33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada goal kelima MDGs yaitu meningkatkan kesehatan ibu, targetnya terkait dengan kesehatan reproduksi yaitu menurunkan 75 persen kematian ibu dalam kurun waku 1990-2015 dan tercapainya akses secara universal. Indikator yang digunakan untuk target pertama adalah angka kematian ibu (AKI). Untuk Indonesia, goal yang ditetapkan adalah : Menurunkan angka kematian ibu (AKI) dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 102 pada tahun 2015, Meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dari 40,7 persen (1990) menjadi 100 persen (2015) dan Seluruh perempuan pernah kawin usia 15- 49 tahun menggunakan alat/cara Keluarga Berencana/KB (universal access). (Riskesdas.2010) Di Indonesia, Preeklampsia – eklampsia disamping perdarahan dan infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi (Wiknjosastro,Hanifa.2005). Preeklamsi adalah merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan selama masa nifas, yang terdiri atas trias gejala, yaitu hipertensi, proteinuria, dan kadang – kadang disertai 1 1

BAB IIIfgh

Embed Size (px)

DESCRIPTION

efcsa

Citation preview

Page 1: BAB IIIfgh

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada goal kelima MDGs yaitu meningkatkan kesehatan ibu, targetnya

terkait dengan kesehatan reproduksi yaitu menurunkan 75 persen kematian ibu

dalam kurun waku 1990-2015 dan tercapainya akses secara universal. Indikator

yang digunakan untuk target pertama adalah angka kematian ibu (AKI). Untuk

Indonesia, goal yang ditetapkan adalah : Menurunkan angka kematian ibu (AKI)

dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 102 pada tahun

2015, Meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dari 40,7 persen

(1990) menjadi 100 persen (2015) dan Seluruh perempuan pernah kawin usia 15-

49 tahun menggunakan alat/cara Keluarga Berencana/KB (universal access).

(Riskesdas.2010)

Di Indonesia, Preeklampsia – eklampsia disamping perdarahan dan

infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal

yang tinggi (Wiknjosastro,Hanifa.2005). Preeklamsi adalah merupakan kumpulan

gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan selama masa nifas, yang terdiri

atas trias gejala, yaitu hipertensi, proteinuria, dan kadang – kadang disertai

11

Page 2: BAB IIIfgh

konvulsi sampai koma.(Yulikhah,Lily.2008). Dan Menurut Abdul Bari Saifudin, Preeklamsi adalah

hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuri.

Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, angka

kematian ibu meroket dari 228 pada 2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012.

(Profil kesehatan Indonesia, 2013). Pada hasil Capaian indikator Kesehatan Anak dan Ibu Provinsi

Jawabarat tahun 2013, Jumlah Kematian Ibu di provinsi jawa barat sejumlah 781 Ibu dan jumlah

Kematian Ibu di kabupaten atau kota Tertinggi di jawabarat adalah Kabupaten Karawang dengan

jumlah kematian 64 Ibu, Sedangkan Target Jumlah kematian Ibu pada Tahun 2013 adalah 30 Ibu.

Laporan Cakupan Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawabarat Selama bulan Januari sampai dengan Juni

tahun 2014 Jumlah Kematian Ibu adalah 309 Ibu dan jumlah Kematian Ibu di kabupaten Karawang

sejumlah 26 Ibu dimana nilai tersebut adalah tertinggi kedua di kabupaten atau kota se provinsi

jawabarat, Penyebabnya adalah Eklampsia sebanyak 6 kasus, Perdarahan sebanyak 8 kasus, Infeksi

sebanyak 1 kasus, dan lain – lain sebanyak 11 kasus (Dinkes Jabar, 2014).

Pada tahun 2010 jumlah kematian ibu sebanyak 47 orang, penyebabnya adalah Ekslampsi

sebanyak 12 kasus, Perdarahan sebanyak 12 kasus, Infeksi sebanyak 1 kasus, dan lain – lain sebanyak

22 kasus dan pada tahun 2011 jumlah kematian ibu sebanyak 51 orang, penyebabnya adalah Ekslampsi

sebanyak 16 kasus, Perdarahan sebanyak 11 kasus, Infeksi sebanyak 3 kasus, dan lain – lain sebanyak

21 kasus (Dinkes Karawang, 2012). Preeklampsia dibagi dalam dua golongan, yaitu ringan dan berat.

Preeklampsia ringan apabila ditemukan tanda – tanda seperti : Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih,

atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Edema umum,

kaki, jari, tangan, dan wajah atau kenaikan BB 1 Kg atau lebih per minggu. Proteinuria kuantitatif 0,3

gram atau lebih per liter, kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter/mid stream. Sedangkan preeklampsia

dikatakan berat apabila ditemukan satu atau lebih tanda – tanda seperti : tekanan darah 160/110 mmHg

atau lebih, proteinuria 5 gram atau lebih per liter, oliguria jumlah urine kurang dari 500cc per 24 jam,2

Page 3: BAB IIIfgh

adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium, ada edema paru dan sianosis.

(Mitayani.2011). Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya

perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel, sedangkan

preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah

diastolik ≥110 mmHg disertai proteinuria lebih 5g/24 jam (Saifudin,Abdul Bari.2010).

Menurut laporan rekapitulasi pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang,

Puskesmas yang melaporkan Kasus Preeklampsia ringan terbanyak adalah UPTD Puskesmas

Tirtamulya sebanyak 30 kasus dari 100 kehamilan dan kasus tersebut ditangani dengan rawat jalan.

Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi preeklampsia, dan faktor – faktor

apa yang menyebabkannya, belum diketahui. Tujuan utama penanganan ialah : mencegah terjadinya

preeklampsia berat dan eklampsia, melahirkan janin hidup, melahirkan janin dengan trauma sekecil –

kecilnya. Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan preeklampsia.

(Wiknjosastro,Hanifa.2005).

Penanganan Preeklampsia ringan, jika kurang dari 37 minggu, dan tidak ada tanda – tanda

perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan: pantau tekanan darah, proteinuria,

refleks, dan kondisi janin. Lebih banyak istirahat. Diet biasa. Tidak perlu obat – obatan.

(Saifudin,Abdul Bari.2011). Berdasarkan Teori tersebut dan di dukung oleh Teori Lawrence Green

(1980) yang mengemukakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor, salah satunya adalah

faktor predisposisi, faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang.

Faktor ini termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, nilai – nilai, norma,

budaya, dan faktor sosio – demografi (Maulana, Heri. D. J. 2009). Pengetahuan adalah hasil

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan,3

Page 4: BAB IIIfgh

kesadaran dan sikap yang positif, akan bersifat langgeng dan sebaliknya apabila perilaku itu tidak

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama (Sunaryo, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Defi putri yani tahun 2012 terdapat hubungan yang

bermakna antara pengetahuan ibu hamil terhadap penatalaksanaan preeklampsia, dengan p value 0,033

(< α 0,05). Hasil analisa bivariat sikap ibu hamil terhadap penatalaksanaan preeklampsia tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap ibu hamil terhadap penatalaksanaan preeklampsia p value 0,084

(> α 0,05).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Dwi pujiyanti di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi

pada tanggal 25 Juni - 13 Juli 2013, dapat disimpulkan sebagai berikut : 52 orang (57,8%) ibu hamil

trimester III di Poli Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013 berpengetahuan rendah

tentang pre-eklampsia ringan, 30 responden (33,3%) ibu hamil trimester III di Poli Kebidanan RSUD

Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2013 berpengetahuan sedang tentang pre-eklampsia ringan, 8

responden (8,9%) ibu hamil trimester III di Poli Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun

2013 berpengetahuan tinggi tentang pre-eklampsia ringan, 39 responden (55%) ibu hamil trimester III

di Poli Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi yang berumur 20-35 tahun memiliki

pengetahuan rendah tentang preeklampsia ringan, 12 responden (92,3%) ibu hamil trimester III yang

berpendidikan SD di Poli Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi memiliki pengetahuan

rendah tentang preeklampsia Ringan, 37 responden (100%) di Poli Kebidanan RSUD Achmad Mochtar

Bukittinggi mendapatkan informasi kesehatan dari tahu sendiri dan memiliki pengetahuan rendah

tentang pre-eklampsia ringan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang

“Gambaran pengetahuan ibu hamil preeklampsia ringan dalam penatalaksanaan preeklampsia ringan di

UPTD puskesmas Tirtamulya Kabupaten Karawang”.

4

Page 5: BAB IIIfgh

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui tentang

gambaran pengetahuan ibu hamil preeklampsia ringan dalam penatalaksanaan preeklampsia ringan

di UPTD puskesmas Tirtamulya Kabupaten Karawang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil preeklampsia ringan dalam

penatalaksanaan preeklampsia ringan di UPTD puskesmas Tirtamulya Kabupaten Karawang

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengidentifikasi pola istirahat ibu hamil dengan preeklampsia ringan.

1.3.2.2. Mengidentifikasi jenis diet ibu hamil dengan preeklampsia ringan.

1.3.2.3. Mengidentifikasi frekuensi kontrol ibu hamil dengan preeklampsia ringan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

5

Page 6: BAB IIIfgh

Informasi ini dapat menambah pengetahuan mengenai gambaran pengetahuan ibu

hamil preeklampsia ringan dalam penatalaksanaan preeklampsia ringan di UPTD puskesmas

Tirtamulya Kabupaten Karawang. Penelitian ini juga dapat menambah pengalaman dalam

melakukan penelitian secara ilmiah, serta menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama

perkuliahan.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan pustaka untuk menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

penatalaksanaan pada pasien preeklampsia ringan dan sebagai data dasar untuk

pengembangan ilmu yang berkaitan dengan preeklampsia ringan.

1.4.3 Bagi Perawat

Informasi ini dapat menambah pengetahuan bagi perawat mengenai gambaran

pengetahuan ibu hamil preeklampsia ringan dalam penatalaksanaan preeklampsia ringan,

agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, memberikan informasi

yang akurat dan adekuat serta dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kinerja perawat

melalui intervensi keperawatan yang ditujukan kepada pasien yang kurang tahu terhadap

penatalaksanaan preeklampsia ringan.

1.4.4 Bagi UPTD. Puskesmas Tirtamulya

6

Page 7: BAB IIIfgh

Sebagai data dasar untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan melalui program

pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan preeklampsia ringan pada pasien

preeklampsia ringan di UPTD. Puskesmas Tirtamulya Kabupaten Karawang.

1.4.5 Bagi Peneliti Lain

Dapat digunakan sebagai studi kepustakaan yang dapat digunakan untuk data dasar

penelitian selanjutnya, mengenai penatalaksanaan preeklampsia ringan pada pasien

preeklampsia ringan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Konsep Dasar Preeklampsia

7

Page 8: BAB IIIfgh

2.1.1.1. Pengertian

Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda – tanda hipetensi, edema, dan proteinuria

yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke – 3 kehamilan, tetapi

dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatosa (Wiknjosastro,Hanifa.2005). Preeklampsia

adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu disertai dengan proteinuria, eklampsia adalah

preeklampsia yang disertai dengan kejang – kejang dan/atau koma (Saifudin,Abdul Bari.2010).

Eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar karena gejala eklampsia datang dengan

mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Kelanjutan pre eklampsia berat

menjadi eklampsia dengan tambahan gejala kejang-kejang dan atau koma. Eklampsia didiagnosa jika

pre eklampsia berkembang menjadi kejang biasanya terjadi terutama pada persalinan, dapat terjadi

sampai 10 hari post partum, namun dapat juga terjadi pada saat hamil (Manuaba, 2003)

Hipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg. Pengukuran tekanan

darah sekurang – kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30

mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak

diapakai lagi. Proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥1+

dipstick. Edema, dahulu edema tungkai dipakai sebagai tanda – tanda preeklampsia, tetapi sekarang

edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu dipertimbangkan faktor

risiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan edema generalisata, atau kenaikan berat

badan >0,57 Kg/minggu. Primidravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu <0,34

Kg/minggu, menurunkan risiko hipertensi, tetapi menaikkan risiko berat badan bayi rendah

(Saifudin,Abdul Bari.2010).

2.1.1.2. Etiologi

8

Page 9: BAB IIIfgh

Penyebab preeklamsia saat ini tak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang

dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang

dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah sebab preeklamsia disebut juga “disease of theory”,

gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori. Adapun teori – teori tersebut antara lain :

1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskular, sehingga terjadi penurunan produksi

prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktifasi penggumpalan dan fibrinolisis,

yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III,

sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan

serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

2. Peran Faktor Imunologis

Preeklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya.

Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap

antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Beberapa data

yang mendukung adanya sistem imun pada penderita Preeklampsia - Eklampsia. Beberapa wanita

dengan Preeklampsia - Eklampsia mempunyai komplek imun dalam serum, beberapa studi juga

mendapatkan adanya aktifasi sistem komplemen pada Preeklampsia - Eklampsia diikuti proteinuria.

3. Faktor Genetik

Beberapa bukti menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian Preeklampsia - Eklampsia antara lain:

Preeklamsia hanya terjadi pada manusia

Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia - Eklampsia pada anak-anak

dari ibu yang menderita Preeklampsia - Eklampsia

9

Page 10: BAB IIIfgh

Kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia - Eklampsia pada anak dan cucu ibu

hamil dengan riwayat Preeklampsia - Eklampsia dan bukan pada ipar mereka

Peran renin-angiotensin-aldosteron sistem (RAAS).

Yang jelas preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil, disamping infeksi

dan perdarahan, Oleh sebab itu, bila ibu hamil ketahuan berisiko, terutama sejak awal kehamilan,

dokter kebidanan dan kandungan akan memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut. (Rukiyah, Lia

Yulianti. 2010).

2.1.1.3. Faktor Risiko

Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat

dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut:

1. Primigravida, primipaternitas.

2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatosa, kehamilan multipel, diabetes melitus, hidrops

fetalis, bayi besar.

3. Umur yang ekstrim

4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia

5. Penyakit – penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

6. Obesitas (Saifudin,Abdul Bari.2010).

Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya

preeklamsia. Faktor-faktor tersebut antara lain : gizi buruk, kegemukan, dan gangguan aliran darah

kerahim. Faktor risiko terjadinya preeklamsia : preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan yang

pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas usia 40 tahun. Faktor risiko

yang lain adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami

preeklamsia sebelumnya, riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan,

10

Page 11: BAB IIIfgh

kegemukan,mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau

rematoid artritis (Rukiyah, Lia Yulianti. 2010).

2.1.1.4. Patofisiologi

Vasokontrisik merupakan dasar patogenesis Preeklampsia - Eklampsia. Vasokontrisi

menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokontrisi juga

akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadinya kerusakan endotel, kebocoran

arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu Hubel (1989) mengatakan bahwa

adanya vasokontriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter

yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia / anoksia jaringan merupakan

sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidase itu sendiri memerlukan

peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel

Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan Peroksidase lemak

jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila kesinambungan antara peroksidase

terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut

stress oksidatif.

Pada Preeklampsia - Eklampsia serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi

sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung

transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase

lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai

kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel – sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya

sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain : adhesi dan

agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasama, terlepasnya enzim

lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit, produksi prostasiklin terhenti,

11

Page 12: BAB IIIfgh

terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksin, terjadinya hipoksia plasenta akibat konsumsi

oksigen oleh peroksidase lemak. (Rukiyah, Lia Yulianti. 2010).

Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori yang

telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori

tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori – teori yang sekarang banyak dianut adalah :

1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta

2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel

3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

4. Teori adaptasi kardiovaskularori genetik

5. Teori defisiensi gizi

6. Teori inflamasi. (Saifudin,Abdul Bari.2010).

2.1.1.5. Klasifikasi Preeklamsia

Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan

postpartum. Dari gejala – gejala klinik, preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan

preeklampsia berat.

1. Preeklamsia Ringan

Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah

umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur

kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui secara

jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan

segala akibatnya. (Rukiyah, Lia Yulianti. 2010). Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik

12

Page 13: BAB IIIfgh

kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah

dan aktivasi endotel (Saifudin,Abdul Bari.2010).

2. Preeklamsia Berat

Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi

160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

(Rukiyah, Lia Yulianti. 2010). Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah ≥160

mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam (Saifudin,Abdul

Bari.2010).

2.1.1.6. Gejala – Gejala Preeklampsia

1. Gejala klinis preeklamsia ringan meliputi :

Hipertensi : sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥30 mmHg dan kenaikan

diastolik ≥15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsia.

Proteinuria : ≥300 mg/24 jam atau ≥1+ dipstik

Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema pada

lengan, muka dan perut, edema generalisa.

2. Gejala dan tanda preeklamsia berat :

Tekanan darah sistolik >160 mmHg

Tekanan darah diastolik >110 mmHg

13

Page 14: BAB IIIfgh

Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus

Trombosit <100.000/mm3

Oliguria <400 ml/24 jam

Proteinuria >3 gr/liter

Nyeri epigastrum

Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat

Perdarahan retina

Odem pulmonum

Penyulit lain juga bisa terjadi yaitu, kerusakan organ-prgan tubuh seperti :

Gagal jantung

Gagal ginjal

Gangguan fungsi hati

Gangguan pembekuan darah

Sindroma HELLP (haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet)

Bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu, atau keduanya apabila preeklamsia tidak segera

diatasi dengan baik dan benar (Rukiyah, Lia Yulianti. 2010).

Sedangkan menurut Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on

High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2000, Preeklampsia digolongkan berat apabila ditemukan satu

atau lebih gejala sebagai berikut :

Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg. Tekanan darah ini

tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit dan sudah menjalani tirah

baring

Proteinuria lebih 5 gr/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.

Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.

14

Page 15: BAB IIIfgh

Kenaikan kadar kreatinin plasma

Gangguan visus dan serebral; penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan pandangan

kabur

Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula

glisson).

Edema paru – paru dan sianosis.

Hemolisis mikroangiopatik.

Trombositpenia berat : <100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.

Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler); peningkatan kadar alanin dan aspartate

aminotransferase.

Pertumbuhan janin intrauterin terhambat.

Sindrom HELLP (Saifudin,Abdul Bari.2010).

2.1.1.9. Pencegahan Preeklampsia

Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsia pada

perempuan hamil yang mempunyai risiko terjadinya preeklampsia. Preeklampsia adalah suatu

sindroma dari proses implantasi sehingga tidak secara keseluruhan dapat dicegah. Pencegahan dapat

dilakukan dengan nonmedikal dan medikal.

1. Pencegahan dengan nonmedikal

Pencegahan nonmedikal ialah pencegahan dengan tidak memberikan obat. Cara yang paling sederhana

ialah melakukan tirah baring. Di indonesia tirah baring masih diperlukan pada mereka yang

mempunyai risiko tinggi terjadinya preeklampsia, meskipun tirah baring tidak terbukti mencegah

terjadinya preeklampsia.

Hendaknya diet tambahan suplemen yang mengandung :

a. Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega 3 PUFA

15

Page 16: BAB IIIfgh

b. Antioksidan : vitamin C, vitamin E, β-karoten, CoQ10, N-Asetilsistein, asam lipoik

c. Elemen logam berat : zinc, magnesium, kalsium

2. Pencegahan dengan medikal

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan pemberian obat meskipun belum ada bukti yang kuat dan

sahih. Pemberian diuretik tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia bahkan memperberat

hipovolemia. Antihipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia

Pemberian kalsium : 1.500 – 2.000 mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko tinggi

terjadinya preeklampsia. Selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari, magnesium 365 mg/hari.

Obat antitrombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsia ialah aspirin dosis rendah rata – rata

dibawah 100 mg/hari, atau dipiridamole, Dapat juga diberikan obat – obatan antioksidan, misalnya

vitamin C, vitamin E, β-karoten, CoQ10, N-Asetilsistein, dan asam lipoik (Saifudin,Abdul Bari.2010).

2.1.2. Konsep Dasar Penatalaksanaan Preeklampsia Ringan

2.1.2.1. Penatalaksanaan Preeklampsia Ringan

16

Page 17: BAB IIIfgh

Jika kehamilan <37 minggu, dan tidak ada tanda – tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu

secara rawat jalan :

1. Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.

2. Lebih banyak istirahat

3. Diet biasa.

4. Tidak perlu diberi obat – obatan

5. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :

Diet biasa

Pantau tekanan darah 2X sehari, proteinuria 1X sehari

Tidak perlu obat – obatan

Tidak perlu diuretik, kecuali terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal

akut

Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan :

Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda – tanda preeklampsia berat

Kontrol 2 kali seminggu

Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali

Jika tidak ada tanda – tanda perbaikan, tetap dirawat

Jika terdapat tanda – tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi

kehamilan

Jika proteinuria meningkat, tangani sebai preeklampsia berat

6. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dextrose IV 10

tetes/menit atau dengan prostagladin

7. Jika serviks belum matang, berikan prostagladin, misoprostol atau kateter folley atau terminasi

dengan seksio sesarea (Saifudin Abdul Bari. 2011)

2.1.2.2. Diet Preeklamsia

17

Page 18: BAB IIIfgh

Menurut Rukiyah dan Lia Yulianti (2010) Ciri khas dari diet preeklampsi memperhatikan

asupan garam dan protein. Tujuan dari pemberian diet preeklampsi dengan tujuan : mencapai dan

mempertahankan status gizi optimal, mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar tetap normal,

mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan, mencapai keseimbangan nitrogen, menjaga

agar mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah

persalinan.

Syarat diet pada preeklampsi harus diperhatikan : energy dan zat gizi yang diberikan secara

bertahap sesuai dengan kemempuan pasien dalam menerima makanan; penambahan energy tidak

melebihi 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil, garam diberikan rendah sesuai dengan berat

ringanya retensi garam atau air. Penambahan berat badan diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah

1 kg/minggu; protein tinggi (1 ½ -2 gram/kgBB); pemberian lemak sedang, sebagian lemak berupa

lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda; vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit

lebih tinggi; mineral cukup terutama calcium dan kalium; bentuk makanan disesuaikan dengan

kemampuan makan pasien; cairan diberikan 2500 ml/hari. Pada keadaan Oliguria cairan dibatasi dan

disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernafasan.

Ada 3 macam pemberian diet untuk preeklampsi yaitu :

1. Diet preeklampsi I, diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsi berat. Makanan diberikan

dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan diberikan paling sedikit

1500 ml sehari peroral dan kekurangannya diberikan secara parenterl. Karena makanan ini

kurang mengandung zat gizi dan energy, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.

2. Diet preeklampsi II diberikan kepada preeklampsi yang penyakitnya tidak terlalu berat atau

sebagai makanan peralihan dari diet preeklampsi I. makanan diberikan dalam bentuk saring atau

lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. dalam diet ini makanan yang diberikan cukup

mengandung energy dan zat gizi lainnya.

18

Page 19: BAB IIIfgh

3. Diet preeklampsi III diberikan kepada pasien dengan preeklampsi ringan atau sebagai peralihan

dari diet preeklampsi II. Pada diet ini makanan mengandung protein tinggi dan rendah garam.

Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet jumlah energy harus disesuaikan

dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang

diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energy.

2.1.3. Konsep Dasar Pengetahuan

2.1.3.1. PengertianPengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap

objek tertentu (Sunaryo, 2004). Jadi pengetahuan adalah hasil dari apa yang kita tahu tentang suatu

objek tertentu melalui proses sensoris, khususnya mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, akan bersifat

langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan

berlangsung lama. Menurut Notoatmodjo (1977, dalam Sunaryo 2004) menyebutkan bahwa sebelum

seseorang mengadopsi perilaku baru akan terjadi suatu proses yang berurutan dalam diri orang tersebut

yaitu:

1) Awarenees ( kesadaran ); yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus ( objek ) terlehih dahulu.

2) Interest ( tertarik ); yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

19

Page 20: BAB IIIfgh

3) Evaluation ( mempertimbangkan ); yakni baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap seseorang sudah lebih baik.

4) Trial ( mencoba ); yaitu orang tersebut telah berperilaku baru.

5) Adoption ( mengadaptasi ); yaitu orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PengetahuanMenurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu:1) Pengalaman, dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun dari orang lain.

Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.2) Tingkat pendidikan, dapat membawa wawasan pengetahuan seseorang. Secara umum

seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih

luas dibandingkan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Pendidikan

adalah proses pegubahan sikap dan tata laku seseorang/ kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, cara, dan

perbuatan mendidik (depdiknas, 2001).3) Umur, lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai saat ini. Umur merupakan

periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Semakin

bertambah umur, seseorang akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.4) Pekerjaan, kegiatan sehari-hari yang dilakukan seseorang untuk memenuhi

kebutuhannya.5) Keyakinan, biasanya keyakinan diperoleh secara turun menurun tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang

baik itu pengetahuan yang sifatnya positif ataupun negatif.6) Fasilitas, merupakan sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang misalnya: radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

20

Page 21: BAB IIIfgh

7) Penghasilan, tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Bila

penghasilan cukup besar maka dia akan mampu memberi fasilitas-fasilitas sumber

informasi.8) Sosial budaya, kebudayaan setempat dan kebiasaan di dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.1.3.3. Cara mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut diatas (Notoatmodjo, 2005)

2.1.3.4. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-

beda. Secara garis besar menurut Notoatmodjo (2005 : 50) pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan yaitu :

1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Karena tahu ini hanya mengingat kembali sesuatu yang spesifik maka

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.

2) Memahami (comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.

3) Aplikasi (aplication) yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum,

rumus dan metode dalam situasi nyata.

21

Page 22: BAB IIIfgh

4) Analisis (analysis) artinya kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-

bagian lebih kecil tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait

satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis) yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

2.2. Kerangka Konsep

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu disertai dengan proteinuria.

Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang – kejang dan/atau koma (Saifudin,Abdul

Bari.2010). Penatalaksanaan Preeklampsia ringan, jika kurang dari 37 minggu, dan tidak ada tanda –

tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan: pantau tekanan darah,

proteinuria, refleks, dan kondisi janin. Lebih banyak istirahat. Diet biasa. Tidak perlu obat – obatan.

(Saifudin,Abdul Bari.2011). Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap

penatalaksanaan preeklampsinya.

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, akan bersifat

langgeng dan sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan

berlangsung lama (Sunaryo, 2004). Menurut Notoatmodjo (2003). Faktor yang mempengaruhi

22

Page 23: BAB IIIfgh

pengetahuan ialah pengalaman, tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, keyakinan, fasilitas, penghasilan,

dan sosial budaya. Pengetahuan tersebut dapat dibedakan menjadi pengetahuan baik, cukup dan kurang

baik.

Selain pengetahuan yang menjadi faktor predisposisi pembentuk perilaku penatalaksanaan

preeklampsia ringan adalah sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai–nilai dan sebagainya. Kemudian

untuk membentuk perilaku diperlukan dua faktor lain, yaitu faktor pemungkin dan faktor pendorong.

Lingkungan fisik dan fasilitas kesehatan merupakan faktor pemungkin. Fasilitas merupakan sumber

informasi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Sedangkan faktor pendorong adalah sikap

tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan. Untuk mempermudah memahami uraian diatas,

dapat dilihat pada bagan kerangka konsep penelitian di bawah ini:

BAGAN 1

Bagan Kerangka Konsep

Keterangan:

= Diteliti

= Tidak diteliti

{Sumber : Modifikasi dari konsep perilaku Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005)}

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

23

Perilaku ibu hamil dalam Penatalaksanaan Preeklampsia Ringan

SikapKepercayaanKeyakinanNilai-nilai

Pengetahuan

Faktor predisposisi

Faktor Pendorong

Sikap tokoh masyarakat dan agamaSikap petugas kesehatan

Faktor pemungkin

Lingkungan fisikFasilitas kesehatan

Page 24: BAB IIIfgh

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan

cross sectional, yaitu suatu penelitian analitik dimana variabel-variabel yang termasuk faktor

resiko (sebab) dan variabel-variabel yang termasuk efek (akibat) yang terjadi pada objek

diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Hal ini sesuai dengan tujuan

penulis yaitu mendapatkan gambaran pengetahuan ibu hamil preeklampsia ringan dalam prenatal

aksanaan preeklampsia ringan di UPTD puskesmas Tirtamulya Kabupaten Karawang.

3.2 Definisi Konseptual dan Operasionalisasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau

didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu ( Notoatmodjo, 2005 ).

Variabel yang akan diteliti adalah pengetahuan ibu hamil preeklampsia ringan dalam

penatalaksanaan preeklampsia ringan. Berikut ini adalah tabel definisi konsep dan operasional

variabel :

TABEL 2

DEFINISI KONSEP DAN OPERASIONALISASI VARIABEL

No Variabel Definisi Konseptual/Definisi Teori

Definisi Operasional SkalaUkur

JenisData

Alat Ukur Cara Ukur

1. Pengetahuan ibu hamil dalam penatalaksanaan preeklampsia ringan.

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terha dap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).

Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang preeklampsia ringan meliputi: pengertian preeklampsia ringan, tanda dan gejala preeklampsia ringan, faktor penyebab

Ordinal Katagori Kuesioner / angket dalam bentuk pilihantunggal

Membagikan kuesioner / angket untuk dijawab dan diisi

24

Page 25: BAB IIIfgh

preeklampsia ringan dan pencegahan preeklampsia ringan.Persentase hasil dikatakan Baik, apabila> 75% jawaban benar. Diakatakan Cukup, apabila 60-75% jawaban benar. Dikatakan Kurang, apabila < 60% jawabanbenar.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,

2005). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan preeklampsia ringan di

Kabupaten Karawang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini

adalah sebagian ibu hamil dengan preeklampsia ringan yang berobat ke UPTD puskesmas

Tirtamulya Kabupaten Karawang. Banyaknya jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah < 10.000 sehingga mengacu pada rumus dibawah ini (Notoatmodjo, 2005, hlm.92) :

n=N

1+N (�� � ��2)

keterangan: n= banyaknya sampel

N= jumlah populasi pasien skizofrenia

d= derajat kesalahan yang diinginkan (0,05)

25

Page 26: BAB IIIfgh

Dari rumus di atas diambil dari data rata-rata kunjungan pasien selama satu bulan

sebanyak .... pasien preeklampsia ringan dengan tingkat kepercayaan 95% dan derajat kesalahan

( α = 0,05). Jadi, jumlah sampel yang akan diteliti adalah sebanyak .... responden.Teknik dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan metode purposive sampling

dimana pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoatmojo, 2005, hlm. 88). Adapun yang termasuk ke dalam kriteria sampel (kriteria inklusi)

yaitu :

a. Ibu hamil dengan preeklampsia ringan yang kontrol secara teratur satu kali seminggu atau

dua kali seminggu ke UPTD. Puskemas tirtamulya Kabupaten Karawang.

b. Tingkat pendidikannya SD sampai SMA.

c. Bersedia menjadi responden.

d. Dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik.

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2002), instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan

sesuatu metode. Untuk memperoleh data tentang pasien preeklampsia ringan, sesuai maksud

dan tujuan penelitian, maka diperlukan alat pengumpul data (instrumen) yang tepat. Instrumen

penelitian ini adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik sehingga lebih mudah diolah

(Saryono, 2008).

26

Page 27: BAB IIIfgh

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengukur pengetahuan.

Semua sumber dalam pembuatan instrumen ini berasal dari beberapa konsep yang ada dalam

buku. Sehingga untuk menguji keandalan dan kepercayaan kuesioner yang telah dibuat maka

peneliti mencoba melakukan uji validitas dan reabilitas dari kuesioner tersebut.

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukuran itu benar-

benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005, hlm. 129). Uji validitas ini

dilakukan untuk menguji ketepatan suatu item dalam mengukur instrumennya. Sebelum

mengumpulkan data di daerah penelitian, instrument yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data di uji coba terlebih dahulu. Proses uji coba terhadap alat ukur

dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian pernyataan yang terdapat pada alat ukur dalam

menunjang kriteria yang diharapkan dari penelitian.

Teknik uji validitas yang telah dipakai adalah korelasi product moment yaitu dengan

cara menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total seluruh

item. Rumus Pearson Product Moment tersebut ialah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005): 2222

YYNXXN

YXXYNR

Keterangan:

R = Koefisien korelasi

X = Pertanyaan nomor 1

Y = Skor total

N = Ukuran sample

XY= Skor pertanyaan nomor1 dikali skor total

Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu significant, maka

perlu dilihat pada tabel nilai product moment (Notoatmodjo. 2005). Menurut Kaplan dan

27

Page 28: BAB IIIfgh

Saccuzo (1993) suatu item pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel

penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan

0,300.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

dipercaya dan dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2005). Setelah mengukur validitas, maka

peneliti perlu mengukur reliabilitas data, untuk mengetahui alat ukur tersebut dapat

digunakan atau tidak.

Adapun rumus untuk menguji pengetahuan digunakan rumus koefisien reliabilitas

Kuder Richardson 20 (KR – 20) (Arikunto, 2006) :

Vt

pqVt

k

kR

1

Keterangan:

R: Reabilitas instrument

K: Banyaknya butir pertanyaan

Vt : Varians total

P: Proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek yang

mendapat skor 1)

p : Banyaknya subjek yang skornya 1 : n

q : Banyaknya subjek yang skornya 0 : 1 = 1- p

Sekumpulan pertanyaan dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitasnya lebih dari

atau sama dengan 0,700 ( Kaplan & Saccuzo, 1993). Pengambilan keputusan:

1. Jika r alpha positif, serta r ≥ 0,700 maka faktor atau variabel tersebut reliabel

2. Jika r alpha tidak positif, serta r < 0,700 maka faktor atau variabel tersebut tidak

reliabel.28

Page 29: BAB IIIfgh

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan

karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003). Dalam

penelitian ini data yang dikumpulkan berasal dari Data primer yaitu data yang diperoleh

secara langsung dari responden yang mengisi kuesioner berisi daftar pertanyaan yang

telah diberikan kepada responden (Saryono, 2008).

Sebelum memulai penelitian, peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu dan

memberitahu kepada responden mengenai maksud atau tujuan penelitian dan manfaat serta

kerugian yang akan didapatkan oleh responden. Selanjutnya peneliti memberikan surat

pernyataan kesediaan menjadi responden (informed consent). Setelah responden bersedia,

responden mengisi data diri (karakteristik responden), kemudian responden diberikan

petunjuk oleh peneliti tentang tata cara untuk mengisi kuesioner, memberikan kuesioner

kepada pasien preeklampsia ringan yang berobat ke UPTD puskesmas Tirtamulya Kabupaten

Karawang, lalu memastikan bahwa responden mengisi kuesioner tanpa bantuan orang lain.

Setelah seluruh pertanyaan dijawab dan diisi oleh responden maka selanjutnya dikumpulkan

saat itu juga oleh peneliti, dan selanjutnya dianalisa.

3.5 Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariat, dimana hanya

melihat jumlah persentase gambaran pengetahuan ibu hamil dengan preeklampsia ringan dalam

penatalaksanaan preeklampsia ringan pada SPSS.

29

Page 30: BAB IIIfgh

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil dengan preeklampsia ringan dalam

penatalaksanaan preeklampsia ringan digunakan angket dengan penilaian jawaban benar diberi

nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Angket yang telah terkumpul selanjutnya diseleksi dan

dikelompokan dengan menggunakan perhitungan pengetahuan sebagai berikut:

~x=fn×100

Keterangan :

~x : persentase

f : Jumlah jawaban yang benar

n : Jumlah total soal

Menurut Arikunto (2002) hasil dari perhitungan persentase kemudian diklasifikasikan kedalam

standar objektif :

1. Baik bila didapat hasil 76%-100%

2. Cukup bila didapat hasil 60%-75%

3. Kurang bila didapat hasil 0-59 %

Setelah dipersentase selanjutnya data diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut

(Arikunto, 2002) :

0% : tidak satupun

1% - 25% : sebagian kecil

26% - 49% : hampir setengahnya

50% : setengahnya

51% - 75% : sebagian besar

76% – 99% : hampir seluruhnya

100% : seluruhnya

30

Page 31: BAB IIIfgh

Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan presentase, kemudian

ditentukan presentasenya akan memudahkan dalam proses penyajian hasil penelitian (Arikunto,

2010).

3.6 Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, di antaranya:

3.6.1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpul.

3.6.2. CodingYaitu memeriksa dan memberikan kode jawaban kerangka atau kode tertentu sehingga

lebih mudah dan sederhana, dimana kode 1 (satu) untuk jawaban ya dan kode 0 (nol) untuk

jawaban tidak.3.6.3. Entry data

Tabulasi (menyusun data) yaitu mengorganisir data sedemikian rupa sehingga mudah

dijumlah, disusun dan disajikan dalam bentuk table atau grafik. Data yang sudah diberi kode

kemudian dimasukkan kedalam program computer.3.6.4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan, dilakukan

apabila terdapat kesalahan dalam melakukan pemasukan data yaitu dengan melihat distribusi

frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti. Seluruh data terkumpul, maka peneliti

melakukan pengolahan data dengan menggunakan program computer yaitu SPSS.

3.7 Keterbatasan

31

Page 32: BAB IIIfgh

Tentunya penelitian ini belum sempurna karena masih banyak kesalahan dan keterbatasan-

keterbatasan. Penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang

dapat memungkinkan responden menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan tidak jujur. Peneliti

hanya membahas pengetahuan ibu hamil dengan preeklampsia ringan dalam penatalaksanaan

preeklampsia ringan di UPTD. Puskesmas Tirtamulya Kabupaten karawang. Hal tersebut

dikarenakan masih kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti serta keterbatasan waktu,

dana dan tenaga yang kurang optimal dalam menyelesaikan penelitian ini.

3.8 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan adanya rekomendasi dari institusi

atau pihak lain dengan mengajukan permohonan ijin kepada Dinas Kesehatan Kabupaten

Karawang. Setelah mendapatkan persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi: inform consent, anonimity dan confidentiality.

3.8.1 Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti disertai judul

penelitian dan manfaat penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan

menghormati hak responden.

3.8.2 Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan, penelitian mencantumkan inisial nama responden.

32

Page 33: BAB IIIfgh

3.8.3 Confidentiality

Identitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain dan bahkan peneliti sendiri

sehingga responden dapat secara bebas untuk menentukan jawaban dari kuesioner tanpa takut

intimidasi. Keberhasilan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang akan di laporkan sebagai hasil penelitian.

33