5
BAB III PEMBORAN DAN KOMPLESI Perencanaan pemboran horisontal sangatlah penting sebelum dilakukannya pemboran hor dengan tujuan dapat melaksanakan operasi pemboran sesuai dengan waktu yang tepat un memperhitungkan segala sesuatu yang berhubungan dengan harga, perencanaan pemboran horizontal kurang lebih dengan operasi pemboran yang biasa dilakukan (pemboran tega pemboran miring), hanya saja akan berbeda peralatannya pada operasi bawah permukaa pemboran horizontal akan lebih rumit dibandingkan dengan pemboran biasa 3.1. Perencanaan Lintasan Pemboran Pelaksanaan Pemboran Horisontal tidak jauh berbeda dengan pemboran sumur-sumu vertikal, hanya saja pemboran horisontal memerlukan suatu desain pembelokan yang me proses perencanaan/penentuan arah/bidang bersudut tinggi untuk mencapai target yang direncanakan !ebelum melakukan pengeboran horisontal terlebih dulu harus dibuatrencana pengeboran (drilling planning), yang menyangkut juga masalah design pembel semua kegiatan-kegiatan yang nanti akan dilaksanakan berpedoman pada program terseb 3.1.1. Pengarahan lbang "esign pembelokan merupakan proses perencanaan penentuan arah/bidang b tinggi untuk mencapai target yang direncanakan "alam pelaksanaan pemboran, pengont terhadap arah lintasan merupakan hal yang menentukan keberhasilan pencapaian target pembelokan bertujuan untuk # $ %enghindari terjadinya problem-problem operasi & %eminimalkan terjadinya pergeseran akhir pembelokan (end o' the curve/ *) + %eminimalkan panjang pipa pemboran pada proses pembentukan sudut oleransi terhadap penyimpangan target kecil . oleransi terhadap berbagai peralatan produksi dan peralatan penunjang lain

BAB IIIpemboan Berarah 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

directional drilling

Citation preview

BAB IIIPEMBORAN DAN KOMPLESI

Perencanaan pemboran horisontal sangatlah penting sebelum dilakukannya pemboran horisontal, dengan tujuan dapat melaksanakan operasi pemboran sesuai dengan waktu yang tepat untuk memperhitungkan segala sesuatu yang berhubungan dengan harga, perencanaan pemboran horizontal kurang lebih dengan operasi pemboran yang biasa dilakukan (pemboran tegak dan pemboran miring), hanya saja akan berbeda peralatannya pada operasi bawah permukaan, untuk pemboran horizontal akan lebih rumit dibandingkan dengan pemboran biasa

3.1. Perencanaan Lintasan PemboranPelaksanaan Pemboran Horisontal tidak jauh berbeda dengan pemboran sumur-sumur vertikal, hanya saja pemboran horisontal memerlukan suatu desain pembelokan yang merupakan proses perencanaan/penentuan arah/bidang bersudut tinggi untuk mencapai target yang direncanakan.Sebelum melakukan pengeboran horisontal terlebih dulu harus dibuat rencana pengeboran (drilling planning), yang menyangkut juga masalah design pembelokan karena semua kegiatan-kegiatan yang nanti akan dilaksanakan berpedoman pada program tersebut.

3.1.1. Pengarahan lubang Design pembelokan merupakan proses perencanaan penentuan arah/bidang bersudut tinggi untuk mencapai target yang direncanakan. Dalam pelaksanaan pemboran, pengontrolan terhadap arah lintasan merupakan hal yang menentukan keberhasilan pencapaian target. Design pembelokan bertujuan untuk :1. Menghindari terjadinya problem-problem operasi.1. Meminimalkan terjadinya pergeseran akhir pembelokan (end of the curve/EOC).1. Meminimalkan panjang pipa pemboran pada proses pembentukan sudut.1. Toleransi terhadap penyimpangan target kecil.1. Toleransi terhadap berbagai peralatan produksi dan peralatan penunjang lain.

Langkah awal dari perencanaan pemboran horisontal adalah merencanakan lintasan pemboran atau target pemboran. Design pemboran berisikan proposal dari berbagai lintasan yang dapat dibor dan secara ekonomi menguntungkan.Lubang bor pada pemboran horisontal dibagi menjadi tiga phase, yaitu :1. Bagian lubang vertikal1. Bagian penambahan sudut kemiringan sampai kedalaman target1. Bagian pemboran horisontal

Pada perencanaan, masing-masing bagian digambarkan dalam kondisi ideal sesuai dengan sudut arah dan besar laju pertambahan sudut yang diinginkan. Dalam penggambaran tersebut ditunjukkan posisi KOP, arah target, besar DABU, besar DADO, panjang bagian horisontal, serta ukuran dan kedalaman casing yang akan dipasang.Penggambaran bagian pertambahan sudut dilakukan dengan metode Radius Of Curvature. Metode ini menganggap segmen-segmen lubang bor berupa busur suatu lingkaran yang menyinggung dua titik survey yang mempunyai sudut kemiringan tertentu. Sedangkan pada penggambaran bagian lubang tanpa pertambahan sudut digunakan metode tangential.Interval perhitungan disesuaikan dengan satuan DABU, yaitu 100 ft. Hasil perhitungan tiap bagian lubang digambarkan dalam bentuk proyeksi vertikal dan horisontal yang selanjutnya dijadikan pembandingan hasil perhitungan data survey operasi pemboran di lapangan.

3.1.1.1. Prinsip PembelokanPembelokan lubang bor dalam pemboran horisontal dilakukan dengan besar sudut kemiringan dan arah tertentu sesuai dengan type pemboran horisontal yang dipilih. Pembelokan lubang bor dimulai dari KOP hingga target arah yang diinginkan (EOC/End Of Curvature), pembelokan arah diusahakan agar tidak mengalami penyimpangan terhadap rencana / target, untuk itu arah lubang bor dikontrol melalui peralatan Measurement While Drilling (MWD). Sedangkan pengaturan sudut dilakukan dengan tiga cara, yang pada prinsipnya merupakan cara penyusunan peralatan pemboran horisontal (BHA), sehingga dapat menimbulkan efek tertentu terhadap sudut kemiringan pemboran yang dilakukan. Prinsip-prinsip tersebut adalah :1. Prinsip Pendulum1. Prinsip Fulcrum1. Prinsip StabilisasiPrinsip-prinsip ini berhubungan erat dengan pengaturan jarak antara titik tangential (titik sentuh peralatan dengan dinding sumur yang terdekat dengan bit) terhadap bit. Pengaturan ini dilakukan dengan menempatkan stabilizer pada jarak tertentu pada bit.Pengontrolan arah yang baik adalah penting di dalam pemboran horisontal, sebab pengontrolan yang kurang baik akan menyebabkan :1. Menghabiskan waktu serta biaya mahal.1. Dog Leg dan Key Seat.Disamping itu untuk mengontrol arah yang baik juga diperlukan :1. Perencanaan lubang bor yang baik.1. Pemilihan peralatan-peralatan yang tepat.1. Memonitor secara akurat dari setiap arah pemboran.

A. Prinsip PendulumPada cara ini, jarak titik tangentsial diperbesar dengan jalan menempatkan stabilizer jauh dari bit (30 90 ft di atas bit). Dengan cara penempatan ini dan dengan pemakaian stabilizer yang berukuran kecil, maka gaya gravitasi mempunyai kecenderungan menarik bit ke arah sumbu vertikal lubang, akibatnya sudut kemiringan semakin kecil. Pengaturan pengurangan besar sudut kemiringan dilakukan dengan jalan mengatur ukuran stabilizer dan jarak stabilizer terhadap bit.

B. Prinsip FulcrumPrinsip ini dimaksudkan untuk memperbesar sudut kemiringan yang telah tercapai, yaitu dengan cara menempatkan stabilizer didekat bit dan juga pembebanan yang cukup berat pada drill stem. Karena stabilizer akan menjadi tumpuan berat seluruh peralatan di atasnya, maka ketika mendapatkan pembebanan stabilizer memberikan efek menggeser ke arah bit, dan setiap penekanan senantiasa akan memperbesar sudut kemiringan. Penambahan besar sudut kemiringan dapat diatur dengan mengubah-ubah ukuran stabilizer dan besar pembebanan tanpa mengubah letak / posisi stabilizer pada saat pemboran, dapat dijelaskan pada gambar 4-9.

C. Prinsip StabilisasiPrinsip Stabilisasi ini dimaksudkan untuk menjaga sudut kemiringan yang telah tercapai. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyusun BHA sekekar mungkin, sehingga dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pengaruh pembebanan dan perubahan titik tangensial. Prinsip-prinsip ini sering dilakukan untuk bagian pertambahan, penurunan dan mempertahankan sudut yang dipasang bersama-sama dengan alat MWD.Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengaturan sudut kemiringan adalah besar WOB, RPM, dan faktor hidrolika pada bit. WOB yang terlalu besar akan memperbesar sudut kemiringan, sedangkan RPM dan hidrolika yang terlalu besar akan mengakibatkan pembesaran lubang (wash out), sehingga sudut kemiringan mengecil

3.1.1.2. Cara PembelokanPemboran horisontal dapat dilakukan dengan cara konvensional dan cara steerable motor.A. Cara KonventionalPembuatan lubang bor horisontal dengan cara konventional, yaitu memutar rangkaian pipa bor dengan rotary table. Pada rangkaian pipa tersebut dipasang susunan Bottom Hole Assembly (BHA) tertentu untuk mencapai target pemboran horisontal. Cara pemboran konventional ini pada saat pembuatan lubang bor bersudut besar dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Build Up Rate dapat dicapai sekitar 4 5/100 ft.1. Panjang bagian horisontal dapat mencapai sekitar 800 1000 ft dengan sudut sekitar 82 - 85.1. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga arah lubang agar sesuai program pemboran.1. Memerlukan banyak jenis Bottom Hole Assembly1. Pengaturan parameter pemboran seperti WOB, RPM, Flow Rate sangat ditentukan dengan kondisi lubang (arah dan kemiringan) pada saat pemboran berlangsung.

B. Cara Steerable MotorPembuatan lubang horisontal dengan cara steerable motor dengan menggunakan suatu motor untuk memutar bit, sehingga pada cara ini rangkaian pipa bor tidak berputar. Motor pemutar yang sedang dikembangkan saat ini adalah buatan Nortrak.Cara steerable motor ini pada saat pembuatan lubang bor bersudut besar dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Jika diperlukan Build Up Rate dapat mencapai 6/100 ft.1. Tidak terjadi kesulitan ketika mengebor pada bagian horisontal, karena arah dan kemiringan dapat dijaga dengan ketelitian tinggi sesuai dengan program pemboran.1. Hanya memerlukan satu jenis Bottom Hole Assembly (BHA) untuk setiap hole section.1. Pengaturan parameter pemboran seperti WOB, RPM, Flow Rate relatif lebih fleksibel daripada cara konvensional, sehingga memperbesar laju pemboran.1. Secara keseluruhan waktu pemboran dan biaya pemboran lebih kecil daripada cara konvensional.Semakin tipis lapisan produktif dapat mempersulit pembuatan lubang horisontal, karena dapat memperkecil batas penyimpangan lubang bor, maka disinilah dituntut ketelitian alat dan ketrampilan untuk menjaga arah dan kemiringan sesuai dengan target rencana pemboran. Hal ini telah dapat diatasi oleh Nortrak Steerable Motor dan teknologi MWD.

Gambar 3.1 Steereble Motor