematika mengenai permasalahan yang kontekstual

    14 3

    Devising

    Strategies for Solving

    Problems

    Menyusun rencana atau strategi

    matematis dalam mendesain ulang masalah kontekstual

    10 3

    Menyusun prosedur dalam

    mengemukakan solusi pemecahan masalah matematika

    12 3

    Menyusun strategi untuk menafsirkan, mengevaluasi

    dan memvalidasi solusi matematika untuk masalah kontekstual

    15 3

    Jumlah Skor 42

  • 79

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Berdasarkan kisi-kisi tes literasi matematis siswa tersebut, maka tes literasi

    matematis dilaksanakan dengan 15 soal yang harus dikerjakan siswa. Standar

    kompetensi yang diukur dalam tes literasi matematis siswa pada penelitian ini

    adalah: Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. Pelaksanaan tes

    literasi matematis ini dilakukan selama dua kali tes. Tes pertama dilaksanakan

    dengan 8 soal mengenai kompetensi dasar: (1). Mengidentifikasi sifat-sifat

    bangun datar, (2). Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang, dan (3). Menentukan

    jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Tes kedua dilaksanakan dengan 7

    soal mengenai kompetensi dasar: (1). Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan

    simetri, serta (2). Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar

    dan bangun ruang sederhana. Setelah dilaksanakan tes literasi matematis siswa

    tersebut, langkah selanjutnya yaitu memberi skor setiap hasil pengerjaan tes yang

    dilaksanakan siswa. Kisi-kisi yang lebih spesifik dapat dilihat pada Lampiran A.2.

    Sistem penskoran tes literasi matematis siswa yang digunakan mengadopsi dari

    Sumaryanta (2015) dan Sumarmo (2006) seperti pada Lampiran A.3. yang

    disajikan pada Tabel 3.3. berikut.

    Tabel 3.3.

    Sistem Penskoran Tes Literasi Matematis Siswa

    No Soal Kriteria Penskoran Skor

    Maksimal

    1, 4, 8 0 : tidak menjawab sama sekali atau jawaban salah 1 : menjawab 1 jawaban yang benar 2 : menjawab 2 jawaban yang benar

    2

    2, 9, 10, 11, 12, 14, 15

    0 : tidak menjawab sama sekali atau jawaban salah 1 : menemukan cara menyelesaikan soal, tetapi jawabannya tidak benar

    2 : menemukan cara menyelesaikan soal, tetapi tidak berhasil menyelesaikannya sampai ditemukan jawaban

    yang tepat 3 : menemukan cara menyelesaikan soal, dan dapat menemukan jawaban yang tepat

    3

    3, 5, 6, 7, 13

    0 : tidak menjawab sama sekali atau jawaban salah

    1 : menjawab 1 jawaban yang benar 2 : menjawab 2 jawaban yang benar

    3 : menjawab 3 jawaban yang benar

    3

    Keterangan: Skor maksimal 42

    Skor literasi matematis siswa =

  • 80

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2. Angket Sikap Disposisi Matematis

    Angket sikap disposisi matematis siswa dilaksanakan untuk mengukur

    peningkatan disposisi matematis siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan

    (treatment) dengan menggunakan model problem based learning dan direct

    instruction. Angket sikap disposisi matematis siswa tersebut berisikan pengukuran

    diri sendiri yang dilakukan siswa mengenai indikator disposisi matematis siswa

    hasil adopsi dari National Research Council (NRC) yang disesuaikan dengan

    karakteristik siswa SD yaitu: (1) motivasi dan semangat belajar matematika siswa,

    (2). kegigihan siswa dalam belajar matematika, (3) kepercayaan diri siswa dalam

    belajar matematika, (4) rasa ingin tahu siswa dalam belajar matematika, dan (5)

    kesediaan siswa untuk berbagi pengetahuan kepada orang lain. Adapun kisi-kisi

    dan sistem penskoran angket skala sikap disposisi siswa dapat dilihat pada

    Lampiran A.5. dan A.6., serta dapat tergambar pada Tabel 3.4. berikut ini.

    Tabel 3.4.

    Kisi-Kisi dan Sistem Penskoran Angket Sikap Disposisi Matematis Siswa

    Indikator

    Disposisi

    Matematis

    Sifat

    Pernyataan Butir Sistem Penskoran

    Semangat Positif 1, 3 Sistem penskoran untuk pernyataan

    yang bersifat positif yaitu:

    SS = 5, S = 4, K = 3, J = 2, TP = 1.

    Sistem penskoran untuk pernyataan

    yang bersifat negatif yaitu:

    SS = 1, S = 2, K = 3, J = 4, TP = 5.

    Negatif 2, 20

    Gigih Positif 4, 15

    Negatif 14, 19

    Percaya Diri Positif 5,11

    Negatif 6, 13

    Rasa Ingin Tahu Positif 7, 12

    Negatif 8, 10

    Berbagi

    Pengetahuan

    Positif 9, 17

    Negatif 16, 18

    Keterangan:

    SS = Sangat Sering

    S = Sering

    K= Kadang-Kadang

    J = Jarang

    TP = Tidak Pernah

  • 81

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3. Lembar Pengamatan Disposisi Matematis

    Kegiatan pengamatan mengenai disposisi matematis siswa dilakukan pada

    saat proses pembelajaran yang menggunakan problem based learning dan direct

    instruction pada pembelajaran matematika di sekolah dasar terkait materi atau

    konsep-konsep yang dibahas. Adapun aspek yang dinilai dalam lembar

    pengamatan disposisi matematis siswa yaitu semangat siswa dalam belajar

    matematika, gigih (tidak mudah menyerah), percaya diri, rasa ingin tahu yang

    tinggi dan mau berbagi pengetahuan kepada orang lain. Format lembar

    pengamatan disposisi matematis dapat dilihat pada Lampiran A.8.

    4. Pedoman Observasi

    Pedoman observasi ini digunakan oleh observer dalam mengamati

    ketercapaian pelaksanaan problem based learning di kelompok eksperimen 1 dan

    direct instruction di kelompok eksperimen 2 yang dilaksanakan oleh peneliti

    sebagai guru dalam rangka meningkatkan literasi dan disposisi matematis siswa

    kelas V sekolah dasar. Observer yang mengamati proses pembelajaran (baik

    aktivitas guru, maupun aktivitas siswa pada saat pembelajaran) dengan

    menggunakan pedoman observasi ini adalah guru kelas V pada masing-masing

    kelas penelitian (baik kelas eksperimen 1, maupun kelas eksperimen 2).

    5. Lembar Wawancara

    Pembuatan lembar wawancara bertujuan untuk mendokumentasikan

    informasi-informasi tentang pelaksanaan proses pembelajaran matematika dengan

    menggunakan problem based learning dan direct instruction, sehingga diperoleh

    data berupa pendapat, hambatan, serta saran yang dapat dijadikan bahan evaluasi

    dan perbaikan terhadap proses pembelajaran matematika berikutnya. Selain itu,

    lembar wawancara juga digunakan untuk mengukur disposisi matematis siswa,

    sehingga pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam lembar wawancara berkaitan

    dengan indikator-indikator dalam disposisi matematis siswa. Format lembar

    wawancara disposisi matematis dapat dilihat pada Lampiran A.7.

  • 82

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    E. Pengembangan Instrumen

    Terdapat beberapa langkah yang dapat dilaksanakan dalam proses

    pengembangan instrumen, adapun beberapa langkah proses pengembangan

    instrumen pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

    1. Pengujian Validitas

    Dalam proses pengembangan instrumen, peneliti mengukur terlebih dahulu

    derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu, hal ini dilakukan supaya peneliti

    memperoleh informasi mengenai soal tes yang dilaksanakan valid (sahih) atau

    tidaknya. Pengujian validitas yang dilaksanakan pada penelitian ini dilaksanakan

    dengan cara berbagai jenis pengujian validitas, adapun jenis pengujian validitas

    yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

    a. Validitas Muka

    Validitas ini menggunakan kriteria yang sederhana, karena hanya melihat

    dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Jadi validitas muka ini

    dilaksanakan melalui proses bimbingan dengan dosen pembimbing yang ahli di

    bidang pendidikan matematika di sekolah dasar, pakar bidang pendidikan

    matematika di sekolah dasar selain dosen pembimbing, serta berkonsultasi dengan

    guru kelas V sekolah dasar.

    b. Validitas Isi

    Validitas isi dilaksanakan dengan tujuan utamanya yaitu untuk mengetahui

    sejauh mana siswa menguasai materi yang disampaikan, dan perubahan psikologis

    apa yang timbul pada diri siswa tersebut setelah mengalami proses pembelajaran.

    Validitas isi yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu dengan cara

    mencocokkan materi instrumen tes dengan silabus dan RPP yang dikonsultasikan

    kepada dosen pembimbing yang ahli di bidang pendidikan matematika di sekolah

    dasar, pakar bidang pendidikan matematika di sekolah dasar selain dosen

    pembimbing, serta berkonsultasi dengan guru kelas V sekolah dasar.

    c. Validitas Empiris

    Validitas ini biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi,

    hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan

    suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolak ukur di luar tes yang

  • 83

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    bersangkutan. Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada

    pada tiap butir dikorelasikan dengan skor total, dimana validitas tes yang

    dilakukan yaitu menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson.

    Selain validitas butir soal, validitas empiris ini juga dilakukan dengan

    menggunakan teknik validitas kriterium yang menghubungkan dan mencari

    korelasi antara skor tes dengan nilai rapor matematika yang di dapat siswa pada

    semester sebelumnya.

    Untuk menguji validitas empiris dilaksanakan uji coba instrumen terhadap

    siswa kelas VI SDN Kebon Gedang 01 Kota Bandung. Adapun hasil pengujian

    validitas butir soal tes literasi matematis dan validitas kriterium tes literasi

    matematis dapat dilihat pada Lampiran A.9., dan A.10., serta dapat tergambar

    pada Tabel 3.5. dan Tabel 3.6. berikut ini.

    Tabel 3.5.

    Hasil Pengujian Validitas Butir Soal Tes Literasi Matematis Siswa

    No Soal r Hitung r Kritis Kriteria Kategori

    1. 0,45 0,35 Valid Cukup

    2. 0,79 0,35 Valid Baik

    3. 0,63 0,35 Valid Baik

    4. 0,45 0,35 Valid Cukup

    5. 0,75 0,35 Valid Baik

    6. 0,61 0,35 Valid Baik

    7. 0,64 0,35 Valid Baik

    8. 0,45 0,35 Valid Cukup

    9. 0,40 0,35 Valid Cukup

    10. 0,60 0,35 Valid Baik

    11. 0,42 0,35 Valid Cukup

    12. 0,42 0,35 Valid Cukup

    13. 0,53 0,35 Valid Cukup

    14. 0,41 0,35 Valid Cukup

    15. 0,45 0,35 Valid Cukup

    Tabel 3.6.

    Hasil Pengujian Validitas Kriterium Tes Literasi Matematis Siswa

    Koefisien

    Korelasi

    Pearson

    Koefisien

    Validitas

    Instrumen

    r Kritis

    Pearson Kriteria Kategori

    0,673 0,673 0,349 Valid Tinggi (Baik)

  • 84

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Berdasarkan Tabel 3.5. dan 3.6. di atas, semua soal tes literasi matematis

    siswa berkriteria valid dengan kategori enam soal baik dan sembilan soal

    berkategori cukup, maka semua soal dalam instrumen tes literasi matematis siswa

    dapat digunakan. Selain itu, berdasarkan uji validitas kriterium yang tergambar

    pada Tabel 3.6. menjelaskan bahwa instrumen tes literasi matematis siswa secara

    umum berkategori tinggi, sehingga instrumen tes literasi matematis siswa ini baik

    manakala digunakan dalam penelitian ini.

    Selain pengujian validitas butir soal dan validitas kriterium tes literasi

    matematis siswa, pengujian validitas empiris juga dilakukan terhadap instrumen

    angket disposisi matematis siswa. Adapun hasil pengujian validitas butir soal dan

    validitas kriterium angket disposisi matematis siswa tersebut dapat dilihat pada

    Lampiran A.12., dan A.13., serta dapat tergambar pada Tabel 3.7. dan Tabel 3.8

    berikut ini.

    Tabel 3.7.

    Hasil Pengujian Validitas Butir Soal Angket Disposisi Matematis Siswa

    Butir Item r Hitung r Kritis Kriteria Kategori

    1. 0,69 0,35 Valid Baik

    2. 0,58 0,35 Valid Cukup

    3. 0,73 0,35 Valid Baik

    4. 0,68 0,35 Valid Baik

    5. 0,61 0,35 Valid Baik

    6. 0,66 0,35 Valid Baik

    7. 0,44 0,35 Valid Cukup

    8. 0,72 0,35 Valid Baik

    9. 0,82 0,35 Valid Sangat Baik

    10. 0,43 0,35 Valid Cukup

    11. 0,43 0,35 Valid Cukup

    12. 0,63 0,35 Valid Baik

    13. 0,61 0,35 Valid Baik

    14. 0,74 0,35 Valid Baik

    15. 0,47 0,35 Valid Cukup

    16. 0,40 0,35 Valid Cukup

    17. 0,61 0,35 Valid Baik

    18. 0,64 0,35 Valid Baik

    19. 0,48 0,35 Valid Cukup

    20. 0,76 0,35 Valid Baik

  • 85

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.8.

    Hasil Pengujian Validitas Kriterium Angket Disposisi Matematis Siswa

    Koefisien

    Korelasi

    Pearson

    Koefisien

    Validitas

    Instrumen

    r Kritis

    Pearson Kriteria Kategori

    0,645 0,645 0,349 Valid Tinggi (Baik)

    Berdasarkan Tabel 3.7. dan 3.8. tersebut, semua butir item dalam angket

    disposisi matematis siswa berkriteria valid dengan kategori satu butir item sangat

    baik, 12 butir item berkategori baik dan tujuh butir item berkategori cukup. Hal ini

    menunjukkan bahwa semua butir item dalam instrumen angket disposisi

    matematis siswa dapat digunakan. Selain itu, berdasarkan uji validitas kriterium

    yang tergambar pada Tabel 3.8. menjelaskan bahwa instrumen angket disposisi

    matematis siswa secara umum berkategori tinggi, sehingga instrumen angket

    disposisi matematis siswa ini baik manakala digunakan dalam penelitian ini.

    2. Pengujian Reliabilitas

    Pengujian reliabilitas merupakan tingkat atau derajat konsentrasi dari suatu

    instrumen, dimana pengujian reliabilitas ini berkenaan dengan pertanyaan apakah

    suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

    Pengujian reliabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi atau ketetapan

    instrumen tersebut, sehingga manakala instrumen tersebut diujikan kepada orang

    yang berbeda, pada waktu yang berbeda, maka akan menghasilkan hasil yang

    relatif sama. Pengujian reliabilitas yang digunakan yaitu dengan cara menentukan

    koefisien reliabilitas tes yang berbentuk uraian digunakan rumus Alpha-

    Cronbach.

    Adapun hasil pengujian reliabilitas pada saat uji coba instrumen tes literasi

    matematis siswa yaitu sebesar 0,785 seperti pada Lampiran A.11., sedangkan hasil

    uji reliabilitas instrumen angket disposisi 0,927 seperti pada Lampiran A.14. Hal

    ini menunjukkan bahwa hasil uji coba instrumen terhadap siswa kelas VI SDN

    Kebon Gedang 01 Kota Bandung memiliki reliabilitas instrumen tes literasi

    matematis siswa yang tinggi, dan reliabilitas instrumen angket disposisi matematis

    siswa yang sangat tinggi.

  • 86

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Data penelitian dikumpulkan dengan cara melaksanakan tes tulis esai

    mengenai literasi matematis (kemampuan berkomunikasi matematis, memodelkan

    matematika, merepresentasi, menalaran dan berargumen, merumuskan strategi

    pemecahan masalah, menggunakan bahasa simbolik) siswa di kelompok

    eksperimen 1 yang menggunakan problem based learning, serta di kelompok

    eksperimen 2 yang menggunakan direct instruction.

    Untuk mengukur peningkatan disposisi matematis siswa, maka dilakukan

    dengan penyebaran angket skala sikap, wawancara kepada siswa, serta

    pengamatan yang dilakukan secara intens pada saat proses pembelajaran yang

    menggunakan model problem based learning dan direct instruction berlangsung.

    Aspek disposisi matematis yang diamati pada saat pembelajaran berlangsung

    adalah semangat siswa dalam belajar matematika, gigih (tidak mudah menyerah),

    percaya diri, rasa ingin tahu yang tinggi dan mau berbagi pengetahuan dengan

    orang lain.

    Selain itu, untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan problem based

    learning di kelompok eksperimen 1 dan ketercapaian pelaksanaan direct

    instruction di kelompok eksperimen 2, maka dilaksanakan suatu observasi

    terhadap penerapan problem based learning di kelompok eksperimen 1 dan

    observasi terhadap penerapan direct instruction di kelompok eksperimen 2 dengan

    menggunakan pedoman observasi yang diamati oleh observer yaitu guru kelas V

    pada masing-masing kelompok penelitian.

    Kemudian teknik pengumpulan data selanjutnya yaitu wawancara, dimana

    wawancara dilakukan antara guru dan siswa pada setiap akhir pelaksanaan

    pembelajaran dalam penelitian ini. Hal tersebut bertujuan untuk

    mendokumentasikan informasi-informasi tentang pelaksanaan proses

    pembelajaran, sehingga diperoleh data berupa pendapat atau tanggapan,

    hambatan, serta saran yang dapat dijadikan bahan evaluasi/perbaikan terhadap

    proses pembelajaran berikutnya.

  • 87

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    G. Teknik Analisis Data

    Analisis hasil pengumpulan data instrumen penelitian dimaksudkan untuk

    mengetahui perbandingan model problem based learning dengan model direct

    instruction dalam peningkatan literasi dan disposisi matematis siswa kelas V

    sekolah dasar mengenai konsep geometri di kelas V semester II, serta untuk

    mengembangkan produk perangkat pembelajaran geometri berbasis masalah

    dalam meningkatkan literasi dan disposisi matematis siswa sekolah dasar. Teknik

    analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik analisis data

    kuantitatif dan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis data kuantitatif yang

    digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

    1. Teknik analisis data statistik deskriptif yang mengukur pre-test dan post-test

    sebelumnya. Teknik analisis ini berupa means (rata-rata), standard deviation

    (deviasi standar), dan range (jangkauan).

    2. Teknik analisis data statistik inferensial yang digunakan untuk menguji

    hipotesis penelitian. Teknik analisis ini berupa pengujian hipotesis dengan

    menggunakan uji-t, uji Mann-Whitney U, uji one-way ANOVA, uji two-way

    ANOVA, dan uji post hoc Kruskal-Wallis.

    Adapun untuk data yang bersifat kualitatif menggunakan langkah-langkah

    analisis data berikut ini:

    1. Menyeleksi dan mengelompokkan, dalam tahap ini data-data yang telah

    terkumpul diseleksi sesuai dengan fokus masalah, kemudian data

    diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian yang ingin

    dicari jawabannya. Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan semua instrumen

    penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data kemudian

    dikelompokkan berdasarkan fokus masalah atau hipotesis penelitian yang

    digunakan. Pengumpulan data yang menggunakan instrumen-instrumen

    kualitatif dilaksanakan melalui teknik triangulasi yang memperoleh data dari

    tiga sumber yaitu peneliti, siswa dan observer.

  • 88

    Fery Muhamad Firdaus, 2017 PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PROBLEM BASED LEARNING DAN DIRECT INSTRUCTION Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2. Memaparkan atau mendeskripsikan data, dalam tahap ini data yang telah

    terorganisasikan, kemudian dideskripsikan sehingga data tersebut menjadi

    bermakna. Mendeskripsikan data tersebut dapat dilakukan dalam bentuk

    narasi, membuat grafik, maupun menyusunnya dalam bentuk tabel.

    3. Menyimpulkan atau memberi makna, dalam tahap ini merupakan penarikan

    kesimpulan yang didapat berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah

    dibuat pada tahap sebelumnya. Kesimpulan ini dibuat dalam bentuk

    pernyataan atau formula singkat yang dapat menjawab semua pertanyaan di

    dalam rumusan masalah penelitian.