Upload
trinhdiep
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
24
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pikir
Hal yang ingin dicapai di dalam penulisan ini adalah suatu konsep
rancangan sistem informasi berupa portfolio yang dapat dikembangkan
berdasarkan kebutuhan dari organisasi di mana penelitian dilaksanakan. Pada
pelaksanaannya saat ini, uji pemeriksaan kesehatan (urikes) terdapat banyak
kelemahan yang terjadi di lapangan, sehingga pada akhirnya mempengaruhi
proses dan pengolahan data untuk menjadi informasi yang selalu akurat dan up to
date.
Dalam pelaksanaannya, urikes dibagi menjadi dua bagian, pertama untuk
Perwira tinggi (Pati), Perwira menengah (Pamen) dan PNS setingkat di Rumah
Sakit (RSAL) dan kedua untuk Perwira pertama (Pama), Bintara, Tamtama dan
PNS setingkat di Dinas Kesehatan (Diskes). Data personel tetap berada di Diskes
dan RSAL, karena laporan ke Komandan Satuan berasal dari Diskes terkait.
Di dalam penelitian ini, penulis akan melihat pertama kali dari sistem yang
berjalan sekarang ini, baik melalui survey ataupun wawancara dengan nara
sumber yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Dari hasil penelitian tersebut
akan dirumuskan permasalahan yang terjadi pada sistem saat ini. Pada prosesnya,
terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi di dalam
pengembangan sistem informasi urikes ini. Untuk faktor internal, kebijakan
Komandan Satuan sangat mempengaruhi kesuksesan di dalam pelaksanaan urikes,
karena tanpa pengawasan dan evaluasi dari Komandan Satuan beserta staff
25
pelaksanaan urikes terkadang tidak berjalan dengan baik. Selain itu, dari sisi
jumlah personel medis juga tidak memenuhi syarat karena dengan sifat pelayanan
yang harus menghadapi sekian banyak orang dengan jumlah dan kemampuan
medis yang terbatas. Infrastruktur juga sangat mempengaruhi di dalam
pelaksanaan urikes, seperti alat-alat medis yang terbatas, komputer terbatas, serta
alat tulis kantor yang salah satunya adalah kertas, alat tulis, dan sebagainya. Selain
itu, sistem penyelesaian pekerjaan yang masih dilakukan secara manual sangat
tidak mendukung di dalam proses urikes ini. Pada faktor eksternal, ketetapan
Pemerintah merupakan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi,
diantaranya adalah permasalahan anggaran yang disediakan dan ketentuan jumlah
personel dengan spesifikasi keahlian medis yang bertugas di lingkungan militer.
Dari segala keterbatasan yang ada, maka timbullah permasalahan-
permasalahan yang selalu terjadi, seperti kecepatan pemrosesan data, kesulitan
dalam pencarian data, kecepatan pembuatan laporan, data yang sulit diakses dan
sebagainya. Untuk itulah mengapa diperlukan suatu sistem informasi yang dapat
mendukung pelaksanaan urikes dengan tetap menggunakan peralatan pemeriksaan
yang ada, agar tingkat kesehatan personel militer dapat selalu terpantau dan
terawasi dengan baik. Kemudian dengan membandingkan pada literatur review
yang juga telah dilakukan, perancangan sistem urikes dilakukan. Pada akhirnya,
rancangan sistem ini akan dievaluasi dengan menggunakan Technology
Acceptance Model (TAM).
Secara skematis, kerangka pemikiran dari penelitian ini, adalah :
26
Gambar 3.1. Kerangka Pikir Penelitian
3.2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Diskes berdasarkan pada Surat Keputusan Kasal
Nomor Kep/45/III/2009 tanggal 23 Maret 2009. Kedudukan dari Kasi (Kepala
seksi) Urikes berada di bawah Kasubdis Kesum (Kepala Sub Dinas Kesehatan
Umum) (Gambar 3.2).
Faktor Intern : • Pimpinan • Personel • Infrastruktur • Sistem
Analisa kebutuhan sistem informasi urikes
Faktor Ekstern : Ketetapan Pemerintah
Permasalahan timbul : Sulit akses data Waktu proses laporan Data tidak up to date Tidak terintegrasi
Sistem urikes saat ini
Perancangan Sistem Informasi Urikes
Tinjauan Literatur / Teori Wawancara nara sumber
Evaluasi Rancangan Sistem Urikes
27
Gambar 3.2. Bagan struktur organisasi Diskes Armabar
Sedangkan untuk struktur organisasi Departemen Urikes pada RSAL
terdapat di bawah naungan Depkesla (Departemen Kesehatan TNI AL), dengan
berdasarkan pada Surat Keputusan Kasal Nomor Kep.155/II/2009 tanggal 12
Februari 2009 (Gambar 3.3)
Kadiskes Armabar
Kataud
Kasubdis Kesla Kasubdis Kesum Kasubdis Minkes
Kasi Kestasair
Kasi Kesbair
Kasi Kesud
Kasi Dukkes
Kasi Kurehab
Kasi Kesprev
Kasi Urikes & Luhkes
Kaur Urikes
Ur Urikes 1
Ur Urikes 2
Ur Luhkes
Kasi Minpers
Kasi Matkes
Kasi Urkes
Ka BK
Ka TU
Kasi Kesla
Kasi Kesum
Kasi Urlat
Kasi Polgi
28
Gambar 3.3 Bagan Organisasi Departemen Kesla RSAL Dr.Mintohardjo
3.3. Analisa Sistem Berjalan
Adapun sistem yang berjalan sekarang ini masih secara manual, dengan
menggunakan microsoft excel untuk pengumpulan data, dan microsoft word untuk
pembuatan laporan. Pelaksanaan urikes pada Diskes dimulai dari pendaftaran,
pelaksanaan urikes dengan bercabang pada pemeriksaan mata, gigi, laboratorium,
postur dan umum. Kemudian untuk pemeriksaan tersebut akan dilaksanakan tanpa
nomor antrian, dimana tempat yang kosong akan dilaksanakan lebih dahulu, agar
Karumkital Dr.Mintohardjo
Kadepkesla
Kasubdep Dukkes
Kasubdep Urikes
Kasubdep UGD
Kasubdep KUBT
(hiperbarik)
Kasi Opslat Kasi Rik Umum
Kasi Gigi
Kasi Jangklin
Kasi Rik Spesialis
Kasi Buku / Riwayat Kesehatan
Kasi Bedah
Kasi Medis
Kasi Pol Um
Kasi Minlog
Kasi KUBT Faslog
29
pada seluruh klinik terjadi kegiatan pemeriksaan. Untuk personel yang menjadi
anggota pasukan khusus terdapat pemeriksaan yang merupakan uji kemampuan
setelah melaksanakan urikes umum. Setelah itu, data akan diproses untuk
menentukan stakes (status kesehatan), jika hasilnya ternyata ada gejala untuk
penyakit tertentu yang butuh perawatan khusus, maka akan dirujuk untuk
melakukan perawatan ke RSAL. Setelah melakukan perawatan di RSAL, personel
tadi harus melaporkan kembali hasilnya ke Diskes untuk direkap dan diproses
menjadi laporan hasil urikes ke pimpinan. Tetapi bagi personel yang memiliki
gejala penyakit tertentu tetapi dapat ditangani di Diskes, maka tidak ada rujukan
ke RSAL. Pemeriksaan klinik seperti ECG (Electrocardiograph) dan rontgen
dilaksanakan apabila dari penilaian dokter terdapat suatu indikasi tertentu. Semua
proses tersebut berjalan bertahap sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat per
satuan kerja (satker). Untuk pemeriksaan kesehatan jiwa dilaksanakan tiap 5 tahun
sekali.
Namun secara terpisah, untuk tingkat Pati dan Pamen, urikes dilaksanakan
langsung di RSAL. Proses pelaksanaan sama dengan di Diskes, hanya laporan
hasil urikes akan dikirimkan ke Diskes sebagai data untuk pembuatan laporan.
Pemeriksaan pada tingkatan ini lebih lengkap dari yang terjadi di Diskes, karena
terdapat rongent dan ECG yang harus dilaksanakan.
Kelemahan yang ada bahwa proses dan prosedur dilaksanakan di kedua
lokasi dilakukan secara manual. Pengiriman hasil proses urikes dari Rumkit ke
Diskes dilaksanakan melalui kurir dan proses pelaporan terjadi dalam waktu yang
relatif lama. Disamping itu, sistem tersebut berjalan secara terpisah dan tidak ada
integrasi sama sekali. Terkadang personel yang mendapatkan rujukan perawatan
30
di Rumkit tidak melaporkan ke Diskes sehingga pihak dari Diskes sendiri tidak
akan mengetahui jika personel tersebut sudah melakukan perawatan sesuai
rujukan atau tidak. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya pantauan dan
pengawasan terhadap perbaikan tingkat kesehatan personel yang didasarkan pada
hasil urikes ini.
Pencarian datapun sangatlah sulit, misalnya jika terdapat permintaan akan
daftar personel berdasarkan pangkat dan status kesehatan (stakes), maka tidak
akan dapat langsung diproses, tetapi harus memilih dahulu satu persatu dan
kemudian baru dimasukkan ke format tabel laporan. Stakes merupakan
keterangan status kesehatan personel dalam tingkatan berikut :
Tabel 3.1. Jenis stakes
No Jenis stakes
Stakes puan/matra
Keterangan stakes Keterangan
1. I B Baik Jika terdapat kekurangan, menjadi +P, yg berarti dengan Perawatan.
2. II C Cukup
3. III K Kurang
4. IV KS Kurang Sekali
Untuk personel yang mendapatkan hasil urikes dengan +P, dapat
melakukan urikes ulang untuk menghilangkan status +P-nya, dengan
melaksanakan perawatan sesuai dengan hasil konsultasi dokter terlebih dahulu.
Penambahan +P, dapat berpengaruh kepada hasil urikes bagi personel yang harus
menjalankan dinas tertentu, kenaikan pangkat ataupun pendidikan lanjutan.
Karena dengan adanya +P, berarti personel tersebut harus melakukan perawatan
atau penyembuhan terhadap suatu kondisi yang tidak baik pada tubuhnya.
31
31
Gambar 3.4. Proses pelaksanaan urikes di Diskes
Gambar 3.5. Proses urikes di Rumkit
32
3.4. Proses Klinik
Pada setiap klinik, akan dilaksanakan proses pemeriksaan tertentu sesuai
dengan bagiannya. Proses ini pada pelaksanaannya adalah sama, baik di Diskes
maupun di Rumkit. Adapun proses tersebut dapat terlihat pada gambar berikut :
Objek Proses Kegiatan Proses lanjut
Gambar 3.6. Proses Klinik di Diskes dan Rumkit
Selain itu, terdapat pula uji kemampuan yang diperuntukkan bagi personel
tertentu, seperti pasukan khusus dan yang berdinas di kapal perang. Untuk uji
kemampuan terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
Analisa Dokter
Konsultasi keluhan
Pemeriksaan Dokter Umum
Catat hasil
Treadmil 12 menit
Cetak grafik Catat hasil
Test baca Catat hasil
Ambil sampel darah
Proses laboratorium
Catat hasil
Periksa gigi dan mulut
Catat hasil
Proses foto Cetak foto Catat hasil
33
a. Uji Kemampuan Tempur, merupakan tes yang diperuntukkan bagi personel
yang berdinas di kapal perang dan pasukan khusus (Komando Pasukan
Katak (Kopaska) dan Penyelam bawah air (Lambair)) yang memiliki stakes
I dan II, dengan berlokasi di Pondok Dayung serta dilaksanakan oleh
Diskes. Melakukan tes kesehatan yang terdiri dari anthropometri,
ergometri, spirometri, dan dinamometri (Gambar 3.7). Jenis laporan yang
dihasilkan adalah stakes puan.
Gambar 3.7. Proses uji kemampuan tempur
b. Uji Kemampuan Matra, merupakan tes kesehatan bagi personel yang
berdinas di satuan khusus, seperti Kopaska dan Lambair yang memiliki
tanda keahlian / brevet. Pelaksanaan uji kemampuan ini di RSAL setelah
pelaksanaan stakes puan, dengan personel yang telah direkap oleh Diskes,
dengan pemeriksaan yang terdiri dari anthropometri, ergometri, spirometri,
dinamometri, Oxygen Tolerance Test (OTT) dan audiometric (Gambar
3.8). Jenis laporan yang dihasilkan adalah stakes matra dan dikirimkan ke
Diskes.
Tes : Anthropometri Ergometri Spirometri, Dinamometri,
Catat hasil Analisa dokter
34
Laksanakan urikes puan
Tes: • Anthropometri • Ergomettri • Spirometri • Dinamometri • OTT • Audiometri
Catat hasil Analisa dokter
Urikes puan?
no
yes
Gambar 3.8. Proses uji kemampuan matra
Adapun hasil yang didapat dari tes tersebut dapat terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2. Lingkup yang dihasilkan pada urikes untuk puan dan matra
No. Jenis Tes Hasil Pemeriksaan
1. Anthropometri Berat badan / tinggi
badan Indeks golongan (massa tubuh)
Lemak tubuh
2. Spirometri (Paru-paru)
Forced expiratory volume (FEV) Forced vital capacity
(FVC)
3 Ergometri (Jantung) ECG VO2 Max
4. Dinamometri Genggam
tangan kanan
Genggam tangan kiri
Punggung Tungkai Jml Otot
Waktu reaksi
5. Audiometri Ketajaman pendengaran
6. OTT Kekuatan pernafasan khususnya di bawah air
3.5. Perancangan Sistem
Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi dan melihat pada
kebutuhan pengguna terhadap suatu sistem informasi, maka flow proses yang
merupakan kerangka pikir dari rencana perancangan sistem informasi urikes dapat
dilihat pada Gambar 3.9. Pada kerangka ini, akan terlihat proses yang sudah
35
terintegrasi antara Diskes dan RSAL serta database server yang berada di RSAL.
Dengan sistem yang sudah terintegrasi, maka antara Diskes dan RSAL untuk
pengiriman serta penerimaan data dan laporan akan tersaji secara on-line,
disamping itu kemampuan untuk akses data akan lebih up to date dan dapat
dilaksanakan secara real time dan sharing.
Untuk permasalahan mengenai tidak terpantaunya personel yang harus
mengalami perawatan, terdapat suatu notifikasi terhadap personel tersebut, baik
secara langsung kepada personel tersebut maupun tidak langsung melalui Kepala
Satuan Kerja (Kasatker). Hal ini, dapat dilakukan dengan melalui media
komunikasi ataupun media elektronik yang ada, sehingga pengawasan terhadap
perawatan kesehatan dapat terus berjalan dengan melibatkan semua aspek yang
ada. Selain itu, dengan jumlah personel yang terbatas pada departemen urikes,
maka dengan adanya sistem informasi ini masalah beban biaya, waktu dan
keakuratan data serta informasi dapat teratasi.
Diketahui pula bahwa dalam pelaksanaan urikes terlalu dokumen atau
paperwork yang kurang efisien. Pada saat dilakukan urikes, tiap personel perlu
membawa lembar pemeriksaan yang akan diisi secara manual oleh petugas di tiap
klinik. Kemudian dokumen ini akan di serahkan pada petugas Diskes untuk di-
input-kan dalam data urikes. Setelah semua data di-input, dokumen tersebut tidak
digunakan lagi, sehingga terjadi penumpukan dokumen yang tidak perlu. Hal ini
menunjukan tidak efisiennya proses urikes. Karena itu, dengan sistem informasi
yang akan dirancang akan dapat mengurangi penggunaan kertas dan dokumen
yang merupakan sumber biaya. Petugas urikes dapat secara langsung meng-input-
kan hasil pemeriksaan melalui komputer. Dengan database yang terintegrasi, hasil
36
pemeriksaan kesehatan personel dapat diketahui maupun di-update, sehingga
tidak terjadi redundansi input data. Petugas Diskes dapat membuat laporan secara
langsung dengan fitur yang disediakan, rekap data tidak perlu dilakukan secara
manual, serta dapat diketahui jumlah personel yang telah melakukan urikes dan
maupun yang belum, sehingga dapat diberi notifikasi atau peringatan. Sedangkan
bagi para personel yang memerlukan hasil pemeriksaan urikes dapat membuka
pada portal yang disediakan dan mencetak hasil atau membuat laporan.
Seperti yang dikatakan diatas, bahwa terdapat dua jenis pemeriksaan, yaitu
urikes dan uji kemampuan. Urikes dilakukan oleh seluruh personel, sedangkan uji
kemampuan dilakukan oleh pasukan khusus saja. Dengan menggunakan sistem
ini, personel telah digolongkan berdasarkan strata, sehingga dapat diketahui
personel tersebut harus melakukan uji kemampuan atau tidak. Bentuk form
pemeriksaan juga berbeda antar strata, karena uji kemampuan memiliki prosedur
pemeriksaan yang berbeda dengan urikes umum.
Berhubungan dengan hasil urikes di tiap klinik, sistem yang dirancang akan secara
otomatis menunjukkan status stakes para personel. Petugas Diskes hanya perlu
menginputkan hasil pemeriksaan dan secara otomatis sistem akan menyesuaikan
dengan standar yang ada. Kemudian berdasarkan penilaian tersebut, status
kesehatan personel dapat dihitung dan diketahui. Jika personel tersebut
memerlukan perawatan, maka diperlukan keterangan tertentu dari dokter yang
dapat ditulis pada bagian tersendiri (kotak keterangan) yang menjelaskan alasan
personel harus melakukan perawatan.
37
Gambar 3.9. Kerangka Pikir Perancangan Sistem Informasi Urikes
38
3.6. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian kualitatif. Sehingga
penelitian dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam dan diskusi
dengan narasumber. Disamping itu, penelitian ini tidak menggunakan hipotesa di
dalam pembuktian suatu masalah, namun menggunakan kerangka konseptual di
dalam menjelaskan dan mengklarifikasi rancangan yang diajukan.
3.7. Populasi dan Sampel
Di dalam penelitian ini populasi dan sampel untuk wawancara dan survey
akan diambil dari personel yang termasuk di dalam anggota dari satuan kerja yang
terdapat di Koarmabar (Komando Armada TNI AL Kawasan Barat) dan personel
yang melakukan urikes di RSAL, serta karyawan atau personel yang bertindak
sebagai personel medis terkait. Sedangkan untuk evaluasi perancangan sistem,
responden yang dituju adalah kepala bagian terkait, yaitu Kepala Sub Dinas
Pengembangan Sistem Disinfolata Armabar, Kadiskes Armabar, Kasi urikes,
Kasubdep Urikes, Kepala Administrasi Urikes Diskes Armabar dan Rumkit, dan
Kasi Urikes, sehingga jumlah sampel adalah 7 (tujuh) orang.
3.8. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan di lokasi penelitian adalah wawancara dengan
nara sumber, yaitu Diskes Armabar dan RSAL Dr. Mintohardjo. Pihak-pihak yang
menjadi subjek di dalam wawancara adalah pihak yang berada dalam lingkup
satker terkait ataupun personel yang melaksanakan urikes itu sendiri. Hasil
39
wawancara akan diekstrak dan dikategorikan untuk melihat kecenderungan
jawaban responden.
Disamping itu, juga dilakukan tinjauan terhadap literatur yang terdiri dari
jurnal penelitian internasional dan teori-teori yang mendukung baik yang berasal
dari pustaka maupun secara online, atau yang sering disebut dengan studi pustaka.
3.9. Model Penelitian
Untuk model penelitian yang digunakan adalah prescriptive research
model, dengan model incremental dalam perancangan software. Selain itu,
menggunakan model Health Care sebagai pendekatan untuk pelaksanaan
penelitian dan pengembangan sistem informasi. Rancangan sistem informasi yang
dihasilkan melalui penelitian ini akan dibandingkan dengan sistem yang sudah ada
untuk pemeriksaan kesehatan pada Diskes dan RSAL, serta akan dilakukan
perbandingan pula dengan literatur review yang dilakukan.
3.10. Metode Perancangan
Menggunakan metode konseptual dengan UML (Unified Modelling
Language), pada konsep rancangan desain sistem informasi menggunakan class
diagram, use case diagram, sequence diagram, dan activity diagram (Kendall dan
Kendall, 2003). Selain itu, akan dibuat user interface sebagai contoh tampilan
dari portal yang digunakan.
Gambar 3.10 Diagram-Diagram UML (Kendall dan Kendall, 2003)
Class diagram Usecase Sequence
diagramActivity diagram
User Interface
40
Kendall dan Kendall (2003) mengatakan bahwa UML menyediakan
peralatan yang berguna untuk analisis dan perancangan sistem. Dengan
menggunakan UML, akan memiliki pemahaman yang lebih besar antara IT dan
bisnis mengenai kebutuhan sistem dan proses-proses yang dibutuhkan untuk
pencapaian kebutuhan sistem.
3.11. Analisa Desain Sistem
Sistem yang dirancang akan dianalisa berdasarkan dimensi-dimensi
dependability system, yang terdiri dari availability, reliability, safety, dan security
(Sommerville, 2008).
Gambar 3.11. Dependability System Dimensions (Sommerville, 2008)
Availability The ability of system to deliver services when requested
Security The ability of the system to protect itself against accidental or deliberate intrusion
Safety The ability of the system to operate without catastrophic failure
Reliability The ability of the system to deliver services as specified
Dependability
41
3.12. Metode Evaluasi Rancangan Sistem
Setelah dilakukan perancangan sistem urikes, maka kemudian akan
dilakukan evaluasi rancangan sistem dengan menggunakan metode TAM
(Technology Acceptance Model) untuk menilai atau memperoleh umpan balik dari
pihak-pihak yang bersangkutan, seperti personel, petugas, maupun kepala bagian
Diskes dan Rumkit atas rancangan sistem dalam penelitian ini.
Davis (1993) mengatakan bahwa untuk mengetahui kecenderungan sikap
user untuk menggunakan atau dalam penggunaan teknologi dapat digunakan
model TAM. Model ini menjelaskan faktor-faktor perilaku pengguna terhadap
penerimaan penggunaan teknologi (Wibowo, 2008). Terdapat beberapa dimensi
yang mempengaruhi penerimaan teknologi oleh user, yaitu perceived ease of use,
perceived usefulness, attitude toward using, intention to use, dan actual usage.
perceived ease of use dan perceived usefulness adalah sebagai prediktor terhadap
attitude toward using, intention to use, dan actual usage.
Gambar 3.12. Technology Acceptance Model Dimensions (Davis, 1993)
Dalam penelitian ini, evaluasi hanya akan menggunakan 4 (empat) dimensi TAM,
yaitu perceived ease of use, perceived usefulness, attitude toward using, dan
42
intention to use, karena penelitian ini hanya berupa rancangan proses. Sebelum
mengisi kuesioner TAM, hasil dari penelitian ini akan dipresentasikan pada user,
sehingga user dapat melihat proses dan tampilan yang ditawarkan, berserta
manfaat dan perubahan dari proses sebelumnya yang manual menjadi sistem
urikes yang terkomputerisasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, user diminta untuk
mengisi kuesioner TAM untuk melihat pandangannya terhadap rancangan sistem
urikes.
Terdapat beberapa pertanyaan atau pernyataan untuk masing-masing
dimensi TAM, yang akan dinilai oleh responden berdasarkan skala Likert 1 (satu)
hinggal 5 (lima), dari sangat setuju (1) hingga sangat tidak setuju (5).
• Perceived Ease of Use (PEOU) adalah pandangan user tentang
kemudahan dalam menggunakan teknologi, mudah dipahami, dipelajari,
dan digunakan.
o I found the portal easy to use
o Learning to use this portal would be easy for me
o My intraction with the portal was clear and understandable
o It would be easy for me to find information at the site
• Perceived Usefulness (PU) adalah kepercayaan user bahwa teknologi
dapat memberikan manfaat jika digunakan.
o Using this portal would enhance effectiveness in medical checkup
o Using this portal would improve medical checkup performance
o Using this portal would increase productivity
o I found the portal usefull
43
• Attitude Toward Using (ATU) adalah sikap user baik berupa penerimaan
atau penolakan untuk menggunakan teknologi.
o I dislike the idea of using this portal
o I gave a generaly favorable attitude toward using this portal
o I believe it would be a good idea to use this portal for medical
checkup process
o Using this portal is a foolish idea
• Intention to Use (ITU) adalah keinginan user untuk memakai teknologi
tersebut. Tingkat penggunaan teknologi komputer dapat dilihat dari
perhatian user atas teknologi tersebut, seperti penambahan perangkat,
motivasi untuk menggunakan, dan keinginan untuk memotivasi pengguna
lain (Wibowo, 2008).
o I intend to use the portal when medical checkup in process
o I would return to this portal often when medical checkup in
process
o I intend to visit this portal frequently