5
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Bit (Beta vulgaris L.) Bit (Beta vulgaris L.) termasuk dalam famili Chenopodiaceae, merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput. Batangnya sangat pendek sehingga hampir tidak kelihatan. Bagian tanaman yang dimakan adalah umbi yang bentuknya bulat hampir menyerupai gasing. Umbi ini merupakan hasil perubahan bentuk dari akar tunggang. Bunganya berwarna kehijau- hijauan. Tanaman ini memiliki beberapa forma, diantaranya ialah - B. vulgaris f. alba dengan kulit umbi putih, - B. vulgaris f. altissima (bit gula) dengan kulit umbi kuning atau putih, - B. vulgaris f. cicla (bit putih) dengan umbi memanjang, - B. vulgaris f. rubra (bit merah) dengan kulit umbi merah. Dari daerah asalnya yaitu Eropa Selatan dan sekitar Laut Tengah, bit (Beta vulgaris L.) kemudian tersebar kemana-mana. Di Indonesia beberapa forma telah dicoba ditanam, yaitu f. alba di Cibodas dan Padang, f. altissima di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Cibodas,serta f. cicla dan f. rubra di Jawa. Hanya f. rubra- 4

BAB IIreferensi buah beet

  • Upload
    deventa

  • View
    16

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dasar teori buah beet

Citation preview

Page 1: BAB IIreferensi buah beet

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Bit (Beta vulgaris L.)

Bit (Beta vulgaris L.) termasuk dalam famili Chenopodiaceae, merupakan

tanaman semusim yang berbentuk rumput. Batangnya sangat pendek sehingga

hampir tidak kelihatan. Bagian tanaman yang dimakan adalah umbi yang

bentuknya bulat hampir menyerupai gasing. Umbi ini merupakan hasil

perubahan bentuk dari akar tunggang. Bunganya berwarna kehijau-hijauan.

Tanaman ini memiliki beberapa forma, diantaranya ialah

- B. vulgaris f. alba dengan kulit umbi putih,

- B. vulgaris f. altissima (bit gula) dengan kulit umbi kuning atau putih,

- B. vulgaris f. cicla (bit putih) dengan umbi memanjang,

- B. vulgaris f. rubra (bit merah) dengan kulit umbi merah.

Dari daerah asalnya yaitu Eropa Selatan dan sekitar Laut Tengah, bit (Beta

vulgaris L.) kemudian tersebar kemana-mana. Di Indonesia beberapa forma

telah dicoba ditanam, yaitu f. alba di Cibodas dan Padang, f. altissima di Jawa

Tengah, Jawa Timur dan Cibodas,serta f. cicla dan f. rubra di Jawa. Hanya f.

rubra-lah yang ternyata sampai saat ini banyak dibudidayakan orang dari

dataran rendah sampai 1800 m di atas permukaan laut. Walaupun dapat juga

tumbuh di dataran rendah, namun bit (Beta vulgaris L.) tidak mampu

membentuk umbi. Tanah yang dikehendaki untuk pertumbuhannya adalah

tanah gembur, banyak mengandung humus, dan lembab. Tanah-tanah alluvial

merupakan tanah yang cocok untuk pertumbuhannya dengan derajat

keasaman atau pH antara 6-7.

Benih bit (Beta vulgaris L.) sudah dapat diusahakan di Indonesia sehingga

benihnya sudah dapat dibeli di toko benih tanaman sayur-sayuran. Pada saat

penanaman, biji-biji ditaburkan dengan hati-hati ke dalam alur-alur yang telah

dibuat, kemudian ditutup tipis dengan tanah. Pada saat tanaman baru ditanam,

penyiraman dilakukan setiap hari dengan gembor yang lubangnya halus

4

Page 2: BAB IIreferensi buah beet

supaya tidak merusak pertanaman. Agar diperoleh hasil yang memuaskan,

maka tanaman sebaiknya diberi pupuk buatan berupa ZA, DS, dan ZK dengan

perbandingan 2 : 1: 1. Beberapa penyakit seperti bercak daun dan bercak

hitam ternyata dapat merusak dan menurunkan hasil bit (Beta vulgaris L.)

hingga cukup tinggi. Yang paling sering dijumpai adalah rusaknya umbi bit

(Beta vulgaris L.) sebagai akibat dari penyakit fisiologis, seperti black spot.

Penyakit ini disebabkan karena kekurangan unsur boron.

Umbi bit (Beta vulgaris L.) mengandung gula alami serta vitamin B,

vitamin C, dan sedikit vitamin A. kandungan gula di dalam bit (Beta vulgaris

L.) umumnya adalah 17 % dari berat, tetapi angka ini tergantung dari varietas

dan juga bervariasi dari tahun ke tahun dan dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

Masyarakat menggunakannya untuk masakan salad atau dibuat acar. Kecuali

umbinya, daunnya juga dapat dibuat lalap setelah dimasak. Selain bisa

dimanfaatkan sebagai makanan, umbi bit (Beta vulgaris L.) juga mengandung

zat antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dan melindungi kulit dari

penuaan dini.

Adapun klasifikasi bit (Beta vulgaris L.) adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Subkerajaan : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Caryophyllidae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Chenopodiaceae

Genus : Beta

Spesies : Beta vulgaris

5

Page 3: BAB IIreferensi buah beet

2.2 Kembang Gula

Kembang gula adalah jenis makanan kecil dan ringan yang terbuat dari

gula. Kembang gula banyak disukai anak-anak karena rasanya manis dan

dikemas dengan sangat menarik. Kembang gula merupakan makanan yang

tahan lama serta cara pembuatannya tidak terlalu rumit.

Bahan dasar kembang gula adalah sukrosa (gula murni yang dikenal

sehari-hari dalam bentuk kristal). Adapun jenis gula yang lain adalah fruktosa

(gula buah yang terkandung dalam buah-buah segar), laktosa (gula susu yang

hanya terdapat dalam susu), dan glukosa (gula hasil sintesis karbohidrat yang

banyak ditemukan dalam buah anggur).

Budaya mengonsumsi dan membuat kembang gula di Indonesia dibawa

oleh orang Belanda pada masa penjajahan tahun 1700-an. Pada saat itu

Belanda mengirim 10.000 pon (5000 kg) produk yang disebut candied ginger

(kembang gula jahe) dari Batavia ke Eropa. Makanan ini digemari di Eropa

karena dapat menyembuhkan kembung (flatulensi). Pada masa itu kembang

gula hanya bisa dikonsumsi oleh keluarga bangsawan dan priyayi serta

pembuatannya hanya boleh diproduksi oleh pabrik Belanda. Sebuah buku

zaman Belanda karya Badudu Zain menyebutkan jenis-jenis kembang gula

yang ada saat itu adalah bonbon, permen strong pepermunt, grip, kenari, kopi,

busa, gombal, dan pastiles.

6