9
BAB IV ANALISA KASUS 3.1 Analisis Penegakan Diagnosis Berdasarkan keluhan utama, keluarga pasien mengeluh badan kuning dan lemah hal ini terjadi 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Ada beberapa kemungkinan yang dapat diambil dari keluhan utama ini: Bayi pada usia 5 hari dengan lahir cukup bulan dan sudah minum ASI yang mana ikterus baru muncul, memberi diagnosa banding yaitu adanya infeksi, keadaan fisiologis ikterus terkait ASI. Ikterus merupakan warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin serum (Hiperbilirubinemia). 1 Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi secara optimal, sehingga proses glukoronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal. Sehingga dominasi bilirubin tak terkonjugasi dalam darah menjadi wajar. Ikterus baru tampak pada bayi ketika bilirubin dalam darah 5-7 mg/dl. Pada bayi cukup bulan yang mendapat susu formula akan mencapai puncak sekitar 6-8 mg/dl pada hari ke-3 kehidupan dan menurun sampai 1 atau 2 minggu kehidupan. Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar bilirubin puncak akan mencapai 7-14 mg/dl dan menurun bahkan sampai waktu 6 minggu. Selain itu adapula penyebab neonatal hiperbilrubinemia secara tidak langsung sebagaimana dalam tabel berikut: 37

BAB IV Analisa Kasus

  • Upload
    ema

  • View
    23

  • Download
    11

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ema

Citation preview

BAB IVANALISA KASUS

3.1 Analisis Penegakan DiagnosisBerdasarkan keluhan utama, keluarga pasien mengeluh badan kuning dan lemah hal ini terjadi 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Ada beberapa kemungkinan yang dapat diambil dari keluhan utama ini: Bayi pada usia 5 hari dengan lahir cukup bulan dan sudah minum ASI yang mana ikterus baru muncul, memberi diagnosa banding yaitu adanya infeksi, keadaan fisiologis ikterus terkait ASI.Ikterus merupakan warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin serum (Hiperbilirubinemia).1 Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi secara optimal, sehingga proses glukoronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal. Sehingga dominasi bilirubin tak terkonjugasi dalam darah menjadi wajar. Ikterus baru tampak pada bayi ketika bilirubin dalam darah 5-7 mg/dl. Pada bayi cukup bulan yang mendapat susu formula akan mencapai puncak sekitar 6-8 mg/dl pada hari ke-3 kehidupan dan menurun sampai 1 atau 2 minggu kehidupan. Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar bilirubin puncak akan mencapai 7-14 mg/dl dan menurun bahkan sampai waktu 6 minggu. Selain itu adapula penyebab neonatal hiperbilrubinemia secara tidak langsung sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Penyebab neonatal hiperbilirubinemia indirekDasarPenyebab

Peningkatan produksi bilirubinIncopabilitas darah fetomaternal

Peningkatan penghancuran hemoglobinDefesiensi enzimPerdarahan tertutup (sefalhematom, perdarahan intracranial)Sepsis

Peningkatan jumlah HbPolisitemiaKeterlambatan klem tali pusat

Peningkatan sirkulasi enterohepatikKeterlambatan pasase mekoniumPuasa atau terlambat minumAtresia intestinal

Perubahan clearance bilirubin hatiImaturitas

Perubahan produksi atau aktivitas uridineGangguan metabolic/endokrin

Perubahan fungsi dan perfusi hatiAsfiksia, hipoksia, hipotermia, hipoglikemia dan sepsisObat-obatan dan hormone

Obtruksi hepatic (berhubungan dengan hiperblirubinemia direk)Anomali congenital, stasis biliaris, hemolisis berat

Sumber: Buku Ajar Neonatologi16Selain itu keluhan lain adalah pasien tampak memiliki sikap berbeda, os sangat banyak tidur, lebih sering menangis lemah dan malas menyusu. Os memiliki sikap tubuh berbeda dan agak kaku pada posisi tertentu. Os tampak pucat. Os juga tidak pernah disuntik apapun paska kelahiran termasuk vitamin K. Hal tersebutlah yang mendahului terjadinya ikterus pada pasien, sehingga terjadi perdarahan tertutup. Gejala tersebut mengarah kepada salah satu penyakit yang bernama APCD (Acquired Prothrombin Complex Deficiency ) atau sekarang dikenal dengan istilah Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK) disebut juga sebagai Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN).PDVK adalah perdarahan spontan atau akibat trauma yang disebabkan karena penurunan aktivitas faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (faktor II, VII, IX, dan X) sedangkan aktivitas faktor koagulasi lain, kadar fibrinogen, dan jumlah trombosit, masih dalam batas normal. Kelainan ini akan segera membaik dengan pemberian vitamin K.1 Adapun etiologi PDVK berawal dari gangguan hemostasis. Proses hemostasis merupakan mekanisme yang kompleks, terdiri dari empat fase yaitu fase vaskular (terjadi reaksi lokal pembuluh darah), fase trombosit (timbul aktifitas trombosit), fase plasma (terjadi interaksi beberapa faktor koagulasi spesifik yang beredar di dalam darah) dan fase fibrinolisis (proses lisis bekuan darah). Bila salah satu dari keempat proses ini terganggu, maka akan timbul gangguan pada proses hemostasis yang manifestasi klinisnya adalah perdarahan.1Secara umum gangguan pembekuan darah masa anak disebabkan oleh beberapa keadaan seperti pada table:

Tabel 3.2. Etiologi gangguan pembekuan darah masa anak 1. Kekurangan faktor pembekuan darah yang tergantung vitamin K2. Penyakit hati3. Percepatan penghancuran faktor koagulasi a. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) b. Fibrinolisis (penyakit hati, agen trombolitik, pasca pembedahan)4. Inhibitor terhadap faktor koagulasi a. Inhibitor spesifik b. Antibodi antifosfolipid c. Lain-lain : antitrombin, paraproteinemia 5. Lain-lain a. Setelah transfusi masif b. Setelah mendapatkan sirkulasi ekstrakorporal c. Penyakit jantung bawaan, amiloidosis, sindroma nefrotik

Faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya VKDB antara lain obat-obatan yang mengganggu metabolisme vitamin K, yang diminum ibu selama kehamilan, seperti antikonvulsan (karbamasepin, fenitoin, fenobarbital), antibiotika (sefalosporin), antituberkulostik (INH, rifampicin) dan antikoagulan (warfarin). Hal ini semuanya disangkal oleh ibu pasien. Faktor resiko lain adalah kurangnya sintesis vitamin K oleh bakteri usus karena pemakaian antibiotika berlebihan, gangguan fungsi hati (koletasis), kurangnya asupan vitamin K pada bayi yang mendapatkan ASI ekslusif, serta malabsorbsi vitamin K akibat kelainan usus maupun akibat diare.2,4 Pada pemeriksaan fisik ditemukan Ubun-ubun besar membonjol, Sikap tubuh agak kaku pada posisi tertentu. Menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, meskipun dapat juga ditemukan edema papil, penurunan kesadaran, perubahan tekanan nadi, pupil anisokor. Tidak hanya perdarahan intrakranial, lokasi perdarahan juga dapat terjadi pada tempat-tempat tertentu seperti GIT, umbilikus, hidung, bekas sirkumsisi dan lain sebagainya.2 Selain itu ditemukan pula kejang pada pasien, ini terjadi pada hari ke 12 rawatan. Hepar teraba 1 jari dibawah arcus costae masih dapat dikatakan normal karena usia 5-6 tahun hati masih dapat teraba sampai berukuran 1/3 dengan tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan rata dan tidak terdapat nyeri tekan.17Pemeriksaan fisik dan anamnesis tersebut ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium dan radiologis sebagaimana tertera dan sesuai untuk penegakan diagnosis tersebut yaitu Adanya Trombositopenia sebagai sebab perdarahan dan perkiraan lama dan beratnya perdarahan dinilai dari kadar hemoglobin dan hematokrit. Untuk melengkapi penegakkan diagnosis seharusnya pemeriksaan lain yang dilakukan adalah: 1. Apusan darah tepi, pemeriksaan ini penting untuk menilai morfologi sel darah merah dan komfirmasi jumlah serta morfologi trombosit. 2. Prothrombine time (PT) dan aPTT (activated partianl thromboplastin time), ini merupakan uji terhadap heostasis sekunder. PT berguna untuk menilai jalur ekstrinsik dan jalur bersama, sedangkan aPTT berguna untuk menilai jalur intrinsik dan jalur bersama kaskade koagulasi. PT lebih sensitif untuk menilai faktor koagulasi yang pembentukannya bergantung kepada vitamin K (II, VII, IX, X). Pemanjangan nilai aPTT merupakan indikasi defesiensi faktor koagulasi atau terdapat antikoagulan atau inhibitor dalam sirkulasi.Berdasarkan pemeriksaan laboratorium nilai-nilai yang dapat membedakan defisiensi vit K, penyakit hati ataupun DIC adalah sebagai berikut:Tabel 3.3. Gambaran laboratorium VKDB dan penyakit hati

KomponenVKDBPenyakit HatiDIC

Morfologi eritrosit

PTTPTFibrin Degradation Product (FDP)TrombositFaktor koagulasi yang menurunNormal

MemanjangMemanjangNormalNormalII,VII,IX,XSel target

MemanjangMemanjangNormal/naik sedikitNormalI,II,V,VII,IX,XSel Target, sel Burr, Fragmentosi, sferositMemanjangMemanjangNaik

MenurunI, II, V. VIII, XIII

Pemeriksaan lain seperti USG,

CT Scan atau MRI dapat dilakukan untuk melihat lokasi perdarahan misalnya jika dicurigai adanya perdarahan intrakranial. Dari hasil pemeriksaan pasien ini tampak adanya SAH dan IVH yang berdensitas perdarahan, sehingga menegaskan diagnosis. Selain itu respon yang baik terhadap pemberian vitamin K memperkuat diagnosis VKDB.2,3,8Pada pasien ini juga ditemukan gejala-gejala sepsis dimana dari anamnesis, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang ditemukan bayi tidak kelihatan sehat, malas minum, hipotermi, adanya ikterus, bayi tampak lemah dan dari pemeriksaan penunjang ditemukan adanya leukopenia. Ini sesuai dengan dengan definisi bahwa sepsis adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikut dengan bakterimia pada bulan pertama kehidupan dari gejala yang biasa ditemukan peningkatan suhu tubuh ataupun hipotermia, bayi tampak kuning, bayi tampak tidak sehat dan lebih sering mengantuk serta dari pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis ataupun leukopenia.14Selanjutnya dari hasil pemeriksaan ditemukan gejala-gejala seperti pada sindrom down yaitu mongoloid face, hidung tampak rata, lidah yang menonjol, lidah yang kecil dan mempunyai lekuk yang dalam, telinga yang kecil dan heliks yang berlipat, serta ditemukan tangan pendek dan melebar. Dimana sindroma down itu sendiri adalah kelainan genetik yang dikenal sebagai trisomi, karena individu yang mendapat sindrom Down memiliki kelebihan satu kromosom. Mereka mempunyai tiga kromosom 21 dimana orang normal hanya mempunyai dua saja. Kelebihan kromosom ini akan mengubah keseimbangan genetik tubuh dan mengakibatkan perubahan karakteristik fisik dan kemampuan intelektual, serta gangguan dalam fungsi fisiologi tubuh.Risiko untuk mendapat bayi dengan sindrom Down didapatkan meningkat dengan bertambahnya usia ibu saat hamil, khususnya bagi wanita yang hamil pada usia di atas 35 tahun. Walau bagaimanapun wanita yang hamil pada usia muda tidak bebas terhadap risiko mendapat bayi dengan sindrom Down.15Harus diingat bahwa kemungkinan mendapat bayi dengan sindron Down adalah lebih tinggi jika wanita yang hamil pernah mendapat bayi dengan sindrom Down, atau jika adanya anggota keluarga yang terdekat yang pernah mendapat kondisi yang sama.Diperkirakan sekitar 75% kehamilan dengan trisomi 21 tidak akan bertahan. Sekitar 85% bayi dapat hidup sampai umur satu tahun dan 50% dapat hidup shingga berusia lebih dari 50 tahun. Penyakit jantung kongenital sering menjadi faktor yang menetukan usia penderita sindrom Down. Selain itu, penderita sindrom Down mempunyai tingkat morbiditas yang tinggi karena mempunyai respons sistem imun yang lemah.15Dari temuan fisik sindrom Down mempunyai rangka tubuh yang pendek, seringkali gemuk dan tergolong dalam obesitas, mongoloid face merupakan tanda paling umum ditemukan. Tulang rangka tubuh pendeita sindrom Down mempunyai ciri-ciri yang khas. Tangan mereka pendek dan melebar, jarak antara jari ibu kaki dengan jari kedua yang terlalu jauh, pada anak dengan sindrom Down terdapat garis-garis tranversal pada telapak tangan, hanya satu lipatan pada jari kelima.15

42