17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya perusahaan didirikan dengan tujuan–tujuan tertentu, tuj tersebut akan tercapai bila ada faktor-faktor yang menunjang, yaitu modal teknologi, bahan mentah (material), manusia (tenaga kerja), dan f produksi lainyang dikelola dengan baik secara efektif dan efisien untuk meningkatkan produktifitas. Dari keseluruhan sumber daya yang tersedia, s daya manusia merupakan faktor produksi yang paling penting dan sangat menentukan dalam pencapaian tujuan tersebut. Manusia yang dalam hal ini a tenaga kerja (karyawan) merupakan pusatnya dalam menentukan keberhasila perusahaan dengan hak dan keinginan yang tidak dapatdiabaikan. Dengan menyadari bahwa manusia pada dasarnya memiliki berbagai macam keb yang semakin lama semakin bertambah, untuk itu perusahaan harus memperhat kesejahteraan karyawannya baik berupa materil maupun inmateril, ha meningkatkan semangat karyawan sebagai pelaksana pekerjaan. Semangat kerja karyawan tergantung dari diri karyawan itu sendiri, n demikian pihak perusahaan juga perlu melakukan usaha-usaha untuk memotiva karyawannya sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. satu cara kunci keberhasilan dalam mengatasi masalah manajemen adalah den Manajemen Sumber Daya Manusia yang akan ditekankan untuk meningka tujuan perusahaan. Upaya yang dapat dilakukan perusahaan sebagai peningkatan semangat kerja karyawan yaitu dengan memberikan keseja yang memadai. Kebutuhan yang terpenuhi secara memadai dan wajar sendirinya akan banyak memberikan kontribusi bagi keberhasilan perusahaan mencapai tujuan. Dewasa ini persaingan industri yang semakin ketat dalam perkembangan dunia bisnis dan pesatnya perkembangan teknologi dan komputerisasi yang digunakan dalam proses produksi saat ini, menuntut adanya produkt efektifitas kerja. Peningkatan produktifitas merupakan dambaan setiap per 1

BAB I_Produktivitas Kerja

  • Upload
    annis

  • View
    120

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya perusahaan didirikan dengan tujuantujuan tertentu, tujuan tersebut akan tercapai bila ada faktor-faktor yang menunjang, yaitu modal, mesin, teknologi, bahan mentah (material), manusia (tenaga kerja), dan faktor-faktor produksi lain yang dikelola dengan baik secara efektif dan efisien untuk meningkatkan produktifitas. Dari keseluruhan sumber daya yang tersedia, sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang paling penting dan sangat menentukan dalam pencapaian tujuan tersebut. Manusia yang dalam hal ini adalah tenaga kerja (karyawan) merupakan pusatnya dalam menentukan keberhasilan perusahaan dengan hak dan keinginan yang tidak dapat diabaikan. Dengan menyadari bahwa manusia pada dasarnya memiliki berbagai macam kebutuhan yang semakin lama semakin bertambah, untuk itu perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan karyawannya baik berupa materil maupun inmateril, hal ini akan meningkatkan semangat karyawan sebagai pelaksana pekerjaan. Semangat kerja karyawan tergantung dari diri karyawan itu sendiri, namun demikian pihak perusahaan juga perlu melakukan usaha-usaha untuk memotivasi karyawannya sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Salah satu cara kunci keberhasilan dalam mengatasi masalah manajemen adalah dengan Manajemen Sumber Daya Manusia yang akan ditekankan untuk meningkatkan tujuan perusahaan. Upaya yang dapat dilakukan perusahaan sebagai pendorong peningkatan semangat kerja karyawan yaitu dengan memberikan kesejahteraan yang memadai. Kebutuhan yang terpenuhi secara memadai dan wajar dengan sendirinya akan banyak memberikan kontribusi bagi keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan. Dewasa ini persaingan industri yang semakin ketat dalam perkembangan dunia bisnis dan pesatnya perkembangan teknologi dan komputerisasi yang digunakan dalam proses produksi saat ini, menuntut adanya produktifitas dan efektifitas kerja. Peningkatan produktifitas merupakan dambaan setiap perusahaan,

1

tingkat produktifitas akan tinggi jika semangat kerja karyawan sebagai pelaksana pekerja tinggi dan sebaliknya tingkat produktifitas perusahaan akan rendah jika semangat kerja karyawan sebagai pelaksana pekerja rendah. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang harus ada dan penting dalam perusahaan disamping faktor-faktor produksi lainnya, Karena manusia merupakan unsur inti yang dapat melaksanakan pekerjaan dan organisasi. Manusia adalah sebagai perencana, pelaku dan penentu terwujudnya perusahaan. Sekalipun perusahaan telah menggunakan teknologi yang modern atau sistem komputerisasi tetapi sebagai penggerak manualnya tetap saja membutuhkan tenaga manusia (karyawan). Pekerjaan dan penghidupan yang layak mengandung pengertian bahwa pekerjaan sesungguhnya merupakan suatu hak manusia yang mendasar dan memungkinkan seseorang untuk melakukan aktivitas atau bekerja dalam kodisi yang sehat, selama bebas dari segala risiko akibat kerja, kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Sedang penghidupan yang layak merupakan dambaan setiap tenaga kerja untuk hidup secara manusiawi yang berpenghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup melalui tingkat kesejahteraan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Ada banyak hal yang mempengaruhi produktifitas kerja pegawai, salah satu contohnya adalah kompensasi yang diterima. Kompensasi di sini adalah balas jasa yang diterima pegawai dalam bentuk langsung maupun tidak langsung. Kompensasi dalam bentuk langsung dapat berupa gaji, upah, dan insentif. Sedangkan kompensasi dalam bentuk tidak langsung bisa dalam bentuk kesejahteraan pegawai berupa fasilitas-fasilitas, penghargaan diri (bisa dalam berbentuk pujian), tunjangan hari raya, tunjangan kesehatan, tunjangan keselamatan kerja, yang berguna untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja, maupun tunjangan hari tua. Seorang pegawai yang memiliki produktifitas kerja yang baik terkadang luput dari perhatian pimpinannya. Banyak pimpinan yang beranggapan bahwa hanya dengan memberikan bonus dan insentif, sudah mewakili balas jasa yang setimpal untuk produktifitas kerja pegawainya. Dengan kata lain, pimpinan beranggapan pegawai bisa termotivasi untuk meningkatkan produktifitas kerjanya hanya dengan menggunakan materi atau uang. Pegawai yang memiliki produktifitas

2

kerja yang baik, meskipun tidak diberikan bonus atau insentif, tetapi diberikan penghargaan diri berupa pujian, akan merasa pimpinannya menghargai kerja kerasnya sehingga akan terjalin hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahannya. Bahkan, dapat mendorong pegawai yang lain untuk meningkatkan produktifitas kerja mereka. B. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui: 1) Definisi dari produktifitas kerja. 2) Sumber produktifitas kerja. 3) Prinsip-prinsip produktifitas kerja. 4) Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja. 5) Faktor-faktor yang menyebabkan turunnya produktifitas kerja. 6) Faktor-faktor yang menentukan produktifitas kerja. 7) Indikator produktifitas kerja. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup pada penulisan makalah ini adalah membahas tentang hal-hal yang berkenaan dengan produktifitas kerja pegawai, yang meliputi: pengertian produktifitas kerja, sumber produktifitas kerja, prinsip-prinsip produktifitas kerja, faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja, faktor-faktor yang menyebabkan turunnya produktifitas kerja, faktor-faktor yang menentukan produktifitas kerja, dan indikator produktifitas kerja.

3

BAB II PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup yang telah dijelaskan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Apakah maksud dari produktifitas kerja? 2) Apa sajakah sumber produktifitas kerja? 3) Apa sajakah yang termasuk dalam prinsip-prinsip produktifitas kerja? 4) Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja? 5) Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan turunnya produktifitas kerja? 6) Apa sajakah faktor-faktor yang menentukan produktifitas kerja? 7) Apa sajakah yang termasuk dalam indikator produktifitas kerja?

4

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Produktifitas Kerja Produktifitas berasal dari bahasa Inggris, product: result, outcome berkembang menjadi kata productive, yang berarti menghasilkan, dan productivity: having the ability make or kreate, creative. Perkataan itu dipergunakan dibahasa Indonesia menjadi produktifitas yang berarti kekuatan atau kemampuan menghasilkan sesuatu, karena dalam organisasi. kerja yang akan dihasilkan adalah perwujudan tujuannya (Sedarmayanti, 2004:7). Produktifitas pada hakekatnya meliputi sikap yang senantiasa mempunyai pandangan bahwa metode kerja hari ini harus lebih baik dari metode kerja kemarin dan hasil yang dapat diraih esok harus lebih banyak atau lebih bermutu daripada hasil yang diraih hari ini (Komaruddin, 1992:121) Gie (1988:109) mengatakan bahwa, produktifitas adalah perbandingan antara hasil kerja yang berupa barang-barang atau jasa dengan sumber atau tenaga yang dipakai dalam suatu proses produksi tersebut. Sedangkan menurut Formulasi National Productivity Board Singapore, dikatakan bahwa produktifitas adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. Perwujudam sikap mental, dalam berbagai kegiatan antara lain sebagai berikut: 1) Yang berkaitan dengan diri sendiri dapat dilakukan melalui peningkatan: a. b. c. d. e. a. b. c. Pengetahuan Keterampilan Kedisiplinan Upaya pribadi Kerukunan kerja Manajemen dan metode kerja yang lebih baik Penghematan biaya Ketepatan waktu

2) Yang berkaitan dalam pekerjaan, dapat dilakukan melalui:

5

d.

Sistem dan teknologi yang lebih baik (Permana, 2008)

Sedangkan menurut Woekirno produktifitas adalah kesadaran untuk menghasilkan sesuatu yang lebih banyak daripada yang telah atau sedang berada dalam usahanya. Pokoknya menambah kegiatan guna menghasilkan lebih dari apa yang telah dicapai (Sumardi, 1979:3). Menurut Siagian (2002:15), produktifitas kerja adalah kemampuan memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal, kalau mungkin yang maksimal. Dari definisi-definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa produktifitas kerja adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Hal ini berarti jika produktifitas kerja karyawan tinggi, maka karyawan mampu menunjukkan jumlah hasil yang sama dengan jumlah masukan yang lebih besar. Dapat pula dengan masukan yang lebih besar menghasilkan jumlah yang lebih besar dibanding dengan jumlah masukan. Sebaliknya jika produktifitas karyawan rendah maka karyawan tidak mampu menghasilkan hasil atau produksi yang sama bahkan tidak mampu memenuhi target yang telah ditentukan oleh perusahaan. B. Sumber Produktifitas Kerja Sumber produktifitas adalah manusia sebagai tenaga kerja, baik secara individual maupun secara kelompok, yang sepenuhnya terarah pada upaya mencari cara yang memungkinkan manusia meningkatkan produktifitasnya dala bekerja, terutama berkenaan dengan peningkatan kualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Sumber produktifitas kerja tersebut adalah: 1) Penggunaan pikiran Produktifitas kerja dikatakan tinggi jika untuk memperoleh hasil yang maksimal dipergunakan cara kerja yang paling mudah, dalam arti tidak memerlukan banyak pikiran yang rumit dan sulit.

6

2) Penggunaan tenaga jasmani/fisik Produktifitas kerja dikatakan tinggi bilamana dalam mengerjakan sesuatu diperoleh hasil yang jumlahnya terbanyak dan mutunya terbaik. 3) Penggunaan waktu Produktifitas dari segi waktu, berkenaan dengan cepat atau lambatnya mencapai suatu hasil dalam bekerja. 4) Penggunaan ruangan Suatu pekerjaan dikatakan produktif bila menggunakan ruangan yang luasnya wajar, sehingga tidak memerlukan mobilitas yang jauh. 5) Penggunaan material/bahan dan uang Suatu pekerjaan dikatakan produktif, jika penggunaan material/bahan baku dan peralatan lainnya tidak terlalu banyak yang terbuang dan harganya tidak terlalu mahal, tanpa mengurangi mutu hasil yang dicapai, dan pekerjaan tersebut dikatakan hemat (Sedarmayanti, 2004:152154) International Labour Organization (ILO), mengungkapkan bahwa secara lebih sederhana maksud dari produktifitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama produksi berlangsung. Sumber-sumber itu dapat berupa: 1) Tanah 2) Bahan baku dan bahan pembantu 3) Pabrik, mesin-mesin dan alat-alat 4) Tenaga kerja manusia (Hasibuan, 1996:127). C. Prinsip-Prinsip Produktifitas Kerja Adapun prinsip-prinsip produktifitas kerja adalah sebagai berikut: 1) Apabila input turun, output tetap maka produktifitas meningkat. 2) Apabila input turun, output naik maka produktifitas meningkat. 3) Apabila input tetap, output naik maka produktifitas naik. 4) Apabila input naik, output naik di mana jumlah kenaikan output lebih besar dari kenaikan input.

7

5) Apabila input turun, output turun dimana turunnya output lebih kecil dari turunnya input (Lubis, 2001:5253) D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktifitas Kerja Menurut Sukarna, produktifitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Kemampuan dan ketangkasan karyawan. 2) Managerial skill atau kemampuan pimpinan perusahaan. 3) Lingkungan kerja yang baik. 4) Lingkungan masyarakat yang baik. 5) Upah kerja. 6) Motivasi pekerja untuk meraih prestasi kerja. 7) Disiplin kerja karyawan. 8) Kondisi politik atau keamanan, dan ketertiban negara. 9) Kesatuan dan persatuan antara kelompok pekerja. 10) Kebudayaan suatu negara. 11) Pendidikan dan pengalaman kerja. 12) Kesehatan dan keselamatan pekerja karyawan. 13) Fasilitas kerja. 14) Kebijakan dan sistem administrasi perusahaan (Sukarna, 1993:41) Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja tersebut, Tiffin dan Cormick, menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja itu adalah: 1) Variabel individu meliputi: kecakapan, karakteristik, motivasi, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman. 2) Variabel situasional: a. b. Variabel Fisik, meliputi metode dan lingkungan kerja. Variabel Sosial dan Organisasi, meliputi : ciri kerja, jenis latihan,

pengawasan, sistem upah, dan lingkungan kerja (Ghozali, 2006:12) Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja menurut Slamet Saksono, mengatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat produktifitas

8

karyawan tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut adalah: 1) Adanya etos kerja yang merupakan sikap hidup yang bersedia bekerja keras demi masa depan yang lebih baik, semangat untuk mampu menolong dirinya sendiri, berpola hidup sederhana, mampu bekerjasama dengan sesama manusia dan mampu berfikir maju dan kreatif. 2) Mengembangkan sikap hidup disiplin terhadap waktu dan dirinya sendiri dalam arti mampu melaksanakan pengendalian terhadap peraturan, disiplin terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai manusia. 3) Motivasi dan orientasi kemasa depan yang lebih baik. Bekerja dengan produktif oleh dorongan / motivasi untuk mencapai masa depan yang lebih baik (Saksono, 1997:113). E. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Turunnya Produktivitas Kerja Menurut Saksono (1997:119), faktor-faktor yang meyebabkan turunnya produktivitas kerja antara lain: 1) Menurunnya presensi Menurunnya tingkat presensi tanpa diketahui sebelumnya oleh pimpinan perusahaan dapat mengganggu pelaksanaan program kerja, apabila sejumlah karyawan terlihat dalam mata rantai kerja tidak hadir, pekerjaan selanjutnya tidak akan dapat berlangsung. Jika demikian perusahaan akan menanggung kerugian yang sesungguhnya dapat dihindarkan dengan mencegah terjadinya penurunan presensi. 2) Meningkatnya Labour Turnover (perpindahan buruh tinggi) Apabila karyawan tidak memperoleh kepuasan sebagaimana yang diharapkan maka akan menunjukkan langkah awal dari keinginan karyawan yang bersangkutan untuk pindah ke perusahaan lain yang diharapkan dapat memberikan fasilitas yang lebih baik, dimana hal itu akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

9

3) Meningkatnya kerusakan Apabila karyawan menunjukkan keengganan untuk melengkapi pekerjaan karena adanya suatu ketimpangan antara harapan dan kenyataan, maka ketelitian dan rasa tanggung jawab terhadap hasil kerja cenderung menurun, salah satu akibatnya adalah sering terjadi kesalahan dalam melakukan pekerjaan yang akhirnya menyebabkan kerusakan yang melebihi batas normal. 4) Timbulnya kegelisahan, tuntutan dan pemogokan. F. Faktor-Faktor Yang Menentukan Produktivitas Kerja Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijaksanaan pemerintah secara keseluruhan. Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah, enam faktor yang menentukan produktivitas kerja pegawai, antara lain: 1) Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam suatu tim. 2) Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervise serta keterampilan dalam teknik perusahaan. 3) Hubungan antara pegawai dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan pegawai untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan bermutu (quality control circle) dan panitia mengenai kerja unggulan. 4) Manajemen produktivitas yaitu manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas. 5) Efisiensi tenaga kerja, seperti: perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas. 6) Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha (Sedarmayanti, 2004:145) Ada 10 faktor yang sangat diingini oleh para pekerja tetap untuk meningkatkan produktivitas kerja, yakni:

10

1) Pekerjaan yang menarik. 2) Upah yang baik. 3) Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan. 4) Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan. 5) Lingkungan atau suasana kerja yang baik. 6) Promosi dan perkembangan diri mereka sejalan dengan perkembangan perusahaan. 7) Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan organisasi. 8) Pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi. 9) Kesetiaan pimpinan pada diri si pekerja. 10) Disiplin kerja yang keras (Anoraga, 1998:5660) Dengan demikian upaya dalam peningkatan produktivitas kerja perusahaan harus dimulai dari produktivitas individu (karyawan) yang ada dalam perusahaan itu, dan hal ini dapat dilakukan dengan cara memotivasi diri, melalui dorongan diri dalam diri sendiri maupun dalam luar individu (eksternal). Dalam hal ini, karyawan yang produktif tersebut mau menerima ide-ide atau saran-saran yang dianggap lebih baik dari orang lain, dan dapat menggunakan waktu secara efekktif dan efisien dalam menyelesaikan semua tugas-tugasnya. G. Indikator Produktivitas Kerja Indikator produktivitas dikembangkan dan dimodifikasi dari pemikirannya yang disampaikan oleg Gilmore (1974), Erich Fromm (1975) tentang individu yang produktif, yaitu: 1) tindakannya konstruktif, 2) percaya pada diri sendiri, 3) bertanggung jawab, 4) memiliki rasa cinta, 5) mempunyai pandangan kedepan, 6) mampu mengatasi persoalan dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah-rubah. Produktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi para karyawan yang ada pada lembaga organissai/perusahaan. Dengan adanya produktivitas kerja diharapkan pekerjaan akan terlaksana secara efesien dan efektif, sehingga ini semua akhirnya sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Untuk mengukur produktivitas kerja diperlukan suatu indikator sebagai berikut:

11

a. Prestasi Kerja Istilah kinerja berasal dari kata job perpormance atau actual perpormance (pretasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2001:67). Menurut Byars dan Rue (1984), mengartikan prestasi sebagai tingkat kecakapan sesorang pada tugas-tugas yang mencakup pada pekerjaannya selama kurun waktu tertentu. Pengertian tersebut menunjukan pada bobot kemapuan individu di dalam memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada di dalam pekerjaannya. Pada umumnya, prestasi kerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lawler dan Porter (1967) menyatakan bahwa job performance adalah successful role achievement yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya. Tingkat sejauhmana keberhasilan seseorang di dalam melakukan tugas pekerjaannya dinamakan level of performance oleh Vroom (dalam Asad, 2001). Agus Dharma dalam bukunya Manajemen Prestasi Kerja mengatakan bahwa Prestasi kerja adalah sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang. Dari keterangan-keterangan tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mencapai suatu kinerja (prestasi kerja) yan optimal, maka setiap pegawai harus memiliki motif berprestasi dalam diri sendiri selain itu tentunya situasi lingkungan kerjapun turut menunjang seperti dilakukannya penilaian mengenai produktivitas kerja yang dapat memberikan motivasi terhadap pegawai sehingga dapat memberikan citra yang baik terhadap instansi. b. Disiplin Kerja Kata disiplin (termonologis) berasal dari kata Latin: disciplina yang berarti pengajaran, latihan dan sebagainya. lazimnya kata discipline menunjukan suatu ide hukuman tetapi itu bukan artinya (arti disiplin) yang sebenarnya. Disiplin berasal dari kata latin disiplina yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat (Moekijat: 139).

12

Kemudian Keith Davis mengemukakan bahwa Dicipline is management action to enforce organization standards. Berdasarkan pendapat Keith Davis, disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksana manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi (Mangkunegara, 2001:129). Dalam buku Organisasi Perilaku Struktur dan Proses Gibson, Wancevich, dan Donnelly (1987:188) mengatakan bahwa Disiplin (dicipline) adalah suatu bentuk hukuman disiplin berbeda dengan hukuman (punishment), tetapi pelaksana disiplin tidak selalu memandang disiplin sebagai suatu yang tidak disukai . Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan dan ketentuan yang ditetapkan baik oleh pemerintah/ etika, norma, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu (Sedarmayanti, 2004:222). Disiplin erat hubungannya dengan kesadaran, sebab disiplin timbul dari kesadaran. Timbulnya proses kesadaran dapat memerlukan waktu lama dan agak sulit dilaksanakan tetapi disiplin dapat ditumbuhkan dalam waktu yang sangat singkat dan pada awalnya dapat dipaksakan dengan suatu aturan. Di tempat kerja terdapat berbagai aturan yang menentukan adanya disiplin pegawai dengan berbagai sanksinya. Pada dasarnya dalam disiplin terdapat dua faktor penting yaitu faktor waktu dan faktor kegiatan atau pelaksana kerja. Usaha untuk menciptakan adanya disiplin yang baik pada organisasi antara lain dilakukan melalui penyebaran tugas dan wewenang yang jelas, tata cara atau tata kerja (prosedur) yang sederhana tetapi memadai yang dapat diketahui dan dipahami oleh tiap pegawai sehingga mengetahui dengan tepat dimana dan bagaimana posisi pegawai sehingga pekerjaaan dapat dilaksanakan dengan efesien. c. Kemampuan dalam bekerja Setiap orang harus mempunyai kemampuan dalam bekerja, secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge and skill), artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata dengan pendidikan yang memadai maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.

13

Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan seorang pegawai sangat bergabtung pada keterampilan yang dimiliki serta profesionalisme mereka dalam bekerja. Yang dimaksud dengan kemampuan itu sendiri dimana kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang dalam hubungannya dengan tugas/pekerjaan berarti dapat (kata sifat/keadaan) melakukan tugas/pekerjaan sehingga menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan yang diharapkan. Agar pencapaian tujuan perusahaan dapat efektif (doing the right thing) maka penempatan karyawan harus sesuai dengan kemampuannya (Moenir, 2002;166). Untuk mencapai tujuan perusahaan dengan lebih efektif pihak perusahaan harus dapat menempatkan karyawannya sesuai dengan kemampuannya masingmasing. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Sedermayanti, ia mengatakan, penempatan pegawai harus sesuai dengan kemampuannya dan keterampilannya sehingga gairak kerja dan kedisiplinannya akan lebih baik serta efektif dalam menunjang terwujudnya tujuan organisasi (Sedarmayanti,2001: 16). Kemampuan dalam bekerja terdiri dari pengetahuan dan kecakapan. menurut faktor yang mempengaruhi produktivitas dari sumber Sutermaiser dalam Sedermayanti, (2001:83), menyatakan pengetahuan (knowledge) yang dilatarbelakangi oleh pendidikan (education), pengalaman (experience), dan pelatihan (training). Kecakapan (skill) dilatarbelakangi oleh kemampuan untuk belajar (attitude) dan kepribadian (personality).

14

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Produktifitas kerja adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.. 2) Sumber produktifitas kerja meliputi: penggunaan pikiran, penggunaan tenaga jasmani/fisik, penggunaan waktu, penggunaan ruangan, dan penggunaan material/bahan dan uang. 3) Prinsip-prinsip produktifitas kerja adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. Apabila input turun, output tetap maka produktifitas meningkat. Apabila input turun, output naik maka produktifitas meningkat. Apabila input tetap, output naik maka produktifitas naik. Apabila input naik, output naik di mana jumlah kenaikan output Apabila input turun, output turun dimana turunnya output lebih kecil

lebih besar dari kenaikan input. dari turunnya input. 4) Produktifitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: kemampuan karyawan, managerial skill, lingkungan kerja dan masyarakat yang baik, upah kerja, motivasi, disiplin kerja, kondisi politik, persatuan antara pekerja, kebudayaan, pengalaman kerja, kesehatan dan keselamatan pekerja karyawan, fasilitas kerja, dan kebijakan perusahaan. 5) Faktor-faktor yang menentukan produktivitas kerja adalah sikap kerja, tingkat keterampilan, hubungan antara pegawai dan pimpinan, manajemen produktivitas, efisiensi tenaga kerja, dan kewiraswastaan. 6) Indikator produktifitas kerja adalah prestasi kerja, disiplin kerja, dan kemampuan dalam bekerja

15

B.

Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan dapat diberikan rekomendasi

sebagai berikut. 1) Hendaknya pegawai memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja, karena dengan memahami faktor-faktor tersebut seorang pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. 2) Hendaknya perusahaan memperhatikan produktifitas kerja pegawainya, seperti memberikan penghargaan kepada pegawai yang mempunyai prestasi kerja, disiplin kerja, dan kemampuan bekerja yang baik.

16

DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P. 1998. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. As'ad, Moh. 2001. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty. Ghozali, A.M. 2006. Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Daya Tahan Stres dengan Produktivitas Kerja. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi. Gie, The Liang. 1988. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Liberty. Hasibuan. 1996. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Gunung Agung. Komaruddin. 1992. Ensiklopedia Menejemen. Jakarta. Bumi Aksara. Lubis, S.B. 2001. Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro). Jakarta: PAUIS-UI. Mangkunegara, A.A Anwar P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moenir. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Saksono, Slamet. 1997. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta : Kanisius. Sedarmayanti. 2004. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV. Mandar Maju. Siagian, Sondang P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktifitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Sukarna. 1993. Kepemimpinan dalam Organisasi. Bandung: Mandar Maju. Sumardi, Woekirno. Gramedia. 1979. Faktor-FaktorProduktivitas Karyawan. Jakarta:

17