Upload
lamduong
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
3.1.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan selama bulan november hingga desember 2012.
3.1.2 Tempat
Adapun tempat pelaksaan penelitian dalam hal ini dilaksanakan di SMPN 2 Walea Besar.
3.2 Populasi Dan Sampel
3.2.1 Populasi
Menurut Darminto populasi merupakan bagian secara keseluruhan objek penelitian yang
akan dikenai treatment dalam penelitian (Darminto:2011), sehingga itu yang akan di jadikan
populasi target didalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMPN 2 Walea Besar serta
populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas 8 yang secara umum berjumlah 67 dan
tersebar di 2 kelas.
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan Bagian secara khususr dari keseluruhan populasi yang diberi treatment
dalam penelitian, Arikunto (2002:115) mengemukakan tentang tetapan sampel sebagai berikut:
“apabila jumlah populasi kurang dari 100, maka yang menjadi sampel adalah keseluruhan dari
populasi atau disebut sampel total, sedangkan apabila jumlah populasi lebih dari 150 maka
hanya diambil 10%-15% atau 20%-25%.
Agar diperoleh sampel yang representatif, seimbang dan sebanding dengan banyaknya
subjek dalam masing-masing kelas populasi yang tersebar dalam 2 kelas, maka teknik sampling
33
yang digunakan adalah Proporsional Random Sampling. Jadi banyaknya sampel yang diambil
dalam penelitian ini dapat ditentukan melalui perhitungan di bawah ini:
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 67% 𝑋𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =67
100𝑋 45
Sampel = 30,15 orang≈30 orang
3.3 Variabel Penelitian
a. Definisi Konseptual
Kemampuan spasial siswa adalah kemampuan untuk mengambarkan dalam pikiran bentuk
dari berbagai benda, bagaimana dimensi, koordinat, proporsi, pergerakan dan tekstur fisik dari
benda. Ini juga terkait dengan kemampuan untuk mengimajinasikan benda yang berotasi dalam
ruang, bergerak dalam halang rintang, dan melihat benda dalam perspektif tiga dimensi.
b. Definisi Operasional
Salah satu aspek dari kognisi adalah kemampuan spasial. Kemampuan spasial sebagai
konsep abstrak yang di dalamnya meliputi hubungan spasial (kemampuan untuk
mengamati hubungan posisi objek dalam ruang), kerangka acuan (tanda yang dipakai
sebagai patokan untuk menentukan posisi objek dalam ruang), hubungan proyektif
(kemampuan melihat objek dari berbagai sudut pandang), konservasi jarak (kemampuan
untuk memperkirakan jarak antara dua titik), representasi spasial (kemampuan untuk
mempresentasikan hubungan spasial dengan memanipulasi secara kognitif), rotasi mental
(membayangkan perputaran objek dalam ruang).
34
c. Kisi-kisi Instrumen Tes kemampuan Spasial
Langkah awal yang dilakukan dalam penyusunan instrumen kemampuan spasial dan
untuk mendapatkan tes yang sesuai dengan indikator dan materi yang akan diteliti, maka dibuat
kisi-kisi instrumen tes kemampuan spasial kisi-kisinya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Kemampuan
Spasial
Indikator Nomor Soal Ket
-Kemampuan
untuk mengamati
hubungan posisi
objek dalam
ruang
1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14 13 Nomor
Pengelompokkan
Gambar dalam
Ruang
15,9,16,17,18,19,20,21 8 Nomor
-kemampuan
mengidentifikasi
gambar dalam
ruang
22,23,24,25,26,27,28,29,30 9 Nomor
3.3.1 Variabel Hasil Belajar Matematika Siswa
Hasil belajar matematika siswa diperoleh melalui teknik dokumentasi. Dan yang akan
dijadikan dokumentasi adalah hasil ujian semester ganjil siswa kelas 8 SMP NEGERI 2 Walea
Besar tahun ajaran 2012 – 2013.
a. Definisi Konseptual
Hasil belajar matematika adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti
kemampuan pembelajaran matematika selama kurun waktu tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini meliputi ranah kognitif yang meliputi: ingatan,
pemahaman, dan penerapan terhadap materi pelajaran.
35
b. Definisi Operasional
Hasil belajar matematika adalah kemampuan siswa kelas 8 SMP NEGERI 2 Walea Besar
dalam menjawab soal ujian semester pada mata pelajaran matematika yang mencakup ranah
kognitif berupa ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
c. Kisi instrumen Tes hasil belajar matematika
adapun kisi-kisi untuk instrumen tes hasil belajar matematika khusus bangun ruang nampak
pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4 KISI-KISI INSTRUMEN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
No soal Indikator Butir soal Aspek
Kognitif
Jumlah Soal
1. Mendefinisikan jumlah rusuk bangun prisma,
jarring-jaring kubus
C1 3,4,19
2. Menerapkan rumus luas permukaan bola dalam
pemecahan masalah
C3 25
3. Menghitung luas sisi balok, selimut tabung,
kerucut
C2 2,10,16,17,20,21,27,29
4. Menghitung volume tabung, kerucut C2 7,8,15,28
5. Menghitung luas permukaan prisma dan sisi
tabung, limas,kulit bola
C2 6,9,13,14,21,25
6. Menghitung volume limas, bola C2 11,12,26
7. Menghitung panjang jari-jari bola jika
diketahui volume bola
C2 22
8. Menghitung luas sisi kubus C2 1
9. Menentukan tinggi prism, kerucut, bola C3 5,18,30
36
3.4 Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui
berapa besar hubungan kemampuan spasila siswa terhadap hasil belajar matematika . Untuk itu
metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan
korelasional.
3.5 Desain Penelitian
Keterangan:
X : variabel bebas, (Kemampuan spasial siswa)
Y : variabel teikat, (hasil belajar matematika)
r : koefisien korelasi
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data kemampuan spasial peserta didik dan data hasil belajar
matematika. Pengumpulan masing-masing data diatas dilakukan dengan menggunakan instrumen
tes. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang pengetahuan awal dan hasil belajar
mata pelajaran matematika pada lampiran 4
1.1.1. Variabel Kemampuan spasial siswa
Aturan skoring harus ditentukan dalam pengembangan spesifikasi. Pengukuran adalah
pemberian angka pada objek-objek atau kejadian-kejadian menurut aturan Kerlinger (dalam
r
X Y
37
Purwanto, 2011: 89) dan aturan scoring menjadi aturan mengubah gejala kualitatif menjadi
ukuran kuantitatif. Misalnya
1. Pada sebuah tes, bila seorang peserta menjawab benar dalam sebuah butir diberikan skor
1 (satu) dan bila salah 0 (nol). Bila kemungkinan menebak tidak diperhitungkan maka
kesalahan menjawab tidak dikenakan denda, sebaliknya dikenakan denda,
Sebelum Tes diedarkan nantinya pada anggota sampel, terlebih dahulu Tes diuji kesahian
dan keterandalannya. Pengujian ini adalah sebagai pemenuhan syarat validitas dan reliabilitas.
Dmana validitas menyatakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrmen, sedangkan reabilitas menunjukkan pada suatu pengetahuan bahwa suatu instrumen
cukup dapat diercaya untuk dapat digunakan dalam pegumpulan data.
Pengujian validitas tes lebih ditiitk beratkan pada uji kesejajaran skor antara iitem dengan
skor total dari item. Penilaian validitas tes dilakukan dengan analisis rasional, dimana yang
menjadi tolak ukur penilaian bukanlah ukuran skor atau ukuran statistik, melainkan suatu yang
lebih bersifat kualitatif. Dalam analisis ini yang dijadikan tola ukur adalah indikator-indikator
yang ada.
Untuk menghitung validitas instrument tes kemampuan spasial dengan menggunakan
rumus Korelasi Poin Biserial adalah
𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = 𝑋𝑖−𝑋𝑡
𝑆𝑡 𝑝𝑖
𝑞𝑖
(Arikunto, 2002: 144)
keterangan :
38
rpbis = koefisien korelasi
Mp = rata-rata skor subjek yang menjawab benar
Mt = rata –rata skor subjek yang menjawab salah
St = Simpangan baku skor total
p = proporsi jawaban yang benar terhadap semua jawaban
q = proporsi jawaban yang salah terhadap semua jawaban (q = 1-p)
kriteria pengujian
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka korelasi signifikan item dinyatakan valid.
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka korelasi tidak signifikan item dinyatakan tidak valid.
Sedangkan pengujian realibilitas angket digunakan rumus KR20 yakni:
𝑟11 = 𝑛
𝑛 − 1
𝑠𝑡2 − ∑𝑝𝑞
𝑠𝑡2
(Purwanto, 2011:169)
Dimana,
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir soal
p = proporsi jawaban benar pada butir tes tertentu
= 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑁
q = proporsi jawaban salah pada butir tes tertentu
= 1-p
𝑠𝑡2 = varians total instrument
Kriteria koefisien reliabilitas berdasarkan patokan menurut J.P Guilford sebagaimana
yang dikutip Sulistyowati dalam Muhsin (2011: 27) adalah sebagai berikut:
39
𝑟 < 0,20 : tingkat reliabilitas sangat rendah
0,21 ≤ 𝑟 < 0,40 : tingkat reliabilitas rendah
0,41 ≤ 𝑟 < 0,70 : tingkat reliabilitas sedang
0,71 ≤ 𝑟 < 0,90 : tingkat reliabilitas tinggi
0,91 ≤ 𝑟 < 0,100 : tingkat reliabilitas sangat tinggi
Tabel 3.3 kisi –kisi Instrumen Kemampuan Spasial
Kemampuan
Spasial
Indikator Nomor Soal Ket
-Kemampuan untuk
mengamati hubungan
posisi objek dalam
ruang
1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,
14
13 Nomor
Pengelompokkan
Gambar dalam Ruang
15,9,16,17,18,19,20,21 8 Nomor
-kemampuan
mengidentifikasi
gambar dalam ruang
22,23,24,25,26,27,28,29,30 9 Nomor
3.6 Hasil Uji Coba Lapangan
a. Pengujian Validitas Butir
Uji coba instrument kemampuan spasial siswa dilaksanakan pada 30 orang responden pada
siswa SMPN Negeri 2 Walea Besar kelas VII tahun pelajaran 2011-2012. Instrument ini berisi
30 butir soal. Tes kemampuan Spasial berbentuk pernyataan dilengkapi dengan 2 alternatif
jawaban, yaitu yang salah di beri skor 0 dan yang benar diberi skor 1
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel For
Windows 2007, dari 30 butir yang diujikan kepada 30 siswa (responden) diperoleh 23 butir soal
yang dinyatakan valid tersebut adalah butir 1,2,4,6,7,9,10,12,13, 14, 16, 17, 18, 19 ,20, 21, 23,
24. 26, 27, 28, 29, 30 Hasil perhitungan disajikan pada lampiran 2.
b. Pengujian Reliabilitas Instrumen
40
Pengujian reliabilitas instrument kemampuan spasial , setelah butir yang tidak valid
dihilangkan menggunakan formula KR 20 dengan bantuan program Microsoft Excel For
Windows 2007. Dari hasil perhitungan diperoleh reliabilitas sebesar 0.91. Sesuai dengan criteria
pengujian maka perangkat instrument kemampuan spasial siswa memiliki tingkat kepercayaan
yang tinggi.
Dengan memperhatikan hasil pengujian validitas dan reliabilitas empirik, maka 23 butir
pernyataan kemampuan spasial siswa dinyatakan memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai
instrument penelitian. Hasil perhitungan disajikan pada lampiran 3.
Kemampuan
Spasial
Indikator Nomor Soal Ket
-Kemampuan untuk
mengamati hubungan
posisi objek dalam
ruang
1,2,4,6,7,10,12,13,14 9 Nomor
Pengelompokkan
Gambar dalam Ruang
9,16,17,18,19,20,21 7 Nomor
-kemampuan
mengidentifikasi gambar
dalam ruang
23,24,26,27,28,29,30 7 Nomor
41
3.7 Teknik Analisis Data
Data yang akan diperoleh pada penelitian nanti dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis statistik yaitu statistik deskriptif dan inferensial.
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif
Dimana analisis deskriptif dilakukan untuk menyajikan data setiap veriabel dalam besaran-
besaran statistik sepeerti rata-rata (mean), nilai tengah (modus), dan sebagainya. Sedangkan
analisis inferensial digunakan untuk menguju hipotesis penelitian. Sebelum pengujian hipotesis
secara inferensial, maka terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu pengujian
normalitas galat regresi.
3.7.2 Uji Normalitas Galat Regresi
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas
galat regresi dengan menggunakan uji Lilliefors (Sudjana, 2002:467). Uji normalitas galat
regresi dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data dari populasi sebagai syarat
untuk uji hipotesis. Hipotesis statistic yang diuji dinyatakan sebagai berikut:
H0 : populasi galat taksiran berdistribusi normal
H1 : populasi galat taksiran tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika 𝐿0 ≤ 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan tolak H0 jika 𝐿0 > 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
pada taraf nyata α yang dipilih.
Melaksanakan perhitungan normalitas regresi Y dan X dengan menggunakan uji lilliefors
dengan tahapan sebagai berikut:
1) Pengamatan X1, X2, …, Xn dijadikan bilangan baku z1, z2,z3,…,zn, dengan menggunakan
rumus 𝑧 = 𝑋𝑖−𝑋
𝑆
2) Untuk bilangan baku dengan menggunakan daftar distribusi normal baku.
42
3) Menghitung proporsi z1,z2,…,zn yang lebih kecil atau sama dengan zn
4) Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka
𝑆 𝑧𝑖 =𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎𝑧1, 𝑧2,… ,≤ 𝑧𝑖
𝑛
5) Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian menentukan harga mutlaknya.
6) Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Harga
tersebut dinamakan L0. Jika L0 ≤ Ldaftar maka galat regresi berdistribusi normal, dan
sebaliknya, jika L0> Ldarftar maka galat regresi tifak berdistribusi normal.
3.7.3 Analisis Statistik Inferensial
1. Uji Signifansi Dan Linearitas Regresi
uji signifikansi dan liniearitas regresi dilakukan untuk mengukur derajat keeratan
hubungan, memprediksikan besarnya arah hubungan antar variabel, serta meramalkan besarnya
variabel terikat jika variabel bebas diketahui.
a. Menetapkan persamaan, yakni sebagai berikut
Persamaan umum regresi liniear,
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋 (Riduwan , 2010:145)
Dimana:
𝑌 = Subjek variabel terikat yang diproyeksikan
X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan
a = Nilai kosntanta harga Y jika X = 0
b =Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan
(+) atau nilai penurunan (-) variabel Y
43
Harga a dan b dapat dicari dengan rumus:
𝑎 = ∑𝑌𝑖 ∑𝑋𝑖
2 − ∑𝑋𝑖 ∑𝑋𝑖𝑌𝑖
𝑛 ∑𝑋𝑖2− ∑𝑋𝑖
2 (Riduwan , 2010:145)
𝑏 =𝑛 ∑𝑋𝑖𝑌𝑖− ∑𝑋𝑖 ∑𝑌𝑖
𝑛 ∑𝑋𝑖2− ∑𝑋𝑖
2 (Riduwan , 2010:145)
Dengan:
a = Konstanta
b = Koefisien korelasi arah regresi
∑𝑋𝑖 = Jumlah nilai kemampuan spasial
∑𝑌𝑖 = Jumlah nilai hasil belajar
∑𝑋𝑖2 = Jumlah kuadrat kemampuan spasial
∑𝑋𝑖𝑌𝑖 = Hasil kali antara nilai kemampuan spasial dengan hasil belajar
b. Menguji signifikansi regresi (menguji keberartian koefisien arah regresi)
Untuk menguji keberartian arah regresi 𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋, menggunakan uji Fisher dengan
rumus sebagai berikut:
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 (𝑏\𝑎)
𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 (Riduwan, 2010:97)
Dimana:
𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 (𝑏\𝑎) = 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 𝑏\𝑎 = 𝑏 ∑𝑋𝑌 − ∑𝑋 ∑𝑌
𝑛 dan
𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 =𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠
(𝑛 − 2)
44
Keterangan:
𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 𝑏\𝑎 = rata-rata jumlah kuadrat regresi b|a
𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 = rata-rata jumlah kuadrat sisa
𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 𝑏\𝑎 = jumlah kuadrat regresi b|a
𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 =∑𝑌2 − 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 𝑏\𝑎 = rata-rata jumlah kuadrat sisa
𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 (𝑎) = ∑𝑌 2
𝑛= jumlah persamaan kuadrat regresi
Hipotesis yang diuji:
H0 : model regresi tidak signifikan/berarti
H1 : model regresi signifikan/berarti
Kriteria pengujian:
Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk)
pembilang 1 dan sk penyebut = n - 2 maka regresi signifikan, dalam hal lain tidak signifikan.
c. Menguji Linieritas persamaan regresi (keliniearan regresi)
Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara variabel X dan variabel Y apakah
benar-benar liniear. Hubungan antara kedua variabel tersebut dinyatakan oleh persamaan regresi
dengan batas-batas keliniearan dan keberartian sebagaimana terdapat pada penjelasan rumus di
bawah ini:
Menggunakan uji Fisher dengan rumus
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑅𝐽𝐾 𝑇𝐶
𝑅𝐽𝐾𝐸
Dimana:
𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶 =𝐽𝐾𝑇𝐶
𝑘−2
𝑅𝐽𝐾𝐸 =𝐽𝐾𝐸
𝑛−𝑘
45
𝐽𝐾𝐸 = ∑ ∑𝑌2 − ∑𝑌 2
𝑛 𝑘
𝐽𝐾𝑇𝐶 = 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 − 𝐽𝐾𝐸
Hipotesis yang diuji:
H0 : model regresi tidak berbentuk linear
H1 : model regresi berbentuk linear
Kriteria pengujian:
Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H1 diterima, dalam hal lain H1 ditolak pada taraf signifikan α
= 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) pembilang k - 2 dan dk penyebut = n – k.
2. Uji Hipotesis
a. Menghitung koefisien korelasi
Untuk mencari hubungan antara 2 variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung
korelasi antar variabel yang akan diari hubungannya, (Sugiyono, 2009:224). Korelasi merupakan
angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dimana
arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan
dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan rumus
berikut untuk menghitung koefisien korelasi.
𝑟𝑥𝑦 =∑𝑥𝑦
∑𝑥2𝑦2 (Sugiyono, 2009:228)
Dimana:
𝑟𝑥𝑦 = korelasi antara variabel X dan variabel Y
𝑥 = 𝑥𝑖 − 𝑋
𝑦 = 𝑦𝑖 − 𝑦
46
𝑟𝑥𝑦 =𝑛 ∑𝑥𝑖𝑦𝑖− ∑𝑥𝑖 ∑𝑦𝑖
𝑛 ∑𝑥𝑖2− ∑𝑋𝑖
2 𝑛 ∑𝑦𝑖2− ∑𝑌𝑖
2 (Sugiyono, 2009:228)
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi antara skor kemampuan spasial siswa dengan hasil
belajar matematika
X = nilai tabel kemampuan spasial siswa
Y = nilai tabel hasil belajar matematika
n = jumlah sampel
Nilai r adalah: | r | ≤ 1 atau -1, yang bermakna:
r = 0 : tidak ada hubungan/pengaruh antara variabel X dengan Y
r = 1 : hubungan/pengaruh positif sempurna antara variabel X dan Y
r = -1 : hubungan/pengaruh negative sempurna antara variabel X dengan Y
Untuk memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang diperoleh besar atau
kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan seperti pada tabel berikut.
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Cukup Tinggi
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
(Riduwan,2010:110)
47
b. Menghitung koefisien determinasi
Menghitung koefisien determinasi (r2) dimaksudkan untuk melihat tingkat keeratan
hubungan antara variabel kemampuan spasial siswa (X) dengan hasil belajar (Y). rumus yang
digunakan adalah:
Koefisien determinasi = r2 x 100%
c. Menguji signifikansi koefisien korelasi (menguji keberartian hubungan)
Langkah-langkah yang digunakan untuk menguji keberartian koefisien korelasi adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan pasangan hipotesis yang diuji
H0 : koefisien korelasi tidak signifikan / berarti
H1 : koefisien korelasi signifikan / berarti
2. Uji T
Untuk menguji keberartian korelasinya. Pengujian sinifikasi koefisien korelasi dapat
dihitung dengan uji t yang rumusnya:
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑟 𝑛−2
1−𝑟2 (Sugiyono, 2009:230)
Keterangan:
thitung = nilai t
r = nilai koefisien korelasi
n = jumlah sampel
48
Kriteria pengujian:
Jika thitung ≥ ttabel maka tolak H0 artinya signifikan
Jika thitung ≤ ttabel maka terima H0 artinya tidak signifikan
Hipotesisi statistik
H0 : 𝜌 ≤ 0
H1 : 𝜌 > 0
Keterangan
𝜌 = koefisien korelasi populasi antara kemampuan spasial siswa terhadap hasil
belajar matematika siswa
H0 =tidak terdapat hubungan antara kemampuan spasial siswa denagn hasil
belajar matematika siswa
H1 = terdapat hubungan antara kemampuan spasial siswa dengan hasil belajar
matematika siswa