Upload
vanthuy
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Bab III Metodologi Penelitian
Penelitian merupakan serangkaian proses yang berurutan dan saling terkait secara
sistematis. Agar langkah-langkah penelitian lebih terarah dan sistematis maka
disusun metodologi penelitian. Langkah-langkah penelitian ini secara garis besar
dimulai dari studi pendahuluan, pemilihan model, perumusan masalah, penentuan
tujuan penelitian, pengumpulan data pendahuluan, perancangan model,
implementasi rancangan, analisis dan langkah terakhir adalah kesimpulan dan
saran. Untuk langkah perancangan model terdiri atas tahapan pengembangan
dengan berbasis metode QFD dan berbasis metode SERVQUAL. Langkah-
langkah penelitian digambarkan dalam Gambar 3.1 berikut.
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Proses Penelitian.
64
Kesimpulan dan Saran
Pengujian Model berbasis SERVQUALMenggunakan program PLS
Analisis
Penyebaran, pengumpulan data kuesioner awal
Menguji validitas konstruk eksternal Item Kuesioner dan uji reliabilitas kuesioner awal
Dengan Program SPSS 16
Valid dan Reliabel
Menguji validitas konstruk eksternal Item Kuesioner dan uji relabilitas kuesioner
YA
BTIDAK
Menyusun instrumen pengumpulan data(Kuesioner penelitian awal bagi konsumen B4T dengan
Skala Liskert 1-6)
Uji validitas internal konstruk
B
Penentuan Planning MatrixA. Penentuan bobot tingkat kepentingan berdasarkan hasil kuisioner B. Penentuan Tingkat kepuasan saat ini berdasarkan hasil kuisioner C. Penentuan Nilai Targets yaitu minimum memenuhi persyaratan
akreditasi KAND. Penentuan Improvement Ratio
E. Penentuan % Importance
A
QFD tahap 2
Penentuan Technical ResponseUsaha-usaha yang dapat dilakukan oleh Balai Besar/Baristand
Industri untuk sebuah lembaga jasa pelayanan teknis
Penentuan Relationships
Penentuan Technical MatrixPenentuan gap/surplus untuk pemenuhan kriteria
persyaratan akreditasi KAN
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Proses Penelitian (lanjutan)
65
III.1 Studi Pendahuluan
Dalam studi pendahuluan, dilakukan observasi langsung dan wawancara dengan
jajaran pegawai B4T Bandung. Selain itu dilakukan juga wawancara dengan
pimpinan B4T untuk memperoleh data awal yang dibutuhkan. Penelitian
pendahuluan merupakan penelitian eksploratif yang bersifat fleksibel dan
bertujuan untuk menghimpun informasi dari responden (Malhotra, 2002). Dari
studi pendahuluan ini diperoleh gambaran mengenai kondisi lapangan yang
terjadi sehingga dapat diketahui kondisi yang sebenarnya.
III.2 Pemilihan Model
Pencarian bahan pustaka yang terkait dengan penelitian dilakukan ke
perpustakaan dan mencari jurnal penelitian yang dipublikasikan ke internet. Studi
literatur dilakukan untuk memperoleh landasan teori penelitian seperti QFD,
SERVQUAL dan Structural Equation Modelling (SEM) dengan Partial Least
Square (PLS).
Dengan tujuan untuk merancang model pengukuran kualitas Jasa Pelayanan
Teknis, maka hal pertama yang dilakukan adalah mencari literatur mengenai
ukuran kualitas jasa pada pelayanan teknis dan sejenisnya. Dari studi literatur
yang diperoleh, masih sedikit penelitian yang dipublikasikan mengenai
pengukuran kualitas JPT. Kajian mengenai evaluasi kualitas JPT pernah
dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain :
1. Kajian terhadap upaya peningkatan kinerja pada Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Kimia Jakarta dalam rangka meningkatkan kepuasan
pelanggan oleh Wiwiek Pudjiastuti (2000). Kajian dilakukan untuk
mengkaitkan proses pembelajaran untuk meningkatkan kinerja Balai untuk
mencapai kepuasan pelanggan. Secara metodologis, penelitian ini bersifat
deskriptif analisis. Untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran telah
dilakukan di Balai Besar Industri Kimia, pada penelitian ini penulis
membatasi kajian pada disiplin pembelajaran seperti yang telah dikemukakan
oleh Peter M. Senge (1990) dalam bukunya the Fifth Discipline.
2. Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Jasa Teknis dalam Rangka
Memenuni Kepuasan Pelanggan dengan studi kasus Balai Besar Industri
66
Agro, Bogor oleh Hendra Yetty (2003) yang menggunakan kuesioner
SERVQUAL lengkap. Sedangkan analisa kepuasan pelanggan dan strategi
peningkatan kepuasan pelanggan menggunakan Matrix Kepuasan Pelanggan.
3. Strategi peningkatan kemampuan pelayanan jasa teknis (PJT) untuk
menjamin kepuasan pelanggan dengan studi kasus proses pembelajaran pada
Balai Besar Kimia dan Kemasan oleh Mada Ginting Suka (2005). Penelitian
ini menggunakan kuesioner SERVQUAL dan menggunakan indikator kinerja
pelayanan yangg baik dengan lima pilar yang harus (the five pillar of quality)
dibangun yaitu fokus pada pelanggan (customer focus), keterlibatan secara
total dari karyawan (total involment), pengukuran (measurement), dukungan
yang sistematis (systematic support), dan perbaikan yang terus menerus
(continuous improvement) melalui pembelajaran.
4. Analisis kualitas layanan UPT Balai Bahan dan Barang Teknik pada
Disperindag Propinsi DKI Jakarta oleh Riana Liesdiawati (2005). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisa kualitas layanan UPT B3T DKI
Jakarta yang ada saat ini dengan menggunakan kuesioner SERVQUAL.
Selain itu bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas layanan UPT B3T DKI Jakarta untuk dijadikan dasar pengembangan
peningkatan kualitas layanan UPT B3T DKI Jakarta, dan memformulasikan
upaya peningkatan kualitas layanan UPT B3T DKI Jakarta saat ini dan di
masa yang akan datang.
Namun penelitian tersebut masih bersifat kualitatif dan belum ada yang mampu
mengisi gap permasalahan yang dijelaskan di BAB 1, sehingga diusulkan
perancangan model pengukuran kualitas JPT yang mampu menjembatani gap
tersebut seperti yang dijelaskan pada Gambar 3.2 berikut.
67
Gambar 3.2 Analisis model evaluasi kualitas saat ini untuk perancangan model pengukuran kualitas JPT.
III.3 Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah adanya tuntutan konsumen
terhadap penyedia JPT yaitu Balai Besar dan Baristand Industri untuk
memberikan jaminan kualitas atas jasa pelayanan yang diberikan, mendorong
konsumen untuk memilih penyedia jasa pelayanan yang mempunyai reputasi dan
kualitas baik. Namun belum adanya ukuran kuantitatif dari baik buruknya
kualitas JPT dan tidak adanya jaminan kepastian bahwa kebutuhan konsumen
dapat didefinisikan secara eksplisit menjadi permasalahan pada
pengukuran/evaluasi kualitas JPT saat ini. Selain itu juga jasa pelayanan teknis
dari Balai Besar dan Baristand Industri belum memenuhi standar pelayanan yang
ditetapkan.
Maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah : Bagaimana
perancangan model untuk mengevaluasi kualitas Jasa Pelayanan Teknis agar
dapat terakreditasi sebagai pengukuran kuantitatif dari kualitas JPT dengan
pendefinisian kebutuhan konsumen melalui kriteria persyaratan akreditasi KAN?
III.4 Penentuan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah yang digunakan dalam suatu penelitian untuk
mencapai sasaran. Tujuan penelitian ini adalah ini adalah menghasilkan
68
rancangan model pengukuran kualitas JPT secara kuantitatif untuk UPT Dep
Perindustrian yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan konsumen dan dapat
diterapkan pada seluruh UPT Dep Perindustrian.
III.5 Pengumpulan Data Pendahuluan
Pengumpulan data pendahuluan mencakup data mengenai sejarah, visi, misi dan
profil B4T Bandung untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai objek
penelitian.
III.6 Perancangan Model Pengukuran Kualitas Jasa Pelayanan Teknis
III.6.1 Perancangan model berbasis metode QFD (QFD tahap 1)
III.6.1.1 Penentuan Voice of Customer
VOC berupa kriteria persyaratan akreditasi KAN untuk jasa pelayanan
teknis. Data berupa dokumen persyaratan umum untuk lembaga sertifikasi
dan inspeksi, laboratorium dan kalibrasi, sertifikasi sistem mutu,
sertifikasi HACCP, sertifikasi sistem manajemen lingkungan, sertifikasi
Ekolabel dan sertifikasi personel. Pada penelitian ini VOC merupakan
kriteria persyaratan akreditasi KAN untuk jasa pengujian dan kalibrasi
sesuai dengan elemen dari ISO 17025:2005.
III.6.2 Pengembangan model berbasis metode SERVQUAL
III.6.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian diperoleh dari voice of customer yang berupa kriteria
persyaratan akreditasi KAN untuk jasa pengujian dan kalibrasi yang
diterjemahkan ke dalam kuesioner yang mudah dipahami sehingga
memudahkan responden dalam pengisian kuesioner. Selanjutnya variabel
tersebut dikelompokkan berdasarkan dimensi SERVQUAL Parasuraman
(1998).
Parasuraman dkk (1988) menggunakan 5 dimensi SERVQUAL yaitu :
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan
dan penampilan pegawai.
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang
69
telah dijanjikan. Selain itu reliability mencakup 2 hal pokok yaitu
konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya
(dependability).
c. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan para staf untuk
membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan
tanggap.
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan
sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko
ataupun keraguan (aman).
e. Empathy, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan
(akses), komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan. Dimensi ini mencakup : akses (access) yaitu
kemudahan untuk dihubungi dan kemudahan penjangkauan lokasi;
komunikasi (communication) yaitu komunikasi dan pemberian
informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat dipahami,
selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan; memahami
pelanggan (understanding the customer) yaitu usaha untuk memahami
kebutuhan pelanggan dalam aktivitas jasa.
III.6.2.2 Penentuan Populasi, Sampel, Teknik Sampling dan Distribusi
Kuesioner
Dalam penelitian ini diperlukan data untuk memperoleh responden yang
menilai tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan terhadap kualitas JPT
yang diterima selama ini, sehingga perlu penyebaran pada sampel yaitu
konsumen B4T. Sampel awal yang digunakan untruk pre-test adalah
minimum 30 responden karena jumlah minimum untuk distribusi normal.
Untuk menghindari ketidakcukupan data, jumlah kuesioner yang disebar
41 buah untuk konsumen B4T Bandung.
III.6.2.3 Penyusunan Instrumen Pengumpulan Data
Kuesioner awal ini adalah kuesioner yang berisi tingkat kepentingan,
persepsi konsumen terhadap kualitas JPT B4T Bandung. Kuesioner awal
yang dibuat kemudian dikonsultasikan dengan pihak B4T Bandung.
70
Dibuat pertanyaan penjaring, yaitu pertanyaan yang diulang dan
diletakkan secara acak untuk menguji konsistensi jawaban responden.
Kuesioner menggunakan skala Likert, yaitu pilihan jawaban dibuat
berjenjang dari jawaban yang sangat negatif sampai jawaban yang sangat
positif. Untuk keperluan analisis kuantitatif, jawaban kuesioner diberi
skor. Gradasi skala jawaban dalam kuesioner untuk tingkat kepentingan
adalah 1 = sangat tidak penting, 6 = sangat penting, untuk
persepsi/pendapat 1 = sangat tidak memuaskan, 6 = sangat memuaskan.
Dipilihnya 6 skala untuk menghindari jawaban ragu-ragu, sehingga
responden yang memilih 3 berarti lebih cenderung ke skala 2, dan
responden yang memilih 4 berarti lebih cenderung ke skala 5. Lampiran
kuesioner dapat dilihat pada Lampiran A.
III.6.2.4 Uji Validitas Internal Konstruksi
Setelah menyusun kuesioner maka dilakukan uji validitas konstruk, untuk
menguji valid tidaknya kuesioner yang telah disusun untuk mengetahui
apakah kuesioner tersebut dapat dipakai untuk memecahkan dan
menjawab permasalahan yang ada atau tidak. Apabila kuesioner tersebut
tidak valid, maka dilakukan penyusunan ulang kuesioner sampai
kuesioner tersebut dinyatakan valid. Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
III.6.2.5 Penyebaran, Pengumpulan dan Pemeriksaan Data Kuesioner
Awal
Dilakukan penyebaran, pengumpulan dan pemeriksaan data kuesioner
awal yaitu pemeriksaan apakah kuesioner yang dikumpulkan sudah terisi
lengkap, tidak ada jawaban lebih dari satu dan konsistensi jawaban atas
pertanyaan penjaring. Apabila terdapat salah satu dari tiga persyaratan
yang tidak dapat dipenuhi, maka kuesioner tidak dapat digunakan.
III.6.2.6 Menguji Validitas Eksternal Item Kuesioner dan Uji Realibitas
Kuesioner Awal
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
digunakan untuk mengukur data tersebut valid, artinya alat ukur tersebut
71
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan
uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut
memberikan data yang sama pada saat mengukur objek dalam beberapa
kali penggunaan (Ghozali, 2005). Validitas dan reliabilitas item dari
kuesioner awal harus diuji terlebih dahulu sebelum diolah. Jika belum
valid dan reliabel maka dilakukan penyusunan ulang kuesioner.
Pengujian validitas item dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi
Produk Momen (Pearson Product Moment) sebagai berikut :
∑ ∑ ∑∑∑ ∑ ∑
−−
−=
))(.(*)(( 2222iiijij
iojiy
yynxxn
yxxxnr
Jika setelah dibandingkan dengan nilai kritik (dari tabel Pearson Product
Moment), angka korelasi yang didapat lebih besar, maka item yang
dinyatakan valid dan boleh digunakan. Namun, bila angka korelasi lebih
kecil dari nilai kritik, maka item tidak valid dan harus dilakukan
penyusunan ulang butir-butir kuesioner.
Pengujian reliabilitas item dilakukan per dimensi dengan menggunakan
program SPSS 16 dengan metode alpha sebagai berikut :
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
−= ∑
21
2
11 1*1 σ
σ b
kkr
Dimana : r11 = reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir pertanyaan
Σσb2 = jumlah varians butir
Σσi2 = jumlah varians total
Nilai koefisien reliabilitas berkisar dari 0-1. Jika koefisien reliabilitas ini
lebih besar dari 0,7 sampai mendekati 1, maka dapat dikatakan bahwa alat
ukur tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi. Apabila koefisien
reliabilitas lebih kecil dari 0,7 sampai mendekati angka 0, maka dikatakan
alat ukur tersebut memiliki reliabilitas yang rendah.
72
III.6.2.7 Menguji Model berbasis SERVQUAL yang telah disusun
dengan menggunakan program PLS
Pengujian goodness of fit (GOF) dilakukan dalam beberapa tingkatan,
pertama untuk model secara keseluruhan, kemudian untuk measurement
model dan structural model secara terpisah. Pada metode PLS, goodness
of fit dilakukan pada outer model dan inner model.
Untuk model pengukuran atau outer model, GOF dievaluasi berdasarkan
nilai convergent dan discriminant validity dan composite realibility. Nilai
loading convergent validity dengan 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup, untuk
jumlah indikator dari variabel laten berkisar antara 3 sampai 7. Nilai
discriminant validity direkomendasikan dengan nilai AVE lebih besar dari
0.50 dan nilai batas yang diterima untuk tingkat composite realibility
adalah ≥ 0.7, walaupun bukan merupakan standar absolut.
Sedangkan untuk model struktural atau inner model, GOF dievaluasi
dengan melihat presentase variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat
nilai R2 untuk konstruk laten dependen dengan menggunakan ukuran
Stone Geisser Q Squares Test dan juga melihat besarnya koefisien jalur
strukturalnya.
III.6.3 Penyusunan House of Quality (QFD tahap 2)
Setelah VOC lengkap, dilakukan penyusunan HOQ dengan beberapa bagian
yang disesuaikan dengan kondisi penelitian ini. Bagian yang paling
mengalami perubahan adalah planning matrix. Penjelasan setiap bagian
adalah sebagai berikut :
a. Customer Needs and Benefits (VOC) berisi kriteria persyaratan akreditasi
KAN untuk jasa pelayanan teknis. Data berupa dokumen persyaratan
umum untuk lembaga sertifikasi dan inspeksi, laboratorium dan kalibrasi,
sertifikasi sistem mutu, sertifikasi HACCP, sertifikasi sistem manajemen
lingkungan, sertifikasi Ekolabel dan sertifikasi personel.
b. Technical response yang berisi usaha-usaha yang dilakukan B4T sebagai
sebuah lembaga jasa pelayanan teknis sebagai respon/tanggapan dari
pihak B4T terhadap kriteria persyaratan akreditasi pada VOC.
73
c. Relationship yang berisi penilaian dari pihak B4T mengenai hubungan
(relationship) antara setiap elemen dari bagian VOC dan bagian technical
response, dimana ada empat kekuatan hubungan yang dijelaskan pada
Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Nilai korelasi antara Customer needs and benefits dan Technical response
Klasifikasi Hubungan Simbol Notasi
1 Tidak berhubungan 0
2 Sedikit berhubungan ∇ 1
3 Hubungan biasa Ο 3
4 Sangat berhubungan © 9
d. Planning matrix, terdiri atas :
‐ Tingkat kepentingan masing-masing karakteristik/kriteria VOC
menurut pendapat para pelanggan (important to customer). Important
to customer diperoleh dari hasil pengolahan kuesioner pada
perhitungan tingkat kepentingan pada B4T yang diteliti untuk masing-
masing atribut kebutuhan pelanggan dengan menggunakan metode
Weighted Average Performance (WAP).
‐ Tingkat kepuasan pelanggan terhadap JPT yang selama ini mereka
terima (Customer Satisfaction Performance). Customer Satisfaction
Performance diperoleh dari hasil pengolahan kuesioner pada
perhitungan tingkat kepuasan pada perusahaan yang diteliti untuk
masing-masing atribut kebutuhan pelanggan dengan menggunakan
metode Weighted Average Performance (WAP).
‐ Sasaran (goal/targets) merupakan tujuan perbaikan performansi
masing-masing atribut yang didasarkan pada strategi perusahaan
terhadap produk atau layanan dari pesaing. Goal pada penelitian ini
didasarkan pada nilai minimum suatu Balai Besar/Baristand Industri
untuk dapat diakreditasi oleh KAN.
‐ Improvement Ratio diperoleh dengan membandingkan antara Goal
dengan Customer Satisfaction Performance. Improvement Ratio
74
menggambarkan usaha yang diperlukan untuk meningkatkan
performansi menuju target yang ditentukan.
Improvement Ratio = Nilai minimum untuk dapat diakreditasi KAN Tingkat kepuasan pelanggan terhadap JPT
‐ Raw weight atau sering disebut adjusted importance merupakan nilai
yang menggambarkan tingkat kepentingan secara keseluruhan dari
masing-masing atribut kriteria persyaratan akreditasi KAN. Nilai ini
diperoleh dari hasil perkalian antara tingkat kepentingan dan
improvement ratio.
Adjusted importance = tingkat kepentingan X improvement ratio
‐ Normalized Raw weight atau sering disebut percentage importance
adalah output matriks perencanaan yang merupakan nilai normalisasi
raw weight atau adjusted importance. Perhitungan normalized raw
weight menunjukkan normalisasi dari nilai raw weight. Jumlah
kumulatif dari nilai normalized raw weight adalah 1.
e. Technical Matrix merupakan bagan yang akan digunakan untuk melihat
prosentase gap atau surplus antara pemenuhan kriteria persyaratan
akreditasi KAN oleh Balai Besar/Baristand Industri. Dimana nilai ini
diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
Gap/surplus = raw akreditasi KAN – raw tingkat kepuasan saat ini
Raw akreditasi KAN = ∑ (korelasi VOC dan technical response X nilai
minimum untuk dapat diakreditasi KAN X
normalized raw weight Raw tingkat kepuasan = ∑ (korelasi VOC dan technical response X tingkat
kepuasaan X normalized raw weight
Dari uraian di atas, maka disusun detail perancangan model pengukuran kualitas
JPT dengan berbasis QFD yang dijelaskan pada Gambar 3.3 berikut ini.
75
76
Gambar 3.3 Detail Model Pengukuran Kualitas JPT
III.7 Analisis
Hasil dari pengolahan data dan pengujian model dianalisis untuk melihat
pengembangan yang dilakukan pada SERVQUAL dan QFD untuk evaluasi
kualitas JPT serta penerapan integrasi SERVQUAL dan QFD pada B4T.
III.8 Kesimpulan dan Saran
Langkah akhir adalah membuat kesimpulan yang mengacu pada tujuan penelitian
dan saran yang dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak lain yang
memerlukan.