Upload
vandang
View
239
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
13
BAB III
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
III.1 GEOMORFOLOGI
Berdasarkan pembagian fisiografi Jawa Tengah oleh van Bemmelen (1949) dan
Pardiyanto (1979) (gambar 2.1), daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Serayu Utara.
Daerah penelitian terletak pada ketinggian antara 1650 mdpl (di daerah Gempol) sampai
dengan 2138 mdpl (puncak Gunung Nagasari). Daerah ini umumnya berupa daerah gunung
api, serta dataran tinggi (plateau), memiliki lereng terjal hingga landai, dan sebagian besar
telah tertutup oleh area perkebunan dan hutan (gambar 3.1).
Studi geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan mengacu pada klasifikasi van
Zuidam (1985). Berdasarkan hasil analisa dari topografi dan pengamatan di lapangan, maka
daerah ini terbagi atas tiga satuan geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Kubah Lava,
Satuan Geomorfologi Dataran Volkanik, dan Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik.
III.1.1. Satuan Geomofologi Kubah Lava
Satuan ini menempati bagian timur dari daerah penelitian, terletak di Gunung
Nagasari, dan mencakup ± 20% daerah penelitian (lampiran-1, gambar 3.1).
Gambar 3.1 Gunung Nagasari merupakan Satuan Geomorfologi Kubah Lava. Gambar
diambil dari lokasi Pos Pengamatan Gunung Api di Karang Tengah
menghadap arah baratlaut pada Mei 2009.
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
14
Satuan ini berada pada ketinggian 1701–2138 mdpl, mempunyai kemiringan lereng
agak terjal-terjal (50-100%). Daerah dengan pola kontur topografi agak rapat ditandai dengan
bentukan morfologi kaki gunung pada daerah Gunung Nagasari. Kelurusan di daerah ini
dominan berarah timurlaut-baratdaya yang berada di punggungan dan juga terlihat pada
aliran sungai yang ada. Vegetasi yang tumbuh di daerah ini berupa ilalang dan hasil ladang.
Lembah sungai yang terdapat pada satuan ini berbentuk V yang bersifat permanen
maupun intermiten. Pola aliran sungai bersifat radial karena mengelilingi sebuah morfologi
kubah. Litologi penyusun satuan ini berupa andesit yang resisten terhadap pelapukan.
III.1.2. Satuan Geomorfologi Dataran Vulkanik
Satuan ini menyebar di lembah antar gunung di daerah penelitian dan mencakup ±
30% daerah penelitian (lampiran-1, gambar 3.2).
Gambar 3.2 Dataran Vulkanik Batur merupakan Satuan Geomorfologi Dataran
Vulkanik. Gambar diambil dari lokasi lokasi Pos Pengamatan Gunung Api di
Karang Tengah menghadap ke arah baratlaut pada Mei 2009.
Satuan ini berada di ketinggian 1770-2000 mdpl, mempunyai kemiringan lereng
datar-agak datar (0-20%). Daerah ini mempunyai bentukan morfologi berupa dataran. Daerah
ini umumnya digunakan sebagai ladang pertanian kentang. Lembah sungai yang terdapat
pada satuan ini berbentuk U terletak di Kali Dolok, dan Kali Sedangdang. Litologi penyusun
satuan umumnya berupa tuf kasar yang berupa piroklastik jatuhan yang tidak resisten
terhadap pelapukan.
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
15
III.1.3. Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik
Satuan ini menempati sisi utara dan selatan daerah penelitian. Terletak di Gunung
Jimat, Gunung Pangamunamun, dan Gunung Pekandangan dan mencakup ± 50 % daerah
penelitian (lampiran-1, gambar 3.3).
Gambar 3.3 Perbukitan Vulkanik Gunung Jimat dan Pangamunamun merupakan
Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik. Gambar diambil dari Desa
Pekasiran (sebelah barat Gunung Nagasari) menghadap arah baratlaut pada
Mei 2009.
Satuan ini berada di ketinggian 1900-2176 mdpl, mempunyai kemiringan lereng agak
datar–agak terjal (14-55%). Daerah dengan pola kontur topografi agak rapat ditandai dengan
bentukan morfologi kaki gunung seperti pada daerah kaki Gunung Jimat dan Gunung
Pangamunamun. Daerah dengan pola kontur topografi rapat ditandai dengan bentukan
morfologi perbukitan seperti pada daerah Gunung Jimat, dan Gunung Pangamunamun.
Kelurusan di daerah ini dominan berarah baratlaut-tenggara serta berarah timurlaut-
baratdaya yang terlihat pada arah aliran sungai dan punggungan. Vegetasi yang tumbuh di
daerah ini berupa hasil ladang dan hutan. Daerah yang digunakan sebagai ladang kentang
berada di kaki gunung di sebelah selatan, dan sisanya berupa hutan yang berada di sebelah
utara.
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
16
Lembah sungai yang terdapat pada satuan ini berbentuk V yang bersifat intermiten,
dengan pola aliran radial. Litologi penyusun satuan ini adalah andesit yang resisten terhadap
pelapukan.
III.2. POLA ALIRAN SUNGAI DAN TIPE GENETIK SUNGAI
Pola aliran sungai umumnya dikontrol oleh topografi dan arah aliran dari batuan
piroklastik, serta struktur geologi yang bekerja di daerah tersebut. Berdasarkan hasil
pengamatan dari peta topografi dengan skala 1:12.500 didapatkan bahwa sungai-sungai di
daerah penelitian memiliki dua karakteristik pola aliran sungai yaitu radial dan denditrik
(lampiran-1).
Pola aliran sungai dendritik dicirikan dengan kenampakan menjari seperti ranting
pohon dan melewati litologi yang hampir sama atau homogen. Sungai yang mengalir di
daerah ini berada di sungai utama yang mengalir di daerah penelitian yaitu Sungai Dolok
yang berarah utara-timurlaut serta beberapa sungai lainnya yang bertipe sama antara lain
Sungai Condong dan Sungai Merdeka.
Pola aliran sungai radial dicirikan dengan kenampakan yang mengerucut/melingkar
yang menandakan berasal dari morfologi kerucut. Sungai yang mengalir di daerah ini adalah
sungai–sungai yang berada di sekitar gunung yang ada di daerah penelitian seperti pada
Gunung Nagasari, Gunung Pagerkandang, Gunung Kawahsikidang, dan Gunung
Pangamunamun.
III.3. STRATIGRAFI
Penamaan satuan stratigrafi daerah penelitian mengacu pada Sandi Stratigrafi
Indonesia (IAGI, 1992, op.cit., Yuwono, 1994) yang didasarkan pada pengelompokan
sumber, jenis batuan/endapan dan urutan kejadian serta penamaan satuan tidak resmi (lokal)
yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya, antara lain van Bemmelen (1949), Pardiyanto
(1979), dan Condon et al. (1996).
Penggolongan mekanisme pengendapan material vulkanik menjadi lava, piroklastik
aliran, dan piroklastik jatuhan, mengacu pada tulisan McPhie et al. (1993) op.cit. Yuwono
(2004). Untuk penamaan megaskopis batuan beku mengikuti klasifikasi batuan beku secara
megaskopis menurut International Union of Geological Sciences (IUGS, 1973)
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
17
(http://geology.csupomona.edu/alert/igneous/igclass.htm), sedangkan batuan piroklastik
mengikuti klasifikasi batuan piroklastik secara megaskopis mengacu pada Schmidt (1981),
op. cit., Yuwono (2004). Penamaan batuan beku secara mikroskopis mengikuti klasifikasi
batuan beku oleh Williams et al. (1982).
Menurut stratigrafi regional yang terdapat pada peta geologi lembar Banjarnegara-
Pekalongan (Condon et al., 1996), daerah penelitian termasuk dalam Satuan Batuan Gunung
Api Jembangan ( Qjyf) dan Satuan Batuan Gunung Api Dieng (Qdo dan Qdm).
Berdasarkan hasil studi pustaka serta analisis berdasarkan pengamatan di lapangan
yang didukung analisis sayatan petrografi maka daerah penelitan dibagi menjadi Satuan
Batuan Gunung Api Jembangan yang terdiri dari Satuan Lava Andesit Pangamunamun (Qp)
dan Satuan Lava Andesit Jimat (Qj) serta Satuan Batuan Gunung Api Dieng yang terbagi
menjadi Satuan Lava Andesit Pekandangan (Qk), Satuan Lava Andesit Nagasari (Qn), dan
Satuan Jatuhan Piroklastik Batur (Qb) ( tabel 3.1).
III.3.1. Satuan Lava Andesit Gunung Pangamunamun (Qp)
Satuan ini berada di utara daerah penelitian dengan luas area sekitar 15% dan
singkapan umumnya dijumpai dalam keadaan segar (gambar 3.4).
Satuan ini dicirikan oleh adanya litologi andesit yang memiliki ciri megaskopis
berwarna hitam, struktur masif, hipokristalin, ukuran kristal halus (< 1 mm) sampai sedang
(1-5 mm), inequigranular porfiritik, bentuk kristal hipidiomorfik, memiliki komposisi mineral
plagioklas, kuarsa dan masa dasar mineral mafik.
Sayatan petrografi menunjukkan bahwa andesit memiliki tekstur hipokristalin,
porfiritik dengan fenokris (35%) berupa plagioklas, kuarsa, piroksen, dan hornblenda. Massa
dasar (65%), terdiri dari mikrokristalin plagioklas, gelas, dan mineral opak. Andesit ini
mempunyai tekstur aliran yang dominan (lampiran-4).
Fenokris (35%) terdiri dari plagioklas (20%), menunjukkan kembaran carlsbald-albit,
euhedral-subhedral, ukuran <0,5 mm, berkomposisi andesin Ab45An55, dan terlapukkan.
Kuarsa (5%), berukuran <0,5 mm dan anhedral. Piroksen (5%), berukuran <0,5 mm, dan
anhedral-subhedral. Hornblenda (5%), berukuran 0,2-0,5 mm, dan anhedral-subhedral.
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
18
Tabel 3.1 Kolom stratigrafi umum dari daerah penelitian.
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
19
Gambar 3.4 Singkapan Satuan Lava Andesit Gunung Pangamunamun. Gambar diambil pada
Mei 2009.
Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan yang lebih tua tidak ditemukan di
daerah penelitian ini. Condon et al. (1996) menyebutkan adanya hubungan keselarasan satuan
ini dengan satuan yang lebih tua. Van Bemmelen, 1937, op. cit., Syarifuddin et al., 1989,
menyetarakan satuan ini dengan produk vulkanik bagian timur Gunungapi Jembangan yang
berumur Pleistosen.
III.3.2. Satuan Lava Andesit Gunung Jimat (Qj)
Satuan ini berada di utara daerah penelitian dengan luas area sekitar 10% dan
singkapan umumnya dijumpai dalam keadaan segar (gambar 3.5).
Satuan ini dicirikan oleh adanya litologi andesit, memiliki ciri megaskopis berupa
warna hitam, struktur masif, hipokristalin, ukuran kristal halus (< 1 mm) sampai sedang (1-5
mm), inequigranular porfiritik, bentuk kristal hipidiomorfik, memiliki komposisi mineral
plagioklas, kuarsa dan masa dasar mineral mafik.
Sayatan petrografi menunjukkan bahwa andesit memiliki tekstur hipokristalin,
porfiritik dengan fenokris (40%) berupa plagioklas, kuarsa, piroksen, dan hornblenda. Massa
dasar (60%), terdiri dari mikrokristalin plagioklas, gelas, dan mineral opak. Andesit ini
mempunyai ciri bertekstur aliran yang dominan (lampiran-4).
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
20
Fenokris (40%) terdiri dari plagioklas (25%), menunjukkan kembaran carlsbald-albit,
euhedral-subhedral, ukuran 0,5-1,5 mm, berkomposisi andesin Ab47An53, dan terlapukkan
sebagian. Kuarsa (3%), berukuran <1 mm dan anhedral. Piroksen (7%), berukuran <0.5 mm,
anhedral-subhedral, dan terlapukkan. Hornblenda (5%), berukuran 0,2-0,5 mm, anhedral-
subhedral, dan terlapukkan.
Gambar 3.5 Singkapan Satuan Lava Andesit Gunung Jimat. Gambar diambil pada Mei 2009.
Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan yang lebih tua tidak ditemukan di
daerah penelitian ini. Van Bemmelen, 1937, op. cit., Syarifuddin et al., 1989, menyetarakan
satuan ini dengan produk vulkanik bagian timur Gunungapi Jembangan yang berumur
Pleistosen.
III.3.3. Satuan Lava Andesit Gunung Nagasari (Qn)
Satuan ini berada sebelah baratdaya daerah penelitian dengan luas area sekitar 15%
dan singkapan umumnya dijumpai dalam keadaan lapuk (gambar 3.6). Berdasarkan
rekonstruksi penampang mempunyai ketebalan sekitar 500 m.
Satuan ini dicirikan oleh adanya litologi andesit, memiliki ciri megaskopis berupa
warna hitam, struktur masif, hipokristalin, ukuran kristal halus (<1 mm) sampai sedang (1-5
mm), inequigranular porfiritik, bentuk kristal hipidiomorfik, memiliki komposisi mineral
plagioklas, kuarsa dan masa dasar mineral mafik.
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
21
Sayatan petrografi menunjukkan bahwa andesit memiliki tekstur hipokristalin,
porfiritik dengan fenokris (40%) berupa plagioklas, piroksen, kuarsa, dan kalsedon. Massa
dasar (60%), terdiri dari mikrokristalin plagioklas, gelas, dan mineral opak (lampiran-4).
Fenokris (40%) terdiri dari plagioklas (20%), menunjukkan kembaran carlsbald-albit,
euhedral-subhedral, ukuran 0,5-2 mm, berkomposisi andesin Ab44An56, dan terlapukkan
sebagian. Piroksen (10%), berukuran <0,5 mm, anhedral-subhedral, dan terlapukkan. Kuarsa
(5%), berukuran <0,5 mm dan anhedral. Kalsedon (5%), berukuran 0,5-1 mm, anhedral, dan
memperlihatkan tekstur zonasi.
Gambar 3.6 Singkapan Satuan Lava Andesit Gunung Nagasari. Gambar diambil pada Mei
2009.
Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan yang lebih tua tidak ditemukan di
daerah penelitian. Satuan ini terletak di atas Satuan Lava Andesit Pangamunamun dan Satuan
Lava Andesit Jimat. Van Bemmelen, 1937, op. cit., Syarifuddin et al., 1989, menyetarakan
satuan ini dengan produk vulkanik dari Gunungapi Dieng yang berumur Holosen.
III.3.4. Satuan Lava Andesit Pekandangan (Qk)
Satuan ini berada sebelah baratdaya daerah penelitian dengan luas area sekitar 20%
dan singkapan umumnya dijumpai dalam keadaan lapuk (gambar 3.7).
Satuan ini dicirikan oleh adanya litologi andesit, memiliki ciri megaskopis berupa
warna hitam, struktur masif, hipokristalin, ukuran kristal halus (<1 mm) sampai sedang (1-5
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
22
mm), inequigranular porfiritik, bentuk kristal hipidiomorfik, memiliki komposisi mineral
plagioklas, kuarsa dan masa dasar mineral mafik.
Sayatan petrografi menunjukkan bahwa andesit memiliki tekstur hipokristalin,
porfiritik dengan fenokris (40%) berupa plagioklas, kuarsa, piroksen, dan hornblenda. Massa
dasar (60%), terdiri dari mikrokristalin plagioklas, gelas dan mineral opak. Andesit ini
mempunyai ciri bertekstur aliran (lampiran-4).
Fenokris (40%) terdiri dari plagioklas (20%), menunjukkan kembaran carlsbald-albit,
euhedral-subhedral, ukuran 0,5-1,5 mm, berkomposisi andesin Ab49An51, dan terlapukkan
sebagian. Piroksen (10%), berukuran <0,5 mm, anhedral-subhedral, dan terlapukkan. Kuarsa
(5%), berukuran <0,5 mm dan anhedral. Hornblenda (5%), berukuran 0,2-0,5 mm, anhedral-
subhedral, dan terlapukkan.
Gambar 3.7 Singkapan satuan lava andesit Gunung Pekandangan. Gambar diambil pada Mei
2009.
Hubungan stratigrafi satuan ini dengan satuan yang lebih tua tidak ditemukan di
daerah penelitian ini. Satuan ini terletak di atas Satuan Lava Andesit Pangamunamun dan
Satuan Lava Andesit Jimat dan seumur dengan Satuan Lava Andesit Nagasari. Van
Bemmelen, 1937, op. cit., Syarifuddin et al., 1989, menyetarakan satuan ini dengan produk
vulkanik dari Gunungapi Dieng yang berumur Holosen.
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
23
III.3.5. Satuan Endapan Piroklastik Jatuhan Batur (Qb)
Penyebaran satuan ini menempati kurang lebih 40%, terletak pada dataran yang landai
yang terdapat di daerah penelitian, dan singkapan umumnya terdapat di sungai dan tebing
jalan dengan keadaan yang umumnya lapuk (gambar 3.8).
Satuan ini dicirikan oleh adanya litologi tuf kasar. Tuf kasar terdapat di beberapa
tempat di satuan ini, batuan ini memiliki ciri megaskopis berupa warna kuning-kecoklatan,
terpilah buruk, kemas terbuka, bentuk butir membulat–membulat tanggung, memiliki butiran
litik, matriks berupa tuf kasar.
Gambar 3.8 Singkapan Satuan Endapan Piroklastik Jatuhan Batur. Gambar diambil pada Mei
2009.
Sayatan petrografi dari tuf kasar berupa tuf gelas, memiliki tekstur berbutir halus-
sedang, berukuran 0,2-0,5 mm, pemilahan buruk, kemas terbuka, butir menyudut tanggung-
membundar (lampiran-5). Fenokris (30%) terdiri dari mineral plagioklas, kuarsa, dan oksida
besi. Massa dasar (70%) terdiri dari gelas (lampiran-4).
Fenokris terdiri dari plagioklas (15%), hadir sebagai fenokris, subhedral-anhedral,
sangat terlapukkan, dan berukuran 0,2-0,5 mm. Kuarsa (15%), hadir sebagai fenokris,
anhedral, terlapukkan, dan berukuran 0,1-0,3 mm. Gelas (70%), hadir sebagai matriks yang
mengisi rongga antar butiran.
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
24
Hubungan stratigrafi satuan ini terletak paling atas dari satuan lainnya dan dengan
penyebaran merata. Dengan satuan yang lebih tua ditafsirkan sebagai ketidakselarasan
(Condon, et al., 1996) walaupun kontak dari satuan ini tidak ditemukan. Van Bemmelen,
1937, op. cit., Syarifuddin et al., 1989, menyetarakan satuan ini dengan produk vulkanik dari
Gunungapi Dieng yang berumur Holosen-Resen.
III.4. STRUKTUR GEOLOGI
III.4.1. Analisis Peta Topografi
Pola kelurusan berdasarkan literatur pada peta geologi regional umumnya berarah
baratlaut-tenggara (gambar 2.2). Beberapa mata air panas dan dingin yang muncul
dipengaruhi oleh kehadiran kelurusan ini (Condon, et al., 1996). Selain sesar terdapat juga
struktur lainnya berupa kaldera yang berkembang di daerah penelitian.
Berdasarkan hasil penarikan kelurusan dari peta geomorfologi (lampiran-1), pola
kelurusan bukit dan sungai pada daerah penelitian memiliki arah dominan utara-selatan dan
timurlaut–baratdaya (N0–30°E) (gambar 3.9). Arah tersebut tidak hanya menunjukkan
kelurusan akibat struktur namun pada daerah vulkanik masih dipengaruhi arah aliran lava dari
sumber erupsi yang berbeda-beda.
Gambar 3.9 Pola kelurusan bukit dan sungai menunjukkan arah dominasi utara baratlaut-
tenggara.
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
25
III.4.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian
Struktur geologi daerah penelitian dianalisis berdasarkan interpetasi pada peta
topografi serta didukung oleh pengamatan di lapangan. Untuk singkapan yang ada di daerah
penelitian sangat kurang didapatkan bukti-bukti struktur geologinya, hal ini disebabkan
karena daerah ini ditutupi oleh endapan produk vulkanik Kuarter. Data di lapangan
didapatkan berdasarkan pendekatan melalui kelurusan dan kenampakan di lapangan berupa
mata air panas, air terjun dan kelurusan bukit dan aliran sungai. Struktur yang berkembang di
daerah ini adalah struktur kawah dan sesar.
Penamaan untuk struktur geologi diambil dari nama daerah, sungai atau bukit yang
didapatkan atau dilalui oleh struktur itu. Peta penyebaran struktur geologi ditunjukan oleh
peta geologi derah penelitian (lampiran-3).
III.4.2.1. Struktur Kawah
Analisis struktur kawah dilihat berdasarkan pengamatan di peta topografi dan citra
satelit serta pengamatan di lapangan, berdasarkan hasil analisis maka daerah penelitian ini
memiiki 5 struktur kawah (gambar 3.10) yaitu:
a. Kawah Timbang
Terletak di Gunung Jimat, bagian utara daerah penelitian. Menempati sepanjang
lembah antara Kawah Timbang dan Sumber, kawah terbesar memiliki diameter ±25 m
(berdasarkan peta topografi), dan bukaan yang menjadi tempat keluarnya gas beracun. Salah
satu peristiwa bencana terkenal adalah keluarnya gas CO dari kawah ini yang menelan
korban sebanyak 48 orang meninggal pada tahun 1979 (Zaenudin, 2006).
b. Kawah Candradimuka
Terletak di Gunung Jimat, bagian utara daerah penelitian. Memiliki diameter ±50 m
(berdasarkan peta topografi), dan bukaan yang menjadi tempat keluarnya uap panas. Penciri
aktifnya kawah ini adalah dengan adanya kehadiran fumarola yang terus mengeluarkan uap
panas dan disertai bau belerang.
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
26
c. Kawah Sinila
Terletak di Gunung Jimat, bagian utara daerah penelitian dan terbentuk sekitar 2450
tahun yang lalu dari saat tulisan ini dibuat (Sukhyar, 1994, op.cit., Zaenudin, 2006).
Berdasarkan peta topografi, kawah ini memiliki diameter ±60 m dan saat ini telah berubah
menjadi telaga yang berisi air (sekarang dikenal sebagai Telaga Sinila).
d. Kawah Sendringo
Terletak di Gunung Jimat, bagian paling utara daerah penelitian. Memiliki diameter
±100 m (berdasarkan peta topografi) dan saat ini telah berubah menjadi telaga yang berisi air
(sekarang dikenal sebagai Telaga Sendringo).
e. Kawah Jalatunda
Terletak di Gunung Jimat, bagian utara daerah penelitian. Memiliki diameter ±50 m
(berdasarkan peta topografi) dan saat ini telah berubah menjadi telaga yang berisi air
(sekarang dikenal sebagai Sumur Jalatunda).
III.4.2.2. Struktur Sesar
Analisis struktur sesar dilihat berdasarkan interpretasi kelurusan dari peta topografi
dan pengamatan di lapangan, data berupa struktur sekunder tidak ditemukan, hanya
menggunakan pendekatan berupa kenampakan kawah, offset dari sungai serta kelurusan bukit
dan aliran sungai. Karena tidak ditemukan bukti yang kuat maka sesar ini digolongkan sesar
intepretatif/diperkirakan. Hasil analisis menunjukkan daerah penelitan mempunyai satu
struktur sesar yaitu Sesar Sumberrejo. Sesar ini memanjang dari Batur-Timbang dan
mempunyai arah umum utara–selatan. Didapatkan berdasarkan analisis dari peta topografi
yang tampak pada kelurusan sungai, kelurusan Kawah Timbang, serta kenampakan di
lapangan yang berupa tebing di sepanjang sungai (gambar 3.15).
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
27
Gambar 3.10 Letak kelima kawah.
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
28
Gambar 3.11 Gawir Sesar Sumberejo. Gambar diambil pada Mei 2009.