Upload
deventa
View
16
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dasar teori buah beet
Citation preview
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Bit (Beta vulgaris L.)
Bit (Beta vulgaris L.) termasuk dalam famili Chenopodiaceae, merupakan
tanaman semusim yang berbentuk rumput. Batangnya sangat pendek sehingga
hampir tidak kelihatan. Bagian tanaman yang dimakan adalah umbi yang
bentuknya bulat hampir menyerupai gasing. Umbi ini merupakan hasil
perubahan bentuk dari akar tunggang. Bunganya berwarna kehijau-hijauan.
Tanaman ini memiliki beberapa forma, diantaranya ialah
- B. vulgaris f. alba dengan kulit umbi putih,
- B. vulgaris f. altissima (bit gula) dengan kulit umbi kuning atau putih,
- B. vulgaris f. cicla (bit putih) dengan umbi memanjang,
- B. vulgaris f. rubra (bit merah) dengan kulit umbi merah.
Dari daerah asalnya yaitu Eropa Selatan dan sekitar Laut Tengah, bit (Beta
vulgaris L.) kemudian tersebar kemana-mana. Di Indonesia beberapa forma
telah dicoba ditanam, yaitu f. alba di Cibodas dan Padang, f. altissima di Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Cibodas,serta f. cicla dan f. rubra di Jawa. Hanya f.
rubra-lah yang ternyata sampai saat ini banyak dibudidayakan orang dari
dataran rendah sampai 1800 m di atas permukaan laut. Walaupun dapat juga
tumbuh di dataran rendah, namun bit (Beta vulgaris L.) tidak mampu
membentuk umbi. Tanah yang dikehendaki untuk pertumbuhannya adalah
tanah gembur, banyak mengandung humus, dan lembab. Tanah-tanah alluvial
merupakan tanah yang cocok untuk pertumbuhannya dengan derajat
keasaman atau pH antara 6-7.
Benih bit (Beta vulgaris L.) sudah dapat diusahakan di Indonesia sehingga
benihnya sudah dapat dibeli di toko benih tanaman sayur-sayuran. Pada saat
penanaman, biji-biji ditaburkan dengan hati-hati ke dalam alur-alur yang telah
dibuat, kemudian ditutup tipis dengan tanah. Pada saat tanaman baru ditanam,
penyiraman dilakukan setiap hari dengan gembor yang lubangnya halus
4
supaya tidak merusak pertanaman. Agar diperoleh hasil yang memuaskan,
maka tanaman sebaiknya diberi pupuk buatan berupa ZA, DS, dan ZK dengan
perbandingan 2 : 1: 1. Beberapa penyakit seperti bercak daun dan bercak
hitam ternyata dapat merusak dan menurunkan hasil bit (Beta vulgaris L.)
hingga cukup tinggi. Yang paling sering dijumpai adalah rusaknya umbi bit
(Beta vulgaris L.) sebagai akibat dari penyakit fisiologis, seperti black spot.
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan unsur boron.
Umbi bit (Beta vulgaris L.) mengandung gula alami serta vitamin B,
vitamin C, dan sedikit vitamin A. kandungan gula di dalam bit (Beta vulgaris
L.) umumnya adalah 17 % dari berat, tetapi angka ini tergantung dari varietas
dan juga bervariasi dari tahun ke tahun dan dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Masyarakat menggunakannya untuk masakan salad atau dibuat acar. Kecuali
umbinya, daunnya juga dapat dibuat lalap setelah dimasak. Selain bisa
dimanfaatkan sebagai makanan, umbi bit (Beta vulgaris L.) juga mengandung
zat antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dan melindungi kulit dari
penuaan dini.
Adapun klasifikasi bit (Beta vulgaris L.) adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Subkerajaan : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Caryophyllidae
Ordo : Caryophyllales
Familia : Chenopodiaceae
Genus : Beta
Spesies : Beta vulgaris
5
2.2 Kembang Gula
Kembang gula adalah jenis makanan kecil dan ringan yang terbuat dari
gula. Kembang gula banyak disukai anak-anak karena rasanya manis dan
dikemas dengan sangat menarik. Kembang gula merupakan makanan yang
tahan lama serta cara pembuatannya tidak terlalu rumit.
Bahan dasar kembang gula adalah sukrosa (gula murni yang dikenal
sehari-hari dalam bentuk kristal). Adapun jenis gula yang lain adalah fruktosa
(gula buah yang terkandung dalam buah-buah segar), laktosa (gula susu yang
hanya terdapat dalam susu), dan glukosa (gula hasil sintesis karbohidrat yang
banyak ditemukan dalam buah anggur).
Budaya mengonsumsi dan membuat kembang gula di Indonesia dibawa
oleh orang Belanda pada masa penjajahan tahun 1700-an. Pada saat itu
Belanda mengirim 10.000 pon (5000 kg) produk yang disebut candied ginger
(kembang gula jahe) dari Batavia ke Eropa. Makanan ini digemari di Eropa
karena dapat menyembuhkan kembung (flatulensi). Pada masa itu kembang
gula hanya bisa dikonsumsi oleh keluarga bangsawan dan priyayi serta
pembuatannya hanya boleh diproduksi oleh pabrik Belanda. Sebuah buku
zaman Belanda karya Badudu Zain menyebutkan jenis-jenis kembang gula
yang ada saat itu adalah bonbon, permen strong pepermunt, grip, kenari, kopi,
busa, gombal, dan pastiles.
6